Professional Documents
Culture Documents
secara otomatis sebagai akibat dari proses alamiah yang kompleks yang
melibatkan kontraksi otot. Ada kebiasaan yang bersifat sementara, tetapi ada juga
kebiasaan yang tidak mudah dihilangkan. Beberapa perilaku yang berulang-ulang
dapat menyebabkan kerusakan. Dalam kondisi ringan, beberapa perilaku tidak
mengganggu aktivitas normal sehari-hari dan karenanya bukan merupakan
gangguan kejiwaan. Namun, kondisi ringan dari perilaku tersebut dapat
berkembang untuk menyebabkan melemahnya fungsi fisik/ psikologis.
Kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan
sekitarnya yang bersifat kontinyu, yang merupakan salah satu faktor penyebab
maloklusi. Kebiasaan abnormal dapat mempengaruhi pertumbuhan yang normal
dari rahang, mengganggu pertumbuhan cranial, dan fisiologi oklusi. Pola
kebiasaan dapat mengganggu otot yang terkait dengan pertumbuhan tulang yang
salah, gigi malposisi, cara bernafas yang salah, gangguan berbicara, gangguan
otot-otot wajah dan psikologis. Kebiasaan seperti mengisap ibu jari, menggigit
bibir, menaruh lidah di antara gigi-gigi, bernafas melalui mulut, dan bruxism
merupakan kebiasaan yang dapat menimbulkan terjadinya anomali letak gigi dan
hubungan rahang. Makalah ini akan membahas beberapa contoh kebiasaan buruk
oral (oral habit) meliputi definisi, etiologi, tanda-tanda, dan penatalaksanaan
kebiasaan buruk oral.
umum dan psikologis, keinginan untuk menarik perhatian, rasa tidak aman, dan
sehabis dimarahi atau dihukum menarik perhatian ibu untuk dekat pada ibunya
merupakan manifestasi dari rasa tidak aman, kebanyakan anak-anak terlihat
mengisap dengan tekanan yang besar dan kecepatan saat tegang. Kurangnya cinta
dan perhatian pada bayi dan anak-anak dapat meningkatkan resiko untuk
mengisap jari karena memiliki efek menyenangkan, menenangkan, dan sering
membantu anak untuk bisa tertidur. Namun, akan mengkhawatirkan bila gigi
permanen mulai erupsi (sekitar usia 5 tahun) karena akan mengubah bentuk gigi,
palatum, atau gigitan pada anak.
Mekanisme
Open bite anterior terjadi akibat penempatan secara langsung jari yang dihisap
pada gigi-gigi insisivus. Keadaan ini mencegah terjadinya erupsi lanjutan atau
erupsi lengkap dari gigi-gigi insisivus, sedangkan gigi-gigi posterior tetap bebas
bererupsi. Tanda lain yang akan terlihat adalah pergerakan gigi-gigi insisivus atas
ke arah labial dan gigi-gigi insisivus bawah ke arah lingual. Pergerakan gigi-gigi
insisivus ini tergantung pada jari yang dihisap dan diletakkan serta banyaknya jari
yang dimasukkan ke dalam mulut. Ibu jari yang diletakkan ke dalam mulut akan
menekan permukaan lingual gigi-gigi insisivus rahang atas dan pada permukaan
labial gigi insisivus bawah. Anak yang secara aktif menghisap jari dapat
menghasilkan daya yang cukup pada ujung gigi insisivus rahang atas, sehingga
menjadi lebih protrusif dan gigi insisivus bawah lebih retrusif dengan demikian
bertambahnya overjet dan overbite semakin besar.
Keadaan lain yang dapat muncul adalah kontraksi maxilla. Kontraksi maxilla
biasa terjadi pada kebiasaan menghisap jari karena lengkung maxilla gagal untuk
berkembang karena perubahan keseimbangan antara tekanan pipi dan lidah.
