You are on page 1of 7

Trauma Arteri

Definisi
Trauma arteri adalah trauma pada pembuluh darah arteri yang bisa disebabkan
oleh trauma tembus atau trauma tumpul terhadap ekstremitas yang jika tidak diketahui
dan tidak dilakukan tindakan sedini mungkin akan mengakibatkan hilangnya atau
matinya ekstremitas tersebut atau bahkan bisa menyebabkan kematian bagi pasien
Insiden
Insiden terjadinya trauma pada pembuluh darah pada ekstremitas atas adalah 30-
50% dari semua trauma pada pembuluh darah perifer dan 80 % diantaranya adalah
trauma tembus. Trauma pada arteri brachialis adalah yang paling sering dilaporkan.
ngka kejadiannya adalah !5-30% dari semua trauma pada arteri perifer. "okasi lain
adalah arteri aksilaris # 5-!0%$ dan arteri radialis dan ulnaris # 5 -30%$.
%edangkan pada ekstremitas ba&ah angka kejadiannya adalah '(3 dari semua
kasus trauma pada pembuluh darah dengan penyebab tersering adalah trauma tembus )0
-*0 %
Etiologi
+enyebab paling sering trauma pada pembuluh darah ekstremitas adalah luka
tembak # )0-80%$, luka tusuk # 5-!0%$, luka akibat pecahan kaca. %elain itu trauma pada
pembuluh darah yang disebabkan oleh trauma tumpul seperti pada korban kecelakaan
atau seorang atlet yang cedera biasanya jarang # 5-!0%$. +enyebab iatrogenik sekitar
!0 % dari semua kasus yang diakibatkan oleh prosedur endo-askuler seperti kateterisasi
jantung.
Trauma Tajam
.erajat I adalah robekan ad-entisia dan media, tanpa menembus dinding. .erajat
II adalah robekan parsial sehingga dinding arteri juga terluka dan biasanya menyebabkan
perdarahan hebat karena tidak mungkin terjadi retraksi. .erajat III pembuluh putus total.
Trauma tumpul
.erajat I adalah robekan tunika intima yang luas. +ada derajat II, terjadi robekan tunika
intima dan tunika media disertai hematoma dan trombosis dinding arteri. .erajat III
merupakan kerusakan seluruh tebal dinding arteri diikuti dengan tergulungnya tunika
intima dan media ke dalam lumen serta pembentukan trombus pada tunika ad-entisia
yang utuh.
Trauma iatrogenik
Tindak diagnosis maupun penanganan kedokteran dapat menimbulkan trauma
arteri derajat I, baik berupa trauma tumpul yang merobek intima, atau trauma tajam yang
merobek sebagian dinding. +enyebab tersering adalah pungsi arteri untuk pemeriksaan
darah, dialisis darah, atau penggunaan kateter arteri untuk diagnosis atau pengobatan.
Trauma luka tembak
"uka tembak umumnya melibatkan arteri besar. Trauma ini dapat ditolong dengan
rekonstruksi arteri. +ertolongan pertama selalu berupa bebat tekan tanpa turniket di
daerah perlukaan arteri.
Patofisiologi
+ada ekstremitas atas, area yang patut di cermati dan menjadi lokasi yang
beresiko tinggi adalah a/illa, medial dan anterior lengan atas, dan fosa antecubiti karena
lokasi arteri a/illaries dan brachialis terletak superficial. %edangkan pada ekstremitas
ba&ah area yang patut dicermati adalah anterior ligamentum inguinalis, inferior dari
lipatan gluteus , dan fossa poplitea
Trauma pada arteri radialis atau ulnaris dapat dilakukan tindakan ligasi saja asalkan arkus
palmaris intak dan tidak ada trauma pada kedua arteri tersebut sebelumnya.
Tanda Klinis
namnesa yang cermat dan pemeriksaan yang teliti terhadap tanda' trauma pada
pembuluh darah adalah langkah pertama dan yang terpenting dalam menegakkan
diagnosa. +ada anamnesa perlu ditanyakan mekanisme kejadian, &aktu kejadian dan
lamanya sampai datang ke tempat pertolongan oleh karena iskemia dengan temperature
suhu tubuh selama 0 jam menyebabkan terjadinya gangguan fungsi saraf yang
irre-ersible dan kerusakan otot pada !0% pasien, trauma arteri sebelumnya, ri&ayat
obat'an yang mengganggu fungsi koagulasi.
Tanda pasti #Hard Sign) trauma -ascular meliputi perdarahan yang sifatnya pulsatil,
hematoma yang meluas, thrill atau bruit, dan tanda' terjadinya iskemia # pallor,
paresthesia, paralysis, pain, pulselesness, dan poikilothermia $. 1ika ditemukan tanda pasti
tersebut maka harus segera dilakukan tindakan bedah eksplorasi dan repair.
