You are on page 1of 12

1

Restoration of crown fracture using combined technique with


Polyethylene fibers reinforced and composite resin

Wandania Farahanny

Department of Conservative Dentistry
Faculty of Dentistry, University of Sumatera Utara
Jl.Alumni No.2. Kampus USU. Medan 20155
Email: wandadrg@yahoo.com

Abstract
It has become one of the greatest challenges for the clinician that crown fractured teeth needs
quick esthetic and functional repair. Restoration of endodontically treated crown fractured
teeth have been associated with the use of a post. Various post materials and designs have
been introduced over the years, however combination Polyethylene fiber reinforced and
composite resin have the best result as an adhesive customized post core. The use of
Polyethylene fiber reinforced post system is becoming popular because enlargement of the
root canal space is not required and the risk of root perforation may be eliminated. This study
was aimed to find out the treatment of two patients who had crown fracture in maxillary
incisors and mandibulary premolar. A 35 and 28 year-old patients presented with crown
fractures. After endodontic treatment, a Polyethylene fiber reinforced (Ribbon) was used as
Fiber-Reinforced post core with adhesive dual cure luting cement to conserve the remaining
tooth structure. Composite resin was applied directly to create final restoration. At control
examination, the teeth restored by this technique were acceptable, both functionally and
esthetically. However the use of ribbon allows the clinician to make a translucent core, an
aesthetic direct composite restoration and structural reinforcement post core in one visit by
which it does not need any laboratory procedure.

Keyword : crown fractures, Polyethylene fiber reinforced, composite resin.
___________________________________________________________________________

Pendahuluan
Fraktur makota sering sekali terjadi pada kasus trauma dan membutuhkan restorasi
estetis segera untuk mengembalikan fungsi. Apabila fraktur mahkota hanya sampai email
atau dentin, restorasi resin komposit dapat diaplikasikan secara direk. Restorasi direk resin
2

komposit menjadi pilihan karena warnanya sangat estetik. Kelemahan resin komposit
memiliki mekanikal resistensi yang rendah. Untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanis dari
resin komposit salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah memberikan kekuatan tambahan
untuk reinforce matrix resin komposit menggunakan fiber reinforced. Beberapa jenis dari
fiber reinforced telah dilaporkan pemakaiannya seperti Glass, Carbon, Kevlar
TM,
Quarts,
Zirconia dan Polyethylene.
1,2,3,5

Penggunaan bahan Polyethylene fiber reinforced sering digunakan di dunia
kedokteran gigi saat ini. Jenis fiber ini dapat meningkatkan impact strength, modulus
elasticity, dan flexural streght dari resin komposit. Warna Polyethylene fiber reinforced yang
transparan memberikan keuntungan estetik dan penggunaannya dapat dikombinasikan dengan
resin komposit. Pemakaian Polyethylene fiber reinforced tidak lepas dengan penggunaan
sistem adhesif sehingga menghasilkan suatu restorasi yang retentif secara adhesif.
4,5
Perawatan endodontik biasanya diperlukan apabila fraktur mahkota mencapai ruang
pulpa. Pemakaian pasak setelah perawatan endodontik sering dibutuhkan untuk menambah
kekuatan retensi restorasi akhir. Pasak yang ideal haruslah dapat menggantikan struktur gigi
yang hilang, biokompatibel, memiliki dukungan retensi yang cukup terhadap gigi, memiliki
modulus elastisiti yang menyerupai dentin dan mudah dikeluarkan dari saluran akar jika
diperlukan perawatan ulang.
6,7
Pasak metal merupakan jenis pasak yang paling sering digunakan sebelum
diperkenalkannya pasak alloy free. Tetapi pasak metal ini memiliki beberapa kelemahan
seperti warna yang tidak estetis, mudah terjadi korosi, tidak dapat digunakan pada pasien
yang alergi/hipersensitif terhadap metal, masalah distribusi tekanan, dan tidak dapat
diperbaiki. Hal ini lah yang mendorong perkembangan dari pasak alloy free kian pesat.
1,2,3