Ketika ibu jari diletakkan di dalam mulut, lidah akan tertekan ke bawah dan
menjauh palatum serta menurunkan tekanan lidah pada bagian lingual gigi
posterior rahang atas. Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi posterior rahang atas ini
meningkat akibat kontraksi muskulus bucinator selama menghisap. Hilangnya
keseimbangan daya yang diberikan oleh lidah pada permukaan lingual
menyebabkan lengkung posterior maksila berkontraksi menjadi crossbite
posterior. Tekanan pipi terbesar terjadi pada sudut mulut dan menyebabkan
lengkung maksila berubah menjadi bentuk V.
Akibat Thumb/Finger Sucking
Beberapa masalah yang dapat timbul akibat kebiasaan mengisap ibu jari, seperti
a)
Masalah gigi, bila kebiasaan ini bertahan sampai umur 4 tahun maka akan
menyebabkan maloklusi gigi susu dan permanen, juga dapat menyebabkan
masalah pada tulang-tulang di sekitar mulut. Resiko tinggi ditemukan pada
anak yang mengisap ibu jari pada waktu siang dan malam.
d) Keracunan tidak disengaja, anak yang mengisap ibu jari terpapar tinggi
terhadap keracunan yang tidak disengaja, misalnya keracunan Pb.
e)
Penatalaksanaan
Salah satu cara untuk menghentikan kebiasaan menghisap jari adalah dengan
menggunakan thumb splint maupun sarung tangan sehingga ketika dalam kondisi
tidur anak akan terbiasa tidak menghisap jarinya. Jika anak tidak kooperatif
dengan pemakaian alat fungsional lepasan seperti palatal crib, perawatan pada
open bite anterior akibat kebiasaan menghisap jari dapat dilakukan dengan alat
cekat mekanik. Pada dasarnya perawatan terhadap open bite anterior ini dapat
dilakukan dengan penghilangan habit, modifikasi pertumbuhan, kamuflase
ortodontik, dan pembedahan. Perawatan dalam menghilangkan finger sucking
habit diantaranya memberikan sarung, perekat, atau material termoplastik yang
digunakan pada jari yang sering digunakan anak untuk menghisap. Benda tersebut
menimbulkan ketidaknyaman dalam menghisap jarinya sehingga kebiasaan
tersebut dapat dihentikan.
Perawatan psikologis
a)
d) Berikan penghargaan. Orang tua dapat memberikan pujian dan hadiah yang
disenangi si anak, bila anak sudah berhasil menghilangkan kebiasaannya.
a)
Ibu jari atau jari diolesi bahan yang tidak enak (pahit) dan tidak berbahaya,
misalnya betadine. Ini diberikan pada waktu-waktu anak sering memulai
kebiasaannya mengisap ibu jari.
Anatomis,
individu
dengan
lidah
besar
atau
terjadi
perbesaran
Anterior openbite merupakan kasus yang paling umum terjadi akibat tongue
thrust. Dalam kasus ini, bibir depan tidak menutup dan anak sering
membiarkan mulutnya terbuka dengan posisi lidah lebih maju daripada bibir.
Secara umum, lidah yang berukuran besar biasanya disertai menjulurkan
lidah. Openbite anterior pada umumnya mengakibatkan gangguan estetik,
pengunyahan
maupun
gangguan
dalam
pengucapan
kata-kata
yang
Unilateral thrust. Secara karakteristik, ada gigitan terbuka pada satu sisi.
d) Bilateral thrust. Gigitan anterior tertutup namun gigi posterior dari premolar
pertama ke molar dapat terbuka pada kedua sisinya. Kasus seperti ini pada
umumnya sangat sulit untuk dikoreksi.
e)
Bilateral anterior openbite, dimana hanya gigi molar yang berkontak. Pada
kasus ini ukuran lidah yang besar juga mempengaruhi.
f)
Closed bite thrust menunjukkan protrusi ganda yang berarti gigi-gigi rahang
atas maupun rahang bawah mengalami gigitan yang terbuka lebar.
