Professional Documents
Culture Documents
Topik Penelitian
Keefektifan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division
(STAD) dan Think Pair Share (TPS) Berbantu Media Gambar Terhadap
Kemampuan Menulis Cerita Pendek Peserta Didik Kelas VII SMP
bahasa
Indonesia
diarahkan
untuk
meningkatkan
diperhatikan
dalam
berbahasa,
yaitu
keterampilan
membaca,
sesuai dengan tujuan kurikulum 2013. Pembelajaran menulis cerpen pada saat
ini banyak kendala dalam pelaksanaan sehingga mengakibatkan hasil belajar
menulis cerpen peserta didik tidak maksimal.
Sampai saat ini banyak guru yang menggunakan model tradisional dalam
pembelajaran dikelas. Menurut Dunn sebagaimana dikutip dalam Huda (2014:
7) bahwa pembelajaran akan lebih efektif dan afektif apabila pembelajar
dipahami lebih dari sekadar penerima pasif pengetahuan, melainkan seseorang
yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang diarahkan guru
menuju lingkungan kelas yang nyaman dan kondisi yang emosional, sosiologis,
psikologis, dan fisiologis yang kondusif. Seorang guru seharusnya mengerti
bagaimana cara agar peserta didik dapat memahami materi yang dijelaskan.
Model pembelajaran yang hanya menggunakan ceramah akan menjadikan
peserta didik pasif karena pembelajaran tersebut serasa membosankan. Seorang
guru tidak hanya pandai dalam menyampaikan materi pelajaran tetapi juga
harus dapat menggunakan model pembelajaran agar peserta didik mempunyai
motivasi dalam belajar. Tidak mungkin dalam menerangkan materi kepada
peserta didik, guru menggunakan cara yang sama karena setiap karakter peserta
didik pasti berbeda-beda.
Selain masih banyak guru yang menggunakan model ceramah dalam
pembelajaran,
banyak
guru
yang
mengabaikkan
fungsi
dari
media
pembelajaran
menulis
cerpen
juga
tidak
memanfaatkan
cerpen dari peserta didik banyak yang tidak tuntas sesuai dengan nilai kriteria
ketuntasan mengajar (KKM).
Berdasarkan
permasalahan
dalam
pendidikan
khususnya
proses
bahwa model STAD Bhineka ini dapat diterima atau efektif digunakan untuk
pembelajaran menulis.
Berdasarkan penelitian Dewi (2011) Kemampuan menulis paragraf
deskripsi yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share pada siswa
kelas X SMA Negeri 2 Pematang Siantar Tahun Pembelajaran 2010/2011
adalah baik dengan nilai rata-rata 76,60. Kemampuan menulis paragraf
deskripsi yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa
kelas X SMA Negeri 2 Pematang Siantar Tahun Pembelajaran 2010/2011
adalah cukup dengan nilai rata-rata 67,34. Pembelajaran model Think Pair
Share efektif diterapkan dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis
paragraf deskripsi. Ini terbukti dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung > t tabel
(0,05), yakni 92,60 > 1,98.
Penelitian lain tentang peningkatan keterampilan menulis peserta didik
dengan menggunakan media gambar yaitu oleh Dwi Sulistyorini (2012:19)
menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan
menggunakan media gambar yang dilaksanakan dalam penelitian ini telah
berhasil sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Kemampuan
memberi
respon
secara
positif,
melakukan
refleksi
untuk
C. Identifikasi Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam pelaksanaanya masih banyak
dijumpai dengan penggunaan model pembelajaran tradisional. Kegiatan belajar
mengajar lebih berpusat pada guru sehingga peserta didik menjadi pasif. Hal
ini mengakibatkan peserta didik cenderung bosan karena dalam pembelajaran
tradisional tersebut peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang
disarnpaikan oleh guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting saja.
Akibatnya peserta didik sering melakukan aktivitas-aktivitas lain yang kurang
mendukung kegiatan belajar mengajar seperti berbicara dengan teman atau
bahkan tidur di kelas.
