You are on page 1of 18

TRAUMA EKSTREMITAS

(Muh. Andry Usman)


Calcaneus 01 044


Definisi
Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera pada ekstremitas..
Secara umum dikenal dalam bentuk :
Fraktur
Dislokasi
Amputasi

I. FRAKTUR

Fraktur adalah Hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,
baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila
trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab
terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang
yang abnormal.
Prioritas dalam menangani fraktur :
Fraktur spinal
Fraktur tulang kepala dan tulang rusuk
Fraktur ekstremitas

Klasifikasi Fraktur
1. Klasifikasi etiologis
2. Klasifikasi klinis
3. Klasifikasi radiologis

Klasifikasi etiologis
1. FRAKTUR TRAUMATIK. Akibat trauma tiba-tiba
2. FRAKTUR PATOLOGIS. Terjadi karena kelemahan tulang akibat adanya
kelainan patologi pada tulang
3. FRAKTUR STRESS. Akibat trauma yang terus menerus pada suatu daerah
tertentu.
Klasifikasi klinis
1. FRAKTUR TERTUTUP. Tidak mempunyai hubungan dengan dunia
luar
2. FRAKTUR TERBUKA. Berhubungan dengan dunia luar melalui
luka
3. FRAKTUR DENGAN KOMPLIKASI. Fraktur yang disertai
komplikasi seperti infeksi, mal-union, delayed union, non-union
Klasifikasi radiologis
1. Berdasarkan lokalisasi
o Diafiseal
o Metafiseal
o Intra-artikuler
o Fraktur dengan dislokasi
2. Berdasarkan konfigurasi
o Fraktur transversal
o Fraktur oblik
o Fraktur spiral
o Fraktur Z
o Fraktur komunitif
o Fraktur baji
o Fraktur avulse
o Fraktur depresi
o Fraktur impaksi
o Fraktur pecah (burst)
o Fraktur segmental
o Fraktur epifisis


KLASIFIKASI FRAKTUR BERDASARKAN KONFIGURASI GARIS FRAKTUR

3. Berdasarkan ekstensi.
o Fraktur total
o Fraktur tidak total (crack)
o Fraktur torus atau buckle
o Fraktur garis rambut
o Fraktur greenstick
4. Berdasarkan hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
o Tidak bergeser
o Bergeser
Bersampingan
Angulasi
Rotasi
Distraksi
Over-riding
Impaksi
KLASIFIKASI FRAKTUR BERDASARKAN HUBUNGAN ANTARA
FRAGMEN DENGAN FRAGMEN LAINNYA

Gambaran Klinis

Anamnesis
Datang dengan suatu trauma
Ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak
Nyeri
Pembengkakan
Gangguan fungsi anggota gerak
Deformitas
Kelainan gerak
Krepitasi



Pemeriksaan Fisik
Inspeksi (look)
o Bandingkan dengan bagian yang sehat
o Perhatikan posisi anggota gerak
o Keadaan umum penderita secara keseluruhan
o Ekspresi wajah karena nyeri
o Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
o Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
fraktur tertutup dan terbuka
o Perhatikan deformitas

Palpasi
Harus dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita sangat nyeri
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Temperatur
Nyeri tekan
Krepitasi
Pemeriksaan vaskuler daerah distal palpasi arteri radialis,
arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk
mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai


Pergerakan








Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan radiologis

Prinsip Pertolongan
1. Mengurangidanmenghilangkanrasanyeri;
2. Mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.

Sindroma kompartemen
Trauma (fraktur terbuka/terutup/kompressi) menyebabkan
perdarahan/hematoma.
Gejala : nyeri, edema, denyut nadi hilang, parestesi dan
kelumpuhan

Trauma ekstremitas
1. Prioritas jangan lupa ABC
2. Kenali komplikasi dan pengobatan dari :
- Fraktur
- Dislokasi
- Amputasi
- Impaled object
- Luka terbuka neurovaskuler
- Sindroma kompartemen
3.Ketahui jumlah darah yang hilang pada fraktur di pelvis & extremitas
- Bahaya timbulkan syok
- Penderita diperiksa pada primary survey
- Secondary survey periksa neurovaskuler distal lesi
o
Fraktur femur hilang darah 1000 cc

Fraktur pelvis darah rongga abdomen & retroperitoneal

Robekan buli-buli

Robekan pembuluh darah besar
1. II. DISLOKASI
2. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi
jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen
tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi).
Pada dasarnya dislokasi :
1. - Mudah dikenal