Manajemen
Manajemen melibatkan intervensi terhadap habit, yaitu untuk menghilangkan
etiologi diikuti dengan perawatan untuk memperbaiki maloklusi tersebut. Setelah
kebiasaan itu dapat dikurangi, maloklusi dirawat menggunakan peralatan
ortodontik lepasan atau cekat. Perawatan tongue thrust dapat dibagi ke dalam
berbagai langkah:
a. Terapi Myofungsional: latihan menelan dan postur lidah yang benar. Pasien
diajarkan pola menelan normal dengan meminta pasien untuk menjaga ujung lidah
pada perbatasan palatum lunak dan keras. Berbagai latihan otot lidah dapat
membantu dalam untuk beradaptasi dengan pola menelan baru.
b. Pemakaian alat untuk memandu posisi lidah yang benar. Jika pasien sudah
akrab dengan posisi lidah baru, maka alat diberikan untuk melatih posisi lidah
yang benar. Tongue trainer dapat membantu dalam posisi yang benar lidah dengan
bantuan dari tongue tag. Tongue guard untuk mencegah memajukan lidah. Dapat
juga digunakan untuk meningkatkan kebiasaan mulut pernapasan.
c. Terapi mekanis. Baik alat cekat dan lepasan (cribs atau rakes) dapat dibuat
untuk menahan gerakan lidah ke anterior selama menelan dengan tujuan untuk
melatih bagian belakang lidah ke posisi superior posterior di rongga mulut.
Peralatan ini cenderung memaksa lidah ke bawah dan belakang selama menelan.
Cribs ditempatkan di palatal berfungsi sebagai dinding penghalang lidah selama
menyodorkan (thrusting). Alat ini juga mengkondisikan refleks dan memandu
posisi lidah sehingga dorsum lidah berada di palatal dan ujung lidah berada pada
rughae palatina selama proses menelan. Hasilnya adalah lidah akan menyebar ke
lateral dan tekanan pada daerah bukal maksila akan tersebar sehingga mencegah
penyempitan lengkung rahang.
Pemilihan Alat
1). Lingual arch yang disolder dengan taji yang pendek dan tajam dapat
diadaptasikan dengan baik, akan menjaga posisi lidah dengan benar saat menelan
2). Oral screen untuk pasien kooperatif
3). Alat lepasan dengan tongue spur atau spikes dapat digunakan juga pada pasien
kooperatif
4). Crib cekat dapat dipakai bersamaan dengan alat korektif cekat.
3. Mouth Breathing
Definisi: Pernafasan mulut terjadi karena seseorang tidak mampu untuk bernafas
melalui hidung akibat adanya obstruksi pada saluran pernafasan atas. Kebiasaan
ini disebabkan oleh penyumbatan rongga hidung, yang dapat mengganggu
pertumbuhan tulang di sekitar mulut dan rahang, wajah menjadi sempit dan
panjang, dan gigi bisa jadi tonggos. Pernafasan mulut menghasilkan suatu
model aktivitas otot wajah dan otot lidah yang abnormal. Bernafas melalui mulut
menyebabkan mulut sering terbuka sehingga terdapat ruang untuk lidah berada di
antara rahang dan terbentuklah openbite anterior.
Etiologi:
1.
2.
3.
4.
5.
Ciri mouth breathing ialah memiliki wajah adenoid yaitu wajah panjang
dan sempit, hidung dan jalan udara nasal yang sempit, bibir lemah dengan bibir
atas yang pendek, tahanan bibir yang tidak adekuat, selain itu skeletal open bite
atau sindrom wajah panjang yaitu erupsi gigi posterior yang berlebihan, lengkung
maksila yang sempit, overjet yang berlebihan dan pertumbuhan mandibula yang
buruk (Kohli, 2010), palatum sempit dengan bentuk huruf V, cekungan palatal
yang tinggi, insisivus yang protrusif dan oklusi Angle kelas II divisi 1, gigi
berjejal pada lengkung rahang bawah dan atas, gangguan pertumbuhan vertikal,
posisi lidah yang rendah yang menganggu fungsi.
