You are on page 1of 26

STANDAR DAN NORMA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Perumahan dan Permukiman

Oleh :
Antusias N (I0609003)
Dedy Syarifudin (I0609010)
Rina Wulandari (I0609025)


2 | P a g e

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan permukiman sendiri adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Dalam proses perencanaan dan pembangunan
baik permukiman maupun kawasan permukiman, perlu disesuaikan dengan standar-standar
atau acuan-acuan normatif serta norma-norma yang telah ditentukan oleh pemerintah baik
daerah maupun pusat.
Standar-standar atau acuan-acuan normatif serta norma-norma yang telah ditentukan
oleh pemerintah baik daerah maupun pusat tersebut hendaknya dijalankan dengan baik agar
tercipta permukiman yang layak huni serta berkelanjutan. Namun, standar, acuan, dan norma
yang telah dibuat ini kini sering diabaikan dan dilanggar, banyak para pengembang
perumahan yang membangun perumahan tidak sesuai dengan standar yang ada, khususnya di
aspek sarana, prasarana, dan utilitas umum. Para pengembang perumahan ini terpaksa
melakukan hal-hal tersebut dengan alasan profit. Sebagai contoh, banyak perumahan-
perumahan dengan unit terbatas dan tidak menyediakan ruang terbuka hijau sesuai dengan
standar. Padahal jika kita mengetahui, ruang terbuka hijau sangat berfungsi dalam menjaga
keseimbangan ekologi.
Pembangunan kawasan permukiman selain sebagai kebutuhan dasar juga merupakan
faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat, mutu kehidupan serta kesejahteraan
masyarakat, sehingga perlu direncanakan dan dikembangkan secara terpadu dan terarah, serta
berkelanjutan.

3 | P a g e

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Ketentuan Umum Dalam Merencanakan Kawasan Permukiman
Beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam merencanakan kawasan permukiman
adalah :
Perencanaan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah.
Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai dengan
daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat
dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai
bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Kawasan permukiman harus memiliki sarana, prasarana, dan utilitas umum serta
terjangkau oleh sarana transportasi umum
Kawasan permukiman harus didukung dengan ketersediaan fasilitas-fasilitas
pelayanan jasa dan perdagangan, pemerintahan, kesehatan, pendidikan, dan agama.
Kawasan permukiman tidak mengganggu fungsi lindung dan upaya pelestarian SDA.

2.2. Ketentuan Teknis
a. Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan kawasan permukiman:
1. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
2. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara
dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 L/org/hari 100
liter/org/hari;
3. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);
4. Drainase baik sampai sedang;
5. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/ danau/ mata air/saluran
pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;
6. Tidak berada pada kawasan lindung;
7. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
4 | P a g e

8. Menghindari sawah irigasi teknis.
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 41 /PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya)

2.3. Peraturan Lain yang Terkait
Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan
tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang
terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. Di dalam
PerMen PU Nomor:05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan dijelaskan lebih rinci lagi bahwa ruang
terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH Privat. Proporsi RTH
pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang
terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Proporsi 30%
merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik
keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem
ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.
Permen PU No.63 Tahun 1993 Pasal 8 tentang penetapan garis sempadan sempadan
sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan pada ayat (5) disebutkan bahwa
sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan
ditetapkan sekurang kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan.
Permen Perindustrian RI No 35/M-IND/PER/3/2010 Tentang Pedoman Teknis
Kawasan Industri, BAB II Mengenai Konsepsi Kawasan Industri dijelaskan bahwa
lokasi kawasan industri mempunyai jarak ideal minimal dari permukiman 2 (dua) Km.
SNI-3242-2008 Tentang Pengelolaan Sampah Permukiman dijelaskan bahwa
lembaga atau organisasi yang mengelola sampah adalah pihak swasta, organisasi
kemasyarakatan, dan jika mengeluarkan sampah B3 ditangani khusus oleh lembaga
tertentu. Pola pengelolaan sampah adalah sebagai berikut, sampah dari sumber (rumah
tangga) ditampung pada 2 tempat sampah, tempat sampah organik dan tempat sampah
anorganik. Penampungan sampah dapat dilakukan scara individual atau secara
komunal. Sampah organik dilakukan pengomposan oleh warga penghasil sampah,
sedangkan sampah anorganik ditampung di tempat sampah. Sampah yang terkumpul
5 | P a g e

