You are on page 1of 12

RFID Tags

1. PENDAHULUAN

RFID (Radio Frequency Identification) adalah salah satu teknologi


terbaru dalam teknik mengidentifikasi dan melacak suatu objek
memanfaatkan gelombang radio. Objek tersebut dapat berupa benda
bergerak, hewan dan dapat pula manusia. Pada objek yang akan dilacak
tersebut dipasang/ ditanam penanda yang disebut RFID tag.

Gambar 1. Sebuah RFID tag

Tidak seperti Universal Product Code lainnya yang contohnya barcode,


RFID tidak memerlukan kontak atau komunikasi secara line-of-sight.
Sehingga suatu saat RFID mungkin dapat menggantikan peranan barcode.
RFID saat ini sedang populer digunakan secara luas mulai dari negara-
negara maju tempat asal dari teknologi tersebut hingga negara dunia ketiga.
RFID di negara maju banyak dijumpai pada sistem pembayaran penggunaan
jasa transportasi publik (seperti subway, bus, KRL, trem dan lainnya),
manajemen pemantauan pengiriman barang/logistik, asset tracking,
pembayaran karcis tol, manajemen perpustakaan, identifikasi hewan ternak
hingga diimplan di bawah kulit tubuh manusia.

[1]
2. KOMPONEN-KOMPONEN & CARA KERJA SISTEM

2.1 Basic RFID System


RFID Tiga komponen dasar RFID system yaitu:

• Antena

• transceiver (with decoder)

• transponder (RF tag), yang diprogram untuk menyimpan


informasi.

Gambar 2. Bagan sistem RFID

2.1 Antena

Antena merupakan media komunikasi antara tag dengan


transceiver, yang mengendalikan akuisisi data dan komunikasi
sistem. Medan elektromagnetik yang dihasilkan antenna dapat
tetap ada ketika beberapa tag di sekitarnya terlacak secara terus
menerus. Jika medan yang tetap itu tidak diperlukan, suatu sensor
dapat digunakan untuk mengaktifkan medan tersebut. Antena
seringkali sepaket dengan transceiver dan decoder menjadi suatu
reader atau interrogator.

2.2 RFID Tag


Di dalam RFID tag terdapat sebuah microchip atau IC. Tag
memiliki kemampuan menyimpan data hingga 2 kilobyte. Namun
ada pula beberapa tag yang tanpa chip yang artinya untuk
menyimpan informasi tidak diperlukan IC. Sebagai gantinya, RFID
tag menggunakan fiber atau material lainnya yang dapat
merefleksikan sinyal reader kembali; sinyal kembali yang unik
digunakan sebagai identifier. Keuntungan dari chipless tag ini

[2]
adalah mereka dapat digunakan pada beberapa lingkungan yang
berbeda dan juga kurang sensitif terhadap perubahan temperature
dan interferensi frekuensi radio.
RFID tags bisa berupa active, passive dan semi-passive tag.
Active RFID tags memerlukan sumber daya internal untuk
menyuplai daya untuk IC dan lalu untuk mengirimkan sinyal respon
ke reader. Sumber daya dapat berupa baterai yang dapat di-
charge, baterai arloji atau sumber daya AC.
Passive RFID tags tidak memiliki internal power source. Ketika
tag menjumpai suatu gelombang elektromagnetik, arus listrik di
dalam antena akan terinduksi untuk membentuk medan
elektromagnetik. Passive RFID tag kemudian dapat
menerima/menyerap daya dari sinyal yang dihasilkan reader-nya
untuk memberikan energi agar tag dapat mengirimkan sinyal
respon ke reader. Passive RFID tag lebih murah dan lebih kecil
ukurannya dibandingkan Active RFID tag namun tentu saja range
pembacaan datanya oleh reader jadi lebih sempit jika dibandingkan
Active tag. Selain itu passive tag memiliki umur operasional yang
hamper tidak terbatas.
Semi-passive RFID tags memiliki sumber daya internal sendiri
yang menyuplai daya chip-nya namun tidak untuk mengirimkan
sinyal. Ketika energinya dipantulkan kembali ke reader, pengiriman
sinyal respon baru dapat dilakukan.
Reading range dipengaruhi oleh:
a. Frekuensi gelombang radio yang digunakan
b. Ukuran antenna tag
c. Power output reader
Active dan semi-passive tag diimplementasikan pada objek-
objek yang berharga yang memerlukan range pembacaan yang
jauh – frekuensi tinggi dari 850 s/d 950 MHz yang dapat dibaca
dalam jarak 100 feet atau lebih. Jika diperlukan pembacaan tag
yang lebih jauh lagi, diperlukan tambahan baterai pada tag yang
dapat mengirimkan sinyal respon ke reader dalam range lebih dari
300 feet (100 meter).