Akibat Mouth Breathing
a)
Maloklusi
Penatalaksanaan
Pilihan perawatan yang dapat dilakukan untuk penanganan kebiasaan
bernafas melalui antara lain
a)
pensil diantara kedua bibir, (2) malam hari: plester bibir atas dan bawah bersamasama dengan tape surgical (plester bedah), (3) pegang selembar kertas diantara
bibir atas dan bawah (4) meregangkan/melebarkan bibir atas untuk menjaga agar
bibir menutup atau merenggangkan dengan melengkungkan kebawah kearah dagu
untuk pasien dengan hipotonus bibir atas yang pendek. Manajemen dengan
menggunakan alat dilakukan jika anak masih melakukan kebiasaan oral ketika
anak telah berumur 6 tahun/ ketika gigi permanennya mulai erupsi.
Oral screen merupakan salah satu alat fungsional yang digunakan untuk
mencegah mouth breathing. Oral screen adalah alat untuk mengepaskan
vestibulum yang akan mengunci aliran udara melewati mulut dan langsung
berkontraksi oleh bibir untuk melawan beberapa gigi depan yang labioversi. Oral
screen didesain untuk mengaktifkan otot-otot bibir dan muka sehingga dapat
menggerakkan gigi-gigi incisivus atas ke posisi yang lebih baik dan meningkatkan
fungsi bibir sebagai upaya untuk mengimbangi gaya dari lidah yang melawan
gigi-gigi. Oral screen dapat digunakan untuk meretraksi bibir, mengoreksi
labioversi ringan pada gigi depan rahang atas, membantu retrain dan memperkuat
gerakan bibir.
4. Bruxism
Definisi: Bruxism adalah istilah yang digunakan untuk mengindikasikan
kontak non-fungsional gigi yang meliputi clenching, grinding, dan tapping dari
gigi dapat terjadi selama siang hari atau malam hari dan berlangsung secara sadar
dan tidak sadar. terjadi dalam kondisi sadar dengan adanya ketidaknormalan
fungsi pada otak. Menurut Rao (2008) bruxism terjadi sekitar 15% pada anakanak dan orang dewasa. Bruxism dapat menyebabkan beberapa komplikasi dental,
oral, maupun fasial. Kondisi ini sering merupakan sumber sakit kepala, kerusakan
gigi yang membutuhkan perawatan restoratif, penyebab kegagalan implan, dan
bahkan rasa sakit pada leher dan TMJ.
Bruxism pada malam hari terjadi selama tidur dan anak biasanya tidak
menyadari masalah ini. Kejadian ini biasanya singkat, berlangsung 8-9 detik,
dengan terdengar suara grinding. Bruxism dapat juga terjadi pada siang hari,
misalnya pada saat individu yang bersangkutan mengalami stress, namun bruxism
yang paling parah adalah bruxism yang terjadi pada malam hari. Bruxism pada
siang hari terutama terkait dengan mengepalkan dari gigi dan umumnya tidak
Tanda-tanda
bruxism seperti
tingkat
kecemasan
yang
tinggi,
Bruxism
kemungkinan
terjadi
akibat
kelainan
neurologis
yaitu
gangguan
attention-deficit/hyperactivity
(ADHD)
seperti
Bite Plane/occlusal splint yang dapat digunakan menurut Rosenthal (2007) adalah
a. Full-mouth occlusal splint. Alat ini kurang dianjurkan karena ukurannya relatif
besar dan membutuhkan beberapa waktu kunjungan untuk melakukan
penyesuaian yang diperlukan dalam rangka mencapai hubungan simultan pada
semua gigi yang berlawanan untuk menghambat terjadinya bruxism.