minimal dua hari diambil oleh pengumpul sampah untuk dikumpulkan ke TPS
terdekat. Petugas pengumpul sampah dapat dipilih oleh swasta/developer atau
organisasi masyarakat. Sampah yang terkumpul di TPS kemudian dilakukan
pemisahan antara yang organik dan anorganik. Ketika di TPS juga dilakukan
pemisahan sampah yang masih dapat dilakukan daur ulang. Redusi sampah (sampah
yang tidak berguna) dibuang ke TPA.
Lokasi Kawasan Perumahan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan
merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi,
daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area bandara dan daerah
dibawah jaringan listrik tegangan tinggi;
kriteria kesehatan,dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan
daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air
permukaan dan air tanah dalam;
kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian
(aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak
langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia);
kriteria keindahan/keserasian/keteraturan (kompatibilitas), dicapai
dengan penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang
ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa
atau danau/setu/sungai/kali dan sebagainya
kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan
fisik/pemekaran lingkungan permukiman dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan
dan keterpaduan prasarana;
kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian
ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap
penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan;
kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan
dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual
terhadap lingkungan tradisional.

6 | P a g e

(Sumber : SNI 03 - 1733 - 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan
di Perkotaan)

Kriteria dan batasan teknis
1. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan
yang ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik
serta daya dukung lingkungan;
2. Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak
bersusun maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum
yang memadai;
3. Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan
permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman
dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi
pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
4. Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan :
Prasarana Jalan di dalam permukiman untuk pergerakan manusia dan kendaraan
serta berfungsi sebagai akses keluar masuk kedalam kawasan permukiman serta
menghubungkan kawasan permukiman dengan kawasan-kawasan lain. Jaringan
jalan di dalam permukiman menurut fungsinya adalah jalan lokal dan jalan
lingkungan dalam sistem jaringan jalan sekunder. (SNI 03-2853-1995, SNI 03-
2446-1991,SNI 03.6967-2003)
Sistem pembuangan air limbah (SNI 03 - 1733 -2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan)
Saluran pembuangan air hujan sehingga kawasan permukiman bebas dari
genangan. Kemudian dilengkapi pula dengan sumur resapan air hujan (SNI 03 -
2453 -2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan)untuk
Lahan Pekarangan
Prasarana air bersih yang memenuhi syarat baik kuantitas maupun kualitasnya.
Kapasitas minimal sambungan rumah tangga adalah 60 liter/orang/hari dan
sambungan kran umum adalah 30 liter/orang/hari.
Sistem pembuangan sampah (SNI 03 - 3242 -1994 tentang Tata Cara Pengelolaan
Sampah di Permukiman)
7 | P a g e

Standar Penyediaan Kebutuhan Sarana Pendidikan.
Tabel 1. Kebutuhan sarana pendidikan pada kawasan peruntukan permukiman
No Jenis
Sarana
Jumlah
penduduk
pendukun
g (jiwa)
Kebutuhan per
satuan sarana
Standar
(m2/jiw
a)
Kriteria
Luas
lantai
minimal
(m
2
)
Luas
lahan
minimal
(m
2
)
Radius
Pencapaia
n (m)
Lokasi dalam
Penyelesaian
1. Taman
Kanak-
kanak
1.250 216 500 0,28 500 Ditengah
kelompok
warga, tidak
menyeberang
jalan raya,
bergabung
dengan taman
sehingga terjadi
pengelompokka
n kegiatan
2. Sekolah
Dasar
1.600 633 2.000 1,25 1.000
3. SMP 4.800 2.282 9.000 1.88 1.000 Dapat dijangkau
dengan
kendaraan
umum,
disatukan
dengan lapangan
olahraga, tidak
harus selalu di
pusat
lingkungan
4. SMA 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000
5. Taman
Bacaan
2.500 72 150 0,09 1.000 Ditengah
kelompok
warga, tidak
menyeberang
jalan
lingkungan.
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di
Perkotaan


8 | P a g e

Standar Penyediaan Kebutuhan Sarana Kesehatan
Tabel 2. Kebutuhan sarana kesehatan pada kawasan peruntukan permukiman
No Jenis
sarana
Jumlah
penduduk
pendukun
g
(jiwa)
Kebutuhan per
satuan sarana
Standar
(m2/jiw
a)
Kriteria
Luas
lantai
min
(m2)
Luas
lahan
min
(m2)
Radius
pencapai
an (m)
Lokasi dan
penyelesaian
1 Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 Di tengah kel
tetangga.
Tidak
menyeberang
jalan raya.

