You are on page 1of 3

Pada kasus III data urin, berdasarkan kurva semilog dDu/dt vs tmid menunjukkan data tersebut

merupakan model satu kompartemen terbuka intravena bolus. Dari grafik tersebut, yang terlihat
hanya fase eliminasi saja. Hal tersebut bukan berarti tidak ada fase distribusi, tetapi fase
distribusi obat dari kompartemen sentral ke kompartemen perifer berlangsung sangatlah cepat
sehingga tidak teramati di grafik. Sedangkan fase absorpsi tidak terjadi pada data tesebut karena
pemberian obat dilakukan secara intravena sehingga obat langsung masuk ke pembuluh darah
dan langsung didistribusikan ke organ lain.

dDu / dt vs t mid

dDu / dt (mg/jam)

100

10
ddu / dt vs t mid
1
0

20

0.1

40

60

80

t mid (jam)

Berdasarkan kurva semilog ARE vs t, data tersebut menunjukkan model satu kompartemen juga.
Perbedaan kurva yang terbentuk

ARE vs t
1,000,000

ARE (mg)

100,000
10,000
1,000
are vs t

100
10
1
0

20

40
t (jam)

60

80

Parameter farmakokinetik data urin dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu metode
eksresi obat dan metode ARE (Sigma Minus). Perbedaan metode ARE dengan metode sigmaminus adalah sebagai berikut:
Metode RATE (

Metode ARE (Du Du) vs t

vs t mid

Tidak perlu Du~

Perlu Du~
Kehilangan sampel berpengaruh pada

Kehilangan sampel tidak berubah

Du~

Penting dalam pengosongan kandung Pengosongan

kandung

kemih

berpengaruh

Bisa untuk orde 0

Tidak bisa untuk orde 0

kemih

tidak

Bisa untuk menghitung Ke (tetapan


kecepatan ekskresi) dari titik potong Tidak bisa menghitung Ke
kurva

Berdasarkan metode kecepatan eksresi, persamaan umumnya adalah


. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan persamaan linier untuk data tersebut adalah
. Parameter farmakokinetik yang dapat ditentukan adalah k
(tetapan kecepatan eliminasi orde pertama) = 0,099 jam-1 ; t eliminasi (waktu paro eliminasi) =
7 jam dan ke (tetapan kecepatan eksresi renal) = 0 ,079972 jam-1. Semakin kecil harga t suatu
obat maka akan semakin cepat pula eliminasi obat tersebut dalam tubuh. Tetapan kecepatan
eksresi renal (ke) hanya dapat ditentukan dengan metode eksresi urin, tidak dapat ditentukan
dengan metode ARE.
Berdasarkan metode ARE (the amount of drug remaining to be excreted) atau yang biasa
disebut juga metode sigma-minus, persamaan umumnya adalah
dilakukan perhitungan, persamaan linier yang didapat adalah

. Setelah
.

Parameter farmakokinetik yang didapat adalah k (tetapan kecepatan eliminasi orde pertama =
0,094 jam-1 ; t eliminasi = 7,372 jam dan

= 534,323 mg. Hasil parameter farmakokinetik

(k dan t eliminasi) yang didapat antara metode kecepatan eksresi dan metode ARE tidak
berbeda jauh. Selain itu, dapat ditentukan pula Fe (fraksi dosis yang bioavailable yang

diekskresikan melalui urin) = 0,8078 dan ClR (klirens renal) = 2,95896 L/jam. Harga Fe dapat
berkisar antara 0 sampai 1. Jika setelah pemberian intravena, nila Fe = 0 berarti obat mengalami
metabolisme sempurna, dan/atau dikeluarkan melalui organ ekskresi non ginjal, sehingga tidak
dijumpai obat utuh di dalam urin. Sebaliknya, jika setelah dosis intravena obat sama sekali tidak
mengalami metabolisme atau tidak diekskresi melalui organ selain ginjal, maka harga Fe = 1.
Pada kasus kali ini, sebagian besar obat tidak mengalami metabolism atau tidak diekskresi
melalui organ selain ginjal (Fe = 0,8078). Selain itu, nilai ClR dapat ditentukan dengan membagi
ke/k. Harga klirens yang semakin tinggi menunjukkan obat semakin cepat dieliminasi. Pada
kasus ini, klirens renal yang didapat cukup besar yaitu = 2,95896 L/jam.

You might also like