You are on page 1of 6

Vol. 1 (1), 2006, h.

7-12
Dapat dibaca di www.kimiawan.org/journal/jki

Jurnal Kimia Indonesia
Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O dan
[N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O
Kiki Adi Kurnia,
1
Djulia Onggo,
1
Dave Patrick,
2
K. L. Stevenson
2
1
Kimia Fisik dan Anorganik, FMIPA ITB
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
2
Chemistry Department, Purdue University
Fort Wayne, Indiana 46805, Amerika Serikat
Email: djulia@chem.itb.ac.id
Abstrak. Senyawa kompleks K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O dan [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O telah
berhasil disintesis. Rumus kimia kedua senyawa tersebut ditentukan dari kadar ion-ion penyusunnya.
Ikatan ion oksalat pada ion logam telah diamati dari spektrum IR pada 520490 cm
1
dan 460405
cm
1
sedangkan puncak pada 16501610 cm
1
dan 810780 cm
1
menunjukkan peran ion oksalat
sebagai ligan jembatan. Ligan oksalat pada senyawa kompleks terkoordinasi secara oktahedral. Ini
diamati dari spektrum elektronik pada daerah sinar tampak. Senyawa [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O
merupakan kompleks polimer yang ditandai dengan hantaran molar yang relatif kecil, sekitar 50-60
S. Pada suhu ruang, kedua senyawa kompleks bersifat paramagnet. Momen magnet K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O bernilai 3,8 BM sesuai dengan keberadaan tiga elektron tidak berpasangan pada ion
Cr(III). Pengukuran kerentanan magnet senyawa [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O pada rentang 1-300
K menunjukkan bahwa senyawa kompleks ini memiliki interaksi feromagnet, dengan tetapan Weiss
+ 4,31 dan suhu Curie, T
c
, terjadi pada 25 K. Senyawa [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O memberikan
momen magnet maksimum 49 BM pada suhu 1 K.
Kata kunci: ligan oksalat, feromagnet, kompleks polimer, ligan jembatan, paramagnet.
Pendahuluan
Ion oksalat merupakan ligan yang istimewa
karena mampu membentuk senyawa kompleks
dengan berbagai ion logam transisi menghasilkan
senyawa dengan sifat dan karakter yang bervariasi.
Ion oksalat memiliki empat atom donor namun
hanya dua atom yang menjadikannya sebagai ligan
bidentat yang berikatan dengan ion logam
membentuk senyawa kompleks mono, bis dan tris
oksalat. Ion oksalat juga dapat berfungsi sebagai
ligan jembatan yang menghubungkan lebih dari
satu inti ion logam transisi, baik ion logam yang
sejenis maupun berbeda jenis sehingga membentuk
kompleks polimer berdimensi satu, dua, bahkan
tiga.
1
Senyawa kompleks oksalat dengan satu ion
pusat disebut senyawa kompleks mononuklir
oksalat dan senyawa kompleks dengan dua ion
pusat, baik sama maupun berbeda, disebut senyawa
kompleks binuklir oksalat. Struktur ion oksalat
dapat dilihat pada Gambar 1.
Senyawa kompleks mononuklir oksalat dengan
ion Cr
3+
sebagai ion pusatnya menunjukkan sifat
thermochromic, yaitu perubahan warna yang
disebabkan oleh suhu dan gugus optis aktif.
2

