Professional Documents
Culture Documents
BAB
8
PERENCANAAN
DETAIL
8.1
JARINGAN IRIGASI
8.1.1
(m2)
B=
(m)
D=
(m)
h=
Kedalaman air
(m)
i =
(m/m)
m=
Kemiringan Talud
n=
B/h
P=
Keliling Basah
(m)
Qp =
Debit Rencana
(m3/dtk)
R=
jari-jari Hidrolis
(m)
T=
(m)
V=
Kecepatan Aliran
(m/dtk)
W=
Waking/Jagaan
(m)
(1 tegak:m datar)
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8-1
Final Report
Faktor
A =
=
8.1.1.2
P =
=
T =
R =
D =
Rumus Umum
(Bh + mh2)
h (B + mh)
(B + 2 x)
B + 2 h (1 + m2)0.5
(B + 2 m h)
A/P
A/T
Debit
Rencana
A. Debit Untuk Irigasi
Debit rencana dihitung dengan cara yang termuat dalam KP-03, Bagian 2.2.
Debit rencana
Qp [C * ( NFR ) * A] / e
Dimana :
NFR
Jika tidak diperoleh data terinci, dapat digunakan nilai e sebagai berikut :
: 0.80
: 0.72
: 0.65
Debit Total
Dimana :
Qp
Qd
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8-2
Final Report
Kecepatan minimum saluran primer dan sekuender tanpa pasangan pada debit
rencana adalah 0.20 m/dtk.
Metode ini menerapkan kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran tanpa
pasangan dibahas dalam KP-03 bagian 3.2.4. bila sifat-sifat tanahnya tak diketahui,
kecepatan dasar yang diijinkan Vb.a untuk saluran yang ada dapat juga diperoleh dari
tabel. Untuk dibandingkan dengan kecepatan dari desain, V, kecepatan desain harus
dikoreksi menjadi :
Kecepatan Desain
: Vb.d V
f
Dimana :
: h 1/6
: kedalaman air
c. Saluran Pasangan
Untuk saluran dengan pasangan, kecepatan maksimum yang diijinkan adalah :
Pasangan Batu
: 2 m/dtk
Pasangan Beton
: 3 m/dtk
Qp
(m3/dtk)
Tanggul
W (m)
Jagaan Pasangan
W (m)
< 0,5
0,5 1.5
1.5 5.0
5.0 10.0
10.0 15.0
> 15.0
0.40
0.50
0.60
0.75
0.85
1.00
0.20
0.20
0.25
0.30
0.40
0.50
Untuk saluran-saluran yang membawa aliran air buangan, (saluran berfungsi ganda) tinggi
jagaan yang harus diberikan pada debit totalnya Qt, yang besarnya seperti tabel berikut:
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8-3
Final Report
QT
(m /dtk)
Tanggul
W (m)
Jagaan Pasangan
(m)
< 0.5
0.5 1.5
1.5 5.0
5.0 10.0
10.0 15.0
> 15.0
0.20
0.30
0.40
0.55
0.65
0.80
0
0
0.05
0.10
0.20
0.30
Untuk saluran fungsi ganda ini, elevasi tanggul direncanakan nilai paling tinggi yang
didapat dari Tabel Qp dan tabel Qt.
8.1.1.5 Tinggi Muka Air Yang Diperlukan
Tinggi minimum muka air air di saluran-saluran primer dan sekuender yang ada, dengan
memperhitungkan penggenangan di sawah, kehilangan tinggi energi di sistem tersier dan
kuarter, serta kehilangan tinggi energi di bangunan pengambilan dan pengukur. Metode
yang dipakai untuk menghitung hidrolis desainnya dijelaskan dalam KP-03, bagian 3.4.1.
Semua bangunan sadap harus didesain sedemikian sehingga tinggi muka air yang
dibutuhkan untuk debit pengambilan 100% pada tersier bisa dilakukan pada saluran
induk/sekuender hanya membawa aliran sebesar 70% dari debit puncaknya.
