Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu khususnya di bidang gawat darurat dalam memasuki
era globalisasi dan pasar bebas perlu mendapat perhatian dari unit-unit
pelayanan kesehatan termasuk institusi Pendidikan Kedokteran dengan
meningkatkan profesionalisme petugas kesehatan. Prinsip pada penanganan
penderita gawat darurat harus cepat, tepat dan harus dilakukan segera oleh
setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam, perawat,
para medis, dokter), baik di dalam maupun di luar rumah sakit karena
kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja. Tindakan gawat
darurat harus sesuai aspek legal. Tenaga medis atau dokter yang membantu
korban dalam situasi emergensi harus menyadari konsekuensi hukum yang
dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan yang mereka berikan. Untuk itu
pengetahuan kegawatdaruratan dan keselamatan pasien penting dipelajari dan
dikuasai. Pengetahuan medis teknis yang harus diketahui adalah mengenal
ancaman kematian yang disebabkan oleh adanya gangguan jalan napas,
gangguan fungsi pernapasan/ventilasi dan gangguan sirkulasi darah dalam
tubuh.
B. Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan medis?
2. Apa sajakah macam-macam kegawatdaruratan medis?
3. Bagaimana cara penanganan kegawatdaruratan medis?
C. Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalh ini adalah :
1. Untuk
mengetahui
dan
memahami
tentang
macam-macam
kegawatdaruratan medis.
2. Untuk mengetahui penetalaksanaan kegawatdaruratan medis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEGAWATDARURATAN MEDIS
Sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antara istilah gawat dan
darurat, namunumumnya dipahami oleh masyarakat sebagai satu-kesatuan.
Dalam dunia medis.
Suatu keadaan disebut gawat a p a b i l a s i f a t n ya m e n g a n c a m n y a w a
n a m u n t i d a k memerlukan penanganan yang segera. Biasanya keadaan gawat
dapat dijumpaipada penyakit-penyakit yang sifatnya kronis.
Suatu keadaan disebut darurat apabila sifatnya memerlukan penanganan yang
segera.Meskipun keadaan darurat tidak selalu mengancam nyawa, namun
penanganan yang lambat bisa saja berdampak pada terancamnya nyawa
seseorang. Biasanya keadaan darurat dapatdijumpai pada penyakit-penyakit yang
sifatnya akut.Keadaan gawat dan darurat dapat juga terjadi bersamaan. Dalam hal
ini, nyawa pasien benar-benar dalam keadaan yang mengkhawatirkan dan
diperlukan penanganan yang segeraterhadapnya. Contoh untuk kasus ini adalah
seseorang yang telah menderita penyakit jantungdalam waktu yang lama dan tiba-tiba
saja mendapatkan serangan jantung (heart attack).
Pada keadaan gawat darurat medik didapati beberapa masalah utama, yaitu:
1. Penode waktu pengamatan/pelayanan relatif singkat
2. P e r u b a h a n k l i n i s y a n g m e n d a d a k
3. D i p e r l u k a n n y a m o b i l i t a s p e t u g a s ya n g t i n g g i
2.2 SYNCOPE
Syncope atau pingsan sesaat adalah kehilangan kesadaran sementara yang
diikuti oleh kembalinya kesiagaan penuh akibat berkurangnya cerebral blood flow
karena turunnya tekanan darah secara mendadak yang merupakan respon akibat
stress psikis (perasaan takut) atau rasa nyeri hebat. Kehilangan kesadaran ini
diikuti dengan kehilangan kekuatan otot yang dapat mengakibatkan penderita
terjatuh. Untuk memahami lebih baik mengapa pingsan dapat terjadi maka perlu
juga mengetahui untuk menjelaskan mengapa seseorang terjaga atau sadar.
Otak mempunyai banyak bagian-bagian, termasuk dua hemisphere,
cerebellum, dan batang otak (brain stem). Otak memerlukan aliran darah untuk
menyediakan oksigen dan glucose (gula) pada sel-selnya untuk menopang
kehidupan. Agar tubuh tetap terjaga atau sadar, area yang dikenal sebagai
reticular activating system yang berlokasi dalam batang otak harus bekerja
dengan baik, dan paling sedikit satu hemisphere otak perlu berfungsi. Pingsan
terjadi karena reticular activating system kehilangan suplai darah, atau kedua-dua
hemisphere dari otak kekurangan suplai darah, oksigen, atau glucosa. Syncope
(pingsan) terjadi karena aliran darah mengalami gangguan secara singkat ke
seluruh otak atau ke reticular activating system. Syncope tidak disebabkan oleh
trauma kepala, karena kehilangan kesadaran setelah luka kepala dipertimbangkan
sebagai gegar otak. Bagaimanapun, pingsan (syncope) dapat menyebabkan luka
jika orang itu jatuh dan melukai dirinya, atau jika pingsan terjadi ketika pada
aktivitas seperti mengemudi kendaraan.