Senyawa kompleks binuklir oksalat memiliki
struktur bervariasi yang terdiri dari jaringan ion-
ion logam bi- dan tri-valensi berkoordinasi dengan
oksalat sebagai ligan jembatan membentuk
lapisan-lapisan berdimensi satu sampai tiga.
Dengan struktur ini ion oksalat berperan sebagai
mediator pertukaran sifat magnet di antara ion-ion
logam tersebut.
Gambar 1. Struktur ion oksalat
Senyawa kompleks binuklir-oksalat yang me-
miliki sifat magnet unik adalah senyawa kompleks
A[M(II)Cr(III)(C
2
O
4
)
3
] dengan A adalah kation
N(n-C
4
H
9
)
4
]
+
, dan M(II) adalah ion logam Co, Ni,
Mn, dan Fe. Senyawa kompleks tersebut bersifat
feromagnet dengan suhu Curie, T
c
, berkisar antara
6 14 K.
3
Penggantian ion krom(III) dengan ion
besi (III) membentuk kompleks
A[M(II)Fe(III)(C
2
O
4
)
3
] dengan M(II) adalah ion
Kiki Adi Kurnia, Djulia Onggo, Dave Patrick, K.L Stevenson
Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(1), 2006
8
logam Ni dan Fe, ternyata menunjukkan sifat
ferimagnet dengan suhu Neel, T
N
, pada 28 K dan
43 K.
4
Jika M(II) yang digunakan pada senyawa
tersebut adalah ion mangan(II), ternyata perilaku
antiferimagnet teramati pada suhu sekitar 50 K.
Sintesis kompleks mono dan bi-nuklir dengan
ligan oksalat dilakukan untuk mendapatkan infor-
masi keterkaitan struktur dan sifat magnet senyawa
kompleks yang terbentuk.
Percobaan
Sintesis K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O. Pada pe-
nelitian ini, dilakukan dua teknik sintesis senyawa
kompleks K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O. Pada meto-
de yang pertama, sebanyak 4 gram kalium
dikromat dilarutkan dalam 5 mL air mendidih.
Setelah larut sempurna, ke dalam larutan ini
ditambahkan larutan 12 gram asam oksalat dihidrat
dalam 10 mL air mendidih. Larutan didinginkan
perlahan hingga terbentuk padatan. Padatan yang
terbentuk disaring dengan menggunakan kaca
masir dan dicuci menggunakan etanol dingin.
Kemudian padatan dikeringkan dalam desikator.
Metode kedua dilakukan dengan jumlah bahan
yang sama namun prosedur sintesis berbeda. Asam
oksalat dihidrat dan kalium dikromat, keduanya
dimasukkan ke dalam mortar dan digerus hingga
halus kemudian dipindahkan ke dalam gelas kimia
100 mLdan ditambahkan 5 tetes air panas. Reaksi
kimia segera terjadi yang teramati dengan warna
larutan menjadi makin gelap. Kemudian sebanyak
20 mL etanol ditambahkan ke dalam larutan
tersebut sambil dipanaskan menggunakan pemanas
listrik. Pemanasan berlangsung sampai volumenya
menjadi setengah dari volume awal. Setelah itu la-
rutan didinginkan secara perlahan hingga terbentuk
padatan. Padatan yang terbentuk disaring dengan
menggunakan kaca masir dan dicuci dengan meng-
gunakan etanol dingin. Padatan dikeringkan di
dalam desikator.
Sintesis [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O.
Sebanyak 4,87 gram senyawa kompleks
K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
]. 3H
2
O dimasukkan ke dalam gelas
kimia 100 mL dan dilarutkan dalam 5 mL air.
Larutan dipanaskan menggunakan pemanas listrik,
