Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
GALIH ARYA WIJAYA
20090310130
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal: Jumat, 10 Oktober 2014
Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
Status Pasien ........................................................................................................... 1
A. Kasus ............................................................................................................ 1
1.
Identitas .................................................................................................... 1
2.
3.
Anamnesis ................................................................................................ 1
4.
Pemeriksaan Fisik..................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 4
A.
1.
Pengertian. .................................................................................................... 4
2.
Definisi ......................................................................................................... 8
2.
Tujuan .......................................................................................................... 8
3.
Indikasi ......................................................................................................... 9
4.
5.
MATI ......................................................................................................... 11
7.
iii
iv
BAB I
Status Pasien
A. Kasus
1. Identitas
-
Nama
: Tn. T
Umur
: 60 tahun
2. Keluhan Utama
Jatuh pingsan
3. Anamnesis
Pasien datang diantar anggota keluarga karena tiba-tiba tidak sadarkan
diri. Pasien tidak berteriak kesakitan ketika jatuh pingsan. Keluarga pasien
mengaku jika pasien hanya memegang bagian dada ketika akhirnya jatuh.
Keluarga mengaku setelah kejadian pasien langsung dilarikan ke rumah
sakit tanpa dilakukan pertolongan apapun. Waktu tempuh rumah hingga
rumah sakit hanya sekitar 5 menit. Keluarga mengaku pasien memang
belakangan tidak kontrol berobat lagi karena merasa tidak ada keluhan.
Pasien sudah tidak kontrol sekitar 3 bulan
RPD:
Menurut keluarga pasien kontrol rutin dengan keluhan darah tinggi
dan masalah jantung tua.
RPK:
Tidak ada riwayat penyakit serupa dalam keluarga. Tidak ada riwayat
alergi yang menonjol dalam keluarga.
4. Pemeriksaan Fisik
a.
Vital Sign
TD
36,7
b. Pemeriksaan Kepala
-
c.
Pemeriksaan Thorax
Vesikuler -
Vesikuler -
d. Pemeriksaan Ekstrimitas
Nadi tak teraba
Oedema ekstrimitas bawah(+)
e.
EKG
Asistole
f. Assesment
Cardiac Arrest
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Cardiac Arrest
1. Pengertian.
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit
jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan
sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010).
Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah penghentian
sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa henti
jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak
untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen
ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi
secara efektif.
2. Faktor predisposisi
Iskandar (2008), mengatakan bahwa faktor risiko cardiac arrest adalah: Lakilaki usia 40 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk terkena cardiac arrest
satu berbanding delapan orang, sedangkan pada wanita adalah satu berbanding 24
orang. Semakin tua seseorang, semakin rendah risiko henti jantung mendadak.
Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung, seperti hipertensi,
hiperkholesterolemia dan merokok memiliki peningkatan risiko terjadinya cardiac
a) Fibrilasi ventrikel
Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak,
pada keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya, jantung
hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan
adalah CPR dan DC shock atau defibrilasi.
b) Takhikardi ventrikel
Mekanisme penyebab terjadinyan takhikardi ventrikel biasanya karena
adanya gangguan otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun akibat adanya
gangguan konduksi. Frekuensi nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian
ventrikel kiri akan memendek, akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga
berkurang sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan keadaan
hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih diutamakan.
Pada kasus VT dengan gangguan hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT
tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan
CPR adalah pilihan utama.
c) Pulseless Electrical Activity (PEA)
Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan
kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga
tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah
tindakan yang harus segera dilakukan.
d) Asistole
Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung,
dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini
tindakan yang harus segera diambil adalah CPR.
3. Indikasi
a. Henti nafas
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernafasan dari korban atau pasien dan merupakan kasus yang harus dilakukan
tindakan Bantuan Hidup Dasar. Pada awal henti nafas oksigen masih dapat masuk
ke dalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan
darah ke otak dan organ vital lainnya, dengan diberikan bantuan resusitasi dapat
membantu menjalankan sirkulasi lebih baik dan mencegah kegagalan perfusi
organ, sehingga. Henti nafas dapat terjadi dalam keadaan seperti:
Stroke
Epiglotitis
Overdosis obat-obat
Tersengat listrik
Infark miokard
Tersambar petir
b. Henti Jantung
Henti jantung primer adalah ketidaksanggupan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen keotak dan organ vital lainnya secara mendadak
dan dapat balik normal, jika dilakukan tindakan yang tepat atau akan
menyebabkan kematian atau kerusakan otak menetap kalau tindakan tidak
10
adekuat. Henti jantung yang terminal akibat usia lanjut atau penyakit kronis
tertentu tidak termasuk henti jantung atau cardiac arrest.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital
kekurangan oksigen. Pernafasan yang terganggu merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung. Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba
disertai kebiruan atau pucat sekali, pernafasan berhenti atau satu-satu, dilatasi
pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar.