Tanda tak pasti (Soft Sign ) meliputi hematoma yang kecil dan tetap tidak bertambah
ukuran, gangguan pada saraf tepi akibat cedera langsung pada sistem saraf # neuropati
iskemik terjadi pada fase lanjut beberapa jam kemudian bukan pada fase akut $, hipotensi
atau syok , atau adanya cedera yang bersamaan seperti fraktur atau dislokasi, adanya
cedera pada lokasi dimana terdapat pembuluh darah yang melintasi. 1ika ditemukan tanda
tak pasti ini merupakan indikasi untuk e-aluasi lanjut dengan dupple/ sonografi,
arteriografi, atau Multidetector Helical T untuk memastikan apakah ada trauma pada
pembuluh darah.
Terabanya pulsasi arteri radialis tidak menyingkirkan diagnosa trauma arteri pada bagian
proksimalnya oleh karena banyaknya kolateral pada daerah shoulder dan elbo& dengan
pembuluh darah pada lengan. +emeriksaan lain yang berguna adalah allen test, arterial
pressure inde/ # +I $ yang diukur dengan menggunakan doppler berguna untuk
menegakkan diagnosa trauma pada arteri. 1ohansen dkk mengungkapkan bah&a
+I20.*0 memiliki *5% sensiti-ity dan *)% specificity terhadap penegakkan diagnosa
trauma pada arteri. +I 3 0.*0 memiliki angka negati-e predicti-e -alue sebesar **%
+emeriksaan ankle!brac"ial inde# eki-alen dengan arterial pressure inde# dan digunakan
jika didapatkan multiple trauma pada ekstremitas. ngka 4I didapatkan dengan
membagi nilai sistole dari dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior dengan arteri
brachialis ipsilateral.
Pemeriksaan Penunjang
+emeriksaan non in-asi-e adalah dengan menggunakan duple# sonograp"$%
5eistime&aan alat ini adalah portable, cepat dan murah, dan akurat. %elain itu alat ini
juga bisa digunakan untuk mendiagnosa cedera pada pembuluh -ena . 6ry dkk
melaporkan bah&a doppler ultra sonography memiliki sensiti-itas !00% dan spesifisitas
*)% untuk menegakkan diagnosa trauma pada pembuluh darah besar. 5ekurangan alat
ini adalah perlu keahlian dari operator, alat tidak bisa pada luka yang terbuka, dan tidak
bisa dilakukan pada hematoma yang sangat luas, tidak bisa menjangkau arteri subcla-ia,
profunda femoris, dan arteri brachialis profunda.
+emeriksaan arteriografi merupakan standard untuk e-aluasi pada kasus trauma arteri,
tetapi pemeriksaan ini memiliki kerugian biaya yang mahal, butuh &aktu yang cukup
lama untuk mempersiapkan pemeriksaan tersebut, dibutuhkan pemeriksaan fungsi ginjal
oleh karen apemeriksaan tersebut menggunakan kontras.
+emeriksaan non in-asi-e yang lain adalah Multidetector Helical T angiograp"$ yang
memberikan pencitraan dengan resolusi tinggi terhadap -askular, tulang, dan soft tissue
dibandingkan dengan arteriogram kon-ensional. %elain itu biaya lebih murah, tidak
memerlukan kontras. +emeriksaan ini ditujukan pada kasus 7 kasus yang tidak indikasi
untuk dilakukan tindakan operati-e segera.
Diagnosis banding
4eberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan adalah penyakit emboli atau t"rombotic
&aso!occlusi&e disease serta -asospasm.
Terapi
Terapi Medikamentosa
Terapi medikamentosa pada trauma arteri dengan gambaran arteriogram yang
positif, non oklusif dan asimptomatik masih kontro-ersial.
Terapi Surgikal
Tindakan bedah untuk menangani trauma pada pembuluh darah # arteri $ adalah
melakukan tekanan langsung pada sumber perdarahan . 8elakukan torniket pada
proksimal dari luka yang berdarah akan mencederai saraf tepi selain itu juga tidak efektif
untuk kontrol perdarahan. Tidak dibenarkan melakukan klem pada struktur -askular
karena akan menyebabkan kesulitan pada saat dilakukan definitif repair selain itu juga
akan menyebabkan kerusakan jaringan sekitar. 1ika pada pasien didapatkan fraktur atau
dislokasi maka sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap pembuluh darah, harus
dilakukan reposisi terlebih dahulu.
Tipe repair dari pembuluh darah tergantung dari seberapa luas dan parah
kerusakan dari arteri. 9epair primer dengan end to end anastomose dengan jahitan
continous atau interrupted menggunakan benang monofilament nonabsorbable, ukuran
benang tergantung dari diameter dari arteri yang terluka. 1ika gap arteri cukup besar,
maka diperlukan rekonstruksi interposition graft yang diambil dari -ena saphena magna
atau -ena cephalica. 8eskipun polytetrafluoroethylene #+T6:$ graft dapat digunakan
pada kasus trauma, tetapi penggunaannya perlu dihindari sebisa mungkin karena
meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan menyebabkan gangguan patensi inferior
akibat trombosis terutama pada pembuluh darah yang kecil.