Praktik pembelajaran menulis cerpen di SMP selama ini belum
menunjukkan proses dan hasil yang optimal sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditentukan. Beberapa permasalahan dalam pembelajaran
menulis cerpen adalah kurangnya kreatifitas guru dalam memilih model
pembelajaran menulis yang tepat, dan kurangnya kreatifitas guru dalam
memilih media pembelajaran menulis yang tepat. Berhubungan dengan
pemilihan model pembelajaran, guru lebih sering menggunakan model
pembelajaran konvensional dalam pembelajaran menulis. Kondisi ini
menyebabkan peserta didik kurang berkomunikasi dan berinteraksi dengan
guru maupun dengan peserta didik lain. Informasi hanya bersumber dari guru,
sedangkan peserta didik cenderung tidak memiliki kesempatan untuk
mengungkapkan ide-ide yang ada di pikirannya. Berdasarkan permasalahan di
atas, sebagai seorang guru harus bijaksana dalam menangani permasalah
tersebut salah satunya adalah menentukan model dan media pembelajaran yang
dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses
pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Model
pembelajaran yang dimaksud di sini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
student team achievement division (STAD) dan think pair share (TPS) dengan
bantuan media gambar sebagai media pembelajaran dalam kemampuan
menulis cerpen peserta didik.
D. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang ada pada identifikasi masalah tidak semuanya
diteliti, tetapi penelitian hanya fokus pada model pembelajaran kooperatif tipe
student teams achievement division (STAD) dan think pair share (TPS)
berbantu media gambar terhadap kemampuan menulis cerpen peserta didik.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah dan batasan masalah
tersebut, selanjutnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran student teams achievement division
(STAD) berbantukan media gambar lebih efektif dari pada penggunaan model
pembelajaran think pair share (TPS) berbantukan media gambar terhadap
kemampuan menulis cerpen peserta didik kelas VII SMP?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran student teams achievement division
(STAD) berbantukan media gambar lebih efektif dari pada penggunaan model
pembelajaran konvensional berbantukan media gambar terhadap kemampuan
menulis cerpen peserta didik kelas VII SMP?
3. Apakah penggunaan model pembelajaran think pair Share (TPS) berbantukan
media gambar lebih efektif dari pada penggunaan model pembelajaran
konvensional berbantukan media gambar terhadap kemampuan menulis cerpen
peserta didik kelas VII SMP?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui keefektifan model pembelajaran student teams achievement
division (STAD) berbantukan media gambar dan model pembelajaran think
pair share (TPS) berbantukan media gambar terhadap kemampuan menulis
cerpen peserta didik kelas VII SMP.
2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran student teams achievement
division (STAD) berbantukan media gambar dan model pembelajaran
konvensional berbantukan media gambar terhadap kemampuan menulis cerpen
peserta didik kelas VII SMP.
3. Mengetahui keefektifan model pembelajaran teams think pair share (TPS)
berbantukan media gambar dan model pembelajaran konvensional berbantukan
media gambar terhadap kemampuan menulis cerpen peserta didik kelas VII
SMP.
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan
masukan tentang model pembelajaran yang baik untuk merangsang
kemampuan menulis cerpen peserta didik dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Secara khusus hasil dari penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe student
teams achievement division (STAD) dan think pair share (TPS) berbantu
media gambar terhadap kemampuan menulis cerpen peserta didik.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini ada tiga antara lain manfaat
manfaat bagi peserta didik, dan manfaat guru, dan sekolah.
a. Manfaat Bagi Peserta Didik
Manfaat praktis bagi peserta didik dari hasil penelitian ini adalah:
1) Memudahkan peserta didik dalam menulis cerpen.
2) Memberikan wawasan baru sehingga peserta didik bisa lebih aktif dalam
pembelajaran.
3) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna sehingga
menumbuhkan motivasi bagi peserta didik.
b. Manfaat Bagi Guru
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini bagi guru adalah:
1) Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan pemilihan model
pembelajaran menulis cerpen yang efektif.
2) Guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang kondusif, menyenangkan, dan
bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran Bahasa indonesia
khususnya menulis cerpen.
c. Manfaat Bagi Sekolah
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini bagi sekolah adalah:
1) Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
2) Memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran untuk dapat menunjang keefektifan hasil belajar peserta didik.
medianya (Suparno dan Yunus 2007: 3). Menurut pendapat Tarigan (2008: 22)
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memakai
bahasa dan lambang grafik tadi. Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2009:298)
menulis adalah aktivitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan bahasa, dilihat
dari pengertian umum, menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan
melalui media bahasa. Sependapat dengan Nurgiayantoro dan Yunus, Harjito
dan Umaya (2009: 13) mengemukakan bahwa menulis memiliki arti sepadan
dengan mengarang, yaitu sebagai segenap rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan penyampaiannya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami.
Berdasarkan beberapa pengertian menulis yang dikemukakan oleh para
ahli, maka dapat diambil simpulan bahwa menulis adalah suatu proses berpikir
yang dituangkan dalam bentuk tulisan dimana ide atau gagasannya kemudian
dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat yang diungkapkan dalam
bahasa tulis sebagai medianya yang ditujukan kepada pembaca untuk
dipahami. Oleh karena itu dari sini akan terlihat sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki penulis dalam menciptakan sebuah karangan yang efektif. Jalan
pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah karya
tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain hasil sebuah karangan
yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan kebahasaan yang baik.
Semakin baik keterampilan kebahasaan yang dimiliki oleh seorang penulis,
maka akan semakin berkualitas pula hasil karya tulis atau karangannya.
Tujuan menulis adalah keinginan yang diharapkan penulis dapat
diterima oleh pembaca. Oleh karena itu, sebelum membuat tulisan, seorang
penulis harus menentukan terlebih dahulu tujuan apa yang hendak ia capai
dalam tulisannya. Tujuan penulisan yang dikemukakan Hugo Harting ditulis
oleh Tarigan (1994: 24) adalah:
1) Assignment Purpose (tujuan penugasan) Penulisan dilakukan karena
ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri.
c. Pembelajaran kooperatif
1) Pengertian
Pembelajaran kooperatif adalah semua metode pembelajaran kooperatif
menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan
bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka
belajar sama baiknya Slavin (2008). Sedangkan menurut Suprijono (2009:54)
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru Sejalan dengan pendapat diatas menurut Roger
sebagaimana dikutip dalam Huda (2011:29) pembelajaran kooperatif
merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip
pembelajaran
anggotaanggotanya
yang
lain.
Dalam
proses
pembelajaran
melalui
kerja
kelompok
tentang
definisi
tetapi
juga
berbagai
pendapat
pembelajaran
c) Tatap muka
Interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan
bagi semua anggota kelompok karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masingmasing anggota kelompok. Pertemuan langsung semua
anggota kelompok dan melakukan kegiatan bersama dapat meningkatkan kerja
sama antar anggota kelompok.
d) Komunikasi antar anggota
Keterampilan
berkomunikasi
antar
anggota
kelompok
sangat
penting karena dalam setiap tatap muka terjadi diskusi dalam kelompok.
Tanpa adanya keterampilan berkomunikasi tujuan pembelajaran dalam
kelompok tidak akan tercapai. Keterampilan komunikasi antar kelompok
dapat digunakan untuk saling memotivasi dalam memperoleh keberhasilan
bersama.
e) Evaluasi proses kelompok
Keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja
kelompok.
