You are on page 1of 30

UNI EROPA: SEJARAH, KEANGGOTAAN, DAN STUKTUR KELEMBAGAAN

(Farida Puspitasari,SH,M.Hum)

I. PENDAHULUAN
Manusia pada umumnya, dilahirkan seorang diri1. Sebagai pribadi yang
utuh, manusia terbentuk dan ditempa dari lingkungannya. Dalam hal ini, skup
terkecil dari lingkungan yang pertama kali dikenalnya adalah keluarga. Eksistensi
keluarga terwujud dari kesatuan beberapa manusia yang mempunyai keinginan
yang sama untuk mencapai tujuannya. Keluarga hidup dalam suatu kelompok
sosial, yang kemudian dikenal sebagai masyarakat. Masyarakat bisa diartikan
sebagai satu kehidupan bersama yang anggota-anggotanya mengadakan pola
tingkah laku yang maknanya dimengerti oleh sesama anggota. Masyarakat
merupakan suatu kehidupan bersama yang teroganisir untuk mencapai dan
merealisisasikan tujuan bersama.2
Di dalam hubungan antar manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat tersebut, yang agaknya paling penting adalah reaksi yang timbul
sebagai akibat hubungan-hubungan tadi. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan
tindakan seseorang bertambah luas. Sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai
dua hasrat atau keinginan pokok. Pertama, keinginan menjadi satu dengan
manusia lain di sekelilingnya, yaitu masyarakat. Kedua, kenginan untuk menjadi
satu dengan suasana alam sekelilingnya. Untuk dapat menghadapi dan
menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut di atas, manusia
mempergunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya. 3
Setiap manusia mempunyai kepentingan. Kepentingan adalah suatu
tuntutan perseorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi.4 Dalam
memenuhi kepentingan-kepentingannya tersebut tidak mustahil jika timbul konflik
atau perselisihan sesama manusia. Konflik kepentingan terjadi ketika dalam
memenuhi kebutuhan atau kepentingannya tersebut seseorang merugikan orang

1
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, 1982, hal.109.
2
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1996, hal.1-2.
3
Soerjono Soekanto, opcit, hal.110-111.
4
Sudikno Mertokusumo, opcit, hal.1.

1
lain. Untuk menghindari dan menyelesaikan konflik antar kepentingan, maka
manusia berinisiatif untuk membentuk suatu lembaga kemasyarakatan yang
berfungsi melindungi kepentingan-kepentingannnya. Lembaga kemasyarakatan
itu memuat pedoman bagaimana seharusnya manusia bersikap dan bertingkah
laku agar tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain sehingga terwujud lah
tujuan bersama seperti yang dicita-citakan. Pedoman untuk berperilaku atau
bersikap dalam kehidupan bersama ini disebut norma atau kaedah sosial5 yang
meliputi berbagai aspek, baik manusia dalam aspek kehidupan pribadi maupun
manusia dalam aspek kehidupan antar pribadi.
Suatu masyarakat cenderung bukan merupakan kelompok yang statis,
akan tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan baik
dalam aktivitas maupun bentuk sesuai dengan waktu dan tempatnya. Begitu pula
suatu negara, yang semula berkembang dari sekumpulan beberapa manusia,
kemudian menjadi beberapa kelompok sosial yang hidup dalam suatu wilayah
tertentu dan kemudian menjadi bagian komunitas masyarakat dunia yang
mendapat pengakuan dari negara-negara lain akan eksistensinya sebagai suatu
subyek hukum internasional.
Negara sebagai anggota masyarakat internasional tidak bisa eksis tanpa
mengadakan hubungan dengan masyarakat internasional lainnya. Hubungan
simbiosis antara satu negara dan negara lainnya tersebut didasari karena adanya
kepentingan atau tuntutan pemenuhan kebutuhan satu sama lain yang tetap
dan terus menerus serta mencakup berbagai bidang kehidupan. Sejalan dengan
tuntutan pemenuhan kebutuhan tersebut, maka muncul juga tuntutan untuk
memelihara, mengatur, dan menyelesaikan konflik kepentingan yang terjadi
akibat hubungan tersebut melalui cara-cara kelembagaan.
Pada awalnya cara untuk memelihara, mengatur, dan menyelesaikan
konflik tersebut dimulai dari hubungan bilateral diantara dua negara yang saling
bekerjasama melalui lembaga konsul yang timbul sejak zaman Yunani dan
Romawi dengan tugas utamanya adalah melindungi kepentingan warga negara

5
Ibid, hal.4.

2
yang bekerjasama di bidang perdagangan.6 Perkembangan selanjutnya, dari
lembaga konsul kemudian ditingkatkan menjadi lembaga diplomatik yang
menempatkan duta besar sebagai perutusan negara yang mewakili, mengatur
dan mengurus hubungan antara negara pengirim dan negara penerima atau di
negara dimana perutusan diplomatik tersebut ditempatkan.
Timbulnya hubungan internasional secara umum tersebut pada hakikatnya
merupakan proses perkembangan hubungan antar negara, karena kepentingan
dua negara tidak dapat menampung kehendak banyak negara,7 maka untuk itu
harus dicari cara lain yang bisa mewakili kepentingan-kepentingan semua negara
yang terkait dalam hubungan internasional itu. Cara yang ditempuh adalah
dengan membentuk organisasi internasional untuk memenuhi tujuan yang
menjadi kepentingan bersama dan mencakup bidang kehidupan yang luas yaitu
dengan menetapkan peraturan-peraturan yang mengikat mereka secara pasti
guna melindungi kepentingan masing-masing negara.
Perkembangan organisasi internasional dimulai di benua Eropa. Di dalam
bidang perhubungan misalnya, negara-negara Eropa pada tahun 1815 telah
mengatur hubungan pelayaran melalui Sungai Rhine (Central Commission for the
Navigation of the Rhine), dan di dalam Kongres Paris1856 juga telah disepakati
suatu persetujuan melalui Sungai Danube bagi negara-negara yang dilalui sungai
ini (Danube Commission). Di bidang perdagangan, pada tahun 1933 telah ada
International Wheat Agreement yang mengatur produksi dan pemasaran
gandum Internasional. Pada tahun 1934 beberapa negara telah menyetujui
tentang pengaturan produksi dan ekspor karet melalu Regulation of the
Production and Export of Rubber.8 Kemudian pada tahun 1952 di bentuk suatu
Komunitas Batu Bara dan Baja Eropa (European Coal and Steel Community/
ECSC) yang merupakan cikal bakal proses integrasi Eropa.
Uni Eropa adalah merupakan kumpulan dari negara-negara demokratis di
Eropa yang berkomitmen untuk perdamaian dan kesejahteraan bersama,

6
D.W.Bowett, Hukum Organisasi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hal.1.
7
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, 1990, hal.1.
8
Ibid, hal.2.

