Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Perdarahan trimester I kehamilan disebut juga perdarahan kehamilan muda adalah
perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu. Perdarahan pervaginam pada
wanita hamil terjadi karena beberapa sebab. Terdapat tiga penyebab penting perdarahan pada
awal kehamilan yaitu abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Kebanyakan wanita
yang mengalami perdarahan terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.
II. Anamnesis
Secara umum anamnesa pada pasien hamil sama dengan anamnesa lain dalam ilmu
kedokteran. Pertama tanyakan identitas: nama pasien, nama suami atau keluarga terdekat,
alamat, agama, pendidikan terakhir, suku bangsa. Lalu dapat diajukan pertanyaan yang
mengarah pada keluhan utama pasien, seperti:1
Kapan hari pertama haid terakhir?
Menarche umur berapa?
Haid teratur?
Berapa lama siklus haid berlangsung?
Adakah rasa nyeri waktu haid?
Pernah menikah? Berapa kali? Sudah berapa lama umur pernikahan?
Apakah pernah hamil?
Berapa kali melahirkan?
Persalinan sectio caesarea atau pervaginam?
Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu?
Pernah keguguran? Berapa kali? Umur kehamilan?
III. Pemeriksaan Fisik
Pengamatan dilakukan sejak pasien masuk keruang pemeriksaan. Keadaan umum, sikap
dan kesadaran pasien harus diamati dengan cermat. Pemeriksaan umum dilakukan untuk
mendapatkan tanda vital, keadaan alat-alat vital, tanda-tanda yang berhubungan dengan
anemia, dan kelainan alat-alat lain dari kepala sampai kaki.1
Perhatian lebih seksama ditujukan terhadap tanda-tanda yang berhubungan dengan
obstetric. Pemeriksaan obstetric terdiri dari:
Inspeksi
o Bentuk perut
o Bekas luka/operasi
o Perubahan warna: linea nigra, striae gravidarum
o Tumor
Palpasi
o Leopold 1
pasien.
Uterus dibawa ketengah.
Dengan kedua tangan tentukan tinggi fundus.
Dengan satu tangan tentukan bagian apa dari anak yang terlektak
dalam fundus.
o Leopold 2
bokong.
o Leopold 3
Auskultasi
o Bisa dilakukan dengan stetoskop kebidanan pada umur kehamilan 26 minggu
o
o
o
o
atau dengan fetal heart detector (Doppler) pada umur kehamilan 12 minggu.
Pada auskultasi bisa didengar bermacam bunyi:
Macam-Macam Abortus
1. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan atau ancaman terjadinya abortus yang ditandai perdarahan
pervaginam. 2
Diawali keluhan perdarahan pervaginam pada umur kehamilan < 20 minggu, mulas atau
tidak ada keluhan selain perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup, besarnya
uterus masih sesuai usia kehamilan, dan tes kehamilan urin masih positif.2
Tata Laksana
- Tirah baring sampai perdarahan berhenti
- Spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi
- Hormon progesteron atau derivatnya untuk mencegah abortus
- Jika perdarahan setelah beberapa minggu masih berlangsung, maka perlu ditentukan
apakah kehamilan masih baik
2. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam, ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium
uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih di dalam kavum uteri dan dalam proses
pengeluaran.2
Penderita mulas karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahan bertambah sesuai
pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai umur
kehamilan dengan tes urin kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG didapati
pembesaran uterus masih sesuai umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin
masih jelas, dan terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya. 2
Tata Laksana
Bila ada tanda syok, atasi dengan pemberian cairan dan transfusi darah, lalu segera
lakukan tindakan evakuasi disusul kuretase bila perdarahan banyak. Pada umur
kehamilan > 12 minggu, evakuasi dengan cara digital disusukl kuretase dan pemberian
uterotonika untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus. Pasca tindakan,
perbaiki keadaan umum, pemberian uterotonika, dan antibiotika profilaksis.2
4
3. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, sehingga rongga rahim kosong.
Semua hasil konsepsi telah keluar, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil
sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai umur kehamilan. Tes urin masih
positif sampai 7-10 hari setelah abortus. 2
Tata Laksana
Tidak ada pengobatan khusus, hanya roboransia atau hematenik bila keadaan pasien
memerlukan.
4. Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, namun masih ada yang tertinggal.
Kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan pada kavum uteri atau menonjol
pada ostium uteri eksternum. Besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan. Jumlah
perdarahan tergantung pada jaringan yang tersisa. Pasien dapat mengalami anemia atau
syok hemoragik.
