Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
NaOH
Na+ + OH-
KOH
K+ + OH-
Karena itu basa-basa ini adalah basa kuat. Di lain pihak larutan air amonia,
merupakan suatu basa lemah. Bila dilarutkan dalam air, amonia membentuk
amonium hidroksida, yang berdisosiasi menjadi ion amonium dan ion hidroksida :
NH3 + H 2O
NH4+ + OH -
Karena itu, basa kuat merupakan elektrolit kuat, sedang basa lemah
merupakan elektrolit lemah. Tetapi tak ada pembagian yang tajam antara golongangolongan ini, dan sama halnya dengan asam, adalah mungkin untuk menyatakan
kekuatan basa secara kuantitatif.
Menurut definisi yang kuno, garam adalah hasil reaksi antara asam dan
basa. Proses-proses semacam ini disebut netralisasi. Definisi ini adalah benar,
dalam artian, bahwa jika sejumlah asam dan basa murni ekuivalen dicampur, dan
2
larutannya diuapkan, suatu zat kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-ciri
khas suatu asam maupun basa. Zat-zat ini dinamakan garam oleh ahli-ahli kimia
zaman dulu (G. Shevla, 1985).
Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam
atau basa. Caranya dengan menambahkan setetes demi setetes larutan basa kepada
larutan asam. Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam, dan penetesan
dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan mol OH-. Pada saat itu larutan
bersifat netral dan disebut titik ekuivalen. Cara seperti ini disebut titrasi, yaitu
analisis dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi tepat
sama dengan larutan lain. Analisis ini disebut juga analisis volumetri, karena yang
diukur adalah volume larutan basa yang terpakai dengan volume tertentu larutan
asam (Syukri, S. 1999).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan
sesudah titrasi. Larutan asam yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia
(erlenmeyer), dengan mengukur volumnya terlebih dulu dengan memakai pipet
gondok. Untuk mengamati titik ekuivalen dipakai indikator yang perubahan
warnanya di sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu disebut titik
akhir (Syukri, S. 1999).
Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan
standar.
Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang
memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang
sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik
akhir.
Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus
diketahui setepat mungkin (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005)
H2O
Untuk menghitung [H+] pada titik tertentu dalam titrasi, kita harus menentukan
jumlah H+ yang tetap tinggal pada titik tersebut dibagi dengan volume total larutan.
(Hardjono. 2005)
Asam kuat dan basa lemah
Meskipun istilah penetralan lazim digunakan untuk reaksi apa saja antara asam
dengan basa, tak selalu akan dihasilkan larutan yang benar-benar netral. Memang
larutan netral hanya diperoleh bila asam dan basa itu sama kuatnya.
Pada hakekatnya titrasi basa lemah dengan asam kuat dapat dipahami seperti
cara kerja sebelumnya. Yang perlu diperhatikan adalah tentang komponen utama
dalam larutan dan kemudian memutuskan apakah reaksi terjadi menuju sempurna
(Keenan, dkk. 1984).
Asam lemah dan basa kuat
Reaksi dalam larutan air dari asam lemah seperti asam asetat, HC2H3O2, dengan
basa kuat NaOH dapat dinyatakan oleh persamaan berikut:
Pemaparan
HC2H3O2 + NaOH
NaC2H3O2 + H2O
lama
Pemaparan
baru
Larutan natrium asetat yang dihasilkan agak bersifat basa, karena ion asetat
berfungsi sebagai basa dalam larutan air (Keenan, dkk. 1984).
Asam lemah dan basa lemah
Sebagai contoh akhir dari penetralan, perhatikan reaksi dalam larutan air dari
asam asetat yang lemah itu dengan basa lemah amonia. Larutan amonium asetat,
yang dihasilkan, praktis netral. Ini karena kuat asam ion NH4+ tepat diimbangi oleh
basa kuat dari ion C2H3O2-.
Sebagai ringkasan, reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya, akan
menghasilkan larutan netral. Asam dan basa yang bereaksi dapat keduanya kuat
maupun keduanya lemah.
- Indikator Asam Basa
Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan asam ia
berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam
keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang
warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warna basa.
Akan tetapi harus dimengerti, bahwa asam dan basa disini tidak berarti pH
kurang atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa berarti pH
lebih besar dari trayek indikator atau trayek perubahan warna yang bersangkutan.
Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai
indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka
menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Khopkar. 2003)
Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang bersifat
asam lemah dan sering disingkat dengan HIn. Mereka memberikan satu warna
berbeda bila proton lepas (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005)
Contoh : Fenolftalein, indikator yang lazim dipakai, tak berwarna dalam
bentuk Hin-nya dan berwarna pink dalam bentuk In, atau basa. Struktur
Fenolftalein, sering disingkat PP, adalah sebagai berikut :
O-
HO
OH
HO
H+ +
CO2-
tak berwarna
merah
PP
basa konjugat PP
dalam bentuk basa (In-)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Erlenmeyer 250ml
Buret
Gelas kimia
Corong
3.1.2. Bahan-bahan
-
Aquades
Indikator PP
Dicampurkan 10ml NaOH dan 10ml akuades di dalam tabung gelas kimia,
lalu diguncang-guncang
Ditetesi latutan dengan asam oksalat dehidrat hingga larutan menjadi jernih,
sambil diguncang-guncang
3.2.2.Alkalimetri
-
Ditetesi indikator PP sebanyak 3 tetes kedalam gelas kimia berisi asam cuka
Ditetesi larutan asam cuka dengan NaOH 0,1 N hingga warna larutan
menjadi merah lembayung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan
Asidimetri
- Dicampurkan 10ml NaOH dan 10ml - Larutan menjadi 20ml dan berwarna
akuades
bening
- Ditittrasi dengan asam oksalat dehidrat - Warna larutan menjadi bening kembali
10,15ml
- Dihitung konsentrasi NaOH
- Didapat 0,05075 N
Alkalimetri
- Dimasukkan 10ml asam cuka yang telah - Larutan bening
diencerkan kedalam tabung reaksi
- Ditetesi indikator PP 3 tetes
- Didapat 0,155 N
4.2. Reaksi-reaksi
4.2.1. Naoh + Indikator PP
- NaOH + PP
OH
OH
ONa
+ NaOH
+ 2H2O
O
C
O
Fenolftalein
ONa
merah lembayung
OH
+ H2C2O4
C
O
C
O
- CH3COOH + 2 NaOH
CH3COONa + H2O
4.3. Perhitungan
4.3.1. Konsentrasi NaOH
V1 NaOH = 20ml
V2 H2C2O4 = 10,15ml
N2 H2C2O4 = 0,1 N
N1 NaOH = ...?