2 Balai
Pengobata
n
Warga
2.500 150 300 0,12 1.000
3 BKIA /
Klinik
Bersalin
30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 Dapat
dijangkau
dengan
kendaraan
umum

4 Puskesmas
Pemb &
Balai
Pengobata
n Lingk
30.000 150 300 0,006 1.500
5 Puskesmas
dan
Balai
Pengobata
n
120.000 420 1.000 0,008 3.000
6 Tempat
Praktek
Dokter
5.000 18 - - 1.500
7 Apotik /
Rumah
Obat
30.000 120 250 0,025 1.500
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di
Perkotaan




9 | P a g e

Standar Penyediaan Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan
Olahraga
Tabel 3. Kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olahraga pada kawasan
peruntukan permukiman
No Jenis Sarana Jumlah
penduduk
pendukung
(jiwa)
Kebutuhan
Luas lahan
min (m2)
Standar
(m2/jiwa)
Radius
pencapaian
(m)
Kriteria Lokasi
dan penyelesaian
1 Taman /
Tempat main
250 250 1 100 Di tengah
kelompok
tetangga
2 Taman /
Tempat main
2.500 1.250 0.5 1.000 Di pusat kegiatan
lingkungan
3 Taman dan
Lapangan
Olah
Raga
30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin
berkelompok
dengan
sarana pendidikan
4 Taman dan
Lapangan
Olah
Raga
120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan
utama
Sedapat mungkin
berkelompok
dengan
sarana pendidikan
5 Jalur Hijau - - 15m Terletak
menyebar
6 Kuburan /
Pemakaman
Umum
120.000 2.000 Mempertimbangk
an radius
pencapaian
dan area yang
dilayani
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di
Perkotaan


10 | P a g e

Standar Penyediaan Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga
Tabel 4. Kebutuhan sarana perdagangan dan niaga pada kawasan peruntukan
permukiman
No Jenis
Sarana
Jumlah
penduduk
pendukun
g
(jiwa)
Kebutuhan per
satuan sarana
Standar
(m2/jiwa
)
Kriteria
Luas
lantai
min
(m2)
Luas
lahan
min
(m2)
Radius
pencapaia
n (m)
Lokasi dan
penyelesaian
1 Toko /
Warung
250 50
(termasu
k
gudang
100
(bila
berdiri
sendiri)
0,4 300 Di tengah
kelompok
tetangga.
Dapat
merupakan
bagian dari
sarana lain
2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 Di pusat
kegiatan sub
Lingkungan.
KDB 40%.
Dapat
berbentuk P
& D.
3 Pusat
Pertokoan
+ Pasar
Lingkunga
n
30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat
dijangkau
dengan
kendaraan
umum
4 Pusat
Perbelanja
an dan
Niaga
(toko +
pasar +
bank +
kantor)
120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di
jalan utama.
Termasuk
sarana parkir
sesuai
ketentuan
yang
berlaku
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di
Perkotaan
Standar teknis penyelenggaraan keterpaduan PSU kawasan perumahan standar teknis yang
digunakan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis meliputi :
1) Prasarana Jalan.
Salah satu prasarana penting yang harus disediakan secara baik dan terpadu adalah
prasarana jalan, khususnya jalan di kawasan perumahan yang juga merupakan
bagian penting dari suatu kota dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder.
11 | P a g e

Jaringan jalan di kawasan perumahan menurut fungsinya adalah jalan lokal dan jalan
lingkungan dalam system jaringan jalan sekunder.
Jaringan jalan pada kawasan perumahan dibagi ke dalam 5 bagian yaitu, jalan lokal
sekunder I, Jalan lokal sekunder II, Jalan lokal sekunder III, Jalan Lingkungan I, dan
jalan lingkungan II.
Wewenang penyelenggaraan jalan pada kawasan perumahan ini adalah Pemerintah
Kabupaten Kota yang dilaksanakan oleh Bupati/ Walikota, karena sistem jaringan
jalan tersebut merupakan bagian dalam system jaringan jalan sekunder. Dalam hal
pemerintah kabupaten/ kota belum mampu membiayai pembangunan jalan yang
menjadi tanggung jawabnya secara keseluruhan, maka pemerintah kabupaten/ kota
dapat minta bantuan Kantor Menpera, berupa stimulan melalui program
pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun serta kawasan
khusus.
Didalam standar teknis penanganan jalan kawasan perumahan dijelaskan bagaimana
cara membangun jalan-jalan tersebut, prototipe konstruksi jalan, parameter
perencanaan, perencanaan dimensi minimal ideal jalan kawasan, termasuk saluran
drainase yang berfungsi untuk mengeringkan jalan.
Standar teknis bidang ini antara lain : SNI 03.6967 2003
Pedoman penentuan standar pelayanan minimal (SPM) berdasarkan Kepmen
Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 menjelaskan mengenai standar pelayanan jalan
lingkungan adalah panjang jalan 40 60 m/Ha dengan lebar 2 5 m, tingkat
pelayanan adalah kecepatan rata rata kendaraan 15 s/d 20 km/jam. Kualitas jalan
adalah sebagai akses ke semua bagian kota dengan mudah.


