You are on page 1of 11

Gangguan Jiwa

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi
dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa
yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan biopsikososial (Stuart & Sundeen,
1998).
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwadapat
menyerang semua usia. Sifat serangan penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di
masyarakat ada stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan
dan aib bagi keluarganya. Pandangan lain yang beredar di masyarakat bahwa gangguan jiwa disebabkan
oleh guna-guna orang lain. Ada kepercayaan di masyarakat bahwa gangguan jiwa timbul karena
musuhnya roh nenek moyang masuk kedalam tubuh seseorang kemudian menguasainya (Hawari,2003).
Faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa bervariasi tergantung pada jenis-jenis gangguan jiwa yang
dialami. Secara umum gangguan jiwa disebabkan karena adanya tekanan psikologis yang disebabkan
oleh adanya tekanan dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu. Beberapa hal yang menjadi
penyebab adalah ketidaktahuan keluarga dan masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini, serta ada
beberapa stigma mengenai gangguan jiwa ini (Hawari,2001). Berdasarkan Laporan World Health
Organization (WHO) tahun 2007,
Prevalensi penderita tekanan psikologis ringan adalah 20-40%, dan mereka tidak membutuhkan
pertolongan spesifik. Prevalensi penderita tekanan psikologis sedang sampai berat yaitu 30-50%,
membutuhkan intervensi sosial dan dukungan psikologis dasar, sedangkan gangguan jiwa ringan sampai
sedang (depresi,dan gangguan kecemasan)yaitu 20%, dan gangguan jiwa berat(depresi berat, gangguan
psikotik) yaitu 3-4% memerlukan penanganan kesehatan jiwa yang dapat diakses melalui pelayanan
kesehatan umum dan pelayanan kesehatan jiwakomunitas (Kaplan, 2002).
B. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
Di dalam pembuatan makalah ini ada beberapa tujuan yang kami jabarkan, diantaranya adalah:
1. Mengetahui tentang pengertian gangguan jiwa.
2. Mengetahui penyebab dari gangguan jiwa.
3. Mengetahui penggolongan gangguan jiwa.
4. Mengetahui tanda dan gejala gangguan jiwa.
5. Mengetahui penanganan gangguan jiwa.
























BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN GANGGUAN JIWA
Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena
hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya
terhadap dirinya sendiri-sendiri (Djamaludin, 2001).
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir(cognitive), kemauan(volition), emosi(affective),
tindakan(psychomotor). (Yosep, 2007)
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi
dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat, dan lingkungan.
B. PENYEBAB GANGGUAN JIWA
Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang
lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak
terbatas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga
gangguan jiwa yang disebabkan factor organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak (Djamaludin,
2001).
Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa menurut Santrock (1999) dibedakan atas :
1. Sebab-sebab jasmaniah/ biologic
a. Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam mengakibatkan kepekaan
untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan factor lingkungan kejiwaan
yang tidak sehat.
b. Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu,
Misalnya yang bertubuh gemuk/endoform cenderung menderita psikosa manik depresif, Sedang yang
kurus/ectoform cenderung menjadi skizofrenia.
c. Temperamen
Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki
kecenderungan mengalami gangguan jiwa.
d. Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung,kanker dan sebagainya, mungkin menyebabkan
merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapatmenyebabkan rasa rendah
diri.
2. Sebab Psikologik
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap,
kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada
keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.
a. Masa bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 3 tahun, dasar perkembangan yang dibentuk pada
masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa
hangat/ aman bagi bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan
bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan
berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan. Sebaiknya
dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan terlindungi, sebaliknya, pemberian
yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.
b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan otoritas. Penolakan orang tua
pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan
mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah
menentang dan memberontak. Anak yang tidak mendapat kasih sayang, tidak dapat menghayati disiplin,
tak ada panutan,pertengkaran dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa
tidak aman. Hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan
kepribadian pada anak dikemudian hari.
c. Masa Anak sekolah
Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa ini, anak mulai
memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga. Kekurangan atau cacat
jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam hal ini sikap lingkungan sangat
berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya melakukan kompensasi yang positif
atau kompensasi negatif. Sekolah adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan
kemampuan bergaul dan memperluas sosialisasi,menguji kemampuan, dituntut prestasi, mengekang
atau memaksakan kehendaknya meskipun tak disukai oleh si anak.
d. Masa Remaja
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang penting yaitu timbulnya tanda-
tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan, pada masa ini
terjadi pergolakan- pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba
kemampuannya, di suatu pihak ia merasa sudah dewasa (hak-hak seperti orang dewasa), sedang di lain
pihak belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentris
bersifat menentang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering
terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan
kepribadian di usia remaja.
e. Masa Dewasa muda
Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup memiliki
kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada
masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila mengalami masalah
pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan jiwa.
f. Masa dewasa tua
Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Sebagian
orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri. pesimis. Keluhan
psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan
mungkin usaha bunuh diri.
g. Masa Tua
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini Berkurangnya daya tanggap, daya ingat,
berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan social ekonomi menimbulkan rasa
cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang di
lingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat
menimbulkan kesulitan emosional yang cukup hebat.
3. Sebab Sosio Kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat.
Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas
menentukanwarnagejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan
tersebut.
Menurut Santrock (1999) Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut :
a. Cara-cara membesarkan anak
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter ,hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak
hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul
atau justru menjadi penurut yang berlebihan.
b. Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu
dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang
diajarkan di rumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.
c. Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada
Iklan-iklan di radio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan bayangan-bayangan yang
menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Akibat
rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu
yang merugikan masyarakat.
d. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi
Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin meningkat dan makin ketat untuk
meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar
dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran
meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor
gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat
terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang
abnormal.
e. Perpindahan kesatuan keluarga
Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan
(kebudayaan dan pergaulan), sangat cukup mengganggu.
f. Masalah golongan minoritas
Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat mengakibatkan rasa
pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-
tindakan yang merugikan orang banyak.
C. PENGGOLONGAN GANGGUAN JIWA
Penggolongan gangguan jiwa sangatlah beraneka ragam menurut para ahli berbeda-beda dalam
pengelompokannya, menurut Maslim (1994) macam-macam gangguan jiwa dibedakan menjadi
gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham,
gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang
berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa
dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional
dengan onset masa kanak dan remaja.
1. Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang
terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak
dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat
kurang (Maramis, 1994).
Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya
abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa
timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati
biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak cacat.
2. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih
dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi
juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai
dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain
sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan
penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang
mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai
karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup
menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan
takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal
yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai.
3. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka
memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu
keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik
(Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas
kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995)
mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan,
sedang, berat dan kecemasan panic.
4. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala neurosa
berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan inteligensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh
dikatakan bahwa gangguan kepribadian, neurosa dan gangguan inteligensi sebagian besar tidak
tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian
paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian
anankastik atau obsesif-kompulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial,
Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat.
5. Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi
jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit
badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu
itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang
menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah
yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi
psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu
daripada pembagian akut dan menahun.
6. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi
perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan
fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat
disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah
yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
7. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan social.