4. Sistem Pernafasan dan Sirkulasi
Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantaranya yang utama adalah
sistem pernafasn dan sistem sirkulasi. Kedua sistem ini merupakan komponen
utama dalam mempertahankan hidup. Terganggunya salah satu fungsi ini dapat
mengakibatkan ancaman kehilangan nyawa. Tubuh dapat menyimpan makanan
untuk beberapa minggu dan menyimpan air untuk beberapa hari, tetapi hanya
dapat menyimpan oksigen (O) untuk beberapa menit saja.
Sistem pernafasan
Jantung
2.
3.
11
Penyakit jantung
2.
Gangguan pernafasan
3.
Syok
4.
5.
Penurunan kesadaran
12
2.
3.
4.
Life Support)
6. SURVEI PRIMER
Survei ini difokuskan pada bantuan nafas dan sirkulasi serta defibrilasi.
Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan pada survei primer ini
dirumuskan dengan huruf abjad : A, B, C, dan D.
A
airway
(jalan nafas)
breathing
(bantuan nafas)
circulation
(bantuan sirkulasi)
13
A (airway )
D ( drugs )
E ( EKG )
diagnosis
elektrokardiografis
secepat
G ( gauge )
Pengukuran
dan
pemeriksaan
untuk
dinilai, dicari
H (Head)
14
kesadaran
pasien/korban.
Dalam
memastikan
15
Untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Bila
sumbatan ada dapat dibersihkan dengan tehnik cross finger ( ibu jari diletakkan
berlawan dengan jari telunjuk pada mulut korban).
Cara melakukan tehnik cross finger
a. Silangkan ibu jari dan telunjuk penolong
b. Letakkan ibu jari pada gigi seri bawah korban/pasien dan jari
telinjuk pada gigi seri atas
c. Lakukan gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut
pasien/korban.
16
2.
Pada pasien/korban tidak sadar tonus otot menghilang, maka lidah dan
epiglotis akan menutup faring dan laring sehingga menyebabkan sumbatan jalan
nafas. Keadaan ini dapat dibebaskan dengan tengadah kepala topang dahi (Head
tild
Chin
lift)
dan
manuver
pendorongan
mandibula
(Jaw
thrush
manuver).
Cara melakukan tehnik Head tilt chin lift
a.
b.
tangan penolong.
c.
d.
pasien/korban
b.
c.
17
d.
e.
(a)
(b)
Gambar 2. Pembebasan Jalan Nafas teknik Head tilt chin lift (a) dan tehnik jaw
18
ml
(10
ml/kg
atau
sampai
terlihat
dada
pasien/korban
Mulut ke mulut
Merupakan cara yang cepat dan efektif. Pada saat memberikan penolong
tarik nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien/korban dan
hidung pasien/korban harus ditutup dengan telunjuk dan ibu jari penolong.Volume
udara yang berlebihan dapat menyebabkan udara masuk ke lambung.
19
Mulut ke hidung
Direkomendasikan
memungkinkan,misalnya
bila
bantuan
pasien/korban
dari
mulut
mengalami
korban
trismus
atau
tidak
luka
Mulut ke stoma
20
Jika dipastikan tidak ada denyut jantung berikan bantuan sirkulasi atau
kompresi jantung luar dengan cara:
- Tiga jari penolong ( telunjuk,tengan dan manis) menelusuri tulang iga
pasien/korban yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu tulang
dada (sternum).
- Dari tulang dada (sternum) diukur 2- 3 jari ke atas. Daerah tersebut
merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong.
- Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu
telapak tangan diatas telapak tangan yang lain.Hindari jari-jari
menyentuh didnding dada pasien/korban.
21
22
- Jika tidak ada denyut jantung dilakukan kompresi dan bantuan nafas
dengan ratio 30 : 2
- Jika ada nafas dan denyut jantung teraba letakkan korban pada posisi
sisi mantap
- Jika tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas
sebanyak 12 kali permenit dan monitor denyut jantung setiap saat.
23
24
25
BAB III
Pembahasan
Pasien datang tidak sadarkan diri dibawa oleh anggota keluarganya. Pada
anamnesis ditemukan faktor-faktor resiko yang ada pada pasien yaitu:
a. umur yang sudah tua
b. riwayat adanya penyakit jantung sebelumnya diduga mungkin ada
OMI
c. Pasien telah lama tak kontrol berobat
d. Pasien memiliki riwayat hipertensi
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pasien memiliki tanda-tanda
cardiac arrest yaitu:
a. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara,
tepukan di pundak ataupun cubitan.
b. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika jalan
pernafasan dibuka.
c. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).
