You are on page 1of 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada
sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Department of
Health, 1993). Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap
telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimisis Bagi banyak wanita, pemulihan
adalah sesuatu yang berlangsung terjadi menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis
yang normal. Namun beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah
kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak
ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993; bick dan MacArthur,1995a), dapat
berlangsung dalam waktu lama (macArthuretal.1991). Pengetahuan menyeluruh tentang
perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat penting jika
bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan
sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari
potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang
berhubungan dengannnya seperti obstetric, anestesi dan faktor social.
Masa kehamilan selama kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari telah dilalui.
Kini seorang ibu berjuang melahirkan buah hati yang telah ditunggunya dan bisa
berkomunikasi langsung, memeluknya dan berbagi kasih dan belaian. Setelah
melahirkan, seorang ibu memasuki masa nifas yang biasa disebut dengan puerperium
dimana berlangsung setelah partus dan berakhir kira-kira enam minggu kemudian.
Walaupun masa nifas telah berlalu, pemulihan alat genetalia baru akan terjadi seperti
kondisi sebelum hamil setelah tiga bulan.
Bagi ibu yang baru memiliki seorang bayi, pada umumnya masih bingung tentang
apa yang harus dilakukan untuk perawatan ibu selama masa nifas. Bahkan tidak banyak
yang memikirkan masa nifas, mereka lebih fokus pada perawatan bayi yang baru lahir
dan membutuhkan perhatian ekstra. Padahal perawatan masa nifas tidak kalah pentingnya
bagi seorang ibu. Hal yang perlu diperhatikan ketika masa nifas adalah seorang ibu
hendaknya melakukan mobilisasi agar sirkulasi darah lancar, mencegah terjadinya
2

thrombosis dan menghindari pembengkakan yang pada umumnya terjadi di kaki. Bagi
yang melahirkan normal, mobilisasi dilakukan 6 jam setelah melahirkan namun bagi
yang melahirkan secara caesar, mobilisasi 8 jam setelah melahirkan. Memang
menyakitkan bagi yang kondisinya lemah untuk memulai mobilisasi, terutama bagi yang
caesar. Namun apabila ibu terlalu memanjakan diri, hal ini justru tidak baik. Mengingat
ibu juga harus secepat mungkin menyiapkan fisiknya untuk mengurus bayi sepulang dari
rumah bersalin atau rumah sakit.
Istirahat yang berkualitas walaupun belum bisa memenuhi kuantitas karena tentu
saja seorang ibu akan sibuk mengasuh bayinya akan membantu memulihkan masa nifas.
Karena saat tidur adalah saat meregenerasi sel, memulihkan kondisi fisik dan mental.
Perawatan ibu selama masa nifas sangat sederhana dan bisa dengan mudah dipraktekkan
agar kondisi ibu cepat pulih dan dapat maksimal mengasuh bayi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana nutrisi pada ibu postpartum ?
2. Bagaimana cara menyusui neonatus pada postpartum?
3. Bagaimana perawatan Ibu selama masa postpartum ?
4. Bagaimana asuhan keperawatan postpartum ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui nutrisi pada ibu postpartum
2. Mengetahui cara menyusui neonatus pada postpartum
3. Mengetahui perawatan ibu selama masa postpartum
4. Mengetahui asuhan keperawatan postpartum

D. MANFAAT
Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan pembaca tentang bagaimana cara memberikan
asuhan keperawatan pada ibu post partum (nutrisi pada ibu post partum, cara menyusui
neonatus dan perawatan ibu selama masa post partum)

3

Manfaat Praktis
Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan mempraktekan asuhan keperawatan pada ibu
postpartum (nutrisi pada ibu post partum, cara menyusui neonatus dan perawatan ibu
selama masa post partum).



























4

BAB II
KONSEP DASAR

A. NUTRISI PADA IBU POST PARTUM
Pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi,
cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut yaitu
mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air
setiap hari, pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40
hari pascapersalinan, minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayi melalui ASI.(Saleha, Sitti, 2009)
1. Prinsip Diit Ibu Post Partum
Pada dasarnya prinsip diit pada ibu post partum yaitu tinggi kalori dan tinggi
protein (TKTP).
a. Mengonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diit gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
d. Mengonsumsi vitamin yang mengandung zat besi selama 40 hari post partum
e. Zat-zat yang dibutuhkan ibu paska persalinan antara lain: kalori, protein, kalsium,
vitamin D, magnesium, sayuran hijau, buah, lemak, cairan, vitamin, zinc dan
DHA.
Zat-zat yang diperlukan antara lain :
a. Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita
dewasa memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi
kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses metabolisme tubuh dan
menyebabkan ASI rusak.
5

Sumber karbohidrat atau kalori dapat diperoleh dari sumber makanan
berikut: Nasi, Ketela, Sagu, Jagung, Terigu, Roti, Kentang. Fungsi kalori sebagai
penambahan tenaga.
b. Protein
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu protein
setara dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1
gelas yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6
sendok selai kacang. Makanan yang mengandung protein sebagai berikut.
1) Protein Hewani :
Hati, Telur, Susu, Ikan, Daging, Udang
2) Protein Nabati :
Tempe,Tahu, Kedelai,Kacang Hijau
Fungsi protein sebagai zat pembangun.
c. Kalsium dan vitamin D
Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi.
Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu rendah kalori atau
berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi
5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60 gram keju, satu cangkir susu krim, 160
gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium.
d. Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi
syaraf dan memperkuat tulang.Kebutuhan megnesium didapat pada gandum dan
kacang-kacangan.
e. Sayuran hijau dan buah
Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari.satu porsi setara
dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga, cangkir brokoli, wortel, -1/2 cangkir
sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.
Contoh sayuran dan buah-buahan :
Bayam, Sawi, Kangkung, Wortel, Tomat, Jeruk, Pepaya, Pisang.
Fungsinya yaitu untuk mencukupi kebutuhan cairan dan serat.