8.1.1.6 Desain Hidraulis Untuk saluran Tanah
Pada prinsipnya, saluran harus didesain sehingga :
Kecepatan dasar saluran Vb.d < kecepatan dasar ijin Vb.a, supaya tidak terjadi
penggerusan
Nilai I.R1/2 membesar dari hulu ke hilir, supaya tidak terjadi pengendapan
Tabel 8.4 Nilai-nilai k untuk Saluran Tanah
Saluran
Tersier
Sekuender 1 induk
0 < Q < 1 (m3/dtk)
1 < Q < 5 (m3/dtk)
5 < Q < 10 (m3/dtk)
Q > 10 (m3/dtk)
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
K
35
35
40
42.5
45
8-4
Final Report
Saluran
Pasangan Batu
1 sisi
2 sisi
penuh
Pasangan Beton
1 sisi
2 sisi
penuh
Saluran pasangan batu diplester
atau beton besi dan talang besi
40
42
50
45
50
70
75
Debit
(m3/dtk)
Kemiringan Talud
Perbandingan
Faktor Kekasaran
(1:m)
n(b/h)
(K)
0.15 0.30
0.30 0.50
0.50 0.75
0.75 1.0
1.0 1.50
1.50 3.00
3.00 4.50
4.50 5.00
5.00 6.00
6.00 7.50
7.50 9.00
9.00 10.00
10.00 11.00
11.00 15.00
15.00 25.00
25.00 40.00
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
2.0
2.0
2.0
2.0
1.0
1.0 1.2
1.2 1.3
1.3 1.5
1.5 1.8
1.8 2.3
2.3 2.7
2.7 2.9
2.9 3.1
3.1 3.5
3.5 3.7
3.7 3.9
3.9 4.2
4.2 4.9
4.9 6.5
6.5 9.0
35
35
35
35
40
40
40
40
42.5
42.5
42.5
42.5
45
45
45
45
8.1.2
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8-5
Final Report
8.1.2.1 Bendung
A. Perhitungan Tinggi Air Sungai di Hilir Bendung
i. Rumus Pengaliran
Dimana :
87
QC*
R*I * A
1.75
A
Jari jari , Hidrolis
P
Untuk menghitung tinggi muka air sungai di hilir bendung dilakukan dengan cara
tabelaris dan lengkung debit.
B. Perhitungan Hidrolik Pelimpah Mercu Bulat
i. Rumus Pengaliran
: Q C0 * C1 * C2 * f * Be * Ho * 2 * g * H1 H 2
Dimana :
Co
C1
C2
H1
H2
: percepatan gravitasi
: Jari-jari mercu
Ho
Be
: ( B 2 (n * kp + ka) *H1)
: Lebar Bukaan
: Jumlah Pilar
kp
kp
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8-6
Final Report
kp
kp
ka
ka
ka
ka
Dimana :
V1
2* g
1
( H1 Z
2
H1
: Percepatan Gravitasi
Y1
Dimana :
1
* Y1
2
Y2
Y2
F1
V1
g * Y1
(1 8 * F1 1)
Bil.Froude
L j 5 * Y2
Dimana :
Lj
Y2
Dimana :
q2
hc
g
1/ 3
debit / lebar
B
R:min
hc
Lv 3 Lh
8-7
Final Report
i. Panjang Rembesan
Dimana :
: Panjang rembesan
CL
Lv
Lh
H1
H2
ii. Nilai-nilai CL
Nilai-nilai CL untuk berbagai jenis tanah menutut lane adalah seperti tersebut dalam
tabel di bawah ini, angka rembesan diambil :
80%, kalau ada pembuang rembesan tetapi tidak ada jaringan pembuang
Cl
8.50
7.00
6.00
5.00
4.00
3.50
3.00
2.50
3.00
2.00
1.80
1.60
Pemilihan tipe bangunan ukur pada dasarnya tergantung dari faktor0faktor berikut :
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8-8
Final Report
Tipe bangunan ukur yang sudah ada di jaringan utama (ika ada)
Biaya konstruksi
Pemilihan bangunan-bangunan yang digunakan untuk suatu daerah irigasi harus dilakukan
sebagai berikut:
a. Umum
i. Di suatu jaringan irigasi teknis yang lama, bangunan ukur yang ada harus
dievaluasi kembali. Bangunan-bangunan yang bekerja dengan benar/baik
harus dipertahankan.