12 | P a g e

BAB III
STUDI KASUS

Kami mengambil contoh kasus di Perumahan Mojosongo Berseri 1 (Perum MB1) yang
terletak di Dukuh Debegan RT 03 RW 01 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres. Adapun
lokasi Perum MB1 dapat dijelaskan berdasarkan gambar berikut.



Gambar 1: Letak Perum MB1 jika dilihat dari UNS

Perum MB 1
13 | P a g e


Gambar 2: Lokasi Perum MB1

3.1. Sejarah dan Keadaan Perum Mojosongo Berseri 1
Perum MB1 berdiri pada tanggal 9 Juli tahun 1999 jam 09.00 WIB atau bersamaan dengan
lepasnya Timor Timur dari NKRI. Keberadaan perum ini merupakan hasil dari program
konsolidasi lahan yang ditawarkan oleh Bank Dunia. Karena warga kompak sepakat untuk
diadakan konsolidasi lahan, maka walikota saat itu menyetujui tawaran dari Bank Dunia
untuk dilaksanakannya program tersebut.
Perum MB1 terletak di tepi Sungai Kalianyar dengan sempadan sungai dibangun jalan
lingkungan dan dibatasi dengan talut yang berketinggian 4 meter. Perum MB1 mempunyai 51
unit rumah yang masing masing berluas 35 m
2
dan dilengkapi dengan fasilitas masjid dan
kios khusus bagi warga perum MB1. Fasilitas masjid berada di tengah tengah perum
sedangkan fasilitas kios terletak di sisi sebelah timur perum, atau tepatnya terletak di sebelah
Selatan Pasar Mojosongo.


Perum MB1
14 | P a g e


Ganbar 3: Letak Perum MB1di tepi Sungai Kalianyar



Gambar 4: Fasilitas masjid dan kios yang ada



3.2. Fasilitas Pendidikan
Secara umum, fasilitas pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi / akademi mudah
didapat. Jarak terdekat fasilitas TK adalah 375 meter di sebelah barat Perum MB1. Fasilitas
TK ini tepatnya terletak di Desa Bibis Baru RT 05 RW 03, Kelurahan Nusukan, Kecamatan
Banjarsari. Fasilitas SD terdekat berada di kawasan Akademi Uang dan Bank (AUB)
Surakarta. Jarak yang ditempuh untuk mencapai SD tersebut kurang lebih 625 meter. Fasilitas
SMP terdekat terletak di sebelah timur RS Dr. Oen dengan jarak kurang lebih 250 meter dari
Perum MB1. SMA N 1 dan SMA N 2 Surakarta yang berjarak kurang lebih 940 meter
terletak di sebelah Barat Daya. Fasilitas SMK terdekat yaitu SMK Kristen 4 dengan jarak
kurang lebih 625 meter di sebelah selatan perum MB1. Kemudian terdapat tiga Perguruan
Tinggi / Akademi dalam radius 875 meter, yaitu Universitas Tunas Pembangunan (875 m) di
15 | P a g e

sebelah Barat Laut, Akademi Uang dan Bank ( 625 m) Barat Laut, dan AKPER Panti Kosala
(312 m) di sebelah selatan. Sedangkan UNS berjarak 2.250 meter disebelah timur perum.

3.3.Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan di sekitar Perum MB1 juga sangat mudah di dapat. Terdapat RS Dr. Oen
di sebelah selatan perum dengan jarak kurang lebih 130 meter. Kemudian terdapat juga
RSUD Dr. Moewardi yang berjarak kurang lebih 750 meter disebelah tenggara. Selain itu
didukung pula dengan PMI yang terletak di depan RSUD Dr. Moewardi.

3.4.Fasilitas Perdagangan
Fasilitas perdagangan sangat mudah ditemui di Perum MB1. Di sebelah Timur atau di depan
kios perum terdapat Pasar Mojosongo. Pasar ini merupakan pusat perdagangan di daerah
Mojosongo.

3.5.Prasarana dan Utilitas Umum
Seluruh prasarana jalan yang ada di dalam lingkungan perum berupa jalan paving block
dengan lebar kurang lebih 3,5 meter. Sempadan jalan hanya setengah meter dan ada pula
yang tidak bersempadan dan langsung berbatasan dengan drainase. Dengan lebar tersebut
tidak ada kendala yang berarti bagi sepeda motor ataupun mobil pribadi untuk masuk-keluar
area perum. Letak perumahan yang strategis menyebabkan mudahnya aksesibilitas baik
menuju perum maupun ke pusat / daerah kota lain di Surakarta. Perum MB1 terletak di
sebelah Barat Jalan BrigJend Katamso yang merupakan salah satu jalur utama di Kota
Surakarta.