Penyebab Pingsan (Syncope)
Aliran darah yang berkurang ke otak dapat terjadi karena 1) jantung gagal untuk
memompa darah; 2) pembuluh-pembuluh darah tidak mempunyai cukup kekuatan
untuk mempertahankan tekanan darah untuk memasok darah ke otak; 3) tidak ada
cukup darah atau cairan didalam pembuluh-pembuluh darah; 4) gabungan dari
sebab-sebab satu, dua, atau tiga diatas.
Vasovagal syncope adalah salah satu dari penyebab-penyebab yang paling umum
dari pingsan. Pada situasi ini, keseimbangan antara kimia-kimia adrenaline dan
acetylcholine terganggu. Adrenalin menstimulasi tubuh, termasuk membuat
jantung berdenyut lebih cepat dan pembuluh-pembuluh darah melebar, membuat
darah lebih sulit untuk mengalahkan gaya berat (gravitasi) dan dipompa ke otak.
Pengurangan sementara ini pada aliran darah ke otak menyebabkan episode
pingsan (syncopal).
Nyeri dapat menstimulasi syaraf vagus dan adalah penyebab yang umum dari
vasovagal syncope. Stimuli-stimuli lain yang dapat menyebabkan kondisi tersebut
Selama episode, ketika pasien tidak sadar, mungkin ada sedikit kejang-kejang
tubuh yang mungkin dikacaukan dengan aktivitas seizure.
Pasien mungkin mempunyai beberapa kebingungan setelah bagun namun akan
menghilang dalam beberapa detik.
Penatalaksanaan
1. Segera turunkan sandaran dental unit sehingga penderita dapat
terlentang pada posisi supine atau posisi syok (posisi kaki lebih tinggi
dari kepala).
2. Pakaian
yang
ketat
harus
dilonggarkan
untuk
memperlancar
Hipotensi
Takhikardia
Takhipnea
Hypothermia
Pucat
Ekstremmitas dingin
Kontusio miokard
Temponade jantung
Pneumothoraks tension
Infark miokard
Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia,
baik peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah:
1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih
tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam
usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
A. Airway penilaian jalan napas. Jalan napas harus dijaga tetap
bebas, tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang
tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh
ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan
ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut.
B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan
bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke
mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai
udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan
napas total atau persial. Penderita yang mengalami sumbatan
jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga
harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan
sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih
aktif,
melalui
intubasi
endotrakea,
krikotirotomi,
atau
trakeotomi.
C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri
besar (a. Karotis, atau a. Femoralis), segera lakukan kompresi
jantung luar.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan
bantuan hidup dasar yang penetalaksanaannya sesuai dengan
protokol resusitasi jantung paru.
3. Segera berikan adrenalin 0.3-0.5 mg larutan 1:1000 untuk penderita
dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular.
Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik.
dan
kerugian
mengingat
terjadinya
peningkatan
A irway
B reathing
D isability
Penilaian tersebut diatas sering disingkat dengan ABCD. Penilaian tersebut sangat
penting untuk membantu menentukan macam kegawatdaruratan yang terjadi dan
menentukan jenis perawatan yang tepat. Penilaian tentang ABCD dan intervensi
yang dilakukan hendaknya berurutan namun tidak berjalan sendiri sendiri
melainkan berkesinambungan.
AIRWAY (jalan nafas)
10
11
12
Apabila nadi teraba cepat (>90x/menit) dan lemah maka kemungkinan tekanan
darah penderita turun (hipotensi) dan tekanan sistolik biasanya di bawah 80
mmHg. Apabila nadi arteri radialis sangat lemah atau tidak teraba dengan jelas
maka segera raba arteri radialis sentral seperti arteri carotis. Pada keadaan syok
tekanan sistolik biasanya terukur di bawah 60 mmHg dan tekanan diastolic sangat
rendah sampai tidak terukur.