Untuk
mengetahui
keberhasilan
proses
kerja
kelompok
dilakukan melalui evaluasi proses kelompok. Hal itu dapat digunakan untuk
mengetahui anggota kelompok yang sangat membantu dan anggota yang
tidak membantu dalam mencapai tujuan kelompok.
a) Fase pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi
maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa
harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.
b) Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi
akademik.
c) Fase ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di
dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan
kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk
mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting
jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas
kelompok kepada individu lainnya.
d) Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang
tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini
bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau
meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.
e) Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang
konsisten dengan tujuan pembelajaran.
f) Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada
siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang
dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui
usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur
reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling
bersaing.
d) Pembelajaran
kooperatif
meningkatkan
rasa
penerimaan
siswa
terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik
yang berbeda- beda.
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa variasi atau tipe, akan
lebih baik jika seorang guru menyesuaikan materi pembelajaran itu dengan
tipe-tipe model pembelajaran kooperatif yang tepat. Berhubungan dengan
kompetensi Bahasa Indonesia khususnya kompetensi menulis diharapkan akan
mencapai tujuan pembelajaran jika dipadukan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Think Pair
Share (TPS).
pada sebelumnya. Setiap peserta didik dapat memberikan kontribusi poin yang
maksimal kepada tim dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada peserta didik yang
dapat melakukannya tanpa memberikan usaha yang terbaik. Setipa peserta
didik diberi skor awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta didik
tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Peserta didik
selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim berdasarkan tingkat kenaikan
skor kuis dibandingkan dengan skor awal peserta didik.
e) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain
apabila skor rata-rata peserta didik mencapai kriteria tertentu. Skor tim dapat
juga digunakan untuk menentukan 20% dari tingkat peserta didik.
peserta didik
secara
pada
pemaknaan
bukan
pada
penghafalan,
(3)
akann mendorong satu tim untuk bekerja sama, tetapi apabila ada peserta didik
yang ingin punya kopian sendiri, guru bisa menyediakan kopian tambahan.
Pada hari pertama kerja tim dalam STAD, guru harus menjelaskan
kepada peserta didik tentang apa arti kerjasama dalam tim. Khususnya, guru
membahas aturan tim sebelum memulai kerja tim, sebagai berikut: (1) peserta
didik mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman satu tim
telah mempelajari materi pembelajaran, (2) tidak ada yang berhenti belajar
sampai semua teman satu tim menguasai materi tersebut, (3) mintalah bantuan
dari semua teman satu tim untuk membantu temannya sebelum bertanya
kepada guru, (4) teman satu tim boleh saling berbicara satu sama lain dengan
suara pelan.
c) Tes
Hal-hal yang dilakukan dalam tes, antara lain (1) bagikan kuisnya dan
berikan waktu yang sesuai kepada peserta didik untuk menyelesaikannya, (2)
jangan biarkan para peserta didik bekerjasama mengerjakan kuis tersebut: pada
saat ini peserta didik harus memperlihatkan apa yang telah dipelajari secara
individual, buatlah para peserta didik memindahkan mejanya agar terpisah jika
memungkinkan, (3) biarkan peserta didik saling bertukar kertas dengan
anggota tim lain, ataupun mengumpulkan kuisnya untuk dinilai setelah kelas
selesai, (4) pastikan skor kuis dan skor tim dihitung tepat pada waktunya untuk
digunakan pada kelas selanjutnya.
d) Rekognisi Tim
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru
dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Menghitung Skor Individu
Cara menghitung skor perkembangan individu dapat dihitung seperti pada tabel
berikut:
Tabel 2 Perhitungan Skor Perkembangan
No
1.
Skor Tes
Lebih dari 20 poin di atas skor awal
Nilai
Perkembangan
30
2
3
4
20
10
5
Predikat Tim
Rata-Rata Skor
1
2
3
Super Team
Great Team
Good team
25 30
20 24
15 19
serta
menerima
segala
perbedaan
dan
siswa
dapat
f. Media Pembelajaran
1) Pengertian Media Pembelajaran
Kata "media" secara harfiah adalah "perantara atau pengantar".