6

f. Lemak
Rata-rata kebutuhan lemakdewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram
perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok
makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim, secangkir es krim,
buah alpukat, dua sendok makan selai kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak,
sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu sendok makan mayones atau
mentega, atau dua sendok makan saus salad. Contoh makanan yang mengandung
lemak yaitu mentega, Keju.Fungsinya sebagai sumber energi.
g. Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter tiap
hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.
h. Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin yang
diperlukan antara lain:
1) Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A
terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1,300
mcg.
2) Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf.
Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat ditemui di
daging, hati, padi-padian, kacang polong dan kentang.
3) Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya
tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak
nabati dan gandum.
i. Zinc (Seng)
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan
pertumbuhan.Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan gandum.Enzim
dalam pencernaan dan metabolisme memerlukan seng.Kebutuhan seng setiap hari
sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada seafood, hati dan daging.
j. DHA
7

DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan
DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada
telur, otak, hati dan ikan.
2. Tujuan Diit pada Ibu Post Partum
a. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu dan bayi.
b. Untuk mencegah terjadinya penyakit anemia malnutrisi pada ibu post partum.
c. Untuk menunjang tumbuh kembang bayi.
d. Untuk memproduksi ASI yang banyak
3. Faktor yang mempengaruhi diit ibu post partum
a. Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang diproduksi per hari.
b. Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20 gram
protein sehari.
c. Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan kecuali
jika kekurangan satu atau lebih zat gizi.
d. Aktivitas.
e. Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)
f. Sosial budaya (tidak bertentangan)
g. Kondisi kesehatan
h. Umur
i. Berat badan
j. Kebiasaan makan (like or dislike).
k. Ketersediaan pangan setempat
4. Daftar Makanan Penukar
Golongan I : Bahan Makanan Sumber Hidrat Arang
Satu satuan mengandung 175 kkalori, 4 gram protein dan 40 gram karbohidrat.
Bahan Makanan Berat (G) Urt
Nasi 100 gelas
Kentang 200 2 biji sedang
Ubi1 150 1 biji sedang
Roti putih 80 2 iris

8

Golongan II : Bahan Makanan Sumber Protein Hewani
Satu satuan penukar mengandung 95 kkalori, 10 gram protein dan 6 gram lemak.
Bahan Makanan Berat (G) Urt
Daging sapi 50 1 potong sedang
Daging ayam 50 1 potong sedang
Hati sapi 50 1 potong sedang
Telur ayam 75 2 butir
Ikan segar 50 1 potong sedang
Udang 50 gelas

Golongan III : Bahan Makanan Sumber Nabati
Satu satuan penukar mengandung 80 kkalori, 6 gram protein, 3 gram lemak dan 8
gram karbohidrat.
Bahan Makanan Berat (G) Urt
Kacang hijau 25 2 sendok makan
Kacang kedelai 25 2 sendok makan
Tahu 100 biji besar
Tempe 50 2 potong sedang

Golongan VI : Sayuran
Hendaknya digunakan campuran dari daun-daunan seperti : bayam, kangkung, daun
singkong dengan kacang panjang, buncis, wortel, labu kuning, dan sebagainya. 100
gram sayuran campur adalah lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan),
mengandung 50 kkalori, 3 gram protein dan 10 gram karbohidrat.

Golongan V : Buah-Buahan
Satu satuan penukar mengandung 40 kkalori dan 10 gram hidrat arang.
Bahan Makanan Berat (G) Urt
Jeruk 100 2 buah sedang
Pepaya 100 1 buah sedang
9

Pisang 50 1 buah sedang

Golongan VI : Susu
Satu satuan penukar mengandung 110 kkalori, 7 gram protein, 9 gram hidrat arang,
dan 7 gram lemak.

Bahan Makanan Berat (G) Urt
Susu sapi 200 1 gelas
Susu kental tak manis 100 gelas
Keju 30 1 potong sedang

Golongan VII : Minyak
Satu satuan penukar mengandung 45 kkalori dan 5 gram lemak.
Bahan Makanan Berat (G) Urt
Minyak goring 5 sendok makan
Minyak ikan 5 sendok makan
Margarine 5 sendok makan

Golongan VIII : Gula
Satu satuan penukar mengandung 30 kkalori dan 75 gram karbohidrat.
Bahan Makanan Berat (G) Urt
Gula pasir 8 1 sendok makan
Madu 10 1 sendok makan