dan ke dalam larutan ini ditambahkan 2,78 gram
FeSO
4
.7H
2
O sambil diaduk hingga semua padatan
melarut. Pada larutan ini ditambahkan 3,23 gram
N(n-C
4
H
9
)
4
Br yang telah dilarutkan dengan sedikit
air. Larutan didinginkan perlahan hingga terbentuk
padatan yang kemudian dipisahkan dan dicuci
dengan air dingin dan dikeringkan dalam desikator.
Hasil dan Pembahasan
Sintesis K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O yang dilaku-
kan melalui dua teknik sintesis yang berbeda
ternyata menghasilkan dua padatan senyawa kom-
pleks yang berbeda. Pada metode yang pertama,
dihasilkan padatan berwarna merah-ungu, sedang-
kan pada metode yang kedua dihasilkan padatan
berwarna ungu. Padatan berwarna merah-ungu
relatif mudah terbentuk tetapi kelarutannya cukup
tinggi dalam air sehingga rendeman yang diperoleh
hanya 68%. Sedangkan padatan berwarna ungu,
relatif sulit terbentuk dan kelarutannya juga cukup
tinggi dalam air dan rendemen yang diperoleh
berkisar 64%. Hasil analisis unsur dan gugus pe-
nyusun kedua senyawa ini tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti, kedua senyawa tersebut
memiliki rumus kimia yang sama dan keduanya
merupakan senyawa kompleks mononuklir.
Senyawa kompleks binuklir yang telah di-
sintesis berupa serbuk berwarna kuning keemasan,
dengan rumus kimia [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].
H
2
O yang dihitung atas dasar hasil analisis ion dan
gugus pendukungnya. Sintesis senyawa ini relatif
lebih sulit dilakukan dibandingkan sintesis
senyawa kompleks oksalat mononuklir. Waktu
yang diperlukan untuk pembentukan produk lebih
lama dan rendemen yang diperoleh relatif rendah
yaitu sekitar 32%. Ini disebabkan kelarutan
senyawa kompleks yang cukup tinggi dalam air,
bahkan dalam air dingin sekalipun. Hasil analisis
unsur-unsur penyusun senyawa kompleks terang-
kum pada Tabel 1.
Karakterisitik adanya ion oksalat dalam
senyawa kompleks dapat diamati dari spektrum
inframerah. Pada spektrum inframerah senyawa
kompleks mononuklir oksalat, adanya ion oksalat
dapat diamati pada bilangan gelombang 1660 cm
1
,
dan ikatan ligan oksalat pada ion logam
ditunjukkan oleh puncak pada bilangan gelombang
520490 cm
1
and 460400 cm
1
. Selain itu puncak
lebar pada 3400-3350 cm
-1
mengindikasikan
adanya molekul air. Dalam senyawa kompleks
binuklir oksalat, ion oksalat menunjukkan getaran
asimetri (C=O) pada 1655 cm
-1
dan (CO) pada
897 cm
-1
. Vibrasi pada 16501610 cm
1
dan 810
780 cm
1
mengindikasikan ion oksalat sebagai
ligan jembatan yang menghubungkan ion-ion
logam, dan puncak pada 3300-3500 cm
-1
menunjukkan adanya molekul amina kuarterner.
Spektrum inframerah ion oksalat bebas, ion oksalat
sebagai ligan bidentat dan ion oksalat sebagai ligan
jembatan dapat dilihat pada Gambar 2.
Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O dan [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O
9
Spektrum elektronik ion Cr
3+
pada senyawa
kompleks oktahedral menunjukkan dua serapan
maksimum pada daerah tampak yaitu pada panjang
gelombang 418 nm yang sesuai dengan transisi
4
T
2g

