You are on page 1of 14

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Giovanni Gilbiyanto
10 2008 022
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

Skenario 4 :
Seorang pekerja laki-laki usia 35 tahun sedang memperbaiki dinding gedung lantai 2.
Pada saat memperbaiki, stager yang dipijak patah dan terjatuh. Saat itu pekerja tidak memakai
tali pengaman. Ia mengalami patah paha kanan dan memerlukan tindakan operasi. Dokter
perusahaan membuat laporan kejadian untuk mengurus klain kepada JAMSOSTEK.

PENDAHULUAN
Kecelakaan kerja khususnya kecelakaan di industri masih tinggi yaitu rata-rata 17 orang
meninggal tiap hari kerja. Faktor manusia memegang peran penting timbulnya kecelakaan kerja.
Serta kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di
bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah).
Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena
itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau
aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
1

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan
pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

ISI
DEFINISI KECELAKAAN KERJA
Adapun dari berbagai sumber mengenai definisi kecelakaan kerja, berikutadalah beberapa
pendapat baik dari institusi pemerintahan nasional daninternasional maupun dari beberapa tokoh
internasional.
Dalam Permenaker no. Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK , pengertian
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja ,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang
terjadi daalam perjalana berangkat dari rumah menuju tempat kerja daan pulang kerumah
melalui jalan biasa atau wajar dilalui.( Bab I pasal 1 butir 7 ).
Menurut Foresman kecelakaan kerja adalah kontak antara energi yang berlebihan
( agent ) secara akut dengan tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan atau organ
fungsi.
Sedangkan defenisi yang dikemukakan oleh Frank E. Bird Jr. kecelakaanadalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan
harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dariadanya kontak dengan sumber energi
yang melebihi ambang batas ataustruktur.
Kecelakaan kerja ( accindent ) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak di inginkan
yang merugikan terhadap manusia, merusakan harta benda ataukerugian proses ( Sugandi,
2003 )
Word Health Organization(WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatukejadian yang
tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya,sehingga menghasilkan cidera
yang riil.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral
dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

FAKTOR PENYEBAB
Teori Tentang Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja :
1) Teori kebetulan Murni ( Pure Chance Theory )
mengatakan bahwa kecelakaanterjadi atas kehendak Tuhan, secara alami dan kebetulan saja
kejadiannya,sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya.
2) Teori Kecenderungan ( Accident Prone Theory), teori ini mengatakan pekerjatertentu lebih
sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yangmemang cenderung untuk
mengalami kecelakaan.
3) Teori tiga faktor Utama ( Three Main Factor Theory ), mengatakan bahwa penyebab
kecelakaan adalah peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri.
4) Teori Dua Factor ( Two Factor Theory ), mengatakan bahwa kecelakaan kerjadisebabkan oleh
kondisi berbahaya ( unsafe condition ) dan perbuatan berbahaya ( unsafe action ). Unsafe actions
adalah suatu tindakan berbahaya pada waktu melakukan suatu pekerjaan dimana situasi atau
lingkungan kerjarawan kecelakan jika seorang operator suatu mesin melakukan kecerobohan.
Unsafe conditions adalah suatu keadaan pada lingkungan kerja yang berbahaya seperti rawan
terjadinya tanah longsor, kejatuhan batu-batuan,tempat pengecoran logam dan lain-lain.
5) Teori Faktor manusia ( human factor theory ), menekankan bahwa pada akhirnyasemua
kecelakaan kerja, langsung dan tidak langsung disebabkan kesalahanmanusia. Menurut hasil
penelitian yang ada, 85% dari kecelakaan yang terjadidisebabkan faktor manusia ini. Hal itu dikarenakan
pekerja

(manusia)

yangtidak

memenuhi

keselamatan,

misalnya

karena

kelengahan,

kecerobohan,ngantuk, kelelahan, dan sebagainya.


Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau
kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari
teknik keselamatan. Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,
ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan
pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak
mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.
KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA
4

1) Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :


Terjatuh
Tertimpa benda
Tertumbuk atau terkena benda-benda
Terjepit oleh benda
Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
Pengaruh suhu tinggi
Terkena arus listrik
Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
2) Klasifikasi menurut penyebab :
Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajiankayu, dan
sebagainya.
Alat angkut, alat angkut darat, udara dan air.
Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,alat-alat listrik,
dan sebagainya.
Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zatkimia, dan
sebagainya.
Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawahtanah).
3) Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
Patah tulang
Dislokasi (keseleo)
Regang otot
Memar dan luka dalam yang lain
Amputasi
Luka di permukaan
Gegar dan remuk
Luka bakar
Keracunan-keracunan mendadak
5

Pengaruh radiasi
4) Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
Kepala
Leher

Badan
Anggota atas
Anggota bawah
Banyak tempat
Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut

PENGUKURAN & EVALUASI


Analisis keselamatan kerja sangatlah penting dilakukan, selain untuk mengetahu sebab
terjadinya kecelakaan kerja, juga sebagai evaluasi agar perusahaan tersebut bisa lebih
meningkatkan keselamatan kerja.Karakteristik industri elektronik adalah mengoperasikan mesin
atau peralatan dengan tenaga besar, mesin atau peralatan tersebut dapat beroperasisecara
otomatis atausetengah otomatis atau beroperasi dengan menggunakan bahan kimia yang korosif.
Kecelakaan kerja yang terjadi terbagi dalam 3 golongan bahaya, yaitu: bahaya kimia, bahaya
fisik dan bahaya ergonomic.
1) Bahaya kimia: terhirup atau kontak kulit dengan cairan metal, cairan nonmetal, hidrokarbon,

debu, uap steam, asap, gas dan embun beracun.


2) Bahaya fisik: suhu lingkungan yang ekstrim panas dingin, radiasi non pengiondan
pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak normal.
3) Bahaya ergonomic: bahaya karena pencahayaan yang kurang, pekerjaan pengangkutan

dan peralatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemanan dan keselamatan klien adalah faktor


fisiologis (sistem muskoloskeletal, sistem neurologis, sistem cardirespirasi, aktivitas dan latihan,
6

kelelahan), faktor toleransi terhadap stress dan mekanisme koping, faktor lingkungan (rumah,
tempat kerja, komunitas, tempat pelayanan kesehatan, temperatur, polusi, bahan-bahan
elektik/listrik, radiasi), faktor penyakit dan faktor ketidakpengindahan tentang kebutuhan
keamanan.
A. Faktor Fisiologis
Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan baik, apabila salah satu
sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan mengancam keamanan seseorang. Misalnya orang
akan menarik tangannya jika menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan sebagainya.
1. Sistem Muskoloskeletal
Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial dalam pembentukan
postur dan pergerakan yang normal. Kerusakan yang terjadi pada mobilitas dan kemampuan
untuk merespon terhadap hal yang membahayakan, dan ini meningkatkan risiko terhadap injuri.
2. Sisetem Neurologis
Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi akan menciptakan
sistem yang baik pada individu. Rangsangan yang diterima dari saraf tepi akan diteruskan ke
sistem saraf pusat melalui proses persepsi kognisi yang baik sehingga seseorang dapat
memutuskan dalam melakukan proses berfikir. Hal tersebut akan menciptakan seseorang mampu
melakukan orientasi dengan baik terhadap orang, tempat dan waktu sehingga orang akan merasa
nyaman.
Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti cedera kepala,
medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan, stroke, injuri tulang belakang, penyakit
degeneratif (seperti Parkinson dan Alzaimer), dan tumor kepala.
3. Sistem Kardiorespirasi
Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk dapat beristirahat karena
suplai O2 dan nutrisi untuk sel, jaringan dan organ tercukupi dengan baik. Adapun kondisi
gangguan sistem kardiovaskuler yang mengganggu keamanan adalah hipertensi, gagal jantung,
7