B. CARA MENYUSUI NEONATUS
1. Fisiologi dan Laktasi
1) Hormone prolaktin, yang berasal dari kelenjar pituitary anterior awalnya berperan
untuk proses produksi air susu.
2) Oksitosin dari kelenjar pituitary posterior, berperan dalam refleks keluarnya ASI,
yang mencetuskan keluarnya aliran susu.
10

3) Refleks pengeluaran distimulasi oleh isapan bayi, terapi juga dapat distimulasi
oleh keberadaan bayi itu sendiri atau saat ibu menangis, atau bahkan memikirkan
tentang bayi. Refleks ini juga dapat terjadi selama organisme seksual karena
dilepaskannya oksitosin.
4) Refleks pengeluaran dapat terhambat karena kepercayaan diri ibu yang kurang,
merasa takut atau rasa malu, atau ketidaknyamanan fisik.
5) Produksi air susu berdasarkan aturan pengeluaran permintaan. Penghambat yang
berulang dari refleks pengeluaran, atau kegagalan untuk mengosongkan mamae
dengan komplet dan sering, dapat menurunkan pengeluaran susu.
2. Teknik Menyusui :
1) Letakkan bayi baru lahir menghadap kearah mamae secepat mungkin
2) Posisikan bayi hingga seluruh tubuhnya menghadap ke arah mamae.
3) Arahkan puting lurus ke dalam mulut bayi, hingga sebanyak mungkin areola ikut
masuk ke dalam mulut bayi, sehingga saat ada isapan bayi rahan menekan saluran
dibawah areola, tempat susu tersimpan. Untuk melakukan hal ini, ibu memegang
mamae dengan ibu jari diletakkan pada bagian atas, dan jari-jari yang tersisa
menutupi mamae. Kemudian ibu dengan lembut menyentuh bibir bayi dengan
puting.
4) Hindari menggoda bayi menggunakan pelindung putting. Tindakan menggoda ini
akan membuat bingung bayi, sehingga membuat bayi lebih sulit untuk belajar
menyusui.
5) Hindari jadwal waktu menyusui yang dibatasi. Pembatasan ini dapat
menyebabkan butuh waktu tiga menit timbul refleks pengeluaran. Dengan
demikian, anjuran ibu untuk membiarkan bayinya menyusui pada satu mamae
selama bayi dapat mengisap dengan baik dan benar.
6) Untuk menghindari trauma pada mamae, ibu seharusnya tidak membiarkan bayi
tidur dengan putting masih didalam mulut bayi.
7) Ketika bayi telah mengosongkan isi mamae pertama, lalu ia disendawakan dan
dipindahkan pada mamae kedua. Ketika bayi sudah selesai menyusu dia harus
disendawakan lagi.
11

8) Bayi cenderung mengisap paling kuat pada awal menyusui. Untuk mencegah
trauma tersebut, ibu sebaiknya perlu mengganti-ganti posisi menyusui, dari posisi
menyusui yang pertama kali.
9) Bayi sebaiknya bernapas melalui hidung. Untuk menghindari tersumbatnya
lubang hidung karena tertutup mamae, ibu juga harus mengangkat mamae sedikit
serta menekan jaringan mamae manjauhi hidung bayi.
10) Untuk mencegah trauma terhadap putting, ibu harus menghentikan pengisapan,
dengan cara memasukkan jarinya kedalam mulut bayi, baru kemudian mulut bayi
dipindahkan ke puting lainnya.
11) Ketika pemberian susu selesai, ibu harus membersihkan puting dengan air hangat,
untuk mencegah pengeringan susu, dan harus menginspeksi mamae terhadap
adanya trauma.
12) Menyusukan dengan sering dapat membantu pengeluaran susu yang lancer, dan
mencegan trauma puting dari gerakan pengisapan bayi yang terlampau kuat pada
bayi yang terlalu lapar. Dengan demikian, selama beberapa hari pertama ibu harus
menyusukan dengan sering (setiap 1 hingga 3 jam).
3. Pemberian Susu Menggunakan Botol
Pemberian susu menggunakan botol juga adalah pilihan penambahan nutrisi
cara lainnya saat pemberian susu bayi dan memungkinkan kedua orang tua untuk
saling berbagi kegiatan pengasuhan pada anak mereka. Keberagaman susu butan
telah tersedia di pasar.
Whole milk dan susu saring harusnya tidak digunakan untuk pemberian susu
pada bayi di bawah 2 tahun. Whole milk mempunyai kandungan protein yang terlalu
tinggi, susu saring juga mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi namun
jumlah kalorinya serta kandungan asam lemak esensial kurang edekuat.
Formula cenderung dicerna lebih lambat, sehingga bayi yang diberi susu botol
merasa kenyang lebih lama. Bayi biasanya diberi susu saat dibutuhkan, yang biasa
setiap 3 hingga 5 jam.
Teknik pemberian susu melalu botol :
1) Ibu harus mengambil posisi yang nyaman, dengan lengan yang cukup
menopang, sehingga ibu dapat mengayun bayinya di lengan sedekat tubuhnya.
12