ii. Bila fluktuasi debit saluran pembawa besar karena aliran drainase masuk,
penggunaan pintu romijn harus dikesampingkan, karena tipe-tipe standar,
yang mempunyai standar gerak pintu, tidak dapat digunakan untuk mengikuti
perubahan-perubahan besar pada elevasi muka saluran pembawa. Dalam hal
ini, sadap saluran sekuender dan tersier harus menggunakan pintu sorong
dengan bangunan ukur di hilir yang terpisah, yang dipilih dari tipe yang sesuai
untuk daerah irigasi rencana adalah ambang lebar
b. Alat ukur Ambang Lebar
i. Tipe 1
Ini merupakan tipe bangunan yang dianjurkan untuk saluran-saluran
sekuender jika kehilangan tinggi energi yang ada pada debit rencana lebih
dari 0.3 m
ii. Tipe 3
Ini merupakan bangunan ambang lebar yang disederhanakan, dimana
ambang dikonstruksi pada dinding vertikal yang dibangun melintang saluran,
tanpa dinding sisi pararel. Bangunan ini lebih murah daripada Tipe 1 dan 2,
pada debit rencana lebih besar dari 0.25 m.
iii. Persamaan Debit
Q C d * Cv *
2 2* g
*
3 3
1/ 2
* b * h3 / 2
h1
P1
P2
L
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8-9
Final Report
Di mana :
Q
Cd = koefisien debit, 0,93 + 0,10 H1/L untuk 0,1 < H1/L < 1,0, di mana
H1
bc
h1
Tabel 8.8 berikut memuat standar dimensi untuk Bangunan Ambang Lebar Tipe 3 dari tabel
tersebut kita dapat menentukan ukuran dimensi yang akan digunakan berdasarkan
besarnya debit pada saluran yang akan direncanakan.
Tabel 8.8 Dimensi Untuk Standar Bangunan Ukur Ambang Lebar Tipe 3
Lebar Mercu
Tinggi Air Minimum
Tinggi Air
Maksimum
Debit Minimum
(lt/dtk)
Debit Maksimum
(lt/dtk)
Batas Umum Qp
Untuk menentukan
B1
*Tebal Mercu
*Jari-jari Mercu
* Jari-jari Dinding
Kedalaman hulu
min
Dibawah mercu
Kedalaman hilir
min
Dibawah mercu
Jrk Min dari mercu
Ke dinding tepi
Tinggi Dinding Min
Diatas mercu
Lebar dasar min.
B1 =
(m)
H(mim)
H(mak)
0.3
ST
0.06
0.25
0.40
ST
0.06
0.28
0.50
ST
0.06
0.34
0.60
ST
0.06
0.40
0.80
1.00
1.25
1.50
0.06
0.40
0.07
0.45
0.08
0.50
0.08
0.05
Q min
Q mak
8
64
10
101
13
170
15
260
20
346
32
516
48
757
58
907
(lt/dtk)
<60
60
100
100
170
170
260
260
340
340
500
500
750
750
900
L (m)
R (m)
R (m)
P min
(m)
0.5
0.05
0.05
0.20
0.6
0.1
0.1
0.25
0.70
0.10
0.1
0.25
0.80
0.10
0.10
0.30
0.80
0.10
0.10
0.30
0.90
0.10
0.15
0.30
1.00
0.10
0.20
0.40
1.00
0.10
0.30
0.40
P min
(m)
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.50
0.60
0.60
e min
(m)
T min
(m)
B2 min
0.20
0.25
0.25
0.30
0.30
0.30
0.40
0.40
0.55
0.60
0.65
0.80
0.80
0.85
1.00
1.00
0.40
0.60
0.75
0.90
1.00
1.25
1.50
1.80
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 10
Final Report
Saluran hulu
*Jarak dari mistar
ukur
hulu ke mercu
Panjang Min, Pas
Batu kosong di hilir
(m)
F
(m)
0.60
0.70
0.80
1.00
1.00
1.25
1.25
1.25
1.5
2.00
2.50
3.00
3.00
3.50
4.00
4.00
Y min
(m)
Debit yang masuk ke petak tersier bisa dibatasi oleh diameter pipanya
Bisa diletakan di bawah jalan inspeksi, tanpa perlu membangun jembatan seperti
lainnya kalau pada saluran terbuka
Disarankan dimana situasi lapangan memungkinkan, untuk memakai tipe sadap pipa.