Torabi et al (2009) menunjukkan insiden fraktur cast metal post lebih tinggi dibandingkan
sistem pasak fiber. Ini disebabkan pasak fiber memiliki modulus elastisitas yang menyerupai
3

dentin dan mampu mendistribusikan tekanan ke seluruh permukaan dinding saluran akar.
Sedangkan pada pasak metal distribusi tekanan hanya tertumpu pada akar gigi sehingga
kemungkinan terjadinya fraktur akar menjadi besar. Apabila terjadi fraktur akar, akan lebih
sulit memperbaiki atau mengembalikan rekonstruksi gigi, sehingga akhirnya dilakukan
pencabutan.
2,7
Akhir-akhir ini perkembangan jenis bahan pasak alloy free menjadi lebih pesat
dibandingkan pasak metal karena dapat menghasilkan restorasi yang lebih estetis. Pasak alloy
free seperti pasak fiber buatan pabrik dan pasak individu polyethylene fiber reinforced
menjadi pilihan para klinis karena lebih estetik. Kedua jenis pasak tersebut dapat merekat
dengan semen luting resin untuk meningkatkan retensi adhesif. Pasak fiber berikatan kuat
dengan struktur gigi karena mengunakan sistem adhesif. Penelitian Garoushi (2009)
menunjukkan bahwa gigi incisivus maksila yang direstorasi dengan pasak fiber individu
menunjukkan kemampuan penahanan beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasak
fiber buatan pabrik karena dapat mendistribusikan tekanan tanpa dilakukan pembuangan
struktur gigi lebih banyak.
8
Pasak fiber individu dibuat dengan cara membentuk pita polyethylene fiber reinforced
ke dalam saluran akar yang sudah diberi semen luting resin. Pita polyethylene fiber
reinforced merupakan salah satu material yang populer pada saat ini karena pemakaiannya
memiliki banyak kegunaan dan kelebihan. Selain memperkuat struktur gigi sistem pasak ini
sangat estetis dan retentif. Bentuk pasak ini bersifat individu karena dapat menyesuaikan
dengan bentuk saluran akar tanpa harus membuang struktur dentin saluran akar lebih banyak.
Sistem pasak pita ini menggunakan area permukaan anatomi internal saluran akar sehingga
pasak yang menyatu dengan semen luting adhesif akan menghasilkan kontak rapat. Pasak
fiber individu dengan pita polyethylene fiber reinforced tidak memerlukan proses
laboratorium sehingga dapat selesai pada satu kali kunjungan. Kelebihan lainnya adalah tidak
4

menimbulkan zona bayangan abu-abu, tahan terhadap trauma, memelihara struktur gigi yang
tersisa dan sifat biomekanis yang menyerupai struktur gigi.
4,6,9
Dalam tulisan makalah ini akan dilaporkan kasus perawatan satu kali kunjungan pada
dua orang pasien yang mengalami fraktur mahkota pada gigi incisivus maksila dan premolar
mandibula. Kedua pasien ingin dilakukan sebuah restorasi estetik segera dalam satu kali
kunjungan.

LAPORAN KASUS 1
Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke klinik pribadi dengan keluhan gigi
premolar terasa sakit karena fraktur satu minggu yang lalu disebabkan tergigit makanan yang
keras. Pemeriksaan subjektif pasien mengatakan gigi tersebut sebelumnya sudah berlubang
tetapi tidak dilakukan penumpatan sampai akhirnya patah. Pasien datang dengan keluhan
terasa sakit berdenyut. Pada pemeriksaan objektif premolar dua mandibula terlihat fraktur
mahkota 2/3 mahkota dengan keadaan pulpa terbuka (Gambar 1).
Gambar 1.Gigi premolar dua mengalami fraktur 2/3 mahkota.
Pada pemeriksaan vitalitas gigi tersebut menunjukkan keadaaan pulpa vital.
Pemeriksaan radiografi menunjukkan tidak ada kelainan pada daerah periapikal. Diagnosa
gigi ini adalah pulpitis reversible symtomatis dengan rencana perawatan endodontik satu kali
kunjungan. Pasien tidak memiliki waktu untuk perawatan berulang kali dan menginginkan
restorasi estetis segera. Gigi premolar dua mandibula ini akan direstorasi resin komposit direk
5

dengan pasak individu dari pita Polyethylene fiber reinforced sampai pasien memiliki waktu
untuk dilakukan restorasi indirek mahkola penuh keramik.
Sebelum dilakukan pembukaan akses dengan menggunakan bur akses (#2,Dentply)
(Gambar 2), gigi terlebih dahulu dilakukan anestesi lokal intra pulpa dengan Articaine HCl.
4% epinephrine 1:100,000 (Septocaine,Septodont). Setelah pembuangan jaringan pulpa gigi
premolar dua mandibula dilakukan preparasi saluran akar dengan tehnik step back
menggunakan K File (FKG Dentaire,Swiss) dan melakukan irigasi sodium hipoklorit 2,5%.
Gambar 2. Gigi setelah dilakukan pembukaan akses
Saluran akar dilakukan pengisian dengan menggunakan semen saluran akar berbasis
resin (AH26,Denstply) dan gutaperca (Inline,Feathered) dengan tehnik kondensasi lateral dan
vertikal. Kemudian gutaperca dipotong dengan finger spreader (FKG Dentaire,Swiss) yang
dipanaskan untuk mempersiapkan ruangan pasak dengan tetap meninggalkan bahan pengisian
di daerah 1/3 periapikal gigi.
Pita Polyethylene fiber reinforced (Ribbond