2) Botol harus dipegang bukan disangga dengan posisi kepala bayi sedikit
ditinggikan. Memberikan susu dalam posisi tegak lurus dapat menyebabkan
otitis media akibat posisi.
3) Dot harus mempunyai lubang yang cukup besar sehingga memungkinkan susu
dapat menetas dengan lancar saat dibalik. Namun pembukaan yang terlalu besar
dapat menyebabkan pemberian susu yang berlebihan serta regurgitasi.
4) Dot harus diarahkan dengan tepat ke dalam mulut dan diposisikan diatas lidah.
Dot harus berisi susu dengan penuh, untuk menghindari tertelannya udara
tambahan.
5) Bayi harus disendawakan pada waktu-waktu teratur, lebih disukai ditengah dan
akhir pemberian susu atau pada awal pemberian susu, setelah kira-kira setiap 15
mL. jika bayi menangis dengan kuat sebelum pemberian susu dia harus
disendawakan sebelum diberikan susu atau setelah pengisapan sejumlah susu
yang cukup yang bertujuan menenangkan bayi.
6) Bayi harus dimotivasi, tetap tidak dipaksakan untuk meminum susu.pemberian
susu yang berlebih dapat menyebabkan obesitas.

C. PERAWATAN IBU SELAMA MASA POSTPARTUM
1. Hal yang Perlu di Perhatikan Segera Setelah Persalinan
Selama jam pertama setelah persalinan, tekanan darah dan nadi harus
diperiksa setiap 15 menit atau lebih sering jika diindikasikan. Jumlah perdarahan
vagina dipantau dan fundus harus dipalpasi untuk mamastikan bahwa uterus
berkontraksi baik. Karena perdarahan signifikan paling besar kemungkinannnya
terjadi segera setelah melahirkan, bahkan pada kasus normal, ibu yang bersangkutan
harus ditemani oleh penunggu yang telah berlatih selama paling sedikit 1 jam setelah
akhir kala tiga persalinan. Setelah analgesia regional atau anastesi umum, ibu yang
bersangkutan harus diamati ditempat yang memiliki peralatan dan petugas yang
memadai.
1) Ambulasi dini
Dianjurkan bahwa wanita yang habis melahirkan turun dari tempat tidur
dalam beberapa jam setelah melahirkan. Komplikasi kandung kemih, konstipasi,
13

trombosis vena masa nifas dan embolisme paru lebih jarang terjadi pada wanita
yang menjalani ambulasi dini setelah melahirkan. Pada saat pertama kali turun
dari tempat tidur, wanita yang bersangkutan perlu ditemani oleh penunggu untuk
menjaga kalau-kalau ia mengalami sinkop.
2) Perawatan vulva
Pasien harus diinstruksikan untuk membersihkan vulva dari arah depan ke
belakang (vulva kearah anus). Kompres dingin pada perineum dapat membantu
mengurangi edema dan rasa tidak enak selama beberapa jam pertama setelah
perbaikan episiotomy. Dimulai sekitar 24 jam setelah persalinan, wanita yang
bersangkutan dapat dilakukan setelah persalinan tanpanpenyulit.
3) Fungsi kandung kemih
Kandung kemih yang sangat teregang dapat diraba sebagai suatu massa
kistik di suprapubis atau karena menyebabkan elevasi fundus uterus diatas
umbilikus. Jika wanita yang bersangkutan belum berkemih dalam 4 jam setelah
melahirkan, ada kemungkinan bahwa ia tidak dapat berkemih. Hematom saluran
genetalia harus dipertimbangkan sebagai salah satu penyebab jika wanita yang
bersangkutan tidak dapat berkemih. Pada wanita yang tidak dapat berkemih,
kateter sebaiknya dibiarkan ditempatnya selama paling sedikit 24 jam sehingga
kandung kemih dapat dikosongkan secara total dan untuk mencegah kekambuhan
serta memulihkan tonus dan sensasi normal kandung kemih. Sekitar 40 persen
dari para wanita ini akan mengalami bakteriuria. Oleh karena itu, setelah
pencabutan kateterp pasien sebaiknya diberi terapi antimikroba jangka-pendek.
4) Fungsi usus
Dengan ambulasi dan pemberian makan dini, masalah sembelit telah jauh
berkurang.
5) Rasa tidak nyaman
Selama beberapa hari pertama setelah persalinan per vagina, pasien
mungkin merasa tidak nyaman karena berbagai alas an, termasuk afterpaints,
episiotomi dan laserasi, pembengkakan payudara, dan kadang-kadang nyeri
kepala pascapungsi spinal. Kodein 60 mg, aspirin 600 mg, atau asetaminofen 500
14