[3]
Tag yang ditenagai oleh baterai memiliki reading range
biasanya 300 feet (100 meter). Tag seperti ini digunakan pada
sistem pembayaran tol. High-frequency tag yang sering digunakan
pada smart card memiliki reading range sekitar 3 feet atau kurang.
UHF tag memiliki reading range antara 20-30 feet pada kondisi
yang ideal. Jika tag berhubungan dengan air atau logam, reading
range dapat menjadi berkurang secara signifikan karena
gelombang radio akan memantul jika menabrak benda logam dan
terserap oleh air. Jika ukuran antenna UHF dikurangi, reading range
juga dapat menurun drastic. Menambahkan power output dapat
menambah range namun hal ini dapat menginterferensi RF device
lainnya seperti cordless phone.
Ada tiga tipe penyimpanan data dalam chip tag yaitu: read-
write, read-only dan WORM (write once, read many). Data di dalam
read-write tag dapat di-overwrite dan ditambah atau dimodifikasi,
sedangkan read-only tag tidak dapat di-overwrite, ditambah atau
dimodifikasi – hanya menyimpan data yang disimpan di sana sejak
chip tersebut dibuat. WORM tags dapat diisi additional data (seperti
serial number lainnya) yang dapat ditambah sekali namun tidak
dapat di-overwrite.
2.1 Cara Kerja Sistem

1. Antenna mengemisikan sinyal radio untuk mengaktifkan tag


dan untuk me-read-and-write data.

2. Reader mengemisikan gelombang radio dalam range antara 1-


100 feet atau lebih tergantung dayanya dan frekuensi radio
yang digunakannya. Ketika sebuah RFID tag menjumpai suatu
area bergelombang elektromagnetik, tag mendeteksi sinyal
aktivasi dari reader.

3. Reader kemudian men-decode data yang ada di dalam IC pada


tag (silicon chip) dan data kemudian dilewatkan ke computer
untuk diproses.

2.1 Frekuensi

[4]
• Low-frequency (LF: sekitar 125 KHz) sistem memiliki reading
range yang pendek dan biayanya adalah yang termurah. Paling
banyak frekuensi ini digunakan pada security access, asset
tracking,dan animal identification.

• High-frequency (HF: 13,56 MHz) sistem memiliki reading


range yang luas (> 90 feet) dan kecepatan baca yang
tinggi,digunakan pada railroad car tracking dan automated toll
collection. Namun biayanya lebih tinggi dari LF system.

• Ultra high frequency (UHF: 860 MHz s/d 960 MHz)

• Microwave (2,45 GHz)

1. RFID TAG
3.1. Active RFID Tag

Gambar 3. Sebuah Active RFID tag

Sebuah active RFID tag terdiri dari sebuah microchip yang


dikombinasikan dengan antenna atau coil. Antena pada tag menangkap
sinyal yang dikeluarkan dari RFID reader lalu mengirimkan kembali sinyal itu
sebagai sinyal respon yang berisi informasi atau data-data yang masih ter-
decode seperti sebuah identifikasi. Chip atau Integrated Circuit (IC) di dalam

[5]
tag diprogram untuk menyimpan informasi dan di-decoding yang nantinya
akan dikirimkan ke reader jika diminta (tentu reader mengirimkan sinyal
aktivasi ke tag terlebih dahulu) seperti sebuah proses identifikasi. Chip juga
dapat digunakan untuk mengolah informasi ini atau untuk memodulasi dan
mendemodulasikan sinyal yang dilacak.