Menurut Djamarah et al (1996 :136) media sebagai sumber belajar adalah
"manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Penggunaan media dalam proses
belajar mengajar sangat penting. Ketidakjelasan guru dalam menyampaikan
bahan pengajaran dapat terwakili dengan kehadiran media. Apabila tingkatan
SMP yang siswanya belum mampu berpikir abstrak, masih berpikir kongrit.
Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikonkretkan dengan kehadiran media,
sehingga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa
bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan
media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan, apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu
proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan
secara efektif dan efisien.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu
mempertegas bahan pelajaran, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
2) Fungsi Media
Menurut Sudjana sebagaimana dikutip dalam Djamarah (1996:152),
merumuskan fungsi media sebagai berikut:
a) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi
tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar.
c) Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran.
d) Penggunaan media bukan semata-mata alat hiburan, bukan sekedar
melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
e) media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar
mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian yang diberikan
guru.
f) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu
belajar mengajar.
Ketika fungsi-fungsi media pengajaran itu diaplikasikan ke dalam
proses belajar mengajar, maka terlihatlah perannya sebagai berikut:
a) Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu
bahan yang guru sampaikan.
b) Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.
c) Media sebagai sumber belajar bagi siswa.
g. Media Gambar
1) Media Cerita Gambar sebagai Model Pembelajaran
Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Purwanto et al
(1997:63), mengemukakan bahwa penggunaan media gambar untuk melatih
anak menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi karangankarangan. Cerita gambar adalah cara atau daya upaya dalam menyusun atau
menulis suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan isi pesan visual
ke dalam bentuk tulisan.
Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah
yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman et al (1991:219)
yaitu:
a) Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu
b) Memberi kesan kuat dan menarik perhatian
c) Merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyekobyek dalam gambar
d) Berani dan dinamis
e) Ilustasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami
Sedangkan peranan gambar menurut Sudirman et-al (1991:220)
sebagai media pengajaran yaitu:
a) Dapat membantu guru dalain menyampaikan pelajaran dan membantu siswa
dalam belajar
b) Menarik perhatian anak sehingga terdorong untuk lebih giat belajar
c) Dapat membantu daya ingat siswa (retensi)
d) Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang
lain.
Atas
dasar
uraian
tersebut
di
atas,
hendaknya
guru
mau
akan
lebih
menarik
perhatian
siswa
sehingga
dapat
dalam sekali duduk. Oleh karena itu, cerita yang disajikan dalam cerpen
terbatas hanya memiliki satu kisah atau satu peristiwa. Sedangkan menurut
Poe sebagaimana dikutip dalam Nurgiyantoro ( 2007:10) cerpen
adalah
sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara
setengah sampai dua jam-suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk
sebuah novel. Cerpen mempunyai panjang yang bervariasi. Ada cerpen yang
pendek (short short story) dan jumlah katanya bekisar 500 kata, ada cerpen
yang panjangnya cukupan (midle short story), dan ada cerpen yang panjang
(long short story), yang terdiri dari ribuan kata.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen
adalah cerita pendek yang memiliki komposisi lebih sedikit dibanding novel
dari segi kepadatan cerita, memusatkan pada satu tokoh, satu situasi dan habis
sekali dibaca. Konfik yang disajikan dalam cerpen biasanya hanya
mengembangkan satu peristiwa sehingga cerpen menjadi menarik karena
keterbatasan objek atau peristiwa yang diceritakan.
2) Unsur-unsur Pembangun Cerpen
Cerpen merupakan prosa fiksi dan prosa fiksi tidak dapat terlepas dari
unsur-unsur pembangun cerita. Menurut Sayuti (2000: 29) elemen-elemen
pembangun prosa fiksi pada dasarnya dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu
fakta cerita, sarana cerita, dan tema.