3
sehingga merupakan suatu organisasi internasional yang permanen karena
mempunyai tujuan yang berkesinambungan. Uni Eropa bukan merupakan satu
negara yang bertujuan untuk menggantikan negara-negara yang sudah eksis
keberadaannya, tapi lebih merupakan suatu organisasi internasional diantara
negara-negara Eropa. Uni Eropa bisa dikatakan merupakan organisasi
internasional yang unik, karena negara-negara anggotanya menyerahkan
sebagian kedaulatannya secara sukerala. Jadi, untuk hal-hal tertentu dan khusus
mengenai kepentingan bersama diantara mereka bisa diatur secara demokratis
di tingkat Eropa. Penyatuan kedaulatan ini yang kemudian disebut sebagai
“Integrasi Eropa”.
Sejarah Uni Eropa dimulai sejak usai Perang Dunia II. Ide integrasi Eropa di
tujukan untuk mencegah agar tidak terjadi lagi perang di antara negara-negara
Eropa seperti yang sudah terjadi di masa lampau. Ide ini pertama kali dituturkan
oleh Robert Schuman, seorang Menteri Luar Negeri Perancis dalam pidatonya
pada tanggal 9 Mei 1950. Tanggal ini lah yang kemudian ditetapkan menjadi hari
ulang tahun Uni Eropa yang dirayakan setiap tahun dan kemudian disebut
sebagai “Hari Eropa”.
Pada awal-awal tahun berdirinya, kerjasama diantara negara-negara Uni
Eropa hanya berkisar pada bidang perdangan dan ekonomi saja, tapi sekarang
kerjasama tingkat Uni Eropa sudah mencakup bidang-bidang yang lebih luas
yang berhubungan langsung dengan hajat hidup manusia. Misalnya tentang hak-
hak warga negara, jaminan kepastian dalam kebebasan, keamanan, dan
keadilan, penciptaan lapangan kerja, perlindungan lingkungan, serta
pembangunan regional. Uni Eropa telah memberi kontribusi setengah abad lebih
pada stabilitas, perdamaian dan kesejahteraan. Selain itu Uni Eropa juga telah
membantu meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, membentuk pasar tunggal
Eropa, menyatukan mata uang Eropa (Euro), dan memberi kemudahan layanan
administrasi lintas batas negara.
Eropa adalah suatu benua yang mempunyai banyak perbedaan dalam
tradisi, bahasa, dan juga berbagi dalam nilai atau perilaku. Nilai-nilai ini lah yang
dipertahankan Uni Eropa. Tujuannya adalah untuk mendukung kerjasama

4
diantara masyarakat Eropa, mengedepankan kesatuan dalam keanekaragaman
serta memastikan bahwa segala keputusan yang diambil harus berpihak pada
warganya. Dalam pertumbuhan tingkat ketergantungan yang semakin tinggi di
abad 21 ini, akan lebih baik jika warga Eropa mau bekerjasama dengan orang-
orang dari negara-negara lain dalam semangat rasa keingintahuan, toleransi dan
solidaritas diantara mereka.

II. SEJARAH PEMBENTUKAN UNI EROPA


Organisasi internasional bisa dikatakan merupakan salah satu wujud dari
lembaga kemasyarakatan. Suatu lembaga kemasyarakatan yang bertujuan
untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan pokok manusia pada dasarnya
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:9
1. Memberikan pedoman bagi anggota-anggota masyarakat bagaimana
mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi
masalah-masalah yeng berhubungan dengan pemenuhan kepentingan
atau kebutuhan hidupnya;
2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan;
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control) yang merupakan sistem pengawasan
dari masyarakat teradap perilaku anggota-anggotanya.
Suasana Eropa sangat baik untuk tumbuh dan berkembangnya lembaga-
lembaga internasional pada masa setelah Perang Dunia II. Eropa merupakan
pusat tradisi nasionalisme dan kedaulatan negara. Usaha-usaha kerjasama yang
dilakukan mencakup pembatasan-pembatasan atas kedaulatan nasional seperti
yang terlihat dimanapun di dunia. Sumber dinamika ini terletak pada studi
kompleks dari mereka sendiri, yang bila disederhanakan meliputi 4 sumber yaitu:10
1. Kebutuhan kerjasama yang timbul karena adanya hubungan timbal balik;
2. Adanya anggapan bahwa pemulihan perekonomian yang diperlukan
untuk menjalankan kembali roda ekonomi Eropa dan menjadikannya

9
Soerjono Soekanto, opcit, hal.193.
10
D.W.Bowett, opcit, hal 214.

5
mampu bersaing dapat dicapai melalui tindakan yang dilakukan secara
bersama-sama;
3. Daya tarik ideologis “Komunitas Eropa” yaitu semacam perserikatan
negara-negara Eropa yang muncul untuk menggantikan negara-negara
merdeka dan berdaulat;
4. Adanya persaan cemas akan datangnya agresi Uni Soviet terhadap Eropa
Barat yang telah dengan sendirinya terwujud dalam pakta pertahanan
militer Barat.
Organisasi internasional yaitu Uni Eropa yang akan penulis uraikan disini
adalah merupakan organisasi internasional publik, dan bukan merupakan
organisasi internasional privat. Organisasi internasional adalah organisasi yang
dibentuk dengan suatu perjanjian oleh tiga negara atau lebih sebagai pihak-
pihaknya11 untuk saling mengikatkan diri dalam mencapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan. Organisasi internasional yang terbentuk biasanya mempunyai
banyak kesamaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu sehingga
mempengaruhi klasifikasi atau pengkategorian organisasi internasional tersebut.
Organisasi internasional, dalam hal ini organisasi internasional publik
dibentuk berdasarkan perjanjian internasional multilateral sekaligus perjanjian itu
menjadi instrumen pokok dari organisasi internasional itu yang berisi asas dan
tujuan, keanggotaan, struktur dan cara kerja organisasi internasional
tersebut.12Adapula organisasi internasional yang dalam instrumen pokoknya
mengatur tentang pembubaran atau pengakhiran berlakunya organisasi
internasional itu,
Boer Mauna, seorang pakar hukum internasional mendefinisikan organisasi
internasional sebagai himpunan negara-negara yang terikat dalam suatu
perjanjian internasional yang dilengkapi dengan suatu anggaran dasar dan

11
Sumaryo Suryokusumo, op.cit.hal.105.
12
F.Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 1998, hal.125.

6
organ-organ bersama serta mempunyai personalitas yuridis yang berbeda
daripada yang dimiliki oleh negara-negara anggota.13
Sehubungan dengan pembentukan organisasi internasional yang
didasarkan pada perjanjian internasional multilateral, dibenarkan pula oleh Sri
Setianingsih Suwardi14 yang menyatakan bahwa:
Perjanjian internasional yang dibuat oleh negara-negara untuk membuat
suatu organisasi internasional biasanya disebut anggaran dasar organisasi
internasional. Misalnya PBB menyebutnya dengan Piagam, Mahkamah
Internasional dan Dewan Eropa menyebutnya dengan Statuta, LBB
menyebutnya dnegan Covenant dan lain-lain.

Sumaryo Suryokusumo15 juga menegaskan bahwa:


Organisasi internasional dibentuk oleh negara-negara anggotanya melalui
instrumen pokok yang telah disetujui bersama pada hakikatnya merupakan
suatu mekanisme untuk mengadakan kerjasama dalam semua kegiatan di
berbagai sektor kehidupan internasional yang menjadi kepentingan
bersama.

Kata “instrumen pokok yang telah disetujui bersama” yang dimaksud oleh
Sumaryo Suryokusumo tidak lain adalah perjanjian internasional yang kemudian
dijadikan sebagai konstitusi suatu organisasi internasional.
Constituent instrument (instrumen pokok) memuat ketentuan-ketentuan
tentang organisasi internaional dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya
sebagai perwujudan hak dan kewajiban yang diperolehnya sebagai subyek
hukum internasional. Instrumen pokok tersebut memuat prinsip-prinsip, tujuan,
struktur, maupun cara organisasi itu bekerja. Dalam beberapa hal, organisasi
internasional juga dapat bertindak sebagai badan pembuat hukum (treaty
making powers) yang menciptakan prinsip-prinsip hukum internasional dalam
berbagai instrumen hukum.
Beberapa literatur menyebutkan kata “Constituent Instrument” sama
artinya dengan “Basic Instrument”. Padahal, sebenarnya dua kata ini sungguh

13
Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Alumni,
Bandung, 2003, hal.419.
14
Sri Setianingsih SuwardiPengantar Hukum Organisasi Internasional, UI Press,Jakarta, , 2004, hal 183-184.
15
Sumaryo Duryokusumo, opcit, hal.128.