- Perubahan bentuk anatomi

- Nyeri hebat

- Tindakan emergency

- Tidak mengancam jiwa

- Periksa denyut nadi, persarafan distal lesi

-
1. Sanggah & luruskan e
2. xtremitas posisi menyenangkan penderita

- Rujuk


III. Traumatik Amputasi.

Traumatik amputasi adalah terbuangnya suatu bagian tubuh, anggota tubuh akibat
trauma.
FRAKTUR dan DISLOKASI
Oleh Rohman Azzam

Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang
terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila
trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab
terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang
abnormal.
Bagaimana patah tulang itu terjadi ?
a. Trauma (benturan)
Ada dua trauma/ benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:
- Benturan langsung
- Benturan tidak langsung
b. Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama
Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan fraktur (patah tulang)
yang kebanyakan pada tulang tibia, fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal pada
olahragawan, militer maupun penari.
Contoh: Seorang yang senang baris berbaris dan menghentak-hentakkan kakinya, maka mungkin
terjadi patah tulang di daerah tertentu.
c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia
Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis seperti tumor maka dengan
energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal belum
dapat menimbulkan fraktur.
Bagaimana Mengetahui Adanya Patah Tulang
1. Riwayat: Setiap patah tulang umumnya mempunyai riwayat trauma yang diikuti pengurangan
kemampuan anggota gerak yang terkena. Ingat bahwa fraktur tidak selalu terjadi pada daerah
yang mengalami trauma (tekanan).
2. Pemeriksaan:
Inspeksi (Lihat) bandingkan dengan sisi yang normal, dan perhatikan hal-hal dibawah ini:
1. Adanya perubahan asimetris kanan-kiri
2. Adanya Deformitas seperti Angulasi (membentuk sudut) atau; Rotasi (memutar)dan
Pemendekan
3. Jejas (tanda yang menunjukkan bekas trauma);
4. Pembengkakan
5. Terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak;
Palpasi (Meraba dan merasakan)
Perlu dibandingkan dengan sisi yang sehat sehingga penolong dapat merasakan perbedaannya.
Rabalah dengan hati-hati !
a. Adanya nyeri tekan pada daerah cedera (tenderness);
b. Adanya crepitasi (suara dan sensasi berkeretak) pada perabaan yang sedikit kuat;
c. Adanya gerakan abnormal dengan perabaan agak kuat.
Perhatian:
Jangan lakukan pemeriksaan yang sengaja untuk mendapat bunyi crepitasi atau gerakan
abnormal, misal meraba dengan kuat sekali.
3. Gerakan
Terdapat dua gerakan yaitu :
Aktif: Adalah pemeriksaan gerakan dimana anda meminta korban menggerakkan bagian yang
cedera.
Pasif: Dimana penolong melakukan gerakan pada bagian yang cedera.
Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
Terdapat gerakan abnormal ketika menggeerakkan bagian yang cedera
Korban mengalami kehilangan fungsi pada bagian yang cedera. Apabila korban mengalami hal
ini, maka dapat disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu akibat nyeri karena adanya fraktur atau
akibat kerusakan saraf yang mempersarafi bagian tersebut (ini diakibatkan oleh karena patahan
tulang merusak saraf tersebut).
Pemeriksaan Komplikasi
Periksalah di bawah daerah patah tulang, Anda akan menemukan:
1. kulit berwarna kebiruan dan pucat;
2. denyut nadi tak teraba.
3. Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya mengalami spasme
DISLOKASI
Pengertian
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul
(paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga
terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
PEMBIDAIAN
Pertolongan Pertama pada Patah Tulang
Prinsip Pertolongan
1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;
2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak
sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.
Penanganan Secara Umum
1. DRABC
2. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka
3. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur
4. Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai
5. Tangani dengan hati-hati
6. Observasi dan atasi syok bila perlu
7. Segera cari pertolongan medis
