You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini kami
buat untuk melengkapi tugas Mata Kuliah ilmu bedah dan membahas tentang fraktur
akar saat ekstraksi selain itu makalah ini juga bertujuan supaya pembaca dapat
mengetahui dan memahami secara jelas mengenai hal tersebut.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak.
Didalam proses pembelajaran sangatlah diperlukan suatu panduan. Baik yang berasal
dari buku-buku bacaan, internet, dosen dan masih banyak lagi. Dengan adanya
panduan-panduan tersebut maka proses belajar akan menjadi lebih mudah.
Oleh karena itu kami berusaha untuk menyuguhkan sebuah makalah yang
kami harapkan dapat membantu pembaca dalam belajar tentang fraktur akar saat
ekastraksi. Di dalam makalah yang kami buat ini, mengambil bahan dari beberapa
jurnal yang ada di internet dan referensi sehingga data yang kami sajikan ini
merupakan data-data terbaru. Untuk mempermudah memahami kami membuat katakata yang sederhana dalam penulisan makalah ini. Selain itu makalah ini kami buat
dengan mengambil bagian-bagian yang penting saja.
Untuk semua pihak yang ikut serta dalam upaya penyelesaian makalah ini
saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Terutama dosen pengajar ilmu
bedah dan bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kami terima untuk
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta,7 agustus 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai
dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang kita temukan komplikasi dari tindakan
ekstraksi gigi yang kita lakukan. Karenanya kita perlu waspada dan diharapkan mampu
mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi Pada prakteknya
eksodonsia dapat dilakukan dengan mudah tetapi ada yang menemui kesukaran karena
hambatan dan keadaan gigi, akar gigi, atau jaringan pendukung gigi yang berkaitan.
Eksodonsia yang dipaksakan dapat membawa akibat fraktur mahkota gigi atau bagian akar
gigi yang meninggalkan sisa akar di dalam soket gigi. sisa akar yang tersisa itu akan
menambah waktu eksodonsia. Pada prinsipnya, sisa akar yang tertinggal seluruhnya harus
diambil segera terutama bila gigi yang bersangkutan berasal dari gigi yang telah terinfeksi.
Untuk mengambil sisa akar yang tertinggal di dalam soket, harus dipilih teknik pengambilan
yang paling tepat dengan tujuan mencapai hasil eksodonsia atromatika yang akan
mendukung proses penyembuhan luka. Teknik pengambilan sisa akar gigi yang masih
tersisa, kepadatan jaringan pendukung sekeliling akar gigi, posisi akar gigi terhadap sinus
maksilans dan kanalis mandibularis.
1.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan fraktur akar saat ekstraksi gigi ?

Apa saja yang termasuk Masalah Komplikasi Pada Pencabutan Gigi (Fraktur)?

Bagaimana Penanggulangan Komplikasi Pencabutan Gigi?

Bagaimana Penanggulangan Fraktur Akar Pada Saat Pencabutan Gigi?


2

1.3 Maksud dan Tujuan

Memberikan penjelasan kepada pembaca tentang apa yang dimaksud dengan fraktur
akar saat ekstraksi gigi

Memberikan informasi masalah komplikasi apa saja yang dapat timbul pada
pencabutan gigi (Fraktur)

Memberikan informasi cara penanggulangan komplikasi pencabutan gigi

Memberikan informasi cara penanggulangan fraktur akar pada saat pencabutan gigi

BAB II
ISI
2.1 Definisi
Definisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang
(Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, 2002). Literatur lain menyebutkan bahwa fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh trauma (Mansjoer, 2000).
Definisi Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar.
Definisi fraktur pada ekstraksi gigi adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian saat
proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar
Teknik sederhana dilakukan dengan melepaskan gigi dari perlekatan jaringan lunak
menggunakan elevator kemudian menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari
3

tulang alveolar menggunakan tang ekstraksi. Sedangkan teknik pembedahan dilakukan