THM, Seattle, WA,USA) dipersiapkan


dan digunting sepanjang ukuran estimasi dengan menggunakan gunting khusus. Estimasi
kebutuhan panjang pita diukur terlebih dahulu dengan menggunakan benang gigi yang
dimasukkan ke dalam saluran akar. Kemudian pita Polyethylene fiber reinforced direndam di
dalam unfilled resin (Wetting Resin, Ultradent) (Gambar 3). .

.



6

Gambar 3 Pita Polyethylene fiber reinforced direndam unfilled resin.

Larutan aquades steril digunakan untuk membersikan dinding saluran akar dari
kelebihan semen saluran akar. setelah itu dikeringkan dengan paper point (Inline,Absorbent).
Enamel dan dentin diaplikasikan etsa selama 20 detik menggunakan phosphoric acid 35 %
(Scotchbond
TM
3M ESPE) dibilas dengan air kemudian saluran akar dikeringkan dengan
angin. Dentin bonding (AdperTM Single Bond 2, 3M ESPE) diletakkan pada seluruh
permukaan dentin yang tersisa selama 20 detik dan dipolimerisasi menggunakan suatu LED
curing light (Heraus Kulzer). Semen double cure resin luting (RelyX
TM
U100, 3M ESPE)
disiapkan di atas paper pad dengan perbandingan 1:1 kemudian diaduk dan dimasukkan
kedalam saluran akar dengan menggunakan lentulo spiral (FKG Dentaire,Swiss).
Pita Polyethylene fiber reinforced yang sudah basah permukaannya dengan unfilled
resin dimasukkan ke dalam saluran akar yang sudah diisi dengan semen luting resin dengan
cara mendorongnya dengan instumen hand plugger yang telah ditumpulkan ujungnya sampai
pita tersebut terlipat menjadi dua bagian di dalam saluran akar (Gambar 4).
Gambar 4. Pita Polyethylene fiber reinforced dimasukkan ke dalam
saluran akar dengan instumen hand plugger.

7


Kemudian ujung pita yang berlebih diposisikan di dalam kamar pulpa dan dilakukan
polimerisasi dengan light cure selama 20 detik. Resin komposit hybrid (Filtex Z250, 3M
ESPE) diaplikasikan pada permukaan gigi dengan tehnik inkremental sehingga membentuk
mahkota klinis gigi premolar mandibula (Gambar 5). Pemolisan resin komposit dilakukan
dengan menggunakan Soflex (3M ESPE). Pasien cukup merasa puas dengan hasil restorasi
direk resin komposit tersebut.













Gambar 5. Resin komposit hybrid diaplikasikan pada gigi
premolar mandibula dengan tehnik inkremental.



LAPORAN KASUS 2
Seorang pria berusia 28 tahun datang ke Departemen Klinik Konservasi Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan keluhan gigi insisivus anterior terasa
sakit karena fraktur dua minggu yang lalu akibat jatuh saat berolahraga. Pemeriksaan
subjektif menunjukkan pasien merasa gigi atasnya sakit berdenyut. Pada pemeriksaan
objektif gigi insisivus sentralis dan lateralis maksila terlihat fraktur mahkota 2/3 mahkota
dengan keadaan pulpa terbuka. Pada pemeriksaan vitalitas gigi tersebut menunjukkan
keadaaan pulpa vital. Pemeriksaan radiografi tidak menunjukkan kelainan akar dan gigi
insisivus lateral maksila memerlukan pasak dan inti untuk menambah retensi restorasi
akhirnya (Gambar 6).
8

Gambar 6. Gambaran radiografi menunjukkan akar gigi insisivus lateral maksila
memerlukan pasak dan inti untuk menambah retensi restorasi akhir.