Fraktur dan dislokasi harus diimobilisasi untuk mencegah memburuknya cedera. Tetapi situasi
yang memerlukan Resusitasi baik pernafasan maupun jantung dan cedera kritis yang multipel
harus ditangani terlebih dahulu.
Prioritas dalam menangani fraktur:
1. fraktur spinal;
2. fraktur tulang kepala dan tulang rusuk;
3. fraktur extremitas
Perhatian:
Dalam menangani fraktur, jangan hanya terpaku pada frakturnya saja tetapi selalu mulai dengan
DRABCH dan lakukan monitoring secara periodik.
Dan selalu ingat jika Anda tidak terlatih dan tidak berpengalaman jangan melakukan reposisi
baik pada fraktur mapun pada dislokasi.
Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi. Pembidaian
harus memfixasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan dibawah tulang yang
fraktur. Jika yang cedera adalah sendi, bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang
disebelah distal dan proximalnya.
Tipe-tipe bidai:
1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lainyang
keras.
2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau bahan yang lunak
lainnya.
3. Bidai Traksi
Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga dapat
terhindari kerusakan yang lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup
untuk menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan
tulang yang patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu.
Prinsip Pembidaian
a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;
b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu
ada atau tidaknya patah tulang;
c. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.
Syarat Pembidaian
1. Bidai harus meliputi dua sendi, sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota
badan yang tidak sakit;
2. Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor;
3. Bidai dibalut/ dilapisi sebelum digunakan;
4. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah;
5. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;
6. Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainnya perlu dilepas.
Aturan dasar yang harus diingat ketika melakukan pembidaian:
1. Jika ragu-ragu fraktur atau tidak Bidai
2. Bidai Rigid sebelum digunakan harus dilapisi dulu;
3. Ikatlah bidai dari distal ke proximal
4. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan
perhatikan warna kulit ditalnya;
5. Jika mungkin naikkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
PEMBALUTAN
Pembalut harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi tidak terlalu kencang
sehingga mengganggu sirkulasi atau menyebabkan nyeri. Dalam usaha untuk mencegah
pergesekan dan ketidaknyamanan pada kulit, penggunaan bantalan lunak dianjurkan sebelum
melakukan balutan. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak cedera,
kalau kedua kaki bawah mengalami cedera, pengikatan dilakukan di depan dan diantara bagian
yang cedera.
Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak terlalu kencang akibat
pembengkakan dari jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada bagian lekuk tubuh seperti
leher, lutut dan pergelangan kaki jika diperlukan.
Cara Imobilisasi Fraktur
Dengan Pembalut
Gunakan pembalut lebar bila ada;
1. Taruh pembalut dibawah bagian tubuh yang terjadi fraktur;
2. Topang lengan atau tungkai dengan bidai sampai pembalut cukup memfixasi
3. Setiap 15 menit periksa agar pembalut tudak terlalu ketat
4. Periksa pembalut supaya tidak longgar
Dengan Bidai
1. Dapat dipakai benda apa saja yang kaku dan cukup panjang melewati sendi dan ujung
tulang yang patah;
2. Pakai perban bantal diantara bidai dan bagian tubuh yang dibidai;
3. Ujung-ujung lengan/tungkai dibalut di atas dan dibawah daerah fraktur. Ikatan harus
cukup kuat pada daerah yang sehat.
TRAUMA JARINGAN LUNAK
Terkilir, regangan dan memar yang dalam lebih dulu ditangani dengan
prosedur RICE. Dengan cara ini biasanya sudah memadai, tetapi kalau
Anda meragukan beratnya cedera perlakukan sebagai fraktur.
Pertolongan pokok pada cedera ini:
1. R Rest (istirahat) bagian yang sakit
2. I Berikan Ice (es)atau kompres dingin
3. C -Compress(tekan) bagian yang sakit
4. E Elevate (tinggikan) bagian yang sakit