Gambar 5: Keadaan jalan

16 | P a g e

Dalam pembangunannya, pihak pengembang tidak menyediakan RTH baik publik maupun
privat, padahal penyediaan RTH ini sangat penting bagi keseimbangan ekologi. Walaupun
tidak terdapat RTH umum, di perum tersebt terdapat komunal yang terletak di sebelah selatan
jalan yang ada di tepi Sungai Kalianyar.Komunal ini sering digunakan bagi warga untuk
ngobrol atau sekedar mencari kesejukan.
Secara umum penyediaan utilitas umum seperti jaringan listrik, drainase, dan air bersih
(PDAM) sudah dijalankan dengan baik. Tidak ada masalah yang cukup berarti dari utilitas
umum tersebut. Drainase yang ada cukup lebar dan dalam untuk mengalirkan limpasan air
hujan bagi daerah diatasnya karena lahan di lingkungan perum MB1 sedikit landai ke arah
tepi sungai. Berdasarkan warga perum yang kami wawancarai, tidak ada masalah dalam
drainase ketika hujan deras tiba, begitu juga dengan sungai di sampingnya tidak akan meluap.
Selain itu, penyediaan air bersih melalui PDAM juga berjalan lancar, hanya saja dulu ada
konflik disisi pembayaran secara kolektif, namun hal itu akhirnya diselesaikan dengan
penggunaan dan pembayaran secara pribadi.


Gambar 6: Jaringan drainase yang ada


3.6.Manajemen Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah yang terjadi disana adalah sebagai berikut. Sampah yang dihasilkan oleh
warga ditampung dalam satu tempat sampah yang diletakkan di depan rumah. Dalam
prosesnya tidak terjadi pemisahan dan pengolahan sampah yang ada. Setelah terkumpul,
sampah yang ada setiap dua hari sekali diambil oleh pengumpul sampah yang disewa oleh
organisasi masyarakat yang ada. Dari sini, pengumpul sampah memindahkan sampah yang
17 | P a g e

terkumpul di gerobaknya ke TPS terdekat. Tidak terjadi pengelolaan sampah selanjutnya
yang diatur oleh lembaga tertentu di sana, hanya pemulung-pemulung sekitar yang memilih
sampah yang masih dapat dijual. Setelah itu, sampah yang masih bercampur antara organik
dan anorganik dibuang ke TPA Putri Cempo Mojosongo.

3.7. Berdekatan Dengan Pabrik Plastik
Keberadaan pabrik plastik disebelah barat perum merupakan salah satu kekurangan dari
Perum MB1. Pabrik plastik tersebut disamping mengeluarkan limbah yang berdampak pada
lingkungan perum dan sekitarnya, juga mengeluarkan bau yang tudak enak. Pembangunan
pabrik yang tidak melibatkan persetujuan dari masyarakat sekitar, menyebabkan timbul
konflik di kemudian hari dan belum terselesaikan hingga saat ini. Adapun lingkungan yang
terkena dampak adalah warga Bibis Baru RT 05 RW 03 Kelurahan Nusukan, Kecamatan
Banjarsari, warga Krajan RT 01 dan RT 02 RW 01 Kelurahan Mojosongo, dan warga Perum
MB1 RT 03 RW 01 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres. Dalam hal ini dampak
terberat dialami oleh warga Dukuh Krajan, sedangkan warga Perum MB1 hanya pasrah
karena mereka berpikiran siapa yang lebih beruang merekalah yang menang.

Gambar 7: Persebaran Fasum Fasos di Sekitar Perum MB1


18 | P a g e

BAB IV
PEMBAHASAN


4.1. Lokasi Lahan Perum MB1
Dari penjelasan diatas bahwa lahan Perum MB1 terletak di area sempadan Sungai Kalianyar.
Kawasan perum tersebut terletak ditepi sungai dan tidak menyisakan sempadannya. Padahal
jika kita melihat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 41/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, bahwa karakteristik lokasi dan kesesuaian
lahan kawasan permukimantidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/
danau/ mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan. Ditambah
dengan Permen PU No.63 Tahun 1993 Pasal 8 tentang penetapan garis sempadan sempadan
sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan pada ayat (5) disebutkan bahwa sungai
yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan
sekurang kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Selain memakan sempadan sungai, warga terkait juga dapat dipastikan mempunyai rasa
khawatir jika suatu saat Sungai Kalianyar meluap karena faktor tertentu.Menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 41 /PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis
Kawasan Budi Daya, lahan Perum MB1 sedikit agak landai namun kelandaian ini kurang dari
25% sehingga masih sesuai untuk dibangun kawasan permukiman. Dari penjelasan diatas
lokasi pembangunan perum yang memakan sempadan sungai merupakan suatu tindakan yang
melanggar peraturan yang ada.