b. Anterior splints. Alat ini dihunakan untuk mencegah gigi posterior tidak
menyentuh permukaan oklusal pada saat terjadi gerakan mandibula. Anterior
splints memerlukan waktu kunjungan yang minimal, karena kontak dengan hanya
2 sampai 4 gigi saja yang diperlukan untuk mencapai efek penghambatan pada
bruxism.
c. Night Guard/Occlusal guard. Merupakan plat yang dibuat untuk menutupi
permukaan oklusal gigi. Alat ini dipakai ketika tidur untuk menghentikan
kebiasaan bruxism dan clenching habit ketika tidur, melindungi gigi dan
mengurangi penyebab primer dari mobilitas gigi (Rahmadhan, 2009; Finn, 2003;
Bishara,2001).
Ketiga alat diatas bersifat terapeutik disebabkan karena efek bite raising yakni
mampu mengurangi ketegangan otot secara pasif. Pada individu yang bruxism,
alat ini dapat mengurangi penggunaan alat prostetik dan mampu mengurangi
kontak gigi yang berperan sebagai pencetus terjadinya bruxism. Jika terdapat
splinting otot pada bruxism, maka intensitas bruxism dapat menurun setelah
nyerinya dikurangi dengan penggunaan occlusal guard (Singh 2007).
5. Lip Sucking
Definisi: Lip sucking adalah kebiasaan menahan bibir bawah dibelakang gigi
anterior atas dan menekan bibir bagian dalam oleh gigi anterior bawah dengan
terus-menerus. Fukumitsu dkk., 2003. Lip sucking merupakan pengganti
kebiasaan menghisap jari (Gartika, 2008). Kebiasaan ini juga dapat terjadi dalam
bentuk lip wetting (Karacay dkk., 2006).
Etiologi: Beberapa hal yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk menggigit bibir
adalah kemunduran mental, psikosis, gangguan karakter, sindrom genetik, dan
neuropati sensori congenital. Lip sucking dalam beberapa kasus merupakan suatu
aktivitas
kompensasi
yang
timbul
karena
overjet
berlebihan
sehingga
ke labial dan gigi anterior rahang bawah condong ke lingual diikuti perbedaan
skeletal yang ringan. Kebiasaan mengisap bibir mengakibatkan overjet normal.
Kebiasaan mengisap bibir sebagai faktor kedua biasanya terjadi disebabkan oleh
perbedaan sagital, seperti retrognatik mandibula. Inklinasi gigi incisivus rahang
atas bisa normal dan jarak antara gigi rahang atas dan rahang bawah terjadi setelah
proses adaptasi.
Penatalaksanaan
i. Latihan bibir. Latihan bibir yang dapat dilakukan adalah memanjangkan bibir
atas melewati gigi incisivus dan menempatkan bibir bawah di atas bibir atas.
ii. Memainkan alat musik tiup. Alat musik tiup dapat memperkuat otot-otot
bibir dan memberikan tekanan dengan arah yang benar .
iii. Lip bumper. Alat ini digunakan untuk mendapatkan ruang pada lengkung
untuk mengkoreksi kondisi gigi berjejal ringan hingga sedang pada lengkung gigi,
gigi molar rotasi, mengontrol kehilangan penjangkaran, memperbaiki aktivitas
otot-otot bibir, dan menghiangkan kebiasaan menghisap maupun menggigit bibir.
Kebiasaan menghisap bibir dicegah dengan labial shield pada alat ini. Posisi bibir
bawah akan terkoreksi setelah perawatan.
Kedua gigi molar I rahang bawah dipasang molar band, kemudian bagianbagian lip bumper dipasang 2-3 mm di anterior gigi insicivus rahang bawah dan
4-5 mm di lateral gigi posterior/segmen bukal. Lip bumper dicekatkan pada molar
tube yang ada pada molar band untuk mencegah pasien melepasnya dan kontrol
disarankan 1 minggu sekali untuk dilepas dan dibersihkan. Lip bumper
disesuaikan secara berurutan untuk mengembalikan gigi ke posisi yang
diharapkan. Biasanya, setelah 3 bulan kebiasan menghisap bibir bawah akan
hilang.