Pada album gambar standart perencanaan irigasi telah disediakan 4 tipe standar sebagai
berikut:
Tipe 4 : dengan pipa PVC dan got miring, petak tersier kecil di perbukitan
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 11
Final Report
Ambang Bulat
Ambang Lebar
Balok sekat
Q Cd * Cv * 1,704 * b * h11,5
Dimana :
Cd
: Koefisien Pengaliran
Cv
h1
2
3
2
g * B * H 3/ 2
3
Di mana :
Cd
Qd
: Debit Rencana
: Kemiringan Saluran
H1
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 12
Final Report
H2
b1 = b3
Eo
E1
: Beda Tinggi
Q =
Debit (m3/dt)
Q = debit (m3/det)
k = koefisien kekasaran
I = kemiringan talang
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 13
Final Report
8.1.3
: Ea
: Ka.gH12 2c.H1ka
ii. Pasif
: Ep
: Ka.gH12 + 2c.H1ka
Dimana
Jenis Tanah
Pasir Lepas
Pasir Padat
Pasir Lempung
Lempung
27 30
30 33
18 22
15 - 30
0
0
36
1-6
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 14
Final Report
Adapun parameter tanah lainnya yang diperhitungkan dalam mendesain bangunan utama,
antara lain adalah :
Tekanan Gempa
Tekanan izin
Angka Rembesan
SF terhadap Guling
SF terhadap Geser
Agar lebih jelas terhadap penggunaan rumus dan faktor keamanan tersebut diatas dapat
dilihat pada buku Kriteria Perencanaan Standar Perencanaan Irigasi Indonesia, ataupun
literaur-literatur maupun referensi lain yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
8.2
Kebutuhan air baku untuk Desa Bantik, Kota Beo dan kemungkinan pengembangan
Pelabuhan Beo, ditunjukkan pada tabel berikut:
Komponen
Penduduk Kota Beo
Penduduk Kota Bantik
Pelabuhan
Jml. Pend.
6,389
2,116
7.39
2.45
1.00
Jumlah
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
10.84
8 - 15
Final Report
8.2.1
Bangunan Intake
c. Perhitungan
c.1. Sketsa gambar
, dimana
d = ketebalan air ( direncanakan sesuai dengan
kondisi muka air minimum dari sungai yang
disadap.
B = lebar total bukaan saringan
= 60
8 - 16
Final Report
( a / b ) 4/3
V 2 / 2g . Sin
dimana
H = head loss ( ft )
= 1,79
a = ( inch )
b=
( inch )
V=
( ft / sec )
60
g=
31.75 ft / sec 2
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 17
Final Report
Tinggi air diatas pipa juga harus cukup agar tidak terjadi hisapan. Tinggi minimum yang
diperlukan :
H = ( 1 + k ) V2 / 2g, yang mana k = faktor gesekan
V = kecepatan air dalam pipa
8.2.1.8 Penguras
a. Fungsi
Penguras dimaksud untuk membersihkan bangunan intake dari endapan Lumpur.
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 18
Final Report
b. Kriteria Perencanaan
-
Kecepatan aliran harus tinggi, +/- 2.50 m/det, dengan demikian diharapkan endapan
lumpur dapatterbawa aliran.
8.2.2
Pipa transmisi air baku berfungsi untuk memindahkan air baku dari kali Lua dengan
bantuan bendung Lua yang sudah ada, dengan membuat intake tambahan disamping
intake yang sudah ada, ke Instalasi Pengolah Air (IPA) yang berlokasi didekat perumahan
desa Bantik Resduk.
L = Panjang pipa ( m )
D = Diameter pipa ( m )
8.3
DESAIN EMBUNG
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 19
Final Report
2. Pengukuran
3. Penyelidikan sederhana geoteknik.
4. Penentuan tata letak.
5. Analisa hidrologi
6. Penentuan tipe dan tinggi tubuh bendung.
7. Desain bangunan dan jaringan distribusi.
8.3.1
3. Lokasi dekat dengan desa sehingga jaringan distribusi tidak begitu panjang.
4. Lokasi dekat dengan jalan sehingga mudah diakses.
8.3.2
8.3.2.1 Pengukuran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran:
1. Pengukuran diharapkan meliputi daerah genangan dan lokasi embung.
2. Hasil pengukuran berupa peta situasi berskala minimal 1:500 dengan perbedaan kontur
maksimal 1 m.