4.2.Sarana Prasarana Utilitas Umum
Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 41 /PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya disebutkan bahwa lahan atau lokasi kawasan
permukiman mempunyai ketersediaan sumber air tanah maupun air yang diolah oleh
penyelenggara dengan jumlah yang cukup (untuk air PDAM suplai air antara 60 L/org/hari
100 liter/org/hari). Juga disebutkan bahwa lahan kawasan permukiman mempunyai drainase
yang baik sampai sedang. Jika kedua hal tersebut kami bandingkan dengan hasil wawancara
langsung kami dengan warga Perum MB1 maka tidak terdapat selisih yang jauh. Hal ini
berarti kebutuhan air bersih bagi warga Perum MB1 terpenuhi dengan baik melalui PDAM
19 | P a g e

dan drainase yang ada mampu mengalirkan arus air hujan meskipun deras. Namun sayang
saluran drainase yang ada masih dicampur dengan saluran pembuangan limbah domestik.
Begitu juga dalam hal jaringan listrik. Tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan listrik
bagi warga Perum MB1.

Gambar 8: Saluran drainase yang masih dicampur dengan limbah domestik


4.3.Fasilitas Sosial-Umum
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 41 /PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, di dalam Ketentuan Umum Dalam
Merencanakan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa kawasan permukiman harus
memiliki sarana, prasarana, dan utilitas umum serta terjangkau oleh sarana transportasi
umum. Kawasan permukiman harus didukung dengan ketersediaan fasilitas-fasilitas
pelayanan jasa dan perdagangan, pemerintahan, kesehatan, pendidikan, dan agama.
Kemudian dari tabel tabel standar penyediaan fasilitas perkotaan dapat kita ketahui bahwa
setiap fasilitas perkotaan mempunyai kriteria tertentu agar dapat diakses oleh warga sekitar.
Dalam Bab III sudah dijelaskan bahwa Perum MB1 terletak sangat dekat dengan Pasar
Mojosongo ( fasilitas jasa dan perdagangan), fasilitas pendidikan berupa TK yang berjarak
375 meter, SD berjarak 250 meter, SMP berjarak 250 meter, SMA berjarak 940 meter, SMK
berjarak 625 meter, Perguruan Tinggi 875 meter dan 2.250 meter, dan akademi 312 meter
merupakan jarak yang tidak melebihi standar yang telah ditetapkan. Jarak jarak tersebut
merupakan jarak terdekat yang bisa ditempuh bagi warga Perum MB1 untuk menikmati
fasilitas perdagangan dan pendidikan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa dalam
kegiatan merencanakan wilayah kota harus menyediakan minimal 30% untuk ruang terbuka
20 | P a g e

hijau (RTH). Peraturan ini lebih diperjelas lagi dengan PerMen PU Nomor: 05/PRT/M/2008
Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
bahwa RTH 30% tersebut 20% darinya merupakan RTH Publik dan 10% darinya merupakan
RTH Privat. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun
sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Hal inilah yang tidak
disediakan oleh pihak pengembang di awal pembangunan Perum MB1. Hanya terdapat
rentetan pohon hijau di sepanjang jalan tepi sungai yang juga terdapat komunal disana.
4.4.Manajemen Pengelolaan Sampah
Secara urutan proses, pengelolaan sampah yang ada di Perumahan MB1 sesuai denganSNI-
3242-2008 Tentang Pengelolaan Sampah Permukiman. Hal-hal seperti pemisahan sampah
organik dan anorganik di sumber penghasil sampah, pengomposan, pemilahan di TPS tidak
sesuai dengan SNI yang ada.
4.5.Dekat Pabrik
Berdasarkan Permen Perindustrian RI No 35/M-IND/PER/3/2010 Tentang Pedoman Teknis
Kawasan Industri, BAB II Mengenai Konsepsi Kawasan Industri dijelaskan bahwa lokasi
kawasan industri mempunyai jarak ideal minimal dari permukiman 2 (dua) Km. Selain itu,
pabrik juga harus memiliki amdal dalam proses pembangunannya. Terkait dengan pabrik
yang terletak disamping Perum MB1, keberadaan pabrik diawal operasinya menimbulkan
masalah bagi lingkungan sekitar. Baik limbah maupun bau dari kegiatan pabrik telah
menimbulkan protes dari warga sekitar. Namun setelah itu pabrik mengadakan amdal.
Walaupun sudah melakukan amdal an diskusi dengan warga sekitar, konflik dengan segenap
warga sampai sekarang belum terselesaikan dengan baik.