Inklinasi labial gigi insicivus rahang bawah dan overjet akan terkoreksi
karena pengurangan tegangan muskulus labialis inferior dan muskulus mentalis
sebagai respon tidak adanya lawan tekanan dari lidah. Gigi molar pertama rahang
bawah akan bergeser tegak lurus karena transmisi tekanan labial pada molar tubes
yang ada pada alat.
Setelah penggunaan lip bumper appliance, jarak interkaninus rahang bawah akan
berkurang, lebar intermolar tidak berubah, dan panjang lengkung akan bertambah.
Penurunan jarak interkaninus rahang bawah disebabkan karena gigi kaninus
rahang bawah bergerak ke anterior. Peningkatan panjang lengkung disebabkan
karena proklinasi gigi insicivus rahang bawah dan pergerakan gigi molar pertama
rahang bawah (Germe dan Taner, 2005).
iv. Metal Button. Metal button pada permukaan lingual dari gigi anterior rahang
atas. Button harus dipasang tanpa menggangu kontak oklusi dan pasien harus
menjaga oral hygiene dengan baik. Untuk pasien yang memiliki kebiasaan
mengisap bibir yang berat, button dipasang pada seluruh gigi anterior rahang atas.
Tetapi jika menggunakan alat ini, alat lain seperti oral screen, lingual arches with
soldered cribs, dan lip bumpers tidak dapat digunakan.
6. Cheek Biting
Definisi: Cheek biting adalah kebiasaan menggigit bagian dalam pipi secara
spontan. Pasien yang menderita cheek biting biasanya tidak dapat mengendalikan
diri setiap kali mulai menggigit pipi. Kebanyakan penderita tidak menyadari
bahwa kebiasaan ini dapat meyebabkan kerusakan serius pada mukosa pipi bagian
dalam sampai terjadi perlukaan yang menimbulkan nyeri yang sangat
mengganggu (Khan, 2010). Dalam sebuah survei yang melibatkan 23.616 orang
dewasa kulit putih Amerika dari Minnesota, jumlah kasus keratosis akibat cheek
biting adalah 1,2 kasus per 1000 individu. (Flaitz,2009).
Etiologi: Beberapa penyebab cheek biting menurut Anonim (2011), yaitu:
(a) gigi yang tajam atau runcing,
(b) erupsi gigi bungsu,
Mekanisme
Kebiasaan mengigit kuku dapat mengganggu perkembangan gigi-geligi dan
menyebabkan kelainan ortodontik. Selain itu kebiasaan menggigit kuku juga dapat
menyebabkan resorbsi akar bagian apikal jika seseorang sedang melakukan
perawatan ortodonsia. Hal ini dapat terjadi karena gaya yang didapat dari proses
menggigit kuku akan diteruskan oleh kawat ortodontik ke gigi-gigi lain dan
menekan jaringan pendukung gigi. Kerusakan periodonsium juga dapat terjadi
walaupun orang yang melakukan kebiasaan menggigit kuku tidak sedang
melakukan perawatan ortodonsi. Gaya yang diakibatkan oleh kebiasaan menggigit
kuku juga dapat membuat gigi menjadi rotasi dan malposisi (Tanaka dkk., 2008).
Penatalaksanaan
Kunci penghentian kebiasaan ini adalah motivasi pasien. Beberapa hal dapat
dilakukan untuk dapat menghilangkan kebiasaan menggigit kuku adalah
memberikan perasa tertentu pada kuku (misal rasa asam), memakai sarung tangan
dan kaus kaki, melakukan kesibukan tertentu sehingga kebiasaan tersebut dapat
terlupakan (misalnya olahraga), dan memotong kuku secara berkala (Tanaka dkk.,
2008).