8.3.3
Dari hasil penyelidikan geoteknik dihasilkan penentuan secara tentatif tata letak embung.
Tata letak ini kemudian diatur kembali sehingga diperoleh tata letak embung yang asli.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tata letak embung adalah:
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 20
Final Report
1. Tempat tubuh bendung dipilih pada lembah paling sempit sehingga panjang puncak
embung pendek.
2. Fondasi batu lebih disukai daripada fondasi tanah tebal.
3. Pelimpah dan saluran terbuka ditempatkan terpisah dengan tubuh embung (tipe
urugan) dan dipilih di celah bukit/dinding kolam sehingga galian tidak banyak.
4. Untuk pelimpah dan saluran terbuka, topografi yang agak landai dan fondasi berupa
batu lebih sesuai karena kerusakan akibat erosi lebih kecil.
5. Pipa sadap ditempatkan pada fondasi batu di bukit tumpu, di sebelah kiri atau kanan
tergantung pada desa yang akan diairi.
8.3.4
Analisa Hidrologi
Dalam analisa hidrologi dihasilkan kebutuhan tampung kolam, ketersediaan air, dan
puncak banjir desain.
Kebutuhan air ditentukan berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK) yang ada. Selain
kebutuhan air sebagai faktor utama, dalam penentuan kebutuhan tampung suatu embung
perlu disiapkan cadangan untuk mengantisipasi kehilangan air akibat penguapan dan
resapan, serta ruang untuk sedimen. Setelah itu diperkirakan potensi air yang akan
mengisi embung. Kebutuhan tampung embung perlu dibandingkan dengan ketersediaan
air dan daya tampung yang ada. Dari ketiganya dipilih yang terkecil sebagai kapasitas
desain kolam embung. Disamping itu perlu juga dianalisa puncak aliran banjir untuk desain
pelimpah.
8.3.5
Tubuh embung dapat dipilih tipe urugan, pasangan batu atau beton, atau komposit.
Penentuan tipe tubuh embung tergantung dari jenis fondasi, ketersediaan air, ketersediaan
bahan di tempat, dan lebar lembah.
Fondasi batu dapat mendukung semua tipe tubuh embung. Dalam hal ini bila lembah
sempit (berbentuk V) tubuh embung bertipe pasangan batu / beton, bila lembah cukup
lebar, tipe komposit akan lebih murah. Fondasi tanah hanya dapat mendukung tubuh
embung tipe urugan. Namun semuanya harus mempertimbangkan jenis dan jumlah bahan
yang ada di tempat.
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 21
Final Report
Selanjutnya tinggi tubuh embung ditentukan berdasarkan kapasitas desain kolam embung
yang terpilih dengan memperhatikan batasan-batasan:
1. Tinggi tubuh embung maksimum = 10 m untuk tipe urugan, dan 6 m untuk tipe graviti
atau komposit, dimana tinggi tubuh embung diukur dari permukaan galian fondasi
terdalam hingga puncak tubuh embung.
2. Kapasitas tampung embung maksimum 100.000 m3.
3. Luas catchment area maksimum 100 ha = 1 km2.
Untuk itu diperlukan grafik hubungan antara elevasi dan kapasitas kolam yang dapat
diperoleh dengan pengukuran menggunakan peta situasi tempat embung.
8.3.6
Tubuh embung dapat didesain sebagai urugan homogen, di mana bahan urugan
seluruhnya atau sebagian besar hanya menggunakan satu macam material saja yaitu
lempung atau tanah berlempung.
Tubuh embung yang didesain dengan tipe ini harus memperhatikan kemiringan lereng dan
muka garis preatik atau rembesan. Kemiringan lereng umumnya cukup landai terutama
untuk menghindari terjadinya longsoran di lereng udik pada kondisi surut cepat serta
menjaga stabilitas lereng hilir urugan pada kondisi rembesan langgeng. Untuk mengontrol
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 22
Final Report
rembesan diperlukan pembuatan sistem penyalir di kaki hilir urugan. Garis preatik harus
diusahakan agar tidak keluar lewat lereng hilir.
8.3.7
Apabila fondasi tubuh embung terdiri dari maaterial tanah yang lulus air di bagian atas,
sedangkan material yang kedap air terletak cukup dalam di bawahnya, maka rembesan
harus dikurangi agar tidak terjadi proses erosi buluh maupun kehilangan air yang cukup
besar. Umumnya diperlukan dinding halang untuk menghubungkan lapisan kedap air di
fondasi dengan zona kedap air dari urugan tubuh embung.