dengan pembuatan flep, pembuangan tulang disekeliling gigi, menggoyangkan dan
mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar kemudian mengembalikan flep ke
tempat semula dengan penjahitan. Teknik sederhana digunakan untuk ekstraksi gigi erupsi
yang merupakan indikasi, misalnya gigi berjejal. Ekstraksi gigi dengan teknik pembedahan
dilakukan apabila gigi tidak bisa diekstraksi dengan menggunakan teknik sederhana,
misalnya gigi ankilosis
2.2 Pencabutan Gigi (Eksodontia)
Indikasi Eksodonsia :
a. Karies Besar
Gigi yang mahkotanya sudah sangat rusak dan tidak dapat direstorasi lagi.
b. Nekrosis Pulpa
Gigi dengan pulpitis irreversible yang perawatan endodonti tidak dapat dilakukan lagi atau
merupakan kegagalan setelah dilakukan perawatan endodonti.
c. Penyakit Periodontal
Periodontitis dewasa yang berat dan luas akan menyebabkan kehilangan tulang berlebihan
dan mobiliti gigi yang menetap.
d. Gigi Retak
Gigi yang retak atau mengalami fraktur akar yang biasanya menyebabkan nyeri hebat dan
tidak dapat dikendalikan dengan perawatan endodonti.
e. Gigi Malposisi
Gigi yang dapat menyebabkan trauma jaringan lunak dan posisinya tidak dapat diperbaiki
dengan perawatan orthodonti.
f. Gigi Terpendam
Apabila gigi terpendam menimbulkan masalah dan menyebabkan gangguan fungsi normal
dari pertumbuhan gigi, maka gigi terpendam ini diekstraksi.
g.. Gigi Berlebih

Dapat mengganggu pertumbuhan gigi geligi normal atau menyebabkan gigi berjejal berat dan
estetis yang kurang pada gigi anterior.
h. Gigi yang berkaitan dengan lesi patologis
Ekstraksi gigi dengan lesi patologis harus dilakukan bersamaan dengan pembuangan lesinya.
i. Gigi Persistensi
Gigi desidui yang sudah waktunya tanggal tetapi masih kuat dan gigi penggantinya sudah
erupsi. Biasanya gigi desidui mengalami resorbsi sehingga akan goyah, tetapi pada gigi
desidui yang gangren tidak mungkin terjadi resorbsi atau karena kondisi kesehatan dari
pasien maka gigi desidui itu masih tetap tertanam dalam tulang alveolar.
j. Keperluan Orthodonti
Ekstraksi gigi premolar dilakukan untuk perawatan orthodonti dengan pertumbuhan gigi yang
berjejal.
k. Ekstraksi Preprostetis
Untuk keperluan pembuatan protesa dilakukan ekstraksi gigi.

l. Preradioterapi
Pasien yang akan mendapatkan perawatan radioterapi pada rongga mulutnya harus dilakukan
ekstraksi gigi terlebih dahulu pada gigi-gigi yang merupakan indikasi pada daerah yang akan
diradioterapi.
Eksodonsia dilakukan untuk menghilangkan gigi yang menimbulkan penyakit dan bila dan
tindakan eksodonsia itu menimbulkan hal-hal yang merugikan baik selama eksodonsia itu
berlangsung maupun setelah selesai dilakukan eksodonsia maka yang dihadapi adalah suatu
komplikasi eksodonsia.