kelainan jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian tepi. Penyakir respirasi atau pernafasan
yang mengganggu keamanan seperti kesulitan bernafas, wheezing, danm kelelahan yang
diakibatkan oleh tidak toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan mobilitas.
4. Aktivitas dan Latihan
Kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada kedaruratan. Keterbatasan
dalam aktivitas dan latihan akan mengganggu seseorang dalam mengenali hal yang mengancam
dirinya dari luar.
5. Kelelahan (Fatigue)
Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi terhadap bahaya, kesulitan
mengambil keputusan dan ketidakadekuatan dalam pemecahan masalah. Fatigue dapat
diakibatkan karena kurang tidur, gaya dan pola hidup, jam pekerjaan, stress, atau karena berbagai
macam pengobatan, yang dapat mengancam keamanan.
B. Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping
Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan yang akan mengganggu
keamanan seseorang, dimana seseorang akan kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu. Contoh,
seseorang yang mengalami kecemasan mengenai prosedur operasi, maka seseorang tersebut akan
mengalami miskomunikasi tentang informasi apa yang akan dia lakukan setelah operasi sehingga
akan mengancam keamanan dia waktu pulang ke rumah sehingga akan muncul masalah
komplikasi setelah operasi.
Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung dengan keamanan.
Faktor kepribadian seseorang memainkan peranan dalam keamanan. Menarik diri, pemalu dan
ketidakpercayaan berpengaruh pada peningkatan keamanan, sehingga seseorang perlu untuk
belajar

kembali

atau

mereka

akan

mengalami

C. Faktor Lingkungan
1. Rumah
8

masalah

gangguan

jiwa/mental.

Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan, pengaturan panas dan


sebagainya. Pengaturan perabot rumah tangga merupakan bagian penting dari keamanan di
dalam rumah. Penataan yang baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan ruangan, tangga sangat
menentukan keselamatan dan keamanan seseorang. Penggunaan senjata tajam, rokok, lantai
rumah dari bahan kimia dan penyimpanan bahan kimia akan membantu dalam pencegahan baya
dalam rumah termasuk sumber listrik dan api. Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah
adalah adanya risiko adanya untuk jatuh.
2. Tempat kerja
Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan adanya risiko untuk
terjadi injuri pada seseorang. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari jenis pekerjaan dan tempat
seseorang bekerja, baik secara fisik, mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja maka seseorang
sangat membutuhkan adanya suatu kondisi yang ergonomis, sehingga perlu adanya pendidikan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah terjadinya injuri atau kecelakaan
kerja.
3. Komunitas
Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan keamanan seperti kegaduhan,
kebisingan, pencahayaan yang kurang baik di tempat umum maupun pusat bermain. Sanitasi
lingkungan juga sangat berperan dalam peningkatan keamanan individu dalam komunitas.
4. Tempat pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan seseorang baik bagi petugas
kesehatan maupun pasiennya. Bahaya dapat ditimbulkan karena peralatan, kesalahan prosedur
dan sebagainya. Hal ini perlu adanya standar operasional prosedur yang baku dan diperbaharui di
RS sehingga kebutuhan akan keamanan dapat terpenuhi untuk semua yang ada dalam rumah
sakit.
5. Temperatur

Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap keamanan seseorang. Perlu
adanya penyesuaian diri terhadap perubahan temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan
keamanan seseorang dapat terpenuhi.
6. Polusi
Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara bebas akan menggangu
keamanan seeorang. Bahan kimia dalam produk kimia yang terdapat baik di udara, air dan tanah
akan menganggu ekosistem yang ada.
7. Sumber listrik
Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun dimanapun sanagt muttlak
diperlukan

untuk

mencegah

terjadinya

sengatan

listrik

ataupun

kebakaran.

8. Radiasi
Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen ataupun kematian sel
sehingga mengakibatkan tubuh seseorang menjadi rentan sehingga keamanan seseorang dapat
mengalami masalah.
D. Faktor Penyakit
Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan. Penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis merupakan penyakit yang dapat
menjadikan tubuh untuk mengalami penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang
baik dalam pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga infeksi nosokomial
tidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS, klinik ataupun keluarga.
E. Faktor Ketidakpengindahan tentang Keamanan
Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri individu dalam pemenuhan kebutuhan keamanan.
Apabila standar prosedur telah dilakukan sesuai dengan kepatuhan yang ada maka keamanan
seseorang dapat tercipta.
UNDANG-UNDANG
10

Dasar Hukum Tentang Keselamatan Kerja. Adapun sumber hukum penerapan K3 adalah sebagai
berikut:
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
3. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan SosialTenaga Kerja.
4. Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena HubunganKerja.
5. Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis PendaftaranKepesertaan,
pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Berdasarkan

Undang-undang,

jaminan

Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerjaitu

diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik didarat, di dalam tanah,
di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. Jadi padadasarnya, setiap pekerja di Indonesia berhak atas jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja.