Berikut adalah tabel pembanding keseuaian eksisting di lapangan dengan aturan terkait.

Kondisi Aturan Pembahasan
Kawasan perum
tersebut terletak ditepi
sungai dan tidak
menyisakan
sempadannya
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budi Daya menjelaskan
bahwa kawasan permukiman tidak berada
pada wilayah sempadan sungai / pantai /
Tidak sesuai




21 | P a g e



















Kebutuhan air bersih
bagi warga Perum
MB1 terpenuhi dengan
baik melalui PDAM
dan drainase yang ada
mampu mengalirkan
arus air hujan
meskipun deras.
Namun sayang saluran
drainase yang ada
masih dicampur
dengan saluran
pembuangan limbah
domestik.

Perum MB1 terletak
sangat dekat dengan
Pasar Mojosongo (
fasilitas jasa dan
perdagangan),

waduk / danau / mata air / saluran pengairan /
rel kereta api dan daerah aman penerbangan.

Permen PU No.63 Tahun 1993 Pasal 8
Tentang Penetapan Garis Sempadan
Sempadan Sungai Tak Bertanggul di Dalam
Kawasan Perkotaan pada ayat (5)
menjelaskan bahwa sungai yang mempunyai
kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter,
garis sempadan ditetapkan sekurang
kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari
tepi sungai pada waktu ditetapkan

Sesuai RTRW Kota Surakarta, Sungai Kali
Anyar memiliki garis sempadan 3 meter jika
bertanggul dan 15 meter jika tidak
bertanggul.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budi Daya menjelaskan
bahwa:
lahan atau lokasi kawasan permukiman
mempunyai ketersediaan sumber air tanah
maupun air yang diolah oleh
penyelenggara dengan jumlah yang cukup
(untuk air PDAM suplai air antara 60
L/org/hari 100 liter/org/hari)
lahan kawasan permukiman mempunyai
drainase yang baik sampai sedang


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budi Daya menjelaskan
kawasan permukiman harus memiliki sarana,
prasarana, dan utilitas umum serta terjangkau
oleh sarana transportasi umum. Kawasan
permukiman harus didukung dengan
ketersediaan fasilitas-fasilitas pelayanan jasa
dan perdagangan, pemerintahan, kesehatan,
pendidikan, dan agama (mempunyai kriteria
tertentu agar dapat diakses oleh warga
sekitar)


















Sesuai














Sesuai






22 | P a g e

Kondisi Aturan Pembahasan
Fasilitas Pendidikan :
TK berjarak 375
meter,
SD berjarak 250
meter,
SMP berjarak 250
meter,
SMA berjarak 940
meter,
SMK berjarak 625
meter,
Perguruan Tinggi
875 meter dan 2.250
meter, dan akademi
312 meter


Fasilitas Kesehatan yaitu
Apotek berjarak 375
meter
RS Dr. Oen dengan
jarak kurang lebih
130 meter.
RSUD Dr.
Moewardi dan PMI
berjarak kurang lebih
750 meter
SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan menjelaskan bahwa:
TK beradius 500 meter,
SD beradius1000 meter,
SMP beradius 1000 meter,
SMA/SMK beradius 3000 meter










SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan menjelaskan bahwa apotek
beradius 1.500 meterdan dapat dijangkau
dengan kendaraan umum.



Sesuai

















Sesuai




23 | P a g e

Kondisi Aturan Pembahasan
RTH tidak disediakan
oleh pihak pengembang
di awal pembangunan
Perum MB1, hanya
terdapat rentetan pohon
hijau di sepanjang jalan
tepi sungai yang
jugaterdapatkomunal
disana
Pemakaman umum
terletak dekat SD
Debegan sekitar 250
meter dari Perum MB!










Prasarana jalan yang ada
di Perumahan MBI
selebar 3,5 meter dengan
sempadan 0,5 meter.
Perumahan MBI ini
memiliki aksesibilitas
sangat baik untuk
mencapai sarana
perkotaan yang ada.