mg dengan interval hingga setiap 3 jam selama beberapa hari pertama setelah
persalinan mungkin mambantu.
6) Episiotomi
Kompres dini dengan es dapat mengurangi pembengkakan dan pemakaian
berkala semprot anastetik local mungkin dapat sedikit mengurangi nyeri.Nyeri
hebat mungkin menunjukkan terbentuknya hematom dan mengharuskan
pemeriksaan cermat, terutama jika nyeri tidak mereda dengan pemberian
analgesic.Insisi episiotomy biasanya tertutup rapat dan hampir asimtomatik pada
minggu ketiga.
7) Depresi
Ibu yang baru melahirkan cukup sering mengalami sedikit depresi selam
beberapa hari pertama.
8) Diet
Tidak ada pembatasan diet bagi wanita yang melahirkan per vagina. Dua
jam setelah persalinan normal pervagina wanita yang bersangkutan seyogyanya
diberi sesuatu untuk minum atau makan jika ia menginginkannya jika ibu tidak
menyusui, kebutuhan diet samadengan wanita tidak hamil. Di rumah sakut,
suplementasi besi biasanya dilanjutkan selama paling sedikit 3 bulan setelah
persalinan dan dilakukan pemeriksaan hematokrit pada kunjungan postpartum
pertama.
9) Imunisasi
Wanita Rh D-negatif yang tidak terimunisasi dan yang bayinya D-positif
diberi 300 g immunoglobulin anti-D segera setelah melahirkan.Wanita yang
belum imun terhadap rubella merupakan kandidat yang baik untuk
vaksinasisebelum dipulangkan.Kecuali jika dikontraindikasikan, injeksi booster
difteri-toksoid tetanus juga dapat diberikan pada saat ini.
10) Waktu pemulangan
Pada saat dipulangkan, wanita yang besalin dan masa nifasnya normal
dapat kembali melakukan sebagian besar aktivitas, termasuk mandi, dan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.Wanita yang melahirkan per vagina
biasanya kembali melakukan aktivitasnya secara penuh lebih dini daripada
15

mereka yang menjalani sesar.Sebagian besar wanita yang melakukan aktivitasnya
secara penuh sekitar 2 minggu setelah bersalin.
11) Koitus
Tidak ada waaktu pasti setelah persalinan kapan wanita yang bersangkutan
dapat kembali melakukan hubungan seks.Melakukan hubungan seks terlalu dini
mungkin menimbulkanrasa tidak nyaman, atau bahkan nyeri, karena involusi
uterus dan penyembuhan episiotomy atau laserasi yang belum sempurna.Setelah 2
minggu, koitus dapat kembali dilakukan berdasarkan kenyamanab dan keinginan
pasien. Wanita yang bersangkutan perlu dinasehati bahwa menyusui akan
mengakibatkan supresi berkepanjangn produksi esterogen yang menyebabkan
atrofi dan kekeringan vagina. Keadaan fisiologis ini menyebabkan berkurangnya
pelumasan vagina.Oleh karena itu, wanita yang menyusui sebaiknya
menggunakan pelumas vagina sebelum berhubungan seks.
12) Kembalinya haid dan ovulasi
Jika wanita yang bersangkutan tidak menyusui, maka haid biasanya
kembali dalam 6 hingga 8 minggu atau selanjutnya bukan ke-18 setelah
melahirkan.














16

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POSTPARTUM

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang
benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari
tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi
subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien postpartum meliputi :
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain lain
2. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,
riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah,
tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah
banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit
menular.
4. Riwayat obstetrik
a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya ,
keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai
hamil

17

c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus,
retensi plasenta
2) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati,
berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup
atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
d. Riwayat Kehamilan sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan,
suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual,
keluhan lain
e. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat
f. Pola aktifitas sehari-hari
1) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum
dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas
harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah buahan.
2) Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya
perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum
sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar,
1995 )
3) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan
melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan
atau duk.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital
18

b. Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu
hari suhu akan kembali normal (360 C 370 C), terjadi penurunan akibat
hipovolemia
c. Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat.
d. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia
e. Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
f. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
1) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
2) Sistem vaskuler
Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8
jam berikutnya
a) Tensi diawasi tiap 8 jam
b) Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah
c) Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan
d) Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi
kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
3) Sistem Reproduksi
a) Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian
tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta
konsistensinya
b) Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan
bau
19

c) Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka
jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas
d) Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
e) Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
f) Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi
sebelum kehamilan (sub involusi)
g) Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar
atau tidak, spontan dan lain-lain
h) Traktur gastro intestinal. Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
i) Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan dalam buku Dongoes "Rencana Asuhan keperawatan
Maternal/bayi. 2001" menyebutkan bahwa diagnosa yang muncul pada klien dengan
post partum adalah sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, proses involusi, dan luka
episiotomi.
2. Resiko Infeksi dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit, dan prosedur
invasive.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan (muntah, diaforesis, peningkatan haluaran urine dan hemoragi.
4. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis danedema jaringan.
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot dan adanya nyeri
perineal/rectal.
6. Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurangnya
dukungan dari orang terdekat, tidak tersedianya model peran.
7. Potensial terhadap perubahan koping keluarga berhubungan dengan kecukupan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptasi.
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
20

9. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat dan kesalahan interpretasi.
10. Kurang pengetahuan tentang menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
tingkat dukungan dan struktur/ karakteristik payudara.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan atau rencana keperawatan, yang merupakan tahap selanjutnya setelah
pengkajian dan penentuan diagnosa keperawatan. (Doenges, tahun 2001).
Rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan post partum
berdasarkan teori dari buku Mariilyn E. Dongoes, "Rencana Asuhan Keperawatan
Matemal/bayi, 2001 adalah sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, proses involusi dan luka
episiotomi
Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan, nyeri dan nyeri dapat berkurang.
Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
2) Keadaan umum baik dan klien rileks
3) Klien mampu menerapkan intervensi khusus untuk mengatasi ketidaknyamanan.
Intervensi :
1) Kaji tingkat kenyamanan. Tentukan adanya lokasi dan sifat ketidaknyamanan.
Rasional :
Nyeri dan ketidaknyamanan sangat individual diperlukan pengkajian agar
intervensinya tepat.
2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri
tekan local.
Rasional :
Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal atau terjadi
komplikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
3) Kaji kontraksi uterus, konsistensi dan frekuensi after paint.