Pera'atan Post (perasi
%elama prosedur operasi dilakukan pemberian heparin intra-ena untuk mencegah
terjadinya pembekuan darah akibat klem arteri sementara. +emberian heparin 5000I;
secara tunggal diberikan selama operasi.
+enggunaan heparin pasca operasi tidak rutin digunakan, selain tidak memberikan
keuntungan terhadap perbaikan, juga akan menyebabkan timbulnya komplikasi
perdarahan. +enggunaan "o& 8olecular <eight .e/tran memberikan hasil yang baik
terhadap penyembuhan reparasi pembuluh darah -ena. +emberian aspirin atau antiplatelet
lain juga diperlukan sesaat setelah operasi selesai.

Komplikasi
o =klusi dan perdarahan dari thrombosis sering menjadi komplikasi dini setelah
operasi dan ini membutuhkan reoperasi segera
o %indroma kompartemen
>ang perlu di&aspadai setelah repair -askular . %indroma kompartemen
disebabkan oleh peningkatan tekanan pada fasia kompartemen yang disebabkan
oleh iskemia otot dan sel saraf. ?ejala kompartemen yang bisa di&aspadai adalah
nyeri yang sangat dan bertambah dengan gerakan pasif serta adanya tanda'
paralisis, paresthesia, pucat, bengkak, dan penurunan sensasi sensorik. 1ika terjadi
sindroma kompartemen maka perlu dilakukan fasiotomi. +ada ekstremitas atas
terdapat 3 tempat yang memiliki kompartemen yakni lengan atas memiliki
kompartemen anterior dan posterior, lengan ba&ah 3 kompartemen, -olar, dorsal,
dan kumpulan tendon. %edangkan pada tangan terdapat @ kompartemen yakni
central, thenar, hypothenar, dan kompartemen interossei.
o Aedera pada saraf yang bisa berakibat kelumpuhan motorik atau gangguan sensasi
o Bekrosis jaringan akibat -askular compromise dalam &aktu yang lama
o Infeksi
o 5omplikasi lanjut adalah terjadinya fistula arteri--ena dan pseudoaneurisma.
)ollo' up
+ada pasien dilakukan pera&atan tiap ' minggu sekali untuk melihat kondisi luka,
tiga bulan sekali pada satu tahun pertama untuk melihat aliran darah ekstremitas. %etelah
itu pasien bisa kontrol tiap tahun. +era&atan pasca operasi yang penting adalah
pemantauan bagian distal dari ekstremitas yang terluka. +emantauan tersebut meliputi
pemantauan temperatur kulit hangat atau tidak, &arnanya merah atau tidak dan juga
memeriksa capilary refill time. .alam hal ini yang terpenting adalah pemantauan pulsasi
bagian distal ekstremitas. +ulsasi ini tidak langsung muncul sesaat setelah operasi
diakibatkan karena masih adanya reflek spasme dari pembuluh darah.
%elain itu juga dipantau jahitan setelah operasi apakah timbul perdarahan yang
menyebabkan hematom atau tidak, apakah terjadi infeksi atau tidak.
*eferensi
!. .ennis 1<, 6rykberg :9, Arump 18. Be& perspecti-es on the management of
penetrating trauma in pro/imity to major limb arteries. + ,asc
Surg. 1an !**0C!!#!$D8@-*'C discussion *'-3. E8edlineF.
'. :spinosa ?, Ahiu 1A, %amett :1. Alinical assessment and arteriography for
patients &ith penetrating e/tremity injuriesD a re-ie& of 500 cases &ith the
Geterans ffairs <est %ide 8edical Aenter. 8il 8ed. 1an !**)C!0'#!$D!*-'3.
E8edlineF.
3. HafeI H8, <oolgar 1, 9obbs 1G. "o&er e/tremity arterial injuryD results of 550
cases and re-ie& of risk factors associated &ith limb loss. 1 Gasc %urg. 1un
'00!C33#0$D!'!'-*. E8edlineF.
@. .urham 19, >ao 1%, +earce <H. rterial injuries in the thoracic outlet
syndrome. + ,asc Surg. 1an !**5C'!#!$D5)-0*C discussion )0. E8edlineF.
5. :skandari 85, >ao 1%T. =ccupational Gascular +roblems. InD 9utherford 94, ed.
Gascular %urgery, 0th ed. P"iladelp"ia- Pa.. <4 %aundersC'005, in press.
0. 5aar ?, 4roe +1, 4ouchier-Hayes .1. ;pper limb emboli. re-ie& of 55 patients
managed surgically. + ardio&asc Surg (Torino). 8ar-pr !*8*C30#'$D!05-
8. E8edlineF.
). 8cAroskey 4", 8oore ::, +earce <H. Traumatic injuries of the brachial
artery. /m + Surg. .ec !*88C!50#0$D553-5. E8edlineF

You might also like