Gambar 4. Contoh dari RFID reader

Gambar 5. Ujicoba menggunakan passive RFID tag berbentuk smart card

1.2. Passive RFID Tag

[6]
Passive tag adalah RFID tag yang tidak dilengkapi baterai atau
internal power source lainnya; daya ke tag disuplai oleh readernya
memenafaatkan gelombang elektromagnetik. Ketika gelombang radio
dari reader menemukan sebuah passive RFID tag, arus listrik di dalam
antena pada tag akan terinduksi untuk membentuk medan
elektromagnetik. Passive RFID tag kemudian dapat
menerima/menyerap daya dari sinyal yang dihasilkan reader-nya untuk
memberikan energi agar tag dapat mengirimkan sinyal respon ke
reader.

Gambar 6. Sebuah Passive RFID tag chip

1. ELEKTRONIKA SISTEM RFID

[7]
Gambar 7. Diagram blok model RFID system dengan passive tag

Diagram blok di atas adalah model sistem RFID dengan menggunakan


passive tag dan berbasis mikrokontroler. Mikrokontroler menghasilkan
squarewave dengan frekuensi 125 KHz untuk frekuensi carrier. Gelombang
dikirimkan via RF choke yang merupakan sebuah passive low-pass filter yang
mengubah squarewave menjadi sinewave. Sinewave lalu diamplifikasi
menggunakan emitter follower PNP transistor dan transistor BJT half bridge
untuk memaksimalkan arus. Karena rangkaian adalah sebuah RLC, maka
resonansi maksimum didapatkan pada impedansi yang minimum sehingga
sangat penting untuk memberikan penguatan arus secukupnya agar tidak
meng-overdrive mikrokontroler.

[8]
Pada receiver, sinyal dari tag di-half-wave-rectified-kan terlebih dulu
lalu diumpankan ke half-wave RC filter untuk mengeluarkan gelombang
carrier 125 KHz dan mendeteksi envelope signal. Sinyal ini lalu di-BPF kan
dan di-LPF kan untuk mengurangi gain lebih jauh pada frekuensi di luar 10-20
KHz area dan meningkatkan gain dari envelope signal untuk mensaturasi
opamp di filter. Pada final stage, sinyal dilewatkan di komparator dan
resistive divider untuk menghasilkan squarewave yang baik. Squarewave
didemodulasikan lalu data diekstrak untuk diumpankan ke mikrokontroler
untuk diproses.

2. KELEBIHAN & FITUR-FITUR RFID TAGS

Keuntungan terbesar dari sistem RFID ini secara umum yaitu teknologi
yang tidak memerlukan kontak fisik dan lingkungan yang line-of-sight dalam
mengidentifikasi suatu objek. Tag dapat dibaca dalam substansi seperti salju,
kabut, es, cet, permukaan yang berdebu dan rintangan visual lainnya
--kecuali air-- dimana barcode tidak bisa melakukannya dan menjadi tidak
berguna. RFID tag dapat juga dibaca dalam kondisi yang serba cepat, dalam
beberapa kasus, RFID merespon dalam waktu kurang dari 100 milidetik.
Kemampuan baca/tulis dari sistem active RFID juga keuntungan yang besar
bagi aplikasi interaktif seperti pelacakan. Meskipun dibandingkan dengan
barcode teknologi ini lebih mahal, RFID tidak dapat tergantikan untuk saat ini
dalam peranannya di bidang automated data collection dan proses
identifikasi objek.

Pengembangan teknologi RFID masih berlanjut menuju kapasitas


memori penyimpanan yang lebih besar, reading range yang lebih luas dan
processing yang lebih cepat lagi. Namun teknologi ini sepertinya belum akan
menggantikan bar code — IC di dalam RF tag tidak akan semurah barcode
label. Bagaimanapun juga, RFID akan terus berkembang di tempat dimana
teknologi optic dan barcode lainnya tidak efektif.

Kelebihan-kelebihan dari active RFID tag di antaranya:

a. Dapat dibaca pada jarak 100 feet atau lebih, kegunaan alat menjadi
lebih meningkat.

b. Dapat menggunakan sensor lainnya yang memanfaatkan daya listrik.

[9]
c. Reading range yang lebih luas karena disuplai oleh sumber energy
internal.