Hasil EKG menunjukkan tak adanya aktifitas pada jantung (asistole). Dengan
demikian pertolongan pertama pada cardiac arrest harus segera dilakukan. Dari
anamnesis diketahui bahwa keluarga blm melakukan usaha resusitasi. Waktu
tempuh dari rumah ke rumah sakit sekitar 5 menit sehingga resusitasi harus segera
dilakukan. Time window antara terjadinya serangan hingga dilakukan resusitasi
sangat penting diketahui karena akan menentukan prognosis. Dalam waktu 4
hingga 6 menit cardiac arrest masih digolongkan dalam kematian klinis yang
26
masih reversibel, namun ketika sudah lebih dari 6 menit maka sudah akan terjadi
kerusakan jaringan pada otak yang mengakibatkan prognosis yang lebih buruk.
Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan resiko serangan jantung
seharusnya diberi edukasi mengenai pertolongan pertama pada serangan jantung
sehingga akan memperbaik prognosis pasien. Menurut (Thygerson,2006), dia
berpendapat bahwa chin of survival terdiri dari 4 rangkaian: early acces, early
CPR, early defibrillator,dan early advance care.
a. Early acces: kemampuan untuk mengenali/mengidentifikasi gejala dan
tanda awal serta segera memanggil pertolongan untuk mengaktifasi EMS.
b. Early CPR: CPR akan mensuplai sejumlah minimal darah ke jantung dan
otak, sampai defibrilator dan petugas yang terlatih tersedia/datang.
c. Early defibrillator: pada beberapa korban, pemberian defibrilasi segera ke
jantung korban bisa mengembalikan denyut jantung.
d. Early advance care: pemberian terapi IV, obat-obatan, dan ketersediaan
peralatan bantuan pernafasan.
Keluarga
memiliki
peranan
penting
dalam
fase
early
access.
27
perubahan mendasar pada BLS yang terbaru. Urutan ABC tersebut dapat
dimodifikasi sesuai assesment dari tenaga medis, namun urutan pertolongan
sekarang diutamakan compression, airway, breathing. Penekanan pertolongan ada
pada kualitas kompresi. Kompresi harus memberi ruang untuk recoil jantung
sehingga sirkulasi lebih efektif. Frekuensi kompresi tidak harus terlalu cepat.
Target kompresi adalah 100 kali per menit. Pada seting rumah sakit pertolongan
BLS harus bersamaan dengan usaha pembukaan IV line sehingga dapat
dilanjutkan ke pertolongan ACLS jika ritme spontan tidak kembali. Tenaga
kesehatan juga harus membuat airway yang adekuat dengan memastikan tidak ada
blokade dan memasang ET. Obstruksi lendir pada jalan nafas ditemukan pada
pasien ini sehingga perlu di suction terlebih dahulu. Pertolongan selanjutnya
mengikuti algoritma yang sudah ada. Ketika ditemukan gelombang jantung VF
atau VT maka dilanjutkan dengan DC Shock dengan dosis awal 120 hingga 200
joule pada biphasic dan 360 joule pada monophasic.dosis DC shock dapat sama
atau dinaikan setelah DC shock yang pertama. Obat obat yang dapat digunakan
adalah adrenalin 1 mg setiap 3-5 menit, amiodarone 300mg pada pemberian
pertama dan 150mg pada pemberian selanjutnya (amiodarone diberikan ketika ada
shockable rhytm) dan vasopresin 40 unit.
28
BAB IV
Kesimpulan
1.
Pasien ini memiliki faktor predisposisi yang besar untuk terjadinya cardiac
arrest
2.
Terjadi cardiac arrest pada pasien ini dengan gambaran EKG assistole
3.
4.
5.
Pada algoritma baru, kualitas RJP sangat diperhatikan dan kompresi harus
memberikan ruang recoil untuk jantung
6.
Pada seting rumah sakit dapat dilakukan pertolongan lanjutan yaitu ACLS
29
Daftar Pustaka
1. ACLS Guideline http://acls-algorithms.com/2010-acls-guidelines
2. American Heart Association. 2010. Part 4 Adult Basic Life Support in
Circulation Journal.
3. American Heart Association. 2005. Part 4 Adult Basic Life Supprt in
Circulation Journal
4. Latief S.A. 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Penerbit
FKUI. Jakarta.
5. Overview of basic life support in infants and children. Diakses dari
http://www.uptodate.com/patients/content/topic.do?topicKey=~ZZjtriYsda
Ye/.
6. Bantuan
Hidup
Dasar.
Diakses
dari
http://www.scribd.com/doc/4535323/bantuan-hidup-dasar.
7. Santoso, Tri. Cardiac Arrest. JTPT UNIMUS.2010
8. Siahaan, Olan SM. Resusitasi Jantung Paru dan Otak. Cermin Dunia
Kedokteran. 1992.