You are on page 1of 3

KASUS PENGUNGKAPAN INFORMASI MATERIAL PGN

Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk di indikasi bermula dari
jatuhnya penjualan saham perusahaan tersebut dibursa efek dimana terjadi penurunan
secara signifikan harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa Efek Jakarta, yaitu
dari Rp 9.650,00 (harga penutupan pada tanggal 11 januari 2006) menjadi Rp 7.400,00 per
lembar saham pada tanggal 12 januari 2007.
Penurunan harga saham yang signifikan tersebut sangat erat hubungannya dengan
siaran pers yang dilakukan manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sehari sebelum (11
januari 2007). Dalam siaran pers tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana
besarnya volume gas yang akan dialirkan dalam proyek komersialisasi pemipaan gas PT
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat, yaitu mulai
dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Dan terdapat Pernyataan bahwa
tertundanya proyek gas in tersebut yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006
tertunda menjadi Maret 2007. Padahal informasi tentang adanya penundaan tersebut
sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sejak tanggal
12 September 2006 (informasi tentang penurunan volume gas) dan sejak tanggal 18
Desember 2006 (informasi tentang tertundanya gas in).
Pelanggaran yang dilakukan PGN :
1. PT Gas Negara melanggar UU No.5/1995 tentang Pasar Modal karena terlambat
melaporkan fakta atas penundaan proyek pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN.
Keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi sebanyak 35 hari. Mengenai
informasi penurunan volume gas dan informasi tertundanya gas in dikategorikan
sebagai fakta material dalam peraturan Nomor X.K.1.
2. Mengenai pemberian keterangan yang secara material tidak benar tentang rencana
volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatra-West Java)
jelas bahwa PT PGN melakukan pelanggaran terhadap UU No. 8/1995 tentang
Pasar Modal. Oleh karena itu, sudah sepatutnya dan sewajarnya BAPEPAM-LK
menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar RP. 5 miliar kepada Direksi
PT PGN yang menjabat pada periode bulan Juli 2006 sampai dengan Maret 2007.
3. Terkait dengan keterlibatan orang dalam PT PGN dalam kasus ini maka telah jelas
bahwa orang dalam PT PGN ini melanggar UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal
yang menerangkan bahwa orang dalam dari perusahaan publik yang mempunyai
informasi orang dalam dilarang melakukan transaksi atas Efek Emiten atau
Perusahaan Publik dimaksud hal ini diperjelas dalam penjelasan pasal 95.
Rekomendasi :
Setiap emiten atau perusahaan publik seharusnya menerapkan prinsip keterbukaan dan
pengungkapan informasi yang material di perusahaannya secara sungguh-sungguh. Karena
dengan tidak adanya prinsip tersebut tentu saja akan mengakibatkan timbulnya masalah
atau kerugian yang diakibatkan adanya fakta dan material yang terjadi. Karena menurut
UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal setiap emitan wajib mengungkapkan suatu fakta atau
material yang terjadi di perusahaannya, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi
investor yang menanamkan saham di perusahaannya. Akan tetapi kalau diperhatikan tidak
hanya pihak eksternal saja yang mengalamai kerugian perusahaan yang bersangkutan tentu
saja akan menrasakan dampaknya dimana seperti yang terjadi pada PT PGN harga
sahamnya mengalami penurunan sangat signfikan.




















KASUS PENGUNGKAPAN INFORMASI MATERIAL PT PGN
Tugas disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pelaporan dan Akuntansi Keuangan
Dosen pengampu : Dr. Jhon Setiyono, MBA., Ak

Disusun Oleh :
Hony Adiantoko
13MPAXXVIIIA13

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

You might also like