10
4.1. Pembahasan
Titrasi merupakan cara reaksi netralisasi yang dipakai untuk menetukan
konsentrasi larutan asam atau basa dengan menambahkan setetes demi setetes
larutan basa kepada larutan asam.
Titik ketika melakukan titrasi dimana titrasi yang diteteskan cukup untuk
membuat reaksi yang sempurna yang disebut titik equivalen yang ditandai oleh
perubahan warna pada indikator. Titik akhir titrasi merupakan titk pada saat
indikator berubah warna.
Larutan standar primer adalah larutan yang kadarnya dapat diketahui secara
langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O7 dan Na2B4O7. Syarat-syarat
larutan standar primer adalah
1. Sangat murni atau mudah dimurnikan
2. Stabil dalam keadaan biasa, setidak-tidaknya selama ditimbang
3. Sedapat mungkin mempunyai berat ekivalen tinggi untuk mengurangi
kesalahan penimbangan
4. Dalam titrasi akan bereaksi menurut syarat-syarat reaksi titrasi
5. Mempunyai rumus molekul yang pasti
Larutan standar primer berfungsi untuk membakukan konsentrasi larutan
tertentu, yaitu larutan yang ketetapan konsentrasinya sukar diperoleh melalui
pembuatannya secara langsung. Larutan dimana konsentrasinya diperoleh dengan
cara pembakuan disebut larutan standar sekunder yaitu contohnya AgNO3, NaOH,
KmnO4, Na2SO4 dan Ca(OH)2. Larutan yang dapat digunakan sebagai larutan
standar sekunder memiliki syarat sebagai berikut:
1. Larutan sukar dibuat secara kuantitatif
2. Tidak memiliki kemurnian yang tinggi
3. Larutannya tidak stabil
Asidimetri ialah penentuan kadar suatu basa dengan menggunakan asam
sebagai standar primer. Alakalimetri ialah penentuan kadar suatu asam dengan
menggunakan basa sebagai standar primer. Bila kita mengukur berapa ml larutan
asam bertitar tertentu yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar
atau titernya belum diketahui maka dilakukan asidimetri.
11
Pada percobaan yang pertama yaitu asidimetri, dengan titrasi NaOH dan asam
cuka perdaganyan ketika CH3COOH ditetesi dengan indikator PP, warna larutan
menjadi merah lembayung. Hal ini menunjukkan bahwa larutanm bersifat basa,
kemudian dititrasi dengan H2C2O4, warna larutan menjadi bening pada titik
ekivalen dengan volume 10,15ml karena titrannya berupa asam. Hal ini
menunjukkan bahwa pH larutan dibawah 8, karena indikator PP dapat mendeteksi
larutan dengan pH 8,0 9,6.
Pada percobaan yang kedua yaitu alkalimetri, dengan titrasi NaOH dan asam cuka
perdagangan. Ketika CH3COOH ditetesi dengan indikator PP, warna larutan tidak
berubah atau masih bening. Hal ini dikarnakan indikator PP tidak bereaksi dengan
asam. Setelah ditetesi dengan NaOH warna larutan menjadi merah lembayung,
karna telah terjadi titrasi sempurna. Sehingga indikator PP memberikan warna pada
saat volume NaOH yang dibutuhkan mencapaititik ekuivalen.
Faktor kesalahan yang telah terjadi adalah
-
Ketika titrasi, volume titran yang diteteskan melebihi dari volume yang
diharuskan, karena kurang memperhatikan perubahan warna larutan, sehingga
didapat hasila yang kurang akurat.
Alat yang digunakan tidak benar-bersih, sehingga zat pada larutan tercampur
zat lain.
apabila zat ini bereaksi dengan OH- maka akan menghasilkan warna merah
lembayung, sedangkan pada larutan asam tidak.
Titran adalah zat penitrasi yang merupakan larutan baku yang dimasukkan
kedalam buret yang telah ditera. Sedangkan titrat adalah zat yang dititrasi yang
ditempatkan dalam wadah (gelas kimia atau erlenmeyer).
Pada percobaan asidimetri zat yang berfungsi sebagai titran adalah asam
oksalat sedangkan natrium hidroksida sebagai titrat. Pada percobaan alkalimetri
12
yang berfungsi sebagai titran adalah NaOH, sedangkan titratnya adalah asam cuka
perdagangan.
BAB 5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
-
5.2
Saran
Dalam percobaan sebaiknya ditambah titrasi asam kuat-basa kuat, asam kuat-
13
DAFTAR PUSTAKA
Kenaan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Keenan, W Kleinferter. 1980. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Khopkar, S M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas
Indonesia
Sastrohamidjojo, Handjono. 2005. Kimia Dasar. Yogjakarta : Gajah Mada
University Press
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorgami Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 3. Bandung : ITB
Hardjono, S. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta : UGM
14