4
A
2g
dan pada 588 nm yang sesuai dengan
transisi
4
T
1g

4
A
2g
. Puncak yang diamati pada
spektrum elektronik kompleks [N(n-bu)
4
]
[CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O hanya pada 595 nm yang
menunjukkan transisi
4
T
1g

4
A
2g
ion Cr
3+
dalam
medan oktahedral. Puncak kedua untuk transisi
4
T
2g

4
A
2g
tidak teramati karena puncak ini
terhalangi oleh serapan ion Fe
2+
yang sangat tinggi
pada panjang gelombang di bawah 400 nm.
Spektrum elektronik senyawa kompleks binuklir
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Senyawa kompleks mononuklir K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O merupakan senyawa ion 1:1
sedangkan binuklir [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].
H
2
O tidak memiliki daya hantar yang sesuai untuk
senyawa ion, oleh karena itu senyawa binuklir ini
disebut kompleks polimer. Data hantaran molar
senyawa kompleks dapat dilihat pada Tabel 2.
Padatan ungu larut dalam air menghasilkan
larutan berwarna ungu, namun warna larutan ini
segera berubah warnanya menjadi hijau. Demikian
pula dengan padatan merah ungu, larut dalam air
menghasilkan warna merah, namun warna larutan
ini segera berubah menjadi berwarna merah ungu
dan akhirnya dihasilkan larutan berwarna hijau
gelap. Warna hijau yang dihasilkan adalah warna
larutan senyawa kompleks K[Cr(C
2
O
4
)
3
].
Ketidakstabilan kedua senyawa kompleks ini
dalam air sesuai dengan hasil yang telah
dilaporkan oleh Stevenson.
5
Ketidakstabilan senyawa kompleks
K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O bukan hanya dapat
diamati dalam larutan air saja, namun dapat
diamati juga menggunakan parameter waktu. Pada
saat awal sintesis, dihasilkan padatan merah ungu
mengkilap, yang telah diketahui merupakan
senyawa kompleks trans-K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].
2H
2
O. Lima bulan kemudian, warna padatan merah
ungu mengkilap telah berubah warnanya menjadi
ungu. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
kompleks trans-K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O relatif
tidak stabil dibandingkan dengan isomernya, cis-
K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O. Seperti halnya senyawa
kompleks mononuklir oksalat yang tidak stabil
Tabel 1. Hasil Analisis Unsur-unsur Penyusun Senyawa Kompleks
Komponen Penyusun (%) Senyawa Kompleks
K
+
Cr
3+
C
2
O
4
2-
H
2
O
Padatan Merah Ungu 10,95
(11,50)
15,25
(15,34)
52,25
(51,52)
20,75
(21,24)
Padatan Ungu 10,88
(11,50)
15,30
(15,34)
53,05
(51,52)
20,55
(21,24)
Komponen Penyusun (%) Senyawa Kompleks
Cr
3+
M
2+
C
2
O
4
2-
C H N
[N(n-bu)
4
][CrCu(ox)
3
] 8,36
(8,36)
10,15
(10,22)
43,43
(43,47)
42,45
(42,47)
5,77
(5,79)
2,25
(2,25)
Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan perhitungan teoritis
(a) (b) (c).
Gambar 2 Spektrum inframerah (a). asam oksalat. (b) K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O
(c) [N(n- C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)3].H
2
O
Kiki Adi Kurnia, Djulia Onggo, Dave Patrick, K.L Stevenson
Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(1), 2006
10
terhadap parameter waktu, pada senyawa kompleks
binuklir juga teramati sifat ini, yaitu pada senyawa
kompleks [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O. Pada
awal sintesis, warna padatan senyawa kompleks
yang dihasilkan adalah kekuningan. Lima bulan
kemudian, warna senyawa kompleks yang
dihasilkan telah berubah warnanya, yaitu coklat
gelap.
Pengukuran sifat magnet menunjukkan bahwa
semua senyawa kompleks bersifat paramagnet
pada suhu kamar. Besarnya momen magnet
senyawa kompleks K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O,
sesuai dengan keberadaan tiga elektron tidak
berpasangan pada ion Cr
3+
dengan S
Cr
= 3/2.
Momen magnet senyawa kompleks [N(n-
C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O lebih besar dibanding
secara teoritis yang dihitung dari efek spin saja.
Ini berarti, momen magnet yang dihasilkan bukan
hanya disebabkan oleh momen spin saja, tetapi
juga dihasilkan dari sumbangan momen orbital.
Momen magnet senyawa kompleks dirangkum
pada Tabel 3.
Tabel 3. Momen Magnet Senyawa Kompleks