7
berbeda arti dan maksudnya.16 Constituent Instrument merupakan perjanjian
internasional yang dijadikan sebagai konstitusi suatu organisasi internasional,
sedangkan Basic Instrument merupakan perjanjian internasional yang dijadikan
dasar pembentukan suatu organisasi internasional
Suatu organisasi internasional yang dibentuk berdasarkan perjanjian
internasional dan menetapkan bahwa perjanjian internasional tersebut
merupakan constituent instrument menunjukkan bahwa organisasi internasional itu
telah memiliki personalitas hukum (Legal Personality). Personalitas hukum
menunjukkan bahwa suatu organisasi internasional memiliki kapasitas hukum
(Legal Capacity) yang diperlukannya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
seperti yang diatur dalam hukum internasional.17
Sejarah integrasi negara-negara di Eropa yang kemudian dalam
perkembangannya menjadi Uni Eropa didasarkan pada beberapa basic
instrument. Basic instrument tesebut meliputi:18

1. The Treaty of Paris (ECSC), 1952


Proses integrasi Eropa bermula dari dibentuknya “Komunitas Batu Bara dan
Baja Eropa” (European Coal and Steel Community/ECSC), yang Traktat-nya
ditandatangani tanggal 18 April 1951 di Paris dan berlaku sejak 25 Juli 1952 sampai
tahun 2002. Tujuan utama ECSC Treaty adalah penghapusan berbagai hambatan
perdagangan dan menciptakan suatu pasar bersama dimana produk, pekerja
dan modal dari sektor batu bara dan baja dari negara-negara anggotanya
dapat bergerak dengan bebas. Traktat ini ditandatangani oleh Belanda, Belgia,
Italia, Jerman, Luksemburg,Perancis.
Hasil Utama:
• Pembentukan European Coal and Steel Community (ECSC);

16
Mohd.Burhan Tsani, dalam kuliah Hukum Organisasi Internasional pada tanggal 26 Oktober 2004.
17
DJ.Harris, Cases and Materials on International Law, Sweet & Maxwell, London, 1998, hal.101.
18
www.indonesianmission-eu.org

8
• Penghapusan rivalitas lama antara Jerman dan Perancis, dan memberi
dasar bagi pembentukan "Federasi Eropa".

2. The Treaty of Rome (Euratom dan EEC), 1957


Pada tanggal 1-2 Juni 1955, para menlu 6 negara penandatanganan ECSC
Treaty bersidang di Messina, Italia, dan memutuskan untuk memperluas integrasi
Eropa ke semua bidang ekonomi. Pada tanggal 25 Maret 1957 di Roma
ditandatangani European Atomic Energy Community (EAEC), namun lebih dikenal
dengan Euratom dan European Economic Community (EEC). Keduanya mulai
berlaku sejak tanggal 1 Januari 1958. Jika ECSC dan Euratom merupakan traktat
yang spesifik, detail dan rigid law treaties, maka EEC Treaty lebih merupakan
sebuah framework treaty. Tujuan utama EEC Treaty adalah penciptaan suatu
pasar bersama diantara negara-negara anggotanya melalui:

• Pencapaian suatu Custom Unions yang di satu sisi melibatkan


penghapusan customs duties, import quotas dan berbagai hambatan
perdagangan lain diantara negara anggota, serta di sisi lain
memberlakukan suatu Common Customs Tariff (CCT) vis-á-vis negara ketiga
(non anggota)
• Implementasi, inter alia melalui harmonisasi kebijakan-kebijakan nasional
anggota, four freedom of movement ( barang, jasa, pekerja dan modal).

Hasil Utama:

• Ketiga Communities tersebut masing-masing memiliki organ eksekutif yang


berbeda-beda. Namun sejak tanggal 1 Juli 1967 dibentuk satu Dewan dan
satu Komisi untuk lebih memudahkan manajemen kebijakan bersama yang
semakin luas, dimana Komisi Eropa mewarisi wewenang ECSC High
Authority, EEC Commission dan Euratom Commission. Sejak saat itu ketiga
communities tersebut dikenal sebagai European Communities (EC);

9
• Pembentukan Dewan Menteri Uni Eropa, yang menggantikan Special
Council of Ministers di ketiga Communities, dan melembagakan "Rotating
Council Presidency" untuk masa jabatan 6 bulan;
• Menbentuk Badan Audit Masyarakat Eropa, menggantikan Badan-badan
Audit ECSC, Euratom dan EEC.

3. Schengen Agreement, 1985

Diadakan pada tanggal 14 Juni 1985, dimana Belanda, Belgia, Jerman,


Luksemburg dan Perancis menandatangani Schengen Agreement. Isi
kesepakatan adalah secara bertahap menghapuskan pemeriksaan di
perbatasan mereka dan menjamin pergerakan bebas manusia, baik warga
mereka maupun warga negara lain. Perjanjian ini kemudian diperluas dengan
memasukkan Italia (1990), Portugal dan Spanyol (1991), Yunani (1992), Austria
(1995), Denmark, Finlandia, Norwegia dan Swedia (1996).

4. Single Act, Brussels, 1987

Berdasarkan White Paper yang disusun oleh Komisi Eropa dibawah


kepemimpinan Jacques Delors pada tahun 1984, Masyarakat Eropa
mencanangkan pembentukan sebuah Pasar Tunggal Eropa. Single European Act,
yang ditandatangani pada bulan Pebruari 1986, dan mulai berlaku mulai tanggal
1 Juli 1987, terutama ditujukan sebagai suplemen EEC Treaty. Tujuan utama Single
Act adalah pencapaian pasar internal yang ditargetkan untuk dicapai sebelum
31 Desember 1992.

Hasil Utama:

a. Melembagakan pertemuan reguler antara Kepala Negara dan/atau


Pemerintahan negara anggota Masyarakat Eropa, yang bertemu paling
tidak setahun dua kali, dengan dihadiri oleh Presiden Komisi Eropa;

10
b. European Political Cooperation secara resmi diterima sebagai forum
koordinasi dan konsultasi antar pemerintah;
c. Seluruh persetujuan asosiasi dan kerjasama serta perluasan Masyarakat
Eropa harus mendapat persetujuan Parlemen Eropa.

5. The Treaty of Maastricht (Treaty on European Union), 1992

Treaty on European Union (TEU) yang ditandatangani di Maastricht pada


tanggal 7 Februari 1992 dan mulai berlaku tanggal 1 November 1993, mengubah
European Communities (EC) menjadi European Union (EU). TEU mencakup,
memasukkan dan memodifikasi traktat-traktat terdahulu (ECSC, Euratom dan
EEC). Jika Treaties establishing European Community (TEC) memiliki karakter
integrasi dan kerjasama ekonomi yang sangat kuat, maka TEU menambahkan
karakter lain yaitu kerjasama dibidang Common Foreign and Security Policy (CFSP)
dan Justice and Home Affairs (JHA).

Hasil Utama:

a. Tiga pilar kerjasama UE, yaitu:

• Pilar 1: European Communities


• Pilar 2: Common Foreign and Security Policy - CFSP
• Pilar 3: Justice and Home Affairs - JHA

b. Memberi wewenang yang lebih besar kepada Parlemen Eropa untuk ikut
memutuskan ketentuan hukum Uni Eropa melalui mekanisme co-decision
procedure, dimana Parlemen dan Dewan Uni Eropa bersama-sama
memutuskan suatu produk hukum. Bidang-bidang yang masuk dalam
prosedur tersebut adalah: pergerakan bebas pekerja, pasar tunggal,
pendidikan, penelitian, lingkungan, Trans-European Network, kesehatan,
budaya dan perlindungan konsumen;

11
c. Memperpanjang masa jabatan Komisioner menjadi 5 tahun (sebelumnya
2 tahun) dan pengangkatannya harus mendapat persetujuan Parlemen;
d. Menambah area kebijakan yang harus diputuskan dengan mekanisme
qualified majority (tidak lagi unanimity), yaitu: riset dan pengembangan
teknologi, perlindungan lingkungan, dan kebijakan social;
e. Memperkenalkan prinsip subsidiarity, yaitu membatasi wewenang institusi
Uni Eropa agar hanya menangani masalah-masalah yang memang lebih
tepat dibahas di level Uni Eropa.