a) Fakta Cerita
Merupakan bagian dari unsur pembangun cerita yang ada dalam prosa
fiksi. Unsur-unsur dalam fakta cerita selalu diuraikan dan dirangkai sehingga
menjadi satu kesatuan cerita yang utuh. Fakta cerita meliputi plot, penokohan,
dan latar. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
(1) Plot atau alur
Alur diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan
dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu, tetapi juga merupakan
penyusunan
yang
dilakukan
oleh
penulisnya
mengenai
peristiwa-
(3) Judul
Judul merupakan daya tarik utama bagi pembaca untuk membaca
sebuah karya sastra terutama cerpen. Menurut Stanton (2007: 51), kita mengira
bahwa judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga keduanya
membentuk satu kesatuan, ketika judul mengacu pada sang karakter utama atau
satu latar tertentu. Menurut Wiyatmi (2006: 40), judul dapat mengacu pada
nama tokoh, latar, tema maupun kombinasi dari beberapa unsur tersebut.
Diungkapkan oleh Sayuti (2000:147) bahwa judul merupakan elemen lapisan
luar suatu fiksi.
(4) Sudut pandang
pengarang
first
biasanya hanya menjadi pembantu atau pengantar tokoh lain yang lebih
penting, pencerita pada umumnya hanya muncul di awal atau akhir saja. 3)
Sudut pandang third person omniscient atau diaan maha tahu, pengarang
berada di luar cerita, dan biasanya pengarang hanya menjadi seorang pengamat
yang maha tahu, bahkan mampu berdialog langsung dengan pembaca. 4)
Sudut pandang third person limited atau diaan terbatas, pengarang
mempergunakan orang
yang
terbatas
hak
penelitian tersebut
menunjukkan
bahwa:
(1) terdapat
model
prestasi
belajar
keterampilan menulis narasi peserta didik dari motivasi berprestasi peserta didik
kelas VII SMP Negeri 1 Bangli.
Relevansi penelitian Widiani (2012) dengan penelitian yang akan
dilakukan, antara lain sama-sama menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, sama-sama meneliti keterampilan menulis peserta didik,
jenis penelitian yang sama-sama menggunakan jenis eksperimen, rancangan
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
langkah-langkah
Grade
9th
Secondary
School
Students
Towards
Mathematics,
uji-t,
sedangkan
penelitian
yang
akan
dilaksanakan
Cooperative
Learning
Meta-Analysis,
menjelaskan
bahwa
mata pelajaran, dan untuk berbagai tugas, seperti pada yang melibatkan
hafalan, retensi dan kemampuan memori serta kemampuan pemecahan
masalah. Menyadari pentingnya dan manfaat dari teknik pembelajaran
kooperatif, sangat menganjurkan dalam mengajar dalam rangka meningkatkan
prestasi peserta didik. Model Pembelajaran kooperatif juga membantu untuk
mengatasi masalah metode konvensional atau tradisional pengajaran.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah sama-sama menekankan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif peserta didik
bekerja sama dalam kelompok kelompok heterogen kecil pada tugas-tugas
akademik. Pembelajran kooperatif dipandang sebagai solusi pemecahan
masalah bagi pembelajaran yang konvensional.
Keshavarz (2014) dengan penelitiannya yang berjudul The Effect Of
Cooperative Learning Techniques On Promoting Writing Skill Of Iranian
Efl Learners, menerangkan bahwa pembelajaran Kooperatif mengacu pada
metode pembelajaran yang melibatkan kelompok heterogen kecil yang bekerja
bersama-sama, menuju tujuan bersama dan pengajaran menulis dapat menjadi
keterampilan yang sulit dalam pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa
Asing, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
teknik pembelajaran kooperatif untuk mempromosikan tulisan keterampilan
Iran EFL Learners. sehingga, 100 peserta didik berpartisipasi dalam populasi
awal dari studi ini dan 60 peserta didik dipilih setelah Test kemampuan. Para
peserta berada di tingkat menengah sesuai dengan Nelson English Language
Proficiency Test. Peserta yang dipilih secara acak dibagi menjadi dua
kelompok eksperimen: students teams Achievement Divisions (STAD), Group
Investigation (GI), dan satu kontrol Instruksi Conventional (CI). Prosedur ini
berlangsung selama 16 minggu. Analisis statistik hasil dengan ANOVA satu
arah menunjukkan bahwa kelompok eksperimen (STAD dan GI) dilakukan
lebih baik pada keterampilan menulis daripada kelompok kontrol (CI), dan
berdasarkan hasil pembelajaran kooperatif meningkatkan kinerja peserta didik
dalam menulis.
yang dilakukan
students
teams
pengembangan
model,
bagaimanakah
karakteristik
model,
instrumen penilaian. Setelah model diuji ahli, dilakukan revisi dan uji coba.