Fitur-fitur active RFID tag di antaranya:

a. Range komunikasi yang paling luas dari tag-tag lainnya.

b. Kemampuan monitoring & kendali independen.

c. Kemampuan melakukan diagnosis.

d. Kemampuan memulai komunikasi.

e. Bandwidth data terbesar.

f. Active RFID tag dapat diperlengkapi dengan network; tag secara


otomatis memiliki kemampuan untuk menentukan jalur komunikasi
terbaik.

Kelebihan passive RFID tag di antaranya:

a. Tag berfungsi tanpa baterai dan internal power source lainnya;


umur operasional jadi lebih lama, lebih dari 20 tahun.

b. Harga tag lebih murah.

c. Tag lebih kecil ukurannya (beberapa seukuran butir beras).

d. Tag-tag tersebut hamper tidak terbatas pengaplikasiannya untuk


masyarakat luas dan bidang usaha apapun.

1. PROBLEM-PROBLEM & KEKURANGAN

6.1. Problem-problem

Satu problem yang dijumpai RFID adalah sinyal dari satu reader dapat
menginterferensi sinyal lainnya dimana coverage-nya berdekatan
(overlapping). Hal ini dinamakan reader collision. Untuk mencegah problem
ini, digunakan teknik Time Division Multiple Access atau TDMA. Reader
diinstruksikan untuk membaca dalam waktu yang berlainan, lebih baik dari
daripada pembacaan dalam waktu yang sama. Hal ini meyakinkan agar tidak
terinterferensi satu sama lain namun ini juga berarti RFID tag apapun dalam
area dimana dua reader berselisihan, tag akan dibaca dua kali. Oleh karena
itu harus diprogram agar.

[10]
"Dense reader" mode

Mode operasi untuk mencegah reader dari menginterferensi reader


lainnya yang berdekatan. Reader meloncat di antara channel dalam spektruk
frekuensi tertentu (misalnya di AS antara 902 s/d 928 MHz) dan mungkin
diperlukan bagi sinyal sebelum memanfaatkan channel. Jika reader itu
mendengar reader lainnya menggunakan channel itu, reader pergi ke
channel lainnya untuk mencegah interferensi dengan reader di dalam
channel tersebut.

6.2. Kekurangan-kekurangan

Kekurangan dari active RFID tag di antaranya:

• Tag tidak dapat berfungsi tanpa daya dari baterai yang mana juga
membatasi umur operasinal dari active tag ini.

• Active tag ini umumnya lebih mahal, setiap tag berharga USD 20 atau lebih.

• Dengan fisik lebih besar maka juga membatasi penggunaannya.

• Biaya maintenance jarak panjang untuk active RFID tag dapat lebih besar
dari passive tag jika baterai-baterai untuk active tag harus diganti secara
berkala.

• Daya baterai yang lemah dapat mengakibatkan kesalahan pembacaan.

Kekurangan dari passive RFID tag di antaranya:

• Tag hanya dapat dibaca dalam jarak yang sangat pendek, biasanya beberapa
kaki saja.

• Tidak dapat pula ditambahkan sensor yang juga mengambil sumber daya
listrik.

• Tag yang tertinggal masih dapat terbaca dalam waktu sangat lama, bahkan
setelah produk yang di-tag tersebut terjual dan tidak lagi dilacak.

[11]
DAFTAR PUSTAKA

[1] Active RFID Tags. http://www.technovelgy.com/ct/Technology-


Article.asp?ArtNum=21
[2] Passive RFID Tags. http://www.technovelgy.com/ct/Technology-
Article.asp?ArtNum=47
[3] Components of RFID, RFID FAQs.
http://www.aimglobal.org/technologies/rfid/
[4] How RFID Works. http://electronics.howstuffworks.com/gadgets/high-
tech-gadgets/rfid.htm
[5] Radio-frequency Identification – Wikipedia, the free encyclopedia.
http://en.wikipedia.org/wiki/Radio-frequency_identification
[6] What is RFID tag. http://www.tech-faq.com/rfid-tag.shtml
[7] Ross, Craig dan Goto, Ricardo. Final Design Project – RFID Proximity
Security
Systems.http://instruct1.cit.cornell.edu/courses/ee476/FinalProjects/s2
006/cjr37/Website/index.htm

[12]

You might also like