6. The Treaty of Amsterdam, 1997

Pada pertemuan mereka tanggal 17 Juni 1997 di Amsterdam, European


Council (para Kepala Negara dan Pemerintahan ke-15 negara anggota Uni
Eropa) merevisi TEU dan menghasilkan sebuah traktat baru. The Treaty of
Amsterdam yang mempunyai 4 (empat) tujuan utama,yaitu:

1. Memprioritaskan hak-hak warga negara dan penyediaan lapangan


kerja. Meskipun penyediaan lapangan kerja tetap merupakan
kewajiban utama pemerintah nasional, Traktat Amsterdam
menekankan perlunya usaha bersama seluruh negara anggota untuk
mengatasi pengangguran, yang dianggap sebagai problem utama
Eropa saat ini;
2. Menghapuskan hambatan terakhir menuju freedom of movement dan
memperkuat keamanan, dengan meningkatkan kerjasama negara
anggota di bidang Justice and Home Affairs;
3. Memberi Uni Eropa suara yang lebih kuat di dunia internasional dengan
menunjuk seorang High Representative for the CFSP;
4. Membuat struktur institusi Uni Eropa lebih efisien dikarenakan teks yang
rumit dan sangat teknokratis. Hal tersebut membuat traktat dasar Uni
Eropa sulit dibaca dan dimengerti, yang pada gilirannya juga dapat
memperlemah dukungan publik terhadap proses integrasi Eropa. Traktat

12
Amsterdam merupakan jawaban terhadap kritikan tersebut karena
traktat ini memasukkan TEU dan TEC, dengan penomoran baru pasal-
pasalnya untuk lebih memudahkan pemahaman terhadap traktat
mengenai Uni Eropa.

Salah satu kritik yang sering dialamatkan pada berbagai traktat mengenai
Uni Eropa adalah teks yang rumit dan sangat teknokratis. Hal tersebut membuat
traktat dasar Uni Eropa sulit dibaca dan dimengerti, yang pada gilirannya juga
dapat memperlemah dukungan publik terhadap proses integrasi Eropa. Traktat
Amsterdam merupakan jawaban terhadap kritikan tersebut karena traktat ini
memasukkan TEU dan TEC, dengan penomoran baru pasal-pasalnya untuk lebih
memudahkan pemahaman terhadap traktat mengenai Uni Eropa.

Hasil Utama:

a. Memberi wewenang Dewan Menteri untuk menjatuhkan hukuman pada


negara anggota (dengan mencabut sementara beberapa hak mereka,
termasuk hak voting) jika negara anggota tersebut melakukan
pelanggaran HAM;
b. Menyediakan kemungkinan dilakukannya enhanced cooperation, yaitu:
beberapa negara anggota (minimal 8) dapat melakukan suatu
kerjasama meskipun tidak semua negara anggota menyetujuinya.
Negara yang tidak (atau belum) menyetujui kerjasama tersebut dapat
bergabung di kemudian hari. Salah satu contohnya adalah bentuk-
bentuk kerjasama dalam kerangka CFSP;
c. Memasukkan Schengen Agreement dalam TEU (dengan pilihan opt-out
bagi Inggris dan Irlandia).
d. Menjadikan asylum, visa dan imigrasi sebagai kebijakan bersama (kecuali
bagi Inggris dan Irlandia). Dalam waktu lima tahun, negara-negara
anggota dapat memutuskan apakah akan menggunakan qualified
majority voting.

13
7. The Treaty of Nice, 2000

Pertemuan Dewan Eropa pada tanggal 7-9 Desember 2000 di Nice


mengadopsi sebuah Traktat baru yang membawa perubahan bagi empat
masalah institusional: komposisi dan jumlah Komisioner di Komisi Eropa, bobot
suara di Dewan Uni Eropa, mengganti unanimity dengan qualified majority dalam
proses pengambilan keputusan dan pengeratan kerjasama. Traktat ini belum
berlaku, masih menunggu proses ratifikasi di masing-masing negara anggota.
Tanggal 1 Februari 2003, Traktat tersebut mulai berlaku.

Hasil Utama:

a. Dengan memperhatikan perluasan anggota Uni Eropa, membatasi jumlah


anggota Parlemen maksimal sebanya 732 orang dan sekaligus memberi
alokasi jumlah kursi tiap negara anggota (sudah termasuk negara anggota
baru);
b. Mengganti mekanisme pengambilan keputusan bagi 30 pasal dalam TEU
yang sebelumnya menggunakan unanimity dan diganti dengan
menggunakan mekanisme qualified majority voting;
c. Merubah bobot suara negara-negara anggota Uni Eropa mulai 1 Januari
2005 (sudah termasuk negara-negara anggota baru);
d. Mulai 2005, membatasi jumlah Komisioner, 1 Komisioner tiap 1 Negara, dan
batas maksimum jumlah Komisioner akan ditetapkan setelah Uni Eropa
beranggotakan 27 negara, serta memperkuat posisi Presiden Komisi;
e. Memberi dorongan bagi terselenggaranya Konvensi Masa Depan Eropa,
yang digunakan sebagai persiapan bagi penyelengaraan
Intergovernmental Conference 2003.

Pada kesempatan yang sama juga terjadi penggabungan antara The


Treaty of Nice, The Treaty of Rome (TEC), dan juga The Treaty of Maastricht yang
kemudian menghasilkan suatu Charter atau Piagam yang disebut dengan The
Europen Union Charter of Fundamnetal Rights. Untuk pertama kalinya dalam

14
sejarah Uni Eropa, keseluruhan bidang diatur menjadi satu teks, baik yang
mencakup hak-hak sipil, politik, ekonomi dan sosial bagi masyarakat Eropa dan
semua penduduk yang tinggal di wilayah Uni Eropa. Hak-hak dalam Charter
tersebut dibagi menjadi 6 bidang, yaitu tentang Martabat, Kebebasan,
Persamaan, Solidaritas, Hak-hak warga negara, dan Keadilan.

8. The Convention on the Future of Europe and of the Treaty on the Accession of 10
new Member States

Berbagai traktat Uni Eropa tersebut mungkin akan segera mengalami


perubahan, sebagai hasil dari Konvensi mengenai Masa Depan Uni Eropa dan
Traktat Aksesi 10 negara anggota baru yang ditandatangani tanggal 16 April 2003
dan akan mulai berlaku mulai tanggal 1 Mei 2004.

Sementara ini beberapa pembahasan utama adalah di bidang:

a. Penyederhanaan traktat-traktat Uni Eropa kedalam satu Traktat, dengan


penyajian yang lebih jelas dan lebih mudah dimengerti;
b. Demarkasi kewenangan (who does what in the EU, wewenang Uni Eropa,
wewenang negara anggota, dan lain-lain);
c. Peran Parlemen negara-negara anggota dalam struktur Uni Eropa;
d. Status Charter of Fundamental Rights yang diproklamirkan di Nice.

Mengenai status hukum Charter of Fundamental Rights yang diharapkan


bisa menjadi Constituent Instrument dari Uni Eropa masih diperdebatkan dan
sampai sekarang masih menjadi isu penting yang perlu di cari pemecahannya
mengingat akan pentingnya konstitusi bagi keberadaan suatu organisasi
internasional.

III. KEANGGOTAAN UNI EROPA

Berlangsungnya suatu kepentingan merupakan hal yang mendasari


interaksi antara manusia satu dengan manusia lainnya dalam kelompok-kelompok

15
sosial. Kelompok-kelompok sosial yang mempunyai susunan yang teratur dan
mengenal pembagian tugas kemudian lazim disebut sebagai organisasi atau
lembaga.