Tata Laksana
Bila ada tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan atau transfusi darah. Bila
perdarahan hebat, segera evakuasi secara manual agar kontraksi uterus baik dan
perdarahan berhenti, lalu segera lakukan kuretase. Pasca tindakan, berikan uterotonika
(parenteral atau per oral), dan antibiotik. 2
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal sebelum usia kehamilan
20 minggu dan hasil konsepsi masih tertahan dalam kandungan.
Pasien tidak ada keluhan kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti
harapan. Bila kehamilan 14-20 minggu, pasien merasa rahim semakin mengecil dan
tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang. Pada pemeriksaan
USG didapatkan uterus mengecil, kantong gestasi mengecil, dan bentuknya tidak
beraturan disertai gambaran fetus dengan tidak adanya tanda kehidupan. Pada
pemeriksaan tes urin, hasilnya negatif setelah 1 minggu dari terhentinya pertumbuhan
kehamilan. 2
Tata Laksana
Pada umur kehamilan < 12 minggu, evakuasi secara langsung dengan melakukan dilatasi
dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan 12-20 minggu
dengan serviks uterus yang masih kaku, lakukan induksi (oksitosin i.v atau mesoprostol
400mg sublingual) atau mematangkan kanalis servikalis. Setelah janin keluar dengan
induksi, lakukan kuretase. Pasca tindakan, bila perlu, berikan oksitosin i.v dan
antibiotika. 2
5
6. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Etiologi
- Kelainan pada zigot
- Malfungsi Endometrium
- Kelainan hormonal
- Serviks inkompeten
- Gangguan nutrisi
- Penyakit infeksi
- Kelainan imunologik
- Faktor psikologis3
Tata Laksana
- Terapi bersifat kausal , artinya dilakukan pemeriksaan lengkap untuk mencari etiologi
penyebab abortus habitualis tersebut, yakni disamping pemeriksaan umum yang
memperhatikan gizi dan bentuk badan penderita, dilakukan pemeriksaan suami-isteri ,
antara lain pemeriksaan darah dan urin rutin, pemeriksaan golongan darah dan faktor
Rh, tes terhadap sifilis.
- Pada serviks inkompeten, apabila penderita telah hamil maka operasi untuk
menguatkan ostium uteri internum sebaiknya dilakukan pada kehamilan 12 minggu.
Dasar operasi ialah memperkuat jaringan serviks yang lemah dengan melingkari
daerah ostium uteri internum dengan benang sutra atau dakron yang tebal. Bila terjadi
gejala dan tanda abortus insipien, maka benang harus segera diputuskan, agar
pengeluaran janin tidak terhalang. Tindakan untuk mengatasi inkompetensi serviks
yaitu dengan penjahitan mulut rahim yang dikenal dengan teknik Shirodkar Suture
atau dikenal juga dengan cervical cerclage atau pengikatan mulut lahir. Cara ini bisa
menghindari ancaman janin lahir prematur. Faktor keberhasilannya hingga 85 - 90
persen. Tindakan ini biasanya dilakukan sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu
dengan mengikat mulut rahim agar tertutup kembali sampai masa kehamilan berakhir
dan janin siap untuk dilahirkan .Tindakan pengikatan mulut rahim dilakukan dengan
pembiusan lokal dan menggunakan benang berdiameter 0,5 cm, yang bersifat tidak
dapat diserap oleh tubuh. Jahitan ini akan dilepas pada saat kehamilan mencapai usia
36-37 minggu, atau saat bayi sudah siap dilahirkan. Agar tindakan pengikatan
berfungsi optimal. Pasien tidak boleh berhubungan seksual dengan pasangan selama 12 minggu sampai ikatan cukup stabil.
- Dilakukan operasi plastik pada uterus menurut Strassman jika pada penderita
ditemukan kelainan bawaan seperti uterus bikornis dan keyakinan bahwa tidak ada
faktor lain yang menyebabkannya.3
7. Abortus Infeksious, Abortus Septik
Abortus infeksius adalah yang disertai infeksi pada alat genitalia. Abortus septik adalah
abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum
(septikemia atau peritonitis).
Anamnesis yang cermat tentang upaya tindakan abortus yang tidak menggunakan
peralatan yang asepsis dengan didapat gejala dan tanda panas yang tinggi, tampak sakit
dan lelah, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan
lembut, serta nyeri tekan. Bila sampai terjadi sepsis dan syok, pasien akan tampak lelah,
panas tinggi, menggigil, dan tekanan darah turun. Pada laboratorium didapatkan
leukositosis. 2
Tata Laksana
- Pengelolaan mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh
- Antibiotika sesuai hasil kultur sampai 2 hari bebas demam
- Kuretase bila keadaan umum sudah baik minimal 6 jam setelah antibiotika diberikan
- Injeksi ATS dan irigasi kanalis vagina dengan larutan peroksida bila ditakutkan terjadi
tetanus. Jika perlu, segera histerektomi total. 2
VI. Mola Hidatidosa
Definisi
Adalah kelainan vili korionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi
dan edema vilus.3
Macam-Macam Mola hidatidosa
Mola hidatidosa terbagi menjadi dua yaitu:
1. Mola hidatidosa sempurna (klasik)
Jika tidak ditemukan janin. Villi korealis diubah menjadi masa gelembung-gelembung
bening yang besarnya berbeda-beda. Masa tersebut dapat tumbuh membesar sampai
mengisi uterus yang besarnya sama dengan kehamilan normal lanjut.