21

Rasional :
Kontraksi uterus kuat, teratur, berlangsung 2-3 hari makin lama makin
menurun.Faktor-faktor yang memperberat after paint meliputi multipara, over
distensi uterus dan menyusui.
4) Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran dan/atau
putting pecah-pecah.
Rasional :
Pembesaran payudara, nyeri tekan puting, atau adanya pecah-pecah pada putting
dapat terjadi hari ke 2 sampai ke 3 post partum.
5) Ajarkan/anjurkan klien untuk rutin melakukan perawatan perineum atau luka
episiotomi.
Rasional :
Dapat mencegah infeksi dan mengurangi intensitas nyeri.
6) Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi atau nafas dalam bila nyeri
timbul.
Rasional :
Dapat meningkatkan relaksasi dan membantu mengontrol rasa nyeri
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy analgetic
Rasional :
Dapat membantu mengurangi rasa nyeri.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, kerusakan kulit dan
prosedur inpasif.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari infeksi
2) Luka bebas dari drainase purulen.
lntervensi :
1) Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina
dan komplikasi seperti persalinan lama, hemoragi, dan tertahannya plasenta.

22

Rasional :
Membantu mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan
infeksi.
2) Pantau suhu, nadi dengan rutin, catat tanda-tanda menggigil, anoreksia dam
malaise
Rasional :
Peningkatan suhu sampai 38
0
c dalam 24 jam pertama menandakan infeksi.
3) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus, perhatikan perubahan involusinya atau
adanya nyeri tekan ekstrim.
Rasional :
Fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus, meningkat 1-2
cm/hari.Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini dan adanya
nyeri tekan yang ekstrim menandakan kemungkinan tertahannya jaringan
plasenta atau infeksi.
4) Catat jumlah dan bau lochea atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra
menjadi serosa.
Rasional :
Lochea normal berbau amis namun pada endometritis mungkin purulen dan bau
busuk.
5) Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan dan nyeri tekan.
Rasional :
Terjadinya putting pecah-pecah menimbulkan potensi mastitis.
6) Anjurkan klien mencuci dengan bersih daerah perineumnya setiap sehabis BAK
dan kompres bethadine pada perineum setiap habis mandi dan rajin mengganti
pembalut.
Rasional :
Dapat membantu mencegah terjadinya infeksi.
7) Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, vitamin C dan zat besi
serta minum sampai 2000 ml/hari.
Rasional :
Membantu meningkatkan penyembuhan dan regenerasi jaringan baru.
23


3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih (muntah, peningkatan haluaran Urine dan hemoragi).
Tujuan : Volume cairan adekuat
Kriteria Hasil :
1) Masukan cairan dan haluran seimbang
2) Tanda-Tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji proses intrapartal, penggunaan induksi dan partus lama
Rasional :
Induksi partus dan oxytocyn akan berdampak peningkatan kontraksi uterus pada
periode post partum. Partus lama akan menyebabkan atonia uteri yang
berdampak resiko perdarahan.
2) Perhatikan adanya rasa haus, berikan cairan sesuai toleransi.
Rasional :
Rasa haus merupakan cara homeostatis dari pengggantian cairanmelalui
peningkatan rasa haus.
3) Dengan perlahan massage fundus bila uterus menonjol.
Rasional :
Merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.
4) Kaji tekanan darah dan suhu sesuai indikasi.
Rasional ;
Penurunan TD mungkin merupakan tanda lanjut dari kehilangan cairan berlebih
dan peningkatan suhu tubuh dapat memperbesar dehidrasi.
5) Evaluasi status kandung kemih, tingkatkan pengosongan bilakandung kemih
penuh.
Rasional :
Kandung kemih penuh mengganggu kontraktilitas uterus dan menyebabkan
perubahan posisi dan relaksasi uterus.
6) Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui.
Rasional :
24

Klien dehidrasi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat.

4. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis dan edema
jaringan.
Tujuan : Eliminasi urine dapat teratasi
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat berkemih dengan lancar tanpa dibantu dalam 6-8 jam setelah
kelahiran
2) Peningkatan pengisian kandung kemih
3) Terjadi perubahan jumlah dan frekuensi berkemih
Intervensi :
1) Kaji masukan cairan dan haluaran urine terakhir, catat masukan cairan
intrapartal dan haluaran urine dan lamanya persalinan.
Rasional :
Pada periode pascapartal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang melalui haluaran
urine dan kehilangan tidak kasat mata termasuk diaforesis.
2) Palpasi kandung kemih, pantau tinggi fundus uteri dan lokasi serta jumlah aliran
lochea
Rasional :
Distensi kandung kemih yang dapat dikaji dengan derajat perubahan posisi
uterus menyebabkan peningkatan relaksasi uterus dan aliran lochea.
3) Anjurkan berkemih 6-8 jam pasca persalinan dan setiap 4 jam setelahnya.
Rasional :
Variasi intervensi keperawatan mungkin perlu untuk merangsang atau
memudahkan berkemih, kandung kemih penuh mengganggu motilitas uterus dan
involusi serta meningkatkan aliran lochea.
4) Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan per hari.
Rasional :
Membantu mencegah statis dan dehidrasi serta dapat mengganti cairan yang
hilang saat melahirkan.