Klasifikasi kelompok-kelompok sosial atau organisasi bisa didasarkan atas


beberapa parameter. Fungsi klasifikasi adalah untuk lebih mempermudah dalam
mengorganisir berbagai kepentingan yang timbul didalamnya. Untuk mengetahui
macam-macam organisasi, dalam hal ini tentu saja adalah organisasi
internasional publik, maka bisa dilihat dari kategori atau pengklasifikasiannya
melalui sistem keanggotaannya. Sistem keanggotaan ada yang terbuka dan ada
juga yang tertutup. Sistem keanggotaan terbuka, dalam penerimaannya tidak
mengenal pembatasan-pembatasan tertentu. Sedangkan sistem keanggotaan
tertutup diartikan bahwa dalam penerimaan diadakan pembatasan-pembatasan
yang merupakan syarat keanggotaan. Batasan-batasan tersebut antara lain
meliputi delapan faktor dibawah ini:19

1. Kesamaan wilayah geografis yang saling berdekatan;


2. Kesamaan kegiatan;
3. Kesamaan agama atau budaya;
4. Kesamaan sejarah;
5. Kesamaan sistem kebijakan politik yang dianut anggotanya;
6. Kesamaan tingkat perkembangan ekonomi;
7. Status yang diberikan oleh suatu negara kepada organisasi
internasional yang dibentuk, apakah diatas atau sejajar dengan
negara anggota (intergovernmental);
8. Pemberian status kaitannya dengan kompetensi, ada kompetensi
general dan ada juga kompetensi terbatas.

19
Mohd. Burhan Tsani dalam kuliah Hukum Organisasi Internasional tanggal 28 September 2004

16
Schermers yang dikutip pendapatnya oleh Boer Mauna20 berpendapat
bahwa untuk memiliki personalitas hukum, maka suatu organisasi internasional
harus memenuhi tiga (3) syarat, yaitu:

a. Dibentuk oleh suatu perjanjian internasional;


b. Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara
anggotanya;
c. Diatur oleh hukum internasional publik.

Syarat kedua yang dikemukakan oleh Schermers membuktikan bahwa


keanggotaan suatu organisasi internasional sangat penting, dan keberadaannya
bersifat mutlak. Dikatakan demikian karena organ organisasi internasional
dibentuk dari dan oleh anggota organisasi internasional atau dengan kata lain
tanpa adanya anggota, maka organisasi internasional tersebut tidak memiliki
organ dan selama organisasi internasional tidak memiliki organ maka organisasi
internasional tersebut tidak bisa dianggap sebagai suatu organisasi internasional
yang memiliki personalitas hukum dan kapasitas hukum. Keanggotaan suatu
organisasi internasional lazimnya ditetapkan dalam basic instrument atau
constituent instrument suatu organisasi internasional. Tapi, pada kenyataannya,
masalah keanggotaan organisasi internasional tidak diatur secara detail
didalamnya.
Keanggotaan dalam suatu organisasi internasional dipandang perlu
dibatasi oleh karakter atau sifat organisasi internasional itu sendiri.21 Uni Eropa
merupakan organisasi regional di kawasan benua Eropa dan sistem
keanggotaannya tertutup, dimana dalam penerimaannya diadakan
pembatasan-pembatasan tertentu yang merupakan syarat keanggotaan.
Pembatasan-pembatasan itu jika mengacu pada delapan faktor diatas bisa
meliputi, pertama, kesamaan wilayah geografis yang berdekatan, yaitu sama-
sama berada di wilayah benua Eropa, yang kedua tentang status yang diberikan

20
Boer Mauna, opcit, hal.432.
21
D.W.Bowett, opcit, hal.489.

17
suatu negara kepada organisasi internasional yang dbentuk, dimana Uni Eropa
berkedudukan diatas negara-negara anggotanya (supra nasional).
Mengenai masalah syarat dan prosedur keanggotan dalam Uni Eropa tidak
diatur baik dalam basic instrument maupun constituent instrument. Negara-
negara yang berkeinginan untuk menjadi anggota Uni Eropa harus memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu seperti yang ditetapkan oleh Statuta Dewan
Eropa di Kopenhagen, Denmark pada tahun 1993.22 Hal ini menunjukkan bahwa
tidak semua organisasi internasional mengatur prosedur keanggotaan secara
lengkap di dalam basic instrument atau constituent instrument-nya. Syarat-syarat
keanggotaan Uni Eropa tersebut di tuangkankan dalam pasal 3 Statuta Dewan
Eropa, ketiga syarat yang tersebut dibawah ini merupakan syarat substansial:
• Negara yang bersangkutan harus berada di benua Eropa;
• Negara tersebut harus menerapkan prinsip-prinsip demokrasi,
penegakan hukum, hak asasi manusia, dan penghormatan serta
perlindungan terhadap golongan minoritas;
• Negara tersebut mampu menjalankan segala peraturan
perundangan Uni Eropa (acquis communautires).
Mengenai prosedur keanggotaan,23 Komisi Eropa menggambarkan secara
jelas laporan tentang keadaan politik dan ekonomi dari negara yang baru yang
berkeinginan untuk bergabung dengan Uni Eropa. Dalam laporan tersebut juga
menjelaskan kemampuan suatu negara untuk melaksanakan prinsip-prinsip dan
peraturan perundangan Uni Eropa, dan kemudian membuat rekomendasi
kepada Dewan Eropa apakah perlu atau tidak memulai perundingan untuk
aksesi. Kegiatan evaluasi atau penilaian yang dilakukan oleh Komis Eropa tersebut
merupakan kegiatan untuk memenuhi syarat-syarat prosedural.
Penerimaan keanggotaan baru Uni Eropa tidak mengenal adanya prinsip
kuantitatif maupun prinsip kualitatif. Tidak mengenal prinsip kuantitatif maksudnya,
untuk penerimaan keanggotaan baru tidak memerlukan persetujuan dengan

22
www.europa.eu.int
23
www.europa.eu.int

18
jumlah suara tertentu dari negara anggota lama. Sedangkan yang dimaksud
dengan tidak mengenal prinsip kualitatif adalah bahwa dalam suatu organisasi
internasional tidak terdapat perbedaan hak antara negara asli (negara pendiri)
dan negara tidak asli (negara biasa), karena semua negara mempunyai hak
yang sama, tidak ada hak-hak istimewa untuk negara-negara tertentu.24
Calon negara anggota tersebut kemudian melakukan persiapan untuk
aksesinya, dan bersedia menerima kewajiban-kewajiban dalam batas waktu yang
telah ditetapkan. Batas waktu untuk negosiasi bisa berbeda dari satu negara dan
negara lainnya.
Keanggotaan Uni Eropa dari tahun ke tahun mengalami penambahan dan
penambahan tersebut dituangkan dalam traktak-traktat yang telah beberapa
kali diamandemen.25 Pada tahun 1957, anggota Uni Eropa meliputi 6 anggota
awal yaitu Belanda, Belgia, Perancis, Jerman, Italia, Leksemburg. Tahun 1973,
bertambah 3 negara yaitu Denmark, Irlandia, dan Inggris. Tahun 1981 hanya
negara Yunani saja. Pada tahun 1986 meliputi negara Spanyol dan Portugal.
Sedang pada tahun 1995 ada 3 negara, yaitu Austria, Finlandia, dan Swedia.
Proses persiapan dalam rangka perluasan keanggotaan Uni Eropa ke-6
dari 15 negara anggota yang telah disebutkan diatas menjadi 25 negara telah
dilakukan dengan target bahwa pada tahun 2004 jumlah negara anggota Uni
Eropa menjadi 25 negara. Proses negoisasi Uni Eropa dengan ke-10 negara
kandidat telah selesai pada tanggal 13 Desember 2002. Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Uni Eropa Kopenhagen tanggal 12-13 Desember 2002 memutuskan untuk
menerima keanggotaan 10 negara aplikan mulai tanggal 1 Mei 2004. Negara-
negara tersebut meliputi:26
1. Republik Ceko
2. Estonia
3. Hongaria

24
Mohd.Burhan Tsani, dalam kuliah Hukum Organisasi Internasional pada tanggal 7 Desember 2004.
25
www.indonesianmission-eu.org
26
www.bexi.co.id/worl/europe/eu