Dinding halang dibangun pada paritan yang digali sejajar sumbu urugan hingga mencapai
lapisan fondasi kedap air, dan dibuat dari lembah sampai pada kedua bukit tumpu. Lebar
dasar paritan minimum 1.50 m dengan kemiringan galian lereng tidak boleh lebih curam
dari 1H:1V. Paritan diisi dengan lapisan urugan kedap air dari lempung yang dipadatkan
pada kondisi kadar air cukup tinggi (basah).
8.3.8
Tinggi (m)
(I) <5.00
(2) 5.00 10.00
2.00 3.00
sampai maksimal
7.00
1.00
Apabila puncak urugan akan digunakan untuk lalu lintas umum, rnaka di kiri dan kanan
badan jalan diberi bahu jalan masing-masing selebar 1.00 m.
Sedangkan puncak tubuh embung tipe pasangan/beton tidak disarankan untuk lalul lintas
karena biaya konstruksi akan menjadi terlalu mahal.
8.3.9
Kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap
longsoran. Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang hendak dipakai.
Kestabilan urugan harus diperhitungkan terhadap surut cepat muka air kolam, dan
rembesan langgeng, serta harus tahan terhadap gempa. Dengan mempertimbangkan hal
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 23
Final Report
di atas dan mengambil koefisien sebesar 0.15 g diperoleh kemiringan yang disarankan
seperti tabel berikut.
Tabel 8.13
Material Urugan
1. Urugan homogen
Kemiringan
Lereng
Urugan
hilir
1:3
1 : 2.25
1 : 1.50
1 : 1.25
1 : 2.50
1 : 1.75
CH
CL
SC
GC
CM
SM
2. Urugan majemuk
2.1. Urugan batu dengan
inti lempung atau
dinding diafragma
Pecahan
batu
0.5
0
8 - 24
Final Report
3. Komposit
0.5
Bangunan Utama
Dari hasil desain untuk bangunan utama yang telah direncanakan pada daerah irigasi
rencana dapat dilihat pada tabel berikut :
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 25
Final Report
8.4.2
Keterangan
Bendung Lua
Bendung
Manebel I
Bendung
Manebel II
Tipe Bangunan
Rehab.& Mod
Bendung Lama
Free Intake
Baru
Rehabilitasi
Bendung Lama
Jenis Kontruksi
Pas.Batu Kali
25.00 meter,
Tipe Lingkaran
6.00 meter,
Tipe Lingkaran
Underslice
Pintu Sorong
Besi
Pintu Sorong
Pintu Sorong
Pintu Sorong
Lantai Muka
Embung Roboh
Perencanaan Embung Roboh ( gambar 8.1 dan 8.2 ) adalah sebagai berikut :
Dasar Embung :
+ 21.00
+ 22.90
4.00 m
Luas genangan
0.11 ha
Volume Embung
2.900 m3
Gambar 8.1
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 26
Final Report
Gambar 8.2
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 27
Final Report
Untuk bangunan sadap yang mengairi areal lebih dari 50 ha akan direncanakan pintu
pengatur berupa slide gate pada bagian menerus. Bangunan pelengkap yang
direncanakan adalah bangunan gorong-gorong dan jembatan serta tangga cuci dan
bangunan lain yang diperlukan.
Dari hasil desain untuk saluran pembawa dan bangunan diperoleh panjang dan jumlah
bangunan sebagai berikut :
Tabel 8.16 Kuantitas Saluran dan Bangunan Rencana
No
1
Daerah
Irigasi
(ha)
- B.L.1.Ka
67.75
- B.L.2.Ka
11.00
- B.L.2.Ki
10.50
Manebel I
Jumlah
Bang.Sadap
Bang.Pelengkap
(m)
/Bagi (bh)
(bh)
2550
2550
49.75
Roboh
- B.RH.O
Sal.Sekunder
10.25
Manebel II
- B.ML.II.O
Areal
Lua
- B.ML.I.O
3
Luas
28.00
177.25
SID Embung Lua, Jaringan Air Baku dan Jaringan Irigasi Menebel, Roboh
8 - 28