eff
(BM) Senyawa Kompleks
Teoretis Praktis
c-K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O 3,87 3,65
t-K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O 3,87 3,74
[N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
] 6,24 6,71
Keterangan: Angka dalam kurung menunjukkan
perhitungan teoritis
Hasil pengukuran kerentanan magnet molar
senyawa kompleks [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
]
menunjukkan bahwa pada rentang 300 25 K
penurunan suhu menyebabkan kerentanan molar
meningkat secara perlahan. Namun, pada suhu
sekitar 25 K, penurunan suhu menyebabkan
terjadinya lonjakan kenaikan kerentanan molar
secara drastis. Ini menunjukkan senyawa
kompleks binuklir [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
]
memiliki suhu Curie, T
c
, yaitu 25 K. Alur
kerentanan magnet terhadap rentang suhu 1 300
K dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Spektrum elektronik senyawa kompleks
Tabel 2. Data Hantaran Molar Senyawa Kompleks
Larutan Pelarut (S)* Jumlah
Ion
Perbandingan
Ion (+ : -)
NaCl air 127,71 2 1 : 1
MgCl
2
.6H
2
O air 273,62 3 1 : 2
AlCl
3.
6H
2
O air 421,13 4 1 : 3
c-K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O MeOH** 124,65 2 1 : 1
t-K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O MeOH** 124,76 2 1 : 1
[N(n-C
4
H
9
)
4
][CrCu(C
2
O
4
)
3
] air 52,55 - -
* Nilai hantaran telah dikoreksi terhadap nilai hantaran air.
** Nilai hantaran telah dikoreksi terhadap nilai hantaran metanol.
[N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O
Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O dan [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O
11
Gambar 4. Kurva pengaluran kerentanan magnet molar
terhadap suhu.
Pada suhu 25300 K, kerentanan magnet molar
senyawa kompleks [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
]
mengikuti hukum Curie-Weiss. Pengaluran
1/(kerentanan magnet) terhadap suhu
menghasilkan kurva dengan cekungan ke atas yang
menunjukkan interaksi feromagnet pada senyawa
kompleks [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
]. Dengan
membuat persamaan garis lurus yang melalui
kurva pengaluran 1/(kerentanan magnet) terhadap
suhu dihasilkan garis dengan persamaan y =
0.0013x 0,0056. Persamaan garis ini sesuai
dengan Persamaan Curie-Weiss 1/
M =
T/C /C.
Dari persamaan ini dapat diperoleh nilai tetapan
Weiss, , sebesar +4,31. Nilai yang positif
menunjukkan interaksi magnet yang terjadi antar
inti ion Cr
3+
dan Fe
2+
adalah feromagnet. kurva
pengaluran 1/
M
terhadap suhu dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Kurva pengaluran 1/
M
terhadap suhu.
Pada suhu 1 K momen magnet yang dihasilkan
sebesar 49 BM. Nilai yang dihasilkan ini jauh
lebih besar dibanding dengan nilai momen magnet
pada suhu kamar. Ini menunjukkan bahwa pada
suhu rendah terjadi interaksi feromagnet. Kurva
momen magnet terhadap suhu dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Pengaluran momen magnet terhadap suhu
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan
senyawa kompleks yang berhasil disintesis me-
miliki rumus kimia K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O dan
[N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O. Senyawa kom-
pleks K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O memiliki dua
isomer yaitu cis-K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O yang
berwarna ungu dan trans-K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].
2H
2
O yang berwarna merah-ungu. Padatan isomer
trans-K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O dapat berubah
menjadi cis-K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O dalam
selang waktu lima bulan. Ini ditandai dari per-
ubahan warna padatan senyawa kompleks. Kedua
isomer K[Cr(C
2
O
4
)
2
(H
2
O)
2
].2H
2
O larut dalam air
dan larutannya relatif tidak stabil untuk
menghasilkan senyawa kompleks K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].
Demikian pula dengan ketidakstabilan senyawa
kompleks [N(n-C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O yang
mengalami perubahan warna dari kuning keemasan
menjadi coklat tua.
Ikatan antara kedua inti melalui ligan jembatan
oksalat telah diamati pada 16501610 cm
1
dan
810780 cm
1
. Ligan oksalat terkoordinasi secara
okatahedral pada kedua inti ion logam. Ini di-
buktikan dari spektrum elektronik senyawa
kompleks binuklir oksalat pada daerah sinar
tampak. Senyawa kompleks [N(n-C
4
H
9
)
4
]
[CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O memiliki struktur kompleks
polimer. Ini dibuktikan dari nilai hantaran yang
relatif kecil dalam pelarut air, yaitu sekitar 50-60
S. Semua senyawa kompleks oksalat yang
dihasilkan menunjukkan sifat paramagnet pada
suhu kamar. Pada suhu rendah, senyawa kompleks
binuklir oksalat dengan rumus kimia [N(n-
C
4
H
9
)
4
][CrFe(C
2
O
4
)
3
].H
2
O menunjukkan interaksi
feromagnet dengan T
c
terjadi pada 25 K dan nilai
momen magnet 49 BM pada 1 K serta tetapan
Weiss + 4,31.
Kiki Adi Kurnia, Djulia Onggo, Dave Patrick, K.L Stevenson
Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(1), 2006
12
Penghargaan. Penulis mengucapkan terima
kasih pada Program Studi Kimia, FMIPA, Institut
Teknologi Bandung untuk kesempatan melakukan
penelitian, dan pada Chemistry Department,
Purdue University, Fort Wayne, Indiana, untuk
pengukuran kerentanan magnet pada rentang suhu
rendah.
Pustaka
1. Kahn, O; Angew. Chem., Int. Ed. Engl, 1985, 24.
2. Benard, S., Yu, P., Coradin, T., Riviere, E.,
Nakatani, K., Clement, R. Adv. Mater. 1997, 9, 981.
3. Tamaki, H., Zhong, Z. J., Matsumoto, N., Kida, S.,
Koikawa, M., Achiwa, N., Hashimoto Y., Okawa,
H. J. Am. Chem. Soc., 1992, 114, 6974-6979.
4. Okawa, H., Matsumoto, N., Tamaki, H., Ohba., M.
Mol. Cryst. Liq. Cryst. 1993, 233, 25.
5. Stevenson, K.L., J.Ing.Nucl.Chem. 1971, 33, 147-
151.

You might also like