19
4. Latvia
5. Lithuania
6. Malta
7. Polandia
8. Siprus
9. Republik Slovakia
10. Slovenia.
Dalam KTT tersebut juga memutuskan akan menerima keanggotaan
Bulgaria dan Rumania yang sampai saat ini masih dalam proses perundingan
aksesi dan akan menandatangani traktat aksesinya pada tanggal 15 April 2005
dan kemudian akan menjadi bagian Uni Eropa pada tahun 2007 mendatang.
Kroasia telah mengajukan aplikasi sejak Juni 2004, dan pada tanggal 17 Maret
2005 ditetapkan akan dimulai proses perundingan aksesinya. Sementara itu, Turki
yang resmi mengajukan aplikasi sejak 1999, proses perundingan aksesinya baru
dijadwalkan untuk dimulai pada tanggal 3 Oktober 2005. Khusus untuk Turki masih
di dorong untuk melakukan reformasi politik dan ekonomi dalam negerinya agar
memenuh kriteria standar Uni Eropa (Kriteria Kopenhagen). 27

IV. KELEMBAGAAN UNI EROPA


Di dalam suatu masyarakat, untuk mencapai tujuan bersama diperlukan
adanya kekuasaan yang dianggap merepresentasikan keberadaan dari
kumpulan individu-individu tersebut. Selain kekuasaan, dalam masyarakat juga
mengenal wewenang. Kekuasaan itu kemudian melahirkan wewenang.
Wewenang hanya dapat berlaku efektif apabila didukung oleh kekuasaan yang
nyata.
Begitu pula dalam organisasi yang susunannya lebih kompleks dan
mengenal pembagian kerja yang terperinci, wewenang biasanya terbatas pada
hal-hal yang diliputinya, waktunya, dan cara-cara menggunakan kekuasaan itu.
Organisasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan tenaga serta membagi-

27
www.europa.eu.int

20
bagikan kekuasaan dan wewenang tersebut. Apabila dilihat pada pembagian
kekuasannya, maka di suatu organisasi terdapat:28
1. Penguasa dan mereka yang dikuasai;
2. Hierarki, yaitu urut-urutan kekuasaan secara vertikal atau bertingkat dari
atas ke bawah;
3. Ada pembagian tugas horisontal, yaitu pembagian tugas antara
beberapa bagian dimana bagian-bagian itu mempunyai kekuasaan dan
wewenang yang setingkat atau sederajat;
4. Adanya suatu kelompok sosial.
Suatu pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan saluran yang
membawa perintah dari atas ke bawah, akan tetapi juga merupakan saluran
untuk membawa keinginan-keinginan dari bawah ke atas. Dengan kata lain,
saluran tersebut merupakan jalur lintas dua arah (two way traffic).
Pembagian kekuasaan secara horizontal idak menimbulkan perbedaan
tingkat kedudukan, akan tetapi lebih ditekankan pada pembagian kekuasaan
dan wewenang secara mendatar yang didasarkan pada pembagian kerja serta
spesialisasi. Setiap bagian dari pembagian kerja dan spesialisasi dalam
melaksanakan tugasnya dikoordinir oleh kedudukan yang lebih tinggi derjatnya
dan demikianlah seterusnya.
Organisasi juga mempunyai pimpinan dan ada pula yang dipimpin.
Pemimpin mungkin ada pada diri seseorang, mungkin juga pada sekelompok
manusia. Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi merasa dirinya
sebagai bagian dari kesatuan tersebut. Dan bagi mereka telah tersedia
peraturan-peraturan tertentu yang berlaku bagi anggota-anggotanya yang
dirumuskan ketika organisasi tersebut dibentuk. Kesemuanya itu kemudian disebut
sebagai satu kesatuan atau kelompok sosial.
Dalam suatu organisasi internasional, kata organisasi atau lembaga
(institusion) disini dalam pengertian yang sangat luas dianggap sebagai nomen
generalissimum untuk berbagai ragam bentuk asosiasi negara-negara untuk

28
Soerjono Soekanto, opcit, hal.295.

21
mencapa tujuan bersama. Adalah penting untuk mengetahui dengan cara apa
lembaga-lembaga tersebut tercakup dalam lingkup hukum internasional atau
memberikan sumbangan terhadap perkembagan hukum internasional. 29
Seperti halnya dalam suatu negara modern dimana hak, kewajiban, serta
wewenang dari perangkatnya diatur dalam salah satu cabang hukum
nasionalnya, yaitu Hukum Tata Negara, demikian pula dengan organisasi
internasional yang diatur oleh sekumpulan kaidah hukum yang dapat
digambarkan sebagai hukum tata negara internasional. Organisasi internasional
ini mempunyai tugas-tugas penting untuk dilaksanakan atas nama masyarakat
internasional, baik yang sifatnya universal maupun regional, mengatur masyarakat
tersebut dalam kerangka konstitusionalnya.30
Struktur konstitusional dalam suatu organisasi internasional bisa dianalogikan
seperti struktur konsitusional dalam negara modern yang mengenal pembagian
kekuasaan menjadi 3 bidang, yaitu kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Ketiga kekuasaan tersebut membentuk suatu sistem kelembagaan yang secara
bersama-sama berusaha mewujudkan tujuan organisasi internasional seperti yang
telah ditetapkan pada awal berdirinya.
Sistem kelembagaan Uni Eropa didasarkan pada tujuan untuk melindungi
kepentingan dan tanggung jawab bersama yang tercermin dalam mekanisme
pengambilan keputusan di Uni Eropa melalui lima lembaga utama yaitu:31
1. Komisi Eropa (European Commission)
2. Dewan Uni Eropa (Council of the European Union)
3. Parlemen Eropa (European Parliament)
4. Mahkamah Eropa (Court of Justice)
5. Court of Auditors.
Ketiga poin pertama diatas disebut Institusional Triangle yaitu merupakan
tiga organ penting yang menetapkan kebijakan dan menyetujui semua bentuk
perundang-undangan (baik berupa petunjuk, peraturan, maupun keputusan-

29
J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hal.797.
30
Ibid, hal.798.
31
www.indonesianmission-eu.org

22
keputusan) yang diterapkan di dalam kesatuan (Uni) tersebut. Pada prinsipnya
ketiga lembaga tersebut mencerminkan kekuasaan legislatif, dimana Komisi Eropa
bertanggung jawab untuk membuat rancangan undang-undang Eropa yang
baru, selain itu Komisi juga memegang kekuasaan eksekutif. Sedangkan Parlemen
Eropa dan Dewan Uni Eropa bertanggung jawab untuk menyetujui dan
mengesahkan rancangan undang-undang tersebut menjadi undang-undang.32
Dua lembaga lainnya yaitu Mahkamah Eropa dan Court of Auditors
memerankan fungsi yang berbeda. Mahkamah Eropa membentuk kekuasaan
yudikatif, sementara Court of Auditors bertanggung jawab mengenai keuangan
dan pendanaan semua kegiatan-kegiatan Uni Eropa.
Selain kelima lembaga utama tersebut diatas, Uni Eropa juga mempunyai
The European Council atau Dewan Eropa yang anggotanya terdiri dari kepala
negara atau kepala pemerintahan negara-negara anggota yang tergabung
dalam Uni Eropa. Berikut ini akan penulis uraikan lembaga-lembaga tersebut
secara mendetail.33

1. Komisi Eropa
The European Commission (biasanya hanya disebut the Commission) atau
Komisi Eropa yang berkantor pusat di Brussels, Belgia adalah the driving force
dalam membangun Eropa. TEC menyatakan bahwa hanya Komisi yang memiliki
hak inisiatif untuk mengajukan proposal (RUU). Tidak ada badan Uni Eropa lain
maupun negara anggota yang berhak untuk mengajukan proposal selain Komisi.
Bahkan jika proposal yang diajukan ditolak oleh Dewan Uni Eropa (dan Parlemen
Eropa melalui co-decision procedure), maka hanya Komisi pula yang berhak
merubahnya (kecuali ditolak secara unanimity).
Komisi juga mempunyai peran sebagai the guardian of the Treaties and of
the "acquis communautaire" (seluruh hukum dan perundangan Uni Eropa). Dalam
kaitan ini, salah satu tugas utama Komisi adalah memastikan negara anggota