25

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot dan nyeri pada
perianal/rektal.
Tujuan : Gangguan eliminasi konstipasi teratasi.
Kriteria hasil :
1) Klien dapat melakukan kembali defekasi seperti pola yang biasanya.
Intervensi :
1) Kaji bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau
diastatis rekti.
Rasional :
Mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastatis rekti (pemisahan dari 2 otot rektus
sepanjang garis medial dari dinding abdomen) menurunkantonus otot abdomen
yang diperlukan untuk mengejan selama pengosongan.
2) Kaji adanya hemoroid.
Rasional :
Hemorbid dapat mengganggu proses eliminasi.
3) Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dan
meningkatkan jumlah cairan.
Rasional :
Makanan yang berserat dan peningkatan cairan menghasilkan bulk dan merangsang
eliminasi
4) Anjurkan peningkatan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.
Rasional :
Membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal.
5) Kaji episiotomi, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan jaringan.
Rasional :
Edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan mencegah klien dari merelaksasi perineum selama
pengosongan karena takut untuk terjadi cidera


26

6. Resiko perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang dukungan
diantara orang terdekat tidak tersedianya model peran.
Tujuan : mendapat memahami adanya perubahan proses dalam keluarga.
Kriteria hasil :
1) Mengungkapan masalah dan pertanyaantentang menjadi orang tua
2) Secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir dengan tepat
Intervensi :
1) Kaji kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber dan latar
belakang.
Rasional :
Mengidentifikasifaktor-faktor resiko potensial dan sumber-sumber pendukung,
yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima tantangan
peran menjadi orang tua.
2) Perhatikan respon klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang
tua.
Rasional :
Kemampuan klien untuk beradaptasi positif untuk menjadi orang tua mungkin
dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat
3) Kaji sifat dari orangtua secara emosi dan fisik yang pernah dialami
klien/pasangan selam masa kanak-kanak
Rasional :
Peran menjadi orang tua dipelajari dan individu memakai peran orang tua
mereka sendiri menjadi model peran.
4) Kaji keterampilan komunikasi interpersonal pasangan dan hubungan mereka
satu sama lain.
Rasional :
Hubungan yang kuat dicirikan dengan komunikasi yang jujur dan keterampilan
mendengar dan interpersonal yang baik membantu mengembangkan
pertumbuhan.
5) Berikan rawat bersama dan privasi untuk kontak diantara ibu, ayah, dan bayi.
Rasional :
27

6) Memudahkan kedekatan dan membantu mengembangkan proses pengenalan.

7. Potensial terhadap Perubahan koping keluarga berhubungan dengan
kecukupan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas
adaptif.
Tujuan : Perubahan koping keluarga tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas-tugas yang mengarahkan pada
kerja sama dari anggota keluarga baru.
2) Mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan dengan terbentuknya
kemajuan dan adaptasi
Intervensi :
1) Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain, tugaskan perawatan primer.
Rasional :
Perawat dapat membantu pengalaman positif di rumah sakit dan menyiapkan
keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap-tahap perkembangan dengan
penyertaan anggota keluarga baru.
2) Berikan kesempatan kunjungan dengan tidak dibatasi untuk ayah dan sibling.
Pastikan apakah sibling berminat pada program orientasi.
Rasional:
Memudahkan perkembangan keluarga dan proses terus-menerus dari pengenalan
dan kedekatan, membantu anggota keluarga merasa nyaman merawat bayi baru
lahir.
3) Berikan kelompok dukungan orang tua dan individu atau instruksi kelompok
dalam menyusui, keperawatan bayi baru lahir, perubahan fisik dan emosional.
Rasional :
Pengungkapan dan diskusi dalam suatu kelompok membantu mengembangkan
ide-ide, kesempatan untuk pemecahan masalah, dan kelompok dukungan.
4) Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua pada perawat bayi.
Rasional :
28

Fleksibilitas dan sensitasi terhadap kebutuhan keluarga membantu
mengembangkan harga diri dalam keperawatan bayi baru lahir.

8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan,
proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
Tujuan : Kebutuhan istirahat tidur dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Klien melaporkan peningkatan rasa segar dan peningkatan sejahtera serta
istirahat.
2) Mengidentifikasi penyesuaian untuk menerima perubahan-perubahan yang
diperlukan oleh tuntutan anggota keluarga baru.
Intervensi :
1) Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat lamanya persalinan
dan jenis kelahiran.
Rasional :
Persalinan atau kelahiran yang lama atau sulit dapat meningkatkan kelelahan.
2) Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat, berikan lingkungan
yang tenang.
Rasional :
Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan
rangsang. Bila ibu tidak terpenuhi kebutuhan tidurnya dapat terjadi proses
perpanjangan perbaikan dari periode pasca partum.
3) Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur atau istirahat setelah kembali
kerumah.
Rasional :
Rencana yang kreatif memperbolehkan untuk tidur siang dengan bayi lebih awal
tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi
kelelahan yang berlebihan.
4) Kaji lingkungan rumah, bantuan di rumah dan adanya sibling dan anggota
keluarga lain.
Rasional :
29

Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih banyak di rumah sakit
untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan
keluarganya.

9. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat dan kesalahan
interpretasi.
Tujuan : Klien mampu merawat diri sendiri dan bayi.
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan individu, hasil
yang diharapkan.
2) Melakukan aktivitas atau prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan-alasan
untuk tindakan.
Intevensi :
1) Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan
tingkat kelelahan klien.
Rasional :
Terdapat hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan
tanggung jawab tugas dan aktivitas-aktivitas perawatan diri dan bayi.
2) Bantu klien atau pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan.
Rasional :
Klien memerlukan waktu untuk bergerak dari fase taking in ke taking hold
dimana penerimaan dan kesiapannya ditingkatkan secara emosional dan secara
fisik.
3) Berikan informasi tentang peran program latihan pasca partum progresif.
Rasional :
Latihan membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasi, menghasilkan tubuh yang
seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum.
4) Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan
hygiene, perubahan fisiologis, termasuk kemajuan normal dari rabas lochea,
30

kebutuhan untuk tidur, perubahan peran dan emosional. Biarkan klien
mendemonstrasikan materi yang dipelajari, bila diperlukan.
Rasional :
Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan,
berperan pada adaptasi positif dari perubahan, berperan pada adaptasi positif
dari perubahan fisik dan emosional.
5) Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi, berikan
informasi tentang ketersediaan metode termasuk keuntungan dan kerugian.
Rasional :
Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan metode
kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum
kunjungan minggu ke 6.

10. Kurang pengetahuan tentang menyusui berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, tingkat dukungan serta struktur atau karakteristik payudara.
Tujuan : Klien mengetahui manfaat dan cara menyusui yang benar.
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan pemahaman tentang proses situasi menyusui.
2) Mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
Rasional :
Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan
rencana perawatan.
2) Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan atau
keluarga.
Rasional :
Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman
menyusui dengan berhasil.
31

3) Berikan informasi mengenai keuntungan menyusui, perawatan puting dan
payudara dan faktor-faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan
menyusui.
Rasional :
Membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah putting luka atau pecah,
memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu menyusui.
4) Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui. Perhatikan posisi bayi
selama menyusu dan lama menyusu.
Rasional :
Posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa memperhatikan
lamanya menyusu.
5) Kaji putting klien, anjurkan klien untuk melihat putting susu setiap habis
menyusui.
Rasional :
Identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah atau membatasi terjadinya luka
atau pecah putting tanpa memperhatikan lamanya menyusu.
6) Berikan pelindung putting payudara khusus (misalnya pelindung Eschmann)
untuk klien menyusui dengan putting masuk atau datar. Anjurkan penggunaan
kompres es sebelum menyusui dan latihan putting dengan memutar diantara ibu
jari dan jari tengah dan menggunakan teknik Hoffman.
Rasional :
Mangkuk laktasi/pelindung payudara, latihan kompres es membantu membuat
putting lebih ereksi, teknik Hoffman melepaskan perlengketan yang
menyebabkan inversi putting.

D. IMPLEMENTASI
Perawat mengimplementasikan dari rencana keperawatan yang telah disusun
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Implementasi keperawatan
terdiri dari 7 proses yaitu:
1. Bekerja sama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan Keperawatan.
2. Kolaborasi profesi kesehatan, meningkatkan status kesehatan.
32

3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksanaan, tenaga keperawatan dibawah
tanggung jawabnya.
5. Menjadi coordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien tentang status
kesehatan dan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
6. Memberikan pendidikan kepada klien tentang status keluarga mengenai konsep,
keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang
digunakan.
7. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon
klien.

E. EVALUASI
Evaluasi klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian hasil yang
diharapkan (yang dikembangkan dalam fase perencanaan didokumentasikan dalam
rencana perawatan) adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi perlu
untuk menentukan seberapa baik rencana asuhan tersebut berjalan, dan bagaimana
selama proses yang terus menerus. Revisi rencana perawatan adalah komponen penting
dari fase evaluasi.
Pengkajian ulang adalah proses evaluasi yang terus-menerus yang terjadi tidak
hanya bila hasil yang di harapkan terjadi pada klien ditinjau ulang atau bila keputusan
dibutuhkan apakah klien siap atau tidak untuk pulang. Sebaliknya hal ini adalah
pemantauan konstan terhadap status klien.(Dongoes, 2001 hal 15).








33

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya
pemberian ASI sedini mungkin setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada
ibu yang masih berbaring, kemudian dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama si
bayi akan berusaha mencari puting susu ibunya dan belajar menghisap sehingga dapat
merangsang produksi ASI. Perawatan postpartum adalah perawatan terhadap ibu yang
baru melahirkan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi
perawatan masa nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan
psikis berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran
normal, membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu
dalam merawat bayinya.
B. SARAN
Makalah kami masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kami. Besar
harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.











34

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas edisi-4.
Jakarta: EGC.
Doengoes, Marlin E.2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC
Helen Farrer, 1996. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Leveno, J.Kenneth. dkk. 2004. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Loowdermilk, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2006. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Reeder, Sharon J. 2003. Keperawatan Maternitas Edisi 18. Jakarta : Buku kedokteran
EGC

You might also like