Komplikasi eksodonsia meliputi beberapa hal, yaitu:


1) Fraktur akar gigi;
5

2) Alveolalgia;
3) Perdarahan;
4) Fistula Oro-Antral;
5) Sinkop dan Syok;
6) Dislokasi Mandibula;
7) Kasus Komplikasi Eksodonsia Lain adalah:

Malignansi Oral

Fraktur Rahang

Gigi terdorong ke dalani rongga Submandibular

Peradangan Akut (Flehmon)

Menurut Who Fraktur dento alveolar terbagi menjadi 3 yzitu :


1.Cedera Pada Jaringan keras gigi dan pulpa
a. Enamel infraction: jenis fraktur tidak sempurna dan hanva berupa retakan tanpa
hilangnva substansi gigi.
b. Fraktur email: hilangya substansi gigi berupa email saja
c. Frakrur email-dentin: hilanguva substansi gigi terbatas pada email dan dentin tanpa
mehbatkan pulpa gigi
Fraktur mahkota kompleks (completed crown fracture): fraktur email dan dentin
dengan pulpa yang teipapar.
Frakiur mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture): fraktur
email, dentin. sementum. tetapi tidak mehbatkan puipa
Fraktur mahkota-akar kompleks (compicated crown-root fracture): fraktur email.
dentin. dan sementum dengan pulpa yang terpapar
Fraktur akar frakiur yang melibatkan dentin. Sementum dan pulpa. dapat
disubklasifikasikan lagi inenjadi apikal. tengah. dan sepertiga korotal (gingiva).

2.Cedera pada jaringan periodontal (gambar 2.2)


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Concussion: tidak ada perpindahan gigi, tetapi ada reaksi ketika diperkusi.
Subluksasi: kegoyangan abnormal tetapi tidak ada perpindahan gigi.
Luksasi ekstrusif (partial avulsion): perpindahan gigi sebagian dari soket.
Luksasi lateral: perpindahan ke arah aksial disertai fraktur soket alveolar.
Luksasi intrusif: perpindahan ke arah tulang alveolar disertai fraktur soket
alveolar.
Avulsi: gigi lepas dari soketnya.

3. Cedera pada tulang pendukung (gambar 2.3)


1) Pecah dinding soket alveolar mandibula atau maksila : hancur dan
7

1)
2)
3)
4)
2)
5)
3)
6)

tertekannya soket alveolar, ditemukan pada cedera intrusif dan lateral


luksasi.
Fraktur dinding soket alveolar mandibula atau maksila : fraktur yang
terbatas pada fasial atau lingual/palatal dinding soket.
Fraktur prosesus alveolar mandibula atau maksila : fraktur prosesus
alveolar yang dapat melibatkan soket gigi.
Fraktur mandibula atau maksila : dapat atau tidak melibatkan soket
alveolar.

Penyebab Fraktur pada saat Ekstraksi :


1. Kesalahan dalam menempatkan paruh forsep, paruh forsep memegang bagian gigi di
luar daerah sementum atau poros panjang paruh forsep tidak sejajar dengan poros
panjang gigi;
2. Pemilihan forsep yang salah atau tidak tepat. Ukuran forsep gigi dibuat berbeda untuk
masing masing gigi atau ukuran gigi. Pemilihan forsep gigi yang tidak tepat akan
memberi tekanan tidak merata pada bagian gigi yang akan diekstraksi dan dapat
berakibat fraktur gigi.
3. Karies gigi yang meluas bahkan kadang-kadang meliputi akar gigi; dalam keadaan
demikian struktur gigi akan menjadi rapuh dan mudah fraktur.
4. Kerapuhan struktur gigi yang berhubungan dengan usia lanjut atau nekrosis jaringan
pulpa gigi. Eksodonsi gigi penderita berusia lanjut sering dihadapkan pada hambatan
8

yang berasal dan daerah akar gigi yang tulang sekelilingnya memadat karena
klasifikasi, apikal hipersementosis, dan mungkin ankilosis pada akar gigi. Proses
klasifikasi akar gigi dan jaringan pendukungnya juga dijumpai pada gigi yang telah
dirawat melalui perawatan saluran akar, gigi yang mengalami peradangan apikal
kronis.
5. Gigi yang mempunyai kelainan akar misalnya akar gigi membengkok atau menyudut
pada ujungnya, akar gigi mengalami eksementosis (hipersementosis), berakar
supernumeran yang berarti kelainan dalam jumlah akar gigi akar.
6. Kelainan tulang pendukung gigi yang akan diekstraksi.