32
www.europa.eu.int
33
www.indonesianmission-eu.org

23
mematuhi semua hukum Uni Eropa dan karena itu Komisi memiliki kewenangan
investigasi. Komisi juga merupakan badan eksekutif dan karena itu memiliki peran
administratif untuk memastikan tercapainya semua tujuan yang telah dirumuskan
dalam berbagai traktat Uni Eropa. Komisi juga memainkan peran representasi,
yang mewakili Uni Eropa di berbagai organisasi internasional maupun dalam
berhubungan dengan berbagai negara.
Komisi Eropa saat ini terdiri dari 20 orang Komisioner (dua orang untuk lima
negara besar yaitu Inggris, Perancis, Italia, Spanyol, dan Jerman, sedangkan
sepuluh negara lainnya hanya diwakili oleh satu orang Komisioner) dan dipimpin
oleh seorang Presiden.
Sesuai Traktat Maastricht 1992, masa jabatan para Komisioner adalah lima
tahun kecuali ada upaya untuk mengubahnya (censure motion) dari Parlemen
Eropa. Melalui proses konsultasi dengan Parlemen Eropa, pemerintah masing-
masing negara anggota dengan suara bulat mengajukan calon Presiden Komisi
Eropa beserta calon-calon Komisioner yang akan ditunjuk. Presiden Komisi
diangkat dengan kesepakatan bersama Parlemen Eropa dan Dewan Uni Eropa.
Berdasarkan Artikel 55 Traktat Roma 1957, Komisi Eropa mempunyai
wewenang untuk:
1. Mengawasi pelaksanaan seluruh ketentuan dan keputusan lembaga-
lembaga Uni Eropa secara tepat. Komisi membuat pertimbangan dan
keputusan berdasarkan permintaan negara anggota yang hendak
memanfaatkan klausula-klausula pengaman dalam Traktat, yang dalam
kasus-kasus tertentu diijinkan untuk tidak memberlakukan atau
membebaskan sementara ketentuan Uni Eropa. Menurut Artikel 169 Traktat
tersebut, Komisi berwenang mengajukan negara-negara anggota yang
dianggap tidak memenuhi kewajibannya ke Mahkamah Eropa;
2. Membuat usulan kebijakan kepada Dewan Menteri mengenai berbagai
kebijakan Uni Eropa di bidang pertanian, industri dan pasar internal, riset,
energi, lingkungan, masalah sosial dan regional, serta perdagangan
eksternal.

24
3. Menerapkan berbagai kebijakan yang didasarkan pada keputusan Dewan
atau penerapan langsung traktat.
Pada perkembangan selanjutnya, wewenang Komisi Eropa semakin besar
yang antara lain diberikan oleh Mahkamah Eropa melalui berbagai
keputusannya. Jika dalam suatu kasus yang diperiksa Mahkamah Eropa
menemukan bahwa kewenangan dalam hal tersebut sebaiknya dimiliki oleh
Komisi (misalnya untuk menjamin berjalannya pasar internal dengan baik).
Kewenangan Komisi tersebut antara lain:
• melakukan investigasi dan menjatuhkan sanksi, baik kepada perorangan
ataupun perusahaan yang menyalahi ketentuan kompetisi UE;
• Komisi juga mengelola dana struktural dan langkah-langkah bagi kemajuan
riset, pertukaran pemuda, perbaikan lingkungan, transportasi dan
sebagainya;
• Komisi juga terlibat dalam pengelolaan bidang ekonomi dan pengawasan

anggaran serta kebijakan luar negeri.


Dana untuk program-program Uni Eropa dikelola oleh Komisi Eropa, dan
sumbernya berasal dari setoran iuran para anggota yang besarnya ditentukan
oleh pendapatan per kapita masing-masing negara dan dari pajak bea masuk
yang dikenakan terhadap barang-barang dari negara ketiga (import duties).

2. Dewan Uni Eropa


The Council of the European Union (biasanya disebut dengan the Council
of Ministers atau cukup the Council) atau Dewan Uni Eropa yang berkantor pusat
di Brussels, Belgia adalah forum pertemuan para Menteri negara-negara anggota
dan merupakan badan pengambil keputusan utama di Uni Eropa. Dewan dapat
mengambil keputusan melalui prosedur unanimity, dan dalam sektor-sektor
dimana keputusan Parlemen dibutuhkan Dewan Uni Eropa untuk mengambil
keputusan melalui qualifiedmajority.Meskipun pada umumnya disebut hanya
dengan "Dewan/Council", pada prakteknya terdapat 16 formasi Dewan, antara
lain: general affairs, pertanian, lingkungan, ekonomi dan keuangan, sosial, dan

25
sebagainya. Perangkat hukum yang ditetapkan, atas usulan Komisi, dapat
berbentuk Regulation, Directive, dan Decision. Selain ketiga hal tersebut yang
sifatnya mengikat secara hukum, Dewan dan Komisi juga dapat mengeluarkan
Recommendation dan Opinions yang tidak bersifat mengikat secara hukum.
Disamping itu, Dewan dan Parlemen Eropa juga dapat mengeluarkan Resolutions
yang sifatnya juga tidak mengikat.

3. Parlemen Eropa
The European Parliament atau Parlemen Eropa yang berkantor pusat di
Brussels, Belgia adalah lembaga legislatif yang mewakili warga Eropa dan
mempunyai fungsi legislatif, budget, dan pengawasan eksekutif. Setelah
penambahan keanggotaan Uni Eropa yang terakhir. Parlemen beranggotakan
626 orang. Berkaitan dengan rencana penambahan anggota Uni Eropa
berikutnya, Traktat Nice menetapkan bahwa jumlah anggota Parlemen Eropa
adalah 732 orang.
Parlemen Eropa mencerminkan kehidupan demokrasi Eropa. Seluruh 626
anggotanya dipilih secara langsung oleh setiap warga negara di negara anggota
UE untuk masa kerja 5 tahun, dan mempunyai tugas yang sama dengan anggota
parlemen nasional, yaitu meratifikasi berbagai macam ketentuan, peraturan dan
hukum yang mengatur kehidupan eksekutif.
Kewenangan Parlemen Eropa semakin ditingkatkan sejak berlakunya
berbagai traktat seperti Single Act (1987), Traktat Maastricht (1992) dan Traktat
Amsterdam tahun 1997. Secara umum, Parlemen Eropa berfungsi mengawasi
kepentingan Eropa, serta melindungi kepentingan dan hak-hak warga Uni Eropa.
Secara pribadi atau melalui kelompok/organisasinya, setiap warga Uni Eropa
memiliki hak untuk mengajukan petisi apabila terjadi ketidakpuasan atas
kebijakan-kebijakan Uni Eropa.
Hubungan antara Parlemen Eropa dan parlemen nasional dilakukan
melalui pertemuan reguler yang diwakili oleh para juru bicara masing-masing
parlemen dan ketua Komite Parlemen Eropa serta anggota Komite Regional.