Sampah yang dihasilkan
oleh warga ditampung
dalam satu tempat
sampah yang diletakkan
di depan rumah. Dalam
prosesnya tidak terjadi
pemisahan dan
pengolahan sampah yang
ada. Setelah terkumpul,
sampah yang ada setiap
dua hari sekali diambil
oleh pengumpul sampah
yang disewa oleh
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang
Dalam kegiatan merencanakan
wilayah kota harus menyediakan
minimal 30% untuk ruang terbuka
hijau (RTH).
PerMen PU Nomor: 05/PRT/M/2008
Tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan
RTH 30% tersebut 20% darinya
merupakan RTH Publik dan 10% darinya
merupakan RTH Privat. Proporsi 30%
merupakan ukuran minimal untuk
menjamin keseimbangan ekosistem kota,
baik keseimbangan sistem hidrologi dan
keseimbangan mikroklimat, maupun
sistem ekologis lain yang dapat
meningkatkan ketersediaan udara bersih
yang diperlukan masyarakat, serta
sekaligus dapat meningkatkan nilai
estetika kota

Pedoman penentuan standar pelayanan
minimal (SPM) berdasarkan Kepmen
Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001
menjelaskan mengenai standar pelayanan
jalan lingkungan adalah panjang jalan 40
60 m/Ha dengan lebar 2 5 m, tingkat
pelayanan adalah kecepatan rata rata
kendaraan 15 s/d 20 km/jam. Kualitas
jalan adalah sebagai akses ke semua
bagian kota dengan mudah.


Menurut SNI-3242-2008 bahwa lembaga
atau organisasi yang mengelola sampah
adalah pihak swasta, organisasi
kemasyarakatan, dan jika mengeluarkan
sampah B3 ditangani khusus oleh
lembaga tertentu. Pola pengelolaan
sampah adalah sebagai berikut, sampah
dari sumber (rumah tangga) ditampung
pada 2 tempat sampah, tempat sampah
organik dan tempat sampah anorganik.
Penampungan sampah dapat dilakukan
scara individual atau secara komunal.
Sampah organik dilakukan pengomposan
Tidak sesuai






















Sesuai











Tidak Sesuai












24 | P a g e

organisasi masyarakat
yang ada. Dari sini,
pengumpul sampah
memindahkan sampah
yang terkumpul di
gerobaknya ke TPS
terdekat. Tidak terjadi
pengelolaan sampah
selanjutnya yang diatur
oleh lembaga tertentu di
sana, hanya pemulung-
pemulung sekitar yang
memilih sampah yang
masih dapat dijual.
Setelah itu, sampah yang
masih bercampur antara
organik dan anorganik
dibuang ke TPA Putri
Cempo Mojosongo.



Pabrik yang terletak
disamping Perum MB1,
limbah dan bau dari
kegiatan pabrik telah
menimbulkan protes dari
warga sekitar. Walaupun
sudah melakukan amdal
dan diskusi dengan warga
sekitar, konflik dengan
segenap warga sampai
sekarang belum
terselesaikan dengan
baik.

oleh warga penghasil sampah, sedangkan
sampah anorganik ditampung di tempat
sampah. Sampah yang terkumpul
minimal dua hari diambil oleh
pengumpul sampah untuk dikumpulkan
ke TPS terdekat. Petugas pengumpul
sampah dapat dipilih oleh
swasta/developer atau organisasi
masyarakat. Sampah yang terkumpul di
TPS kemudian dilakukan pemisahan
antara yang organik dan anorganik.
Ketika di TPS juga dilakukan pemisahan
sampah yang masih dapat dilakukan daur
ulang. Redusi sampah (sampah yang
tidak berguna) dibuang ke TPA







Berdasarkan Permen Perindustrian RI No
35/M-IND/PER/3/2010 Tentang
Pedoman Teknis Kawasan Industri
Lokasi kawasan industri mempunyai
jarak ideal minimal dari permukiman
2 (dua) Km.
Pabrik juga harus memiliki amdal
dalam proses pembangunannya.























Tidak sesuai



25 | P a g e

BAB V
PENUTUP

Dari penjelasan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar standar dan
norma dalam proses perencanaan pembangunan permukiman terpenuhi. Adapun standar
standar yang terpenuhi antara lain mengenai penyediaan utilitas umum seperti jaringan listrik,
drainase, dan air bersih, kemudian standar dalam penyediaan fasum fasos meliputi sarana
pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan ibadah, serta manajemen pengelolaan
sampah.Sedangkan beberapa standar yang tidak terpenuhi antara lain mengenai
pembangunan Perum MB1 yang memakan area sempadan sungai dan tidak tersedianya RTH
baik publik maupun privat.













26 | P a g e

SUMBER DATA :
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya
SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di
Perkotaan
Peraturan Menteri PU Nomor:05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Undang Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 34 /Permen/M/2006 Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana Dan Utilitas (PSU)
Kawasan Perumahan.
Permen PU No.63 PRT Tahun 1993
Permen Perindustrian RI No 35/M-IND/PER/3/2010 Tentang Pedoman Teknis
Kawasan Industri
Wawancara Langsung dengan warga Perum BM1 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan
Jebres

You might also like