Hasil uji coba terbatas diperoleh nilai di atas KKM. Dari penilaian proses
diketahui peserta didik senang mengikuti pembelajaran menulis resensi. Dalam
penggunaan model ini perlu diperhatikan pengaturan alokasi waktu.
Relevansi penelitian Kusmaniyah (2012) dengan penelitian yang
dilakukan adalah sama-sama menggunakan pembelajaran menulis dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif khususnya model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Perbedaan penelitian Kusmaniyah (2012) dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah pebelitian Kusmaniyah meneliti
kemampuan menulis resensi sedangkan penelitian yang akan dilakukan
meneliti kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Jenis penelitian yang
digunakan Kusmaniyah adalah penelitian pengembangan (R & D) sedangkan
penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis penelitian eksperimen.
Marcelina (2012) dengan penelitiannya yang berjudul Efektivitas
faktor,
sehingga
menyebabkan
siswa dalam
pembelajaran menjadi kurang dan hasil yang dicapai tidak maksimal. Dengan
media yang berupa gambar akan memudahkan siswa dalam menuangkan
gagasannya, jika dibandingkan tanpa adanya media berupa gambar (media
visual).
Oleh
karena
itu, tujuan
penelitian
ini adalah
meningkatkan
putra
mengetahui
meningkatkan
apakah
kemampuan
penggunaan
siswa
media
dalam
gambar
menyusun
berseri
dapat
cerita menjadi
karangan yang utuh sesuai dengan rangkaian gambar yang urut, Bagaimana
penerapan media gambar berseri dalam pembelajaran menulis karangan dikelas
IV MI Attadzibiyyah Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Untuk memperoleh
hasil penelitian tersebut, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan
pendekatan kualitatif. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
karangan, peneliti mengambil tindakan pembelajaran melalui penggunaan
media gambar berseri yang dilakukan dengan dua siklus. Model PTK
yang digunakan yaitu model Kurt Lewin. Dimana dalam satu siklus terdiri dari
empat komponen, meliputi: Perencanaan (planning), tindakan (action),
pengamatan (observation), dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, catatan lapangan dan tes. Adapun
data yang diperoleh di analisis secara deskriptif dan di analisis dengan
menggunakan rumus nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1. Penerapan media gambar berseri dalam
pembelajaran menulis karangan berjalan dengan baik melalui perbaikanperbaikan pada tiap siklus. Dalam PBM dapat dilihat dari aktivitas guru dan
siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. 2. Tingkat
kemampuan siswa dalam menulis karangan pun meningkat dari rata-rata nilai
perolehan siswa dari 66,45 pada siklus I yang secara klasikal belum tuntas atau
belum memenuhi KKM 70, menjadi 75,625 pada siklus II yang secara klasikal
sudah tuntas. Begitu pula dengan ketuntasan belajar yang meningkat dari
33,33% pada siklus I dengan kategori kurang menjadi 83,33% pada siklus II
dengan kategori tinggi.
sama-sama
menggunakan
media
gambar
terhadap
kegiatan
Cerpen Melalui Media Gambar Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri
sama-sama
menggunakan
media
gambar
terhadap
kegiatan
Teknik Pembelajaran Think, Pair, And Share Dengan Media Gambar Pada
Kompetensi Menulis Teks Cerita Petualangan SD N Purwantoro 4 Kota
Malang
Tahun
Pelajaran
2013/2014
menjelaskan
bahwa
penelitian
3. Kerangka Berpikir