Diagnosa kedua gigi tersebut adalah pulpitis irreversible simtomatis dengan rencana
perawatan pulpektomi vital. Restorasi akhir yang sesuai untuk kasus ini adalah restorasi
mahkota penuh keramik. Tetapi karena pertimbangan masalah biaya dan pasien
menginginkan restorasi estetik segera akhirnya diputuskan untuk gigi insisivus lateralis akan
direstorasi dengan kombinasi resin komposit direk dan pasak individu pita Polyethylene fiber
reinforced. Sedangkan insisivus sentralis akan dilakukan mahkota penuh keramik pada
kunjungan berikutnya.
Perawatan saluran akar satu kali kunjungan dimulai dengan pembukaan akses ke
saluran akar, preparasi biomekanikal dengan tehnik step back dan irigasi saluran akar dengan
larutan sodium hipoklorit 2,5%. Kemudian dilakukan pengisian saluran akar dengan
menggunakan semen saluran akar dan gutaperca dengan tehnik kondensasi lateral dan
vertikal. Untuk mempersiapkan ruangan pasak dilakukan pembuangan gutha perca sepanjang
1/2 bagian saluran akar dengan tetap meninggalkan bahan pengisi di daerah apikal.
Pita Polyethylene fiber reinforced

dimasukkan ke dalam saluran akar dengan melipat
bahan tersebut seperti yang telah dijelaskan pada kasus pertama (Gambar 7). Sebelumnya
semen luting resin (RelyX
TM
U100, 3M ESPE) sudah dimasukkan terlebih dahulu dengan
lentulo kedalam saluran akar. Komposit resin hybrid (Filtex Z250, 3M ESPE) diaplikasikan
dengan tehnik inkremental membentuk restorasi veneer direk (Gambar 8).
9

Prosedur pemolisan dilakukan dengan disk polis (Soflex,3M ESPE). Restorasi masih
terlihat baik setelah evaluasi 1 bulan (Gambar 9)

Gambar 7. Pita Polyethylene fiber reinforced

dimasukkan ke dalam saluran akar
sampai terlipat menjadi dua bagian

Gambar 8. Aplikasi veneer resin komposit diret dengan tehnik inkremental



Gambar 9. Restorasi setelah evaluasi 1 bulan. Tanda panah pada gigi
insisivus lateral menunjukkan restorasi veneer resin komposit
direk dengan pasak individu pita Polyethylene fiber reinforced

.


10

DISKUSI
Restorasi pada gigi anterior yang mengalami trauma harus selalu mempertimbang
aspek estetis dan mekanikal resistensi untuk menghasilkan restorasi yang mampu bertahan
dalam jangka waktu yang lama. Kedua laporan kasus ini menggunakan pasak individu pita
polyethelene fiber untuk memperkuat pasak dan inti secara struktural dalam perawatan satu
kali kunjungan. Pasak dari pita Polyethylene fiber reinforced ini menjadi pilihan karena dapat
menghasilkan retensi adhesif. Material ini mempunyai kemampuan mengikat dengan semen
resin luting sekaligus memilliki sifat memperkuat resin komposit sehingga dapat melekat erat
pada struktur permukaan dentin yang tersisa. Pita Polyethylene fiber reinforced ini memiliki
kekuatan yang jauh lebih tinggi dibanding serat kaca berkualitas tinggi (glass fiber), sehingga
membutuhkan gunting khusus untuk memotongnya.
3,4,6
Literatur menyatakan pemasangan pasak tidak memperkuat gigi yang telah dilakukan
perawatan saluran akar, tetapi hanya menambah retensi restorasi mahkota. Bahkan
pemasangan pasak dapat memperlemah struktur gigi yang tersisa karena harus memperlebar
saluran akar lebih banyak untuk pemasangan pasak. Hal ini lah yang menjadi kelemahan pada
pasak metal, pasak buatan pabrik dan pasak tuang. Sedangkan pasak adhesif tidak
memerlukan pembuangan struktur gigi lebih banyak.
10
Pasak pita Polyethylene fiber reinforced mempunyai kekuatan dan etetis yang lebih
baik daripada pasak metal tuang karena pada sistem pasak ini digunakan semen luting resin
yang berbahan dasar sama. Semen resin mudah meresap ke jalinan anyaman Polyethylene
fiber reinforced sehingga tercipta kontak yang rapat dengan bentuk saluran akar karena ikatan
adhesif antara semen resin dengan pasak. Sedangkan pada pasak metal tuang retensi
diharapkan dari sementasinya saja sehingga sering sekali terjadi friksi dan juga korosi yang
akhirnya mengakibatkan estetik yang tidak baik pada tepi margin dentin radikuler.
4, 11