Struktur histologinya mempunyai sifat:
a. Degenerasi hidrofik dan pembengkakan stroma villi
b. Tidak terdapat pembuluh darah di dalam villi yang bengkak
c. Proliferasi sel epitel trofoblas dengan derajat yang beragam
d. Tidak terdapat janin dan amnion4
2. Mola hidatidosa partialis
Bila perubahan mola hanya lokal dan tidak berlanjut dan terdapat janin atau setidaknya
kantung amnion, keadaan tersebut digolongkan mola hidatidosa partialis. Terdapat
Faktor ovum
Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum
memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam
pembuahan.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan
sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan
tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan janinnya.
Paritas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma
kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan
2. Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya.
Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat pada wanita nullipara, khusus
karena konsistensi tumor yang lunak di bawah abdomen yang kenyal. Ovarium
kemungkinan mempunyai konsistensi yang lebih lunak.4
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas tidak akan
ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang sensitive sekalipun.
Kadang-kadang terdapat plasenta kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada
salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat
normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang luas
pada plasenta dengan disertai dengan janin yang hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus dapat keluar
dari dalam uterus dan masuk ke dalam aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut
bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan
atau tanpa stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil
untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut
trofoblas ini dapat menginfasi parenkim paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti
lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio
carsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa metastasik).
Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang
spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau
bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proloferasi dan menimbulkan
kematian wanita tersebut bila tidak mendapatkan pengobatan yang efektif. 4
5. Disfungsi thyroid
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola biasanya mengalami kenaikan
yang cukup tinggi, namun gambaran hipertiroidisme yang tampak secara klinik tidak
begitu sering dijumpai. Amir dkk (1984) dan Curry dkk (1975) menemukan
hipertiroidisme pada sekitar 2% kasus kenaikan kadar tiroksin plasma, bisa merupakan
efek primer estrogen seperti halnya pada kehamilan normal dimana tidak terjadi
peningkatan kadar estrogen bebas dan presentasi trioditironim yang terikat oleh resin
mengalami peningkatan. Apakah hormon tiroksin bebas dapat meninggi akibat efek mirip
tirotropin yang ditimbulkan oleh orionik gonadotropin atau apakah varian hormon inikah
yang menimbulkan semua efek tersebut masih merupakan masalah yang controversial.
6. Ekspulsi spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola tersebut
keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi spontan
paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari
28 minggu.
Diagnosis
- Amenorea
- Perdarahan pervaginam
- Uterus lebih besar dari usia kehamilan, dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti, seperti
-
10
Kehamilan ektopik lain (<5%), antara lain terjadi di serviks uteri, ovarium, atau abdominal.
Kehamilan intraligamenter
Kehamilan heterotopik
Terjadi abortus tuba (65%), hasil konsepsi terlepas dari tuba, dan terjadi perdarahan,
sedikit maupun banyak. Hasil konsepsi dan perdarahan bisa keluar ke arah kavum uteri
dan dikeluarkan pervaginam, atau keluar ke arah kavum abdominal sehingga bertumpuk
11
Pengelolaan
Rawat inap.
Pemberian cairan pada pasien yang mengalami syok.
Laparatomi atau salpingektomi.
Kemoterapi dengan metotreksat 1mg/kg i.v dan factor sitrovorum 0,1 mg/kg i.m
-
12
VIII. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Naylor SC. Obstetri-ginekologi referensi ringkas. Jakarta: EGC; 2005.h.62-5.
2. Sarwono P. Ilmu kebidanan. Perdarahan pada kehamilan muda. Jakarta: EGC; 2011.h.459-90.
3. Sarwono P.Ilmu kandungan. Mola hidatidosa. Jakarta: EGC; 2011.h.246-50.
4. Cunningham FG. Williams Obstetri Edisi 21 vol 2. Jakarta; 2006; 930-8.
5. Mola hidatidosa. Diunduh dari : http://rentalhikari.wordpress.com/2009/11/06/kti-molahidatidosa/. Diakses pada 27 Mei 2012.
6. Patologi abortus. Diunduh dari : http://respository.usu.ac.id. Diakses pada 27 Mei 2012.
13