2.3 Fraktur Akar Gigi


Prinsip bahwa sisa akar yang tertinggal harus diambil dengan segera terutama bila
gigi itu dalam keadaan infeksi, tujuan utamanya ialah untuk menghilangkan fokus infeksi.
Mungkin gigi yang akan diekstraksi itu berasal dan gigi yang tidak infeksi tetapi pada saat
ekstraksi akar gigi itu akan terinfeksi yaitu yang berasal dan kuman-kuman mulut yang
masuk kedalam saluran akar gigi atau oleh proses dekomposisi jaringan saluran akar. Sisa
akar yang tertinggal clapat menjadi irirtan mekanis dan thpat menimbulkan reaksi peradangan
pada jaringan sekitarnya yang dapat menimbulkan neralgia yang .ukar ditemukan sebabsebabnya dalam diagnosis.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa sisa akar gigi sehat dapat ditinggalkan saja
dengan harapan sisa akar tersebut akan terdorong ke permukaan soket karena dianggap
sebagai benda asing oleh tubuh,namun hanya pada keadaan tertentu misalnya bila berhadapan
dengan sinus maksilaris, kanalis mandibulans. Bila keadaan memungkinkan untuk
mengambil sisa akar itu disarankan untuk mengambil sisa akar gigi tersebut sampai bersih.
Pada prakteknya eksodonsia dapat dilakukan dengan mudah tetapi ada yang menemui
kesukaran karena hambatan dan keadaan gigi, akar gigi, atau jaringan pendukung gigi yang
berkaitan. Eksodonsia yang dipaksakan dapat membawa akibat fraktur mahkota gigi atau
bagian akar gigi yang meninggalkan sisa akar di dalam soket gigi. sisa akar yang tersisa itu
akan menambah waktu eksodonsia.

Bila gigi gagal dicabut dengan menggunakan aplikasi tang atau elevator dengan
tekanan yang cukup maka instrumen tersebut harus

dikesampingkan dan dicari sebab

kesulitan. Pada kebanyakan kasus lebih mudah dicabut dengan tindakan pembedahan Pada
prinsipnya, sisa akar yang tertinggal seluruhnya harus diambil segera terutama bila gigi yang
bersangkutan berasal dari gigi yang telah terinfeksi.
Untuk mengambil sisa akar yang tertinggal di dalam soket, harus dipilih teknik
pengambilan yang paling tepat dengan tujuan mencapai hasil eksodonsia atromatika yang
akan mendukung proses penyembuhan luka. Teknik pengambilan sisa akar gigi yang masih
tersisa, kepadatan jaringan pendukung sekeliling akar gigi, posisi akar gigi terhadap sinus
maksilans dan kanalis mandibularis.

Keadaan fraktur akar gigi pasca ekstraksi meliputi :

Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email, dentin, dan
sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur
mahkota-akar yang kompleks (complicated crown-root fracture) dan fraktur mahkotaakar yang tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang tidak

kompleks (uncomplicated crown-root fracture).


Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa tanpa

melibatkan lapisan email.


Masuknya akar gigi ke dalam jaringan lunak.
Masuknya akar gigi ke dalam sinus maksilaris

2.4. Penanggulangan Komplikasi Akar Saat Pencabutan Gigi.

Fraktur mahkota gigi.