Sedangkan menurut Yosep (2007) penggolongan gangguan jiwa dan dibedakan menjadi :
1. Neurosa
Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis dimana tidak ada rangsangan
yang spesifik yang menyebabkan kecemasan tersebut.
2. Psikosa
Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita
dengan fantasi dirinya. Hasilnya terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat pula
diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya,
tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit tersebut.






D. TANDA DAN GEJALA GANGGUAN JIWA
Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007) adalah
sebagai berikut :
1. Ketegangan (tension),
Rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria,
rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.
2. Gangguan kognisi pada persepsi
Merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik
genting, membakar rumah, padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut
sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat
berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau
merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain.
3. Gangguan kemauan
Klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku,
susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
4. Gangguan emosi
Klien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting,
sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat sedih,
menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya.
5. Gangguan psikomotor
Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju
mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau menentang apa yang disuruh,
diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh. (Yosep, 2007)




E. PENANGANAN GANGGUAN JIWA
1. Terapi psikofarmaka
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat
(SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi
gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien (Hawari, 2001). Obat
psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-
ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat psikotropik
antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika (Hawari, 2001).
2. Terapi somatic
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak
dapat mengganggu system tubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah Electro Convulsive Therapy.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan
pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang
grand mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik tercapai. Mekanisme kerja ECT sebenarnya
tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan biokimia di dalam
otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan. (Townsend alih
bahasa Daulima,
2006).
3. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan
mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang
adaptif.
Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
a. Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan individual
antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara
perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang
disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui
hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan. Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan
konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress)
emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
b. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada
klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan
rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan
berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
c. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan
perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian
dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor
tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak
akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan
tersebut. Fokus asuhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-
harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
d. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan
(treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk
itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan
fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya. Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang
dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya
masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri;
apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk
kemudian mencari
solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi
keluarga seperti yang seharusnya.
e. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan
perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan
sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan
hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive.
Terapi Perilaku Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat
proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang
tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah: Role model, Kondisioning operan,
Desensitisasi sistematis, Pengendalian diri dan Terapi aversi atau rileks kondisi.
f. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat berkomunikasi
dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat
mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan
intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.

You might also like