26
4. Mahkamah Eropa
The European Court of Justice atau Mahkamah Eropa adalah lembaga
yudikatif yang berkantor pusat di Luksemburg. Mahkamah Eropa berwenang
menyelesaikan berbagai konflik kepentingan internal Uni Eropa dan memberikan
opini mengenai berbagai persetujuan internasional yang dilakukan oleh Uni Eropa.
Secara umum tugas Mahkamah Eropa adalah memastikan adanya pamahaman,
interpretasi dan aplikasi yang sama dari negara-negara anggota Uni Eropa
terhadap hukum Uni Eropa (Pasal 220 s/d 245 Traktat Masyarakat Eropa). Tugas-
tugas itu antara lain meliputi:
a. Proceeding for annulment
Proceedings for annulment (tuntutan pembatalan) dapat diajukan
terhadap institusi pengambil keputusan Uni Eropa (Dewan Uni Eropa/Parlemen
Eropa, dan Komisi Eropa) baik oleh salah satu negara anggota, individu, atau oleh
sesama institusi Uni Eropa. Tujuan dari tuntutan pembatalan ini adalah untuk
membatalkan keputusan lembaga-lembaga Uni Eropa yang dinilai bertentangan
dengan Traktat Uni Eropa, dan/atau melampaui kewenangan lembaga tersebut.
b. Proceeding for failure to act
Proceedings for failure to act, di lain pihak, ditujukan untuk menuntut
lembaga Uni Eropa yang dinilai gagal memenuhi kewajibannya. Tuntutan
semacam ini dapat diajukan baik oleh salah satu negara anggota, individu, atau
oleh sesama institusi Uni Eropa. Sebagai contoh Parlemen Eropa pada bulan
September 1982 menuntut Dewan Uni Eropa yang dinilai gagal membentuk
kerangka kerja bagi Common Transport Policy.
c. Proceeding for infringement
Mahkamah Eropa juga memiliki jurisdiksi untuk menyidangkan kasus
terhadap negara anggota Uni Eropa. Tuntutan ini dapat diajukan oleh lembaga
Uni Eropa (dalam prakteknya oleh Komisi Eropa), negara anggota Uni Eropa yang
lain, atau oleh individu. Tuntutan yang diajukan ke Mahkamah Eropa merupakan
tahap akhir jika peringatan resmi yang diajukan Komisi gagal dipenuhi oleh
negara anggota. Pasal 228 Traktat Masyarakat Eropa memberi wewenang Komisi

27
untuk membawa kasusnya ke Mahkamah Eropa dan untuk menentukan jumlah
denda yang harus dibayar oleh negara anggota.

5. Court of Auditors
Court of Auditors yang berkantor pusat di Luksemburg merupakan salah
satu lembaga Uni Eropa yang mempunyai tugas untuk melakukan pemeriksaan
apakah semua pemasukan dan pengeluaran Uni Eropa dilakukan sesuai dengan
hukum yang berlaku dan tidak melanggar aturan, serta apakah manajemen
keuangan anggaran Uni Eropa dilaksanakan secara sehat.
Court of Auditors juga dapat melakukan pemeriksaan atas permintaan
salah satu lembaga Uni Eropa. Court of Auditors juga dapat melakukan
pemeriksaan di negara anggota Uni Eropa untuk kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh negara tersebut yang mengatasnamakan Uni Eropa, seperti
penarikan bea masuk, manajemen Regional Funds dan lain-lain.

6. Dewan Eropa
Selain kelima institusi utama tersebut, Uni Eropa juga mempunyai The
European Council atau Dewan Eropa (harap dibedakan dengan The Council of
the European Union atau Dewan Uni Eropa ) . Dewan Eropa adalah forum
pertemuan para Kepala Negara dan Pemerintahan negara-negara anggota Uni
Eropa dan Presiden Komisi Eropa. Pasal 4 TEU mensyaratkan Dewan Eropa untuk
bersidang paling tidak 2 kali dalam setahun dibawah kepemimpinan Kepala
Negara atau Pemerintah negara anggota yang sedang menjabat sebagai
Presidensi Uni Eropa (berganti setiap 6 bulan). Pada prakteknya setiap Presidensi
biasanya mengadakan 1 sidang formal dan 1 sidang informal Dewan Eropa.
Dewan Eropa adalah sebuah forum bagi pertukaran pendapat yang
bebas dan informal diantara para pemimpin negara anggota. Informal dalam
artian Dewan Eropa tidak mengadopsi keputusan apapun yang secara hukum
formal mengikat negara anggota. Setiap deklarasi yang dihasilkan mempunyai
validitas politis, namun tidak mempunyai legal validity. Mereka hanya memberi
dorongan, arahan dan kadangkala memberi jalan keluar bagi masalah-masalah

28
yang menemui jalan buntu di tingkat Dewan Uni Eropa. Saat ini Presidensi Uni
Eropa dipegang oleh Luksemburg yang dipimpin oleh Perdana Menteri Jean
Claude Juncker untuk periode 6 bulan kedepan yang dimulai pada tanggal 1
Januari 2005 dan berakhir pada tanggal 30 Juni 2005 mendatang. 34

V. PENUTUP
Sebagai penutup dari makalah ini, penulis dapat mengemukakan
beberapa hal penting sehubungan dengan deskripsi tentang Uni Eropa.
1. Uni Eropa adalah merupakan kumpulan dari negara-negara demokratis di
Eropa yang berkomitmen untuk perdamaian dan kesejahteraan bersama,
sehingga merupakan suatu organisasi internasional yang permanen karena
mempunyai tujuan yang berkesinambungan.
2. Sejarah integrasi negara-negara di Eropa yang kemudian dalam
perkembangannya menjadi Uni Eropa didasarkan pada beberapa basic
instrument, yaitu merupakan perjanjian internasional yang dijadikan sebagai
dasar pembentukan suatu organisasi internasional. Uni Eropa sudah
menggabungkan beberapa basic instrument-nya menjadi Charter of
Fundamental Rights, yang sedianya akan dijadikan sebagai constituent
Instrument, namun sampai sekarang masih terjadi perdebatan mengenai
bagaimana status hukum dan kekuatan mengikatnya constituent instrument
tersebut. Basic instrument tentang pembentukan Uni Eropa antara lainmeliputi:
a. The Treaty of Paris (ECSC), 1952
b. The Treaty of Rome (Euratom dan EEC), 1957
c. Schengen Agreement, 1985
d. Single Act, Brussels, 1987
e. The Treaty of Maastricht (Treaty of European Union), 1992
f. The Treaty of Amsterdam, 1997
g. The Treaty of Nice, 2000

34
www.eu2005.lu

29
h. The Convention on the Future of Europe and the Treaty on the
Accession of 10 Member States, 2003.
3. Uni Eropa merupakan organisasi regional di kawasan benua Eropa dan sistem
keanggotaannya tertutup, dimana dalam penerimaannya diadakan
pembatasan-pembatasan tertentu yang merupakan syarat keanggotaan.
Pembatasan-pembatasan itu meliputi dua hal. Pertama, kesamaan wilayah
geografis yang berdekatan, yaitu sama-sama berada di wilayah benua Eropa.
Kedua tentang status yang diberikan suatu negara kepada organisasi
internasional yang dbentuk, dimana Uni Eropa berkedudukan diatas negara-
negara anggotanya (supra nasional), karena negara-negara anggotanya
dengan sukerela menyerahkan sebagian kedaulatannya untuk hal-hal
tertentu dan khusus mengenai kepentingan bersama diantara mereka secara
demokratis di tingkat Eropa. Sampai tahun 2004 keanggotaan Uni Eropa telah
mencapai 25 negara anggota.
4. Sistem kelembagaan Uni Eropa didasarkan pada tujuan untuk melindungi
kepentingan dan tanggung jawab bersama yang tercermin dalam
mekanisme pengambilan keputusan di Uni Eropa melalui lima lembaga utama
yaitu:
a. Komisi Eropa (European Commission), berkantor pusat di Brussels,
Belgia;
b. Dewan Uni Eropa (Council of the European Union), berkantor pusat
di Brussels, Belgia;
c. Parlemen Eropa (European Parliament), berkantor pusat di Brussels,
Belgia;
d. Mahkamah Eropa (Court of Justice), berkantor pusat di Luksemburg;
e. Court of Auditors, berkantor pusat di Luksemburg.
Selain kelima lembaga utama tersebut diatas, Uni Eropa juga mempunyai The
European Council atau Dewan Eropa yang anggotanya terdiri dari kepala negara
atau kepala pemerintahan negara-negara anggota yang tergabung dalam Uni
Eropa.

30

You might also like