10

Fraktur mahkota gigi selama pencabutan mungkin sulit dihindarkan pada gigi dengan
karies besar sekali atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga disebabkan oleh tidak
tepatnya aplikasi tang pada gigi, bila tang diaplikasikan pada mahkota gigi bukan pada akar
atau masa akar gigi, atau dengan sumbu panjang tang tidak sejajar dengan sumbu panjang
gigi. Juga bisa disebabkan oleh pemilihan tang dengan ujung yang terlalu lebar dan hanya
memberi kontak satu titik sehingga gigi dapat pecah bila ditekan. Dapat pula disebabkan
karena tangkai tang tidak dipegang dengan kuat sehingga ujung tang mungkin
terlepas/bergeser dan mematahkan mahkota gigi. Selain itu juga fraktur mahkota gigi bisa
disebabkan oleh pemberian tekanan yang berlebihan dalam upaya mengatasi perlawanan dari
gigi. Untuk itulah operator harus bekerja sesuai dengan metode yang benar dalam melakukan
pencabut an gigi.
Tindakan penanggulangannya dapat dilakukan dengan memberitahukan kepada pasien
bahwa ada gigi yang tertinggal kemudian dicari penyebabnya secara klinis dengan melalui
bantuan radiografi.
Pemeriksaan dengan radiografi dilakukan untuk memperoleh petunjuk yang berguna
untuk mengidentifikasi ukuran dan posisi fraktur gigi yang tertinggal. Selanjutnya operator
mempersiapkan

alat

yang

diperlukan

untuk

menyelesaikan

pencabutan

dan

menginformasikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk tindakan tersebut. Sedangkan


metode yang digunakan bisa dengan cara membelah bifurkasi (metode tertutup) atau dengan
dengan pembedahan melalui pembukaan flap (metode terbuka).

Fraktur akar gigi.

11

Fraktur yang menyebabkan fraktur mahkota mungkin juga menyebabkan fraktur akar.
Meskipun idealnya semua fragmen akar harus dikeluarkan, tetapi alangkah bijaksana untuk
meninggalkannya pada keadaan-keadaan/kasus-kasus tertentu. Akar gigi dapat dianggap
sebagai fragmen akar gigi bila kurang dari 5 mm dalam dimensi terbesarnya. Pada pasien
yang sehat sisa akar dari gigi sehat jarang menimbulkan masalah dan dalam kebanyakan
kasus fragmen akar tersebut boleh ditinggalkan kecuali bila posisinya memungkinkan untuk
terlihat secara jelas.
Pencabutan dari 1/3 apikal akar palatal molar atas bila harus mengikut sertakan
pembuangan sejumlah besar tulang alveolar dan mungkin dipersulit dengan terdorongnya
fragmen kedalam sinus maxlillaris atau menyebabkan terbentuknya fistula oro antral pada
kebanyakan kasus lebih baik dipertimbangkan untuk ditinggalkan dan tidak diganggu. Dan
jika diindikasikan untuk dikeluarkan sebaiknya didahului dengan pemeriksaan radiografi dan
dilakukan oleh operator yang berpengalaman.
Sebelum mulai mengambil sisa akar gigi yang tertinggal di dalam soket maka perlu
dipikirkan apakah pengambilan sisa akarfgigi akan menggunakan teknik tertutup (closed
method atau intra-alveolar operation) atau membutuhkan teknik terbuka (open method atau
open flap operation) ada teknik khusus yang diperlukan untuk maksud itu? Perlukah
dilakukan pengambilan akar gigi mellaui odontektomi?
Cara Penanganan Fraktur Fragmen
1.Pertama pendekatan konservatif dr alveolus dg menggunakan root picks,elevator cryer / file
saluran akar (menghabiskan byk waktu )

12

2.Pembuatan flap untuk mndpat jalan msk ke akar, tulan dipotong dg alevator kecil, alevator
periosteal / instrumen plastis
3.Jika tidak berhasil dan sulit, dibuat lubang kaitan pd akar untuk insersi elevator.
Seperti prosedur flap, operasi diikuti dengan irigasi saline steril dan pemeriksaan bagian yang
dioperasi sebelum melakukan penghalusan tulang dan penjahitan.

Masuknya akar gigi ke dalam jaringan lunak.

Berpindahnya akar gigi masuk kedalam jaringan lunak merupakan komplikasi yang biasanya
terjadi karena akar gigi tidak dipegang secara efektif pada keadaan lapang pandang yang
terbatas. Komplikasi ini dapat dihindari bila operator mencoba untuk memegang akar dengan
pandangan langsung.