11

Pada laporan kasus ini pemakaian sistem total etching digunakan untuk mendapatkan
kekuatan perlekatan adhesif lebih tinggi. Penggunaan unfilled resin pada bahan Polyethylene
fiber reinforced untuk membasahi permukaan bahan tersebut dianjurkan agar bahan dapat
menyerap dan menyatu dengan semen luting resin sehingga masuk kedalam celah anyaman
pita Polyethylene fiber reinforced. Beberapa literatur menyarankan penggunaan flowable
komposit sebagai pengganti unfilled resin
. 2,3,4
Pasak pita Polyethylene fiber reinforced dapat dilakukan pada gigi anterior dan gigi
posterior seperti di dalam kasus ini yaitu premolar mandibula. Perbedaan yang akan terlihat
pada gigi anterior dan posterior adalah diameter lebar ruangan untuk pasak individu ini.
Untuk mendapatkan kepadatan dan retensi yang lebih baik dapat digunakan dua buah pita
polyethelene fiber yang dimasukkan kedalam saluran akar secara bergantian. Begitupun
diperlukan penelitian laboratoris dan penelitian longitudinal untuk membuktikan
ketahanannya.
7,10
Pengalaman klinis pada kasus ini penggunaan pasak individu dari pita Polyethylene
fiber reinforced sangat mudah dan efisien. Restorasi direk komposit dapat langsung
diaplikasikan membentuk mahkota klinis sehingga sangat sesuai untuk pasien yang
membutuhkan restorasi estetik yang segera sebelum dilakukannya pendekatan prostetik.
1,12
KESIMPULAN
Perkembangan sistem adhesif dalam ilmu kedokteran gigi selalu dipengaruhi oleh
kebutuhan para klinisi dan pasien. Pertimbangan estetik dan mekanik sangat diperlukan pada
restorasi gigi yang mengalami trauma. Kombinasi resin komposit dengan pasak pita
polyethylene fiber reinforced menjadi alternatif perawatan gigi pasien yang mengalami
trauma dan membutuhkan estetis segera. Pasak individu yang dibuat dari pita Polyethylene
fiber reinforced menjadi pilihan para klinisi karena sangat estetis dan dapat merekontruksi
struktur gigi yang tersisa dalam satu kali kunjungan tanpa proses laboratorium.
12

Daftar Pustaka
1. Vitale MC et al. Combined Tehnique with Polyethylene fibers reinforced and composite
resins in restoration pf traumatized anterior teeth. Dental traumatology 2004:20:172-7
2. Barutcigil C, Harorli OT, Yildiz M. Restoration of Crown Fractures with a Fiber Post,
Polyethylene Fiber and Composite Resin: A Combined Restorative Technique with Two
Case Reports. Rev Clin Pesq Odontol 2009;5 (1):73-7.
3. Cheung W. A Review of The Management of Endodontically Treated Teeth :Post, Core
and the final restoration. JADA 2005; 136: 611-19.
4. Terry DA. Design Principles for Direct Fiber-Reinforced Composite Resin Post and Core
System.Continuing Education Contemporary Esthetic and Restorative Pract, Februari
2003: 22-32
5. Ahmad I. Protocols for Predictable Aesthetic Dental Restorations.UK:Blackwell
Munksgaard 2006:103-21.
6. Ferrari M. Fiber Post and Endodontically Treated Teeth:A Copendium of Scientific and
Clinical Perpectives. 1
st
Ed. Modern Dentistry Media Pub 2008;15-34
7. Torabi K, Fattahi F. Fracture Resistance of Endodontically Treated Teeth Restored by
Different FRC Post: An in Vitro Study. Indian J Dent Res 2009; 20(3): 282-87.
8. Garoushi S, Vallittu PK, Lassila LVJ. Continuous and Short Fiber Reinforced Composite
in Root Post-Core System of Severely Damaged Incisors. J Open Dent 2009; 3: 36-41.
9. Belli S, Eskitasciogiu G. Biomechanical Properties and Clinical Use of A Polyethylene
Fibre Post-Core Material. International Dentistry South Africa; 8(3):20-6.
10. Deliperi S, Bardwell DN, Coiana C. Reconstruction of Devital Tetth Using Direct Fiber-
Reinforced Composite Resins : A Case Report. J Adhes Dent 2005:7: 1-7.
11. Gluskin AH, Ahmad I, Herrero DB. The Aesthetic Post and Core Unifying Radicular
Form and Sructure. Pract proced aesthet dent 2002; 14(4): 313-21.
12. Ganesh M, Tandon Shobha. Versatility of Ribbon in Contemporary Dental Practice.
Trends Biomater. Artif. Organs 2006; 20(1): 53-58

You might also like