8. Postural Habit
Definisi: Postural habit adalah kebiasaan yang dilakukan secara tidak sengaja dan
bersifat konstan (Yamaguchi dan Sueishi, 2003). Kebiasaan seperti chin propping
dan menggigit-gigit pensil dapat menimbulkan temporo-mandibular dysfunction
(TMD). Kebiasaan tersebut mengakibatkan beban pengunyahan pada gigi yang
terlalu besar, hiperaktivitas otot, ketegangan otot-otot pendukung sendi
temporomandibula, pengecilan otot rahang, dan rasa sakit di sekitar rahang
(Ofceson, 1998).
Macam-macam postural habit yaitu:
1. Chin Propping
Mekanisme
Chin propping adalah kebiasaan yang tidak disengaja, berupa tekanan ekstrinsik
yang dapat menyebabkan deep anterior closed bite (Singh, 2007). Kebiasaan chin
propping yang dilakukan dalam 1 posisi, dagu penderita dapat membengkok ke
arah gaya tekan dan menghasilkan asimetri wajah serta deformitas maksilofasial.
Gigi-gigi pada sisi mandibula yang deviasi akan mengalami crossbite posterior.
Berat keseluruhan kepala terpusat pada tangan yang menyangga dagu, sedangkan
bagian anterior mandibula menerima tekanan reaksi (reaction force). Hal ini dapat
menyebabkan perubahan arah pertumbuhan mandibula pada anak-anak dan
menghasilkan asimetri wajah serta deviasi lateral mandibula.
2. Face Leaning
Mekanisme
Kebiasaan face leaning dapat menyebabkan terjadinya maloklusi unilateral pada
lengkung rahang atas, yaitu pergerakan gigi maksila pada sisi yang tertekan ke
arah lingual (Strang dan Thompson, 1958). Berat keseluruhan kepala ditransfer ke
rahang atas dan terpusat pada benda-benda yang menekan, misalnya pada tangan.
Hal ini jarang terjadi pada mandibula karena perlekatan mandibula yang rigid dan
dapat bergerak menghindari tekanan (Singh, 2007).
3. Abnormal Pillowing/Habitual sleeping on right or left side of face
Mekanisme
Secara normal, anak-anak tidak berbaring dalam satu posisi selama tidur.
Pergerakan ini biasanya tidak disadari dan menghasilkan refleks untuk mencegah
gangguan tekanan dengan sirkulasi. Kebiasaan ini dapat menyebabkan tulang
cranial menjadi rata dan asimetri wajah pada bayi (Singh, 2007).
TUGAS PEDODONSIA
Macam-Macam Kebiasaan Buruk (Oral Habit) dan
Penatalaksanaannya
Disusun oleh :
Daftar Pustaka
1. American Academy of Pediatric Dentistry, 2009, Guideline on
Management of The Developing Dentition and Occlusion in
Pediatric Dentistry.
2. Houston WJB. Diagnosis Ortodonti. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
3. Kohli K. 2010. Oral Habits: Theory and Practice of Pediatric
Dentistry,
http://www,columbia.edu/itc/hs/dental/d7710/client_edit/oral_
habits_slides_printout.pdf, di unduh 20/03/2011.
4. Shelov SP, Hannemann RE. 1997. Caring for Your Baby and
Young Child. Oxford University Press. Oxford.
5. Singh S. 2009. Deleterious Effects Of Oral Habits. Indian Journal of Dental
Sciences. 1(2): 15-20.
6. Tulley WJ. A clinical appraisal of tongue-thrusting. Am J Orthod
1969;55:640-50
7. Yamaguchi, H., dan Sueishi, K., 2003, Malocclusion Associated
with Abnormal Posture, Bull. Tokyo Dent. Coll., 44:(2): 43-54