MENEJEMEN SISTEM K3
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang
menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah mengalami
kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan kesehatan pekerja sudah sangat
serius. Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat besar dan dapat
ditekan dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah sakit pekerja akan menjadi
pelengkap dan akan menjadi pusat rujukan khususnya untuk kasus-kasus kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Diharapkan di setiap kawasan industri akan berdiri rumah sakit pekerja
sehingga hampir semua pekerja mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah sakit pekerja sebagai pusat rujukan nasional.
11

Sudah barang tentu hal ini juga harus didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi
yang lebih banyak lagi.
Salah satu upaya dalam perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan P3K di
perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan P3K
untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus
dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional.
Yang menjadi dasar pengadaan P3K di tempat kerja adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja; kewajiban manajemen dalam pemberian P3K, UU No.13 Tahun 2000 tentang
ketenagakerjaan, Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/Men/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja ; tugas pokok meliputi P3K dan Peraturan Mentri Tenaga Kerja No.
05/Men/1995 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) Yaitu upaya untuk menemukan
gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat
kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan
meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang
disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi
penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini
diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan
tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan
pekerja yang meliputi :
1. Pemeriksaan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang
calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon
pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya
sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya. Anamnese umum.
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:
a. Anamnese pekerjaan
b. Penyakit yang pernah diderita
c. Alrergi
d. Imunisasi yang pernah didapat
12

e. Pemeriksaan badan
f. Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu :
-

Tuberkulin test

Psiko test

2. Pemeriksaan Berkala Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala


dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang
dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala.
Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus
seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya,
sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
3. Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar
waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan
yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan
pengembangan K3 tidak hanya untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal
memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada
masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya
untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau
masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe
condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

PREVENTIF KECELAKAAN KERJA


Media publikasi K3 adalah suatu alat berbentuk poster, spanduk, stiker dansebagainya,
yang berisi tentang himbauan, ajakan, atau larangan agar tidak terjadikecelakaan dalam bekerja.
Media ini biasanya dipasang di daerah yang berpotensiterjadi kecelakaan kerja, contohnya di
kawasan industri ataupun di bengkel- bengkel produksi.Tujuan dari diadakannya publikasi tentang
K3 ini melalui media-mediaseperti spanduk, poster, dan sebagainya, adalah sebagai berikut :
1) Agar para karyawan selalu ingat untuk menjaga keselamatan dirinya danlingkungan
disekitar tempat kerja mereka.
2) Sebagai tanda bahwa di area yang dipasang poster atau spanduk tentang K3 ini
mengandung tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi.
13

Adapun jenis-jenis media yang digunakan untuk mempromosikan peringatan-peringatan


atau tanda bahaya pada sebuah perusahaan yaitu :

Safety Poster / Gambar K3 / Poster K3

Safety Sign/ Rambu Keselamatan/ Rambu K3

Safety Animation / Animasi K3

KESIMPULAN
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan
dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3
diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari
dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi
melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang
meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja.
REFERENSI
1. Buku Modul Blok 28 Occupational Medicine
2. Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Indonesia.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan
4.
5.
6.
7.

kesehatan kerja:Pustaka Binaman Pressindo.


Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung
http://anakkesmas.blogspot.com/ 009/09/kecelakaan-kerja.html
http://tuloe.wordpress.com/ 2010/02/20/kecelekaan-kerja/
http://wiryanto.wordpress.com/2007/06/07/keselamatan-kerja-konstuksi/feed/
14

You might also like