Cara paling sederhana menilai circulation adalah kesadaran penderita. Penderita
yang dalam kondisi sadar baik dan dapat menjawab semua pertanyaan maupun
instruksi operator menunjukkan bahwa fungsi circulationnya dalam batas normal.
Apabila penderita tidak sadar berarti fungsi circulationnya dalam kondisi tidak
normal. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada penderita dengan fungsi
circulationnya tidak normal adalah:
1. Posisi shock, tujuannya adalah mengalirkan aliran darah tungkat ke
sirkulasi sentral. Caranya dengan mengangkat kedua tungkai dan
diposisikan tetap lebih tinggi daripada tubuh.
2. Hentikan perdarahan eksternal. Tujuannya adalah menghentikan
kehilangan volume sirkulasi dengan cara menekan langsung daerah
yang berdarah. Umumnya penekanan dilakukan selama 3-5 menit
hingga perdarahan berhenti atau menjadi lambat.
3. Pasang infus dengan jarum besar (14, 16,18 G). Tujuannya adalah
melakukan replacement (pergantian) kehilangan volume darah dengan
cairan (ringer laktat atau NaCl 0,9%) agar derajat shock hipovolemik
berkurang.
Disability (evaluasi kesadaran)
Penilaian tahap ini meliputi:
1. Kesadaran, meliputi:
a) Derajat kesadaran: menurun atau hilangnya kesadaran
2. Gangguan kesadaran
Hilangnya atau menurunnya kesadaran dapat ditandai dengan tidak adanya atau
menurunnya rangsangan nyeri. Penderita dikatakan mengalami gangguan
kesadaran apabila penderita masih menunjukkan respon terhadap rangsang nyeri
13
tetapi secara umum tidak kooperatif dan tidak bersikap dan berbicara secara
normal seperti sebelumnya.
Penilaian kesadaran secara cepat dapat dilakukan cara:
AWAKE berarti sadar dan dapat berbicara
:A
:V
:P
:U
Resusitasi jantung paru (RJP) dan disebut juga dengan istilah cardio pulmonier
rescucitation (CPR) adalah gabungan antara pijat jantung dan pemberian nafas
buatan. Tindakan pertolongan pada kasus kegawat daruratan ini diberikan pada
korban yang mengalami henti jantung (cardiac arrest) dan nafas yang ditandai
dengan tidak terabanya nadi arteri carotis namun korban masih hidup. Apabila
korban mengalami perdarahan hebat pada kasus trauma maka tindakan RJP dapat
menyebabkan perdarahan semakin banyak dan kemungkinan menyebabkan
korban meninggal dunia lebih besar tetapi jika tidak dilakukan RJP maka korban
juga dapat meninggal dunia.
Pada kasus dimana korban mengalami perdarahan hebat dan henti jantung maka
langkah yang paling tepat untuk menyelamatkan nyawa korban tergantung
kemampuan
penolong.
Apabila
penoong
sendirian
maka
usaha
untuk
untuk
menekan jantung. Titik kompresi jantung terletak pada bagian tengah dada.
Pelaksanaan RJP berbeda-beda, tergantung pada usia korban. Pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:
- Korban dewasa ( lebih dari 8 tahun)
Jika penolong hanya 1, maka fase pertama RJP dilakukan sebanyak 4 siklus per
menit yang tiap siklusnya terdiri dari 15 kali tekan jantung dan 2 kali nafas
buatan. Setelah fase pertama selesai, korban diperiksa jantung dan nafasnya.
14
Jika jantung dan nafas masih berhenti, pertolongan dilanjutkan dengan fase
kedua yang terdiri dari 8 siklus (4 siklus per menit). Jika pada fase kedua ini
jantung dan nafas korban masih berhenti, maka dilanjutkan ke fase ketiga yang
terdiri dari 8 siklus, demikian seterusnya.
Jika penolongnya 2 orang, maka 1 orang bertugas untuk menekan jantung dan 1
orang lagi memberi nafas buatan. Fase pertama RJP dilakukan dengan 12 siklus
per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung dan 1 kali nafas
buatan. Jika korban masih belum bernafas, maka fase-fase selanjutnya dilakukan
sebanyak 24 siklus (12 siklus per menit).
RJP pada korban dihentikan apabila:
- ada penolong yang menggantikan
- ada tanda kehidupan
- ada tanda kematian
- setelah 30 menit
Resusitasi adalah
15
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Henry, dkk. 2013. Modul klinik profesi. Surabaya. Universitas Hang Tuah
surabaya
Anonim.
Jalan
napas
(airway).
Available
from
16