You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN MIOKARDITIS

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh
a. Keluhan utama
Demam
Nyeri dada mirip angina pectoris dan perikarditis
Palpitasi
Sesak napas
b. Tanda Penting
Takikardi
Kardomegali (cepat terjadi)
Bunyi jantung melemah
Irama gallopTanda-tanda gagal jantung, terutama gagal jantung kanan.
Pengkajian pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
Pernapasan
Gejala :napas pendek (napas pendek kronis memburuk pada malam hari).
Tanda :DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan
ronkhi ; pernapasan dangkal.
Sirkulasi
Gejala :riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh
pingsan.
Tanda :takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion rub,
murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi
Janeway.
Eliminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.

Nyeri
Gejala :nyeri seperti tertimpa beban bert dan terasa terbakar
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
Keamanan
Gejala :riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit
keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap
sitem GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda :demam.

3.2 Pemeriksaan Khusus
a. Pemeriksaa EKG :Tidak khas
ST-T changes inferior
Gangguan konduksi jantung
1. Foto Toraks :Tidak khas
Pembesaran jantung dengan efusi perikard atau pleura.
1. Ekokardiografi :
Pembesaran jantung kiri
Dapat di bedakan dengan kardiomiopati hipertrofi dan mitral stenosis.

3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999)
adalah
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia
jaringan.
2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot
jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
3. Infeksi berhubungan dengan penyebaran agen infeksius
4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penrunan cardiac output.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard,
penurunan curah jantung.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan
berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis-intepretasi informasi,
keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.

3.4 Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis
(Doenges, 1999).
1. Nyeri
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil :
o Nyeri berkurang atau hilang
o Klien tampak tenang.
Intervensi :
Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ;
antipiretik ; steroid).
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ;
steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung
Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi,
gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
Berikan teknik distraksi yang tepat
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas
individu.
Menitoring keluhan nyeri dada dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk
nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan
otot, menangis.
R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang
dengan duduk tegak/membungkuk.

2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Tujuan : Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil :
o Melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
o Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi :
Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
Memberikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan
aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, seperti digitalis, diuretik.
R : dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan meurunkan beban
kerja jantung.
Kolaborasi pemberian antibiotik/antimikrobial intervena
R : diberikan untuk mengatasi patogen yang teridentifikasi dan mencegah kerusakan
jantung yang lebih lanjut.
Memantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung
terhadap aktivitas.
Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan
S4.
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade
jantung.
3. Resiko infeksi b.d penyebaran agen infeksius
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi
Kriteria hasil :
o Suhu tubuh normal, 36,5-37 C
Nilai WBC normal 38009800/mcl
Intervensi:
Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ Antibiotik untuk mengurangi agen infeksius
Melakukan tes darah lengkap memantau nilai granulosit dan WBC
R/ untuk mengetahui nilai WBC dan granlosit sebagai indikator adanya infeksi
Observasi tanda-tanda vital
R/ Memantau perkembangan kondisi pasien dan melakukan tindakan selanjutnya
4. Intoleransi aktivitas
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil :
o Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
o Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
o Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi :
Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari
tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan
aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang
diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
Mengkaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan
kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel
miokardial.
Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menmgimbangi konsumsi oksigen yang
terjadi dengan aktifitas.
Memantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal.Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung
terhadap aktivitas.
5. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan cardiac output.
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria Hasil :
o RR 30-60 x/mnt
o Nadi 120-140 x/mnt.
o Suhu 36,5-37 C
o Sianosis (-)
o Ekstremitas hangat
Intervensi:
Beri oksigen sesuai kebutuhan
R/ Membantu meningkatkan cardiac output
Observasi frekuensi dan bunyi jantung
R/ Frekuensi dan bunyi jantung yang normal mengindikasikan aliran darah lancar yang
berarti perfusi jaringan kembali normal.
Observasi adanya sianosis.
R/ adanya sianosis atau kebiruan menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan.
Observasi TTV.
R/ Memantau perkembangan kondisi pasien
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
R/ Meningkatkan cardiac output
6. Kurang pengetahuan
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil :
o Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan.
o Memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi.
Intervensi :
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit.
Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk
memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang
dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri
dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap
aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami
penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi
inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan
diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada
program terapeutik, mencegah komplikasi.
Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.
R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai
kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.

3.5 Implementasi
Implementasi mengikuti intervensi yang telah disebutkan pada tahap intervensi.

3.5 Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999)
adalah:
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
3. Tidak ada infeksi sistemik
4. Perfusi jaringan perifer kembali normal
5. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
6. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan tertutup
oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan.
Bentuk ini umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk
kardiomiopati dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah
jantung yang secara struktural dianggap normal.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-
debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai
perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala
yang paling sering ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu.
Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.

4.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena
akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health
education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana
pengobatannya.

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35457-Kep%20Kardiovaskuler-
Askep%20Myocarditis.html

You might also like