Istirahatkan, stabilkan dan topang bagian yang cedera dalam
posisi yang paling nyaman bagi korban;
Bila cedera baru saja terjadi, dinginkan bagian tersebut dengan
es yang dibungkus dalam kain atau dengan kompres dingin
untuk mengurangi nyeri, bengkak dan memar.
Seputar bagian yang cedera ditekan sedikit dengan gumpalan
kapas atau karet busa yang tebal, eratkan dengan balutan.
Tungkai yang cedera ditopang dan ditinggikan supaya aliran
darah ke tempat itu berkurang dan untuk mengurangi memar.
Kalau cedera sangat ringan bagian yang cedera distirahatkan
dan sarankan agar korban berobat ke dokter, bila perlu. Tetapi
bila cedera berat segera cari pertolongan medis.
Perhatian:
Untuk luka yang baru saja terjadi jangan olesi balsem pada tempat yang bengkak
atau memijatnya.
A. TERKILIR
Terkilir merupakan kecelakaan sehari-hari, terutama di lapangan
olahraga. Terkilir disebabkan adanya hentakan keras terhadap sebuah
sendi , tetapi dengan arah yang salah sehingga mengakibatkan
persendian mendapat tekanan berlebihan, peregangan atau robekan
urat yang masih menyambung. Robekan ini diikuti oelh perdarahan di
bawah kulit, dan darah yang mengumpul di bawah kulit itulah yang
menyebabkan terjadinya pembengkakan.
Gejala dan Tanda
1. Rasa sakit yang cukup kuat, keterbatasan pergerakan dan
kehilangan fungsi;
2. Bengkak;
3. Memar (cepat timbul);
Terkilir pergelangan kaki
Terkilir paling banyak terjadi pada daerah pergelangan kaki.
Kebanyakan pergelangan kaki terkilir ke arah dalam. Dengan akibat,
ligamen antara tulang betis dan tulang kering bagian depan terobek.
Itulah sebabnya terdapat rasa nyeri bila ditekan terutama di daerah
ini, dan pembengkakan pun terjadi di depan mata kaki.
Terkilir ke arah luar dapat juga terjadi. Dalam hal ini, rasa nyeri dan
bengkak berawal di mata kaki sebelah dalam
Pertolongan:
1. DRABC
2. Pastikan ada tidaknya patah tulang
3. Dalam hal ini, tulang yang patah biasanya adalah ujung-
ujung bawah tulang betis dan tulang kering. Periksalah
dengan jalan menekan tulang itu dari telapak kaki dan betis
bagian atas secara hati-hati. Dapat pula dengan menekan
tulang kering dan tulang betis ke arah salaing mendekati,
apabila terasa nyeri, kemungkinan besar ujung tulang-tulang
itu patah. Bila tak ada patah tulang lakukan tindakan
selanjutnya;
4. Istirahatkan korban dan kendorkan sepatu penderita;
5. Untuk sementara balutlah pergelangan kakinya dengan
pembalut ataupun mitela seperti gambar di bawah ini:
6. Prinsip RICE (lihat Luka memar); Compress dilakukan
dengan menggunakan pembalut tekan atau pembalut elastis
7. Cari pertolongan medis
8. Jika tidak ada pembalut, dapat pula mempergunakan
plester menurut cara Gibney (Gibney ankle strapping). Strapping
tersebut dikenakan dengan kaki dalam kedudukan terbujur dan
lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya. Strapping tidak boleh
sampai menutupi penuh pergelangan kaki.
Selama 24 jam berikutnya penderita tidak boleh mempergunakan
kakinya yang cedera untuk menahan berat badan. Ia harus beristirahat
dengan kaki yang cedera diletakkan lebih tinggi dari bagian tubuh
lainnya. Pembengkakan biasanya mereda setelah 36-48 jam
kemudian.
Prevalensi
Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45
tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada
Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya
osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.
Jenis fraktur
1. Complete fraktur (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan
melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
2. Closed frakture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit
masih utuh.
3. Open fracture (compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan
luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit)
atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:
o Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
o Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
o Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif.
4. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.
5. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
6. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
9. Depresi, fraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang
tengkorak dan wajah).
10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget,
metastasis tulang, tumor).
12. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
13. Epifisial, fraktur melalui epifisis.
14. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
Manifestasi klinis
Nyeri terus menerus, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus,
pembengkakan lokal dan perubahan warna.
Pemeriksaan
Tanda dan gejala kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perawat perlu mnilai pain (
rasa sakit ), paloor ( kepucatan/perubahan warna), paralisis ( kelumpuhan/ketidakmampuan
untuk bergerak ), parasthesia ( kesemutan ), dan pulselessnes ( tidak ada denyut )
Rotgen sinar X Pemeriksaan CBC jika terdapat perdarahan untuk menilai banyaknya darah yang
hilang.
Penatalaksanaan
Segera setelah cedera perlu untuk me- imobilisasi bagian yang cedera apabila klien akan
dipindhkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cedera tersebut untuk
mencegah terjadinya rotasi atau angulasi.
Prinsip penanganan fraktur meliputi : Reduksi Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen
tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang
ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat
yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan
pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kaawat, sekrup, plat, paku. Iimobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna Mempertahankan dan
mengembalikan fungsi Status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri,
perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang
mengalami fraktur adalah krg lbh 3 bln.
tergantung dari regio mana yang mengalami fraktur, serta nutrisi yang
diberikan.
a. Falang ( jari )
b. Metakarpal
c. Karpal
d. Skafoid
e. Radius dan ulna
f. Humerus
Suprakondiler
Batang
Proksimal ( impaksi )
Proksimal ( dengan pergeseran )
g. Klavikula
h. Vertebra
i. Pelvis
j. Femur
Intrakapsuler
Intratrohanterik
Batang
Suprakondiler
k. Tibia
Proksimal
Batang
Maleolus
l. Kalkaneus
m. Metatarsal
n. falang (jari kaki)

You might also like