Masuknya akar gigi ke dalam sinus maxillaris.

Komplikasi ini biasanya pada pencabutan gigi premolar/molar rahang atas dan yang lebih
sering akar palatal. Adanya sinus yang besar adalah faktor predisposisi tapi insiden ini dapat
dikurangi bila petunjuk sederhana ini diperhatikan :
a. Jangan menggunakan tang pada akar gigi posterior atas kecuali bila panjang gigi atau
akar gigi terlihat cukup besar baik dalam arah palatal dan bukal, sehingga ujung tang
dapat mencengkram akar gigi dan operator dapat melihatnya dengan jelas.
b. Tinggalkan 1/3 ujung akar palatal molar atas bila tertinggal selama pencabutan
dengan tang kecuali bila ada indikasi positif untuk mengeluarkannya.
c. Jangan mencoba mencabut akar gigi atas yang patah dengan memasukkan instrument
kedalam soket. Bila di indikasikan untuk pencabutan sebaiknya dibuat flap muko
periosteal yang luas dan buang tulang secukupnya sehingga elevator dapat
dimasukkan diatas permukaan akar yang patah sehingga semua tekanan dapat
dialihkan pada akar gigi yang tertinggal dan cenderung menggerakkannya kebawah
jauh dari sinus. Adanya riwayat perforasi sinus dari riwayat pencabutan sebelumnya
tidak boleh diabaikan, karena kemungkinan pasien memiliki sinus maxillaris yang
besar. Bila akar masuk ke sinus maxillaris maka pasien harus dirujuk ke ahli bedah
13

mulut atau ahli THT dan tindakan pencabutan gigi serta penutupan fistula oro antral
dilakukan dengan anastesi umum.

BAB III
KESIMPULAN
Berbagai komplikasi akibat pencabutan banyak jumlahnya dan bervariasi. Tugas dokter gigi
untuk melakukan setiap tindakan secara tepat, benar, teliti dan berhati-hati dengan
memperhatikan prosedur standart dalam melakukan tindakan tindakan pencabutan gigi.
Sehingga dengan demikian dapat menghindari timbulnya komplikasi serta mencegah keadaan
darurat medik. Meskipun tidak mungkin mencegah segalanya secara sempurna tetapi insiden
dan efeknya dapat dikurangi semaksimal mungkin.
Persiapan praoperatif yang baik harus direncanakan sejak dimulai dari anamnesa yang
cermat, diagnosis yang tepat, benar dengan mengacu kepada prinsip-prinsip pembedahan.
Disamping itu sebagai alat (sarana penunjang standart medis) untuk tindakan operasi harus
dipersiapkan sebelum tindakan operasi akan mencegah kemungkinan timbulnya kesulitan
selama tindakan sekaligus mendukung keberhasilan operasi.
Komplikasi pasca operasi hanya dapat didiagnosis segera setelah tindakan dan harus dapat
diatasi secepatnya secara efektif setelah penyebabnya diketahui pasti. Oleh karena itulah
maka seorang dokter gigi harus memiliki kemampuan yang terlatih dalam mengatasi
timbulnya komplikasi pasca operasi. Serta mampu melakukan tindakan yang efektif, tepat,
dan cepat guna mengantisipasi timbulnya keadaan yang mengarah kepada keadaan gawat
darurat medis.

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Howe,G.L., : Pencabutan Gigi Geligi, 1990, 2nd Ed., Buku Kedokteran, hal. 82-103.
2. Pedersen, G.W., : Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, 1996, 1nd.ed., Buku Kedokteran,
hal. 83-100.
3. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/10/pustaka_unpad_penanggulangan_komplikasi_pencabutan_gi
gi.pdf di akses pada tanggal 24 juli 2014 pukul 23.11
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16848/4/Chapter%20II.pdf di akses
pada tanggal 24 juli 2014 pukul 22.14
5. http://media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070075_2_9049.pdf di akses

pada tanggal 24 juli 2014 pukul 22.10

15

You might also like