Professional Documents
Culture Documents
02
MODUL
MANAJEMEN KAS
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah
2008
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
iii
2.2. Bendahara Umum Negara (BUN) dan Bendahara Umum Daerah (BUD).....
2.4. Bagan Arus Kas/Uang Pada KPPN Kantor Bank Indonesia (KBI )........
12
16
16
17
18
18
19
21
22
24
25
29
29
30
30
31
32
32
34
36
38
38
39
40
41
42
5.6. Hubungan Manajemen Kas Dengan Kebijakan Moneter Dan Fiskal ...................
42
44
44
45
49
49
53
55
55
7.2. Kesimpulan ..
56
REFERENSI ...............................................................................................................
58
ii
DAFTAR BAGAN
Bagan I. Arus Kas/Uang Pada KPPN Kantor Bank Indonesia (KBI ) ......................
Bagan II : Arus Kas/Uang Pada KPPN Non KBI .......................................................
Bagan III. Mekanisme Pelaksanaan TSA di KPPN untuk Rekening Pengeluaran ..
Bagan IV. Mekanisme Pelaksanaan TSA di KPPN untuk Rekening Penerimaan...
Bagan V. Akurasi Dalam Perencanaan Kas.............................................................
Bagan VI. Perencanaan Kas....................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen kas adalah suatu strategi dan rangkaian proses dalam rangka
mengelola aliran kas pemerintah dalam jangka pendek dan saldo kas yang ada secara
efisien, baik didalam pemerintah maupun antara pemerintah dengan pihak lain
khususnya terkait dengan moneter. Definisi tersebut mencakup perlunya suatu
kebijakan dalam mengelola aliran kas dan saldo kas untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
Pemerintah Indonesia semakin sadar akan pentingnya penerapan manajemen
kas yang baik terutama untuk meningkatan efisiensi, efektivitas dan pengendalian atas
aliran kas negara. Manajemen kas di Indonesia semakin penting karena pemerintah
Indonesia mengalami cash mismatch dimana saat penerimaan kas dalam jumlah besar
tidak sama dengan waktu pengeluarannnya. Selain itu diharapkan juga dengan
manajemen kas yang lebih baik akan terjadi percepatan penyerapan APBN. Secara
khusus manajemen kas berfungsi untuk memastikan ketersediaan dana pada rekening
pemerintah guna memenuhi pembayaran kegiatan APBN, selain hal tersebut sejalan
dengan yang diamanatkan dalam Undang-undang No.1 tahun 2004.
Beberapa pokok manajemen kas yang baik dalam mendukung upaya
percepatan penyerapan dana meliputi adanya suatu fungsi perencanaan kas yang baik,
pemanfaatan kas yang menganggur semaksimal mungkin, pencegahan terjadinya
penyimpangan penggunaan uang negara dan pencarian sumber pembiayaan yang
paling efisien untuk menutup kekurangan kas. Fungsi manajemen kas yang baik juga
akan mendukung adanya suatu transparansi dan fungsi pertanggungjawaban atas uang
publik yang dikelola oleh pemerintah.
Selama ini pengelolaan kas yang dilaksanakan pemerintah belum berpedoman
pada international best practices
mengenai perbedaan antara arus kas yang sedang berjalan sekarang (e xisting) dan
arus kas dengan penerapan TSA. Best international practices dalam pelaksanaan TSA
pada bab ini memberikan suatu kerangka acuan dalam pelaksanaan TSA yang
didasarkan pada praktek pelaksanaan TSA diberbagai negara yang telah berhasil.
BAB V, bagian ini menjelaskan definisi perencanaan kas (cash forecasting),
dasar hukum dan latar belakang pelaksanaan. Pada bagian ini juga dibahas mengenai
pengelolaan cash mismatch (kelebihan atau kekurangan kas).
BAB VI Penutup, pada bab terakhir ini dibahas mengenai beberapa tantangan
yang harus diatasi dalam pelaksanaan manajemen kas. Pada bagian ini juga
memberikan suatu kesimpulan atas hal-hal penting yang dibahas dalam tulisan ini.
BAB II
PENGELOLAAN KAS NEGARA
2.2. Bendahara Umum Negara (BUN) dan Bendahara Umum Daerah (BUD)
Dengan adanya otonomi daerah maka diperlukan adanya suatu pemisahan
antara BUN dan BUD. Ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Perbendaharaan
Negara memberikan suatu landasan dalam pelaksanaan desentralisasi dan otonomi
daerah khususnya yang terkait dengan pengelolaan uang. Otonomi daerah dibidang
keuangan menuntut pemerintah daerah untuk mampu menggunakan dana yang
Umum
Negara
adalah
pejabat
yang
diberi
tugas
untuk
melaksanakan fungsi bendahara umum negara dalam hal ini Menteri Keuangan adalah
BUN. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengangkat Kuasa
Bendahara Umum Negara untuk melaksanakan sebagian wewenang BUN dan tugas
kebendaharaan yang berkaitan dengan pengelolaan uang dan surat berharga. Kuasa
Bendahara Umum Negara terdiri dari Kuasa BUN Pusat dan Kuasa BUN di Daerah.
Sesuai dengan Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan adalah Chief
Financial Officer (CFO) dari Pemerintah sementara setiap pimpinan lembaga/menteri
adalah Chief Operational Officer (COO) dibidang pemerintahan tertentu.
Pembagian tugas antara menteri keuangan dan menteri lainnya tercermin
dalam pelaksanaan anggaran dimana penyelenggaraan kewenangan administratif telah
diserahkan
kepada
kementerian
negara/lembaga
sementara
pengelenggaraan
bank
dan/atau
lembaga
keuangan
lainnya
dalam
rangka
untuk
belanja
negara
maka
kas
tersebut
dapat
Kas
Umum
Negara
(RKUN)
sehingga
dapat
segera
Keterangan :
a. KPPN KBI terdiri dari KPPN KBI Induk dan Non Induk
KPPN KBI Induk adalah KPPN yang bermitra dengan KBI yang berlokasi
satu kota dengan KPPN dan melakukan transfer dana untuk membiayai
pengeluaran anggaran kepada KPPN lainnya.
KPPN KBI Non Induk adalah KPPN yang bermitra dengan KBI yang
berlokasi satu kota dengan KPPN tetapi tidak melakukan transfer dana
untuk membiayai pengeluaran anggaran KPPN lainnya.
BO I Mitra Kerja KPPN Induk dan Non Induk yang sekota dengan Bank
Indonesia
adalah
bank
yang
ditunjuk
oleh
Direktur
Jenderal
c. Sentral Giro Gabungan (SGG) adalah Mitra Kerja KPPN Induk dan Non Induk
yang sekota dengan Bank Indonesia yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan untuk mengelola penerimaan Kas Negara dan pengeluaran
yang membebani rekening Kas Negara yang tediri dari SGG Penerimaan dan
SGG Pengeluaran.
d. Bank Persepsi adalah merupakan Bank Umum Mitra Kerja KPPN Induk dan
Non Induk yang sekota dengan Bank Indonesia yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Perbendaharaan untuk mengelola/menampung seluruh penerimaan
yang akan masuk ke Kas Negara.
Berikut ini adalah bagan arus kas antara KPPN, bank persepsi, bank operasional dan
Bank Indonesia :
BI PUSAT
502.000.000
MA 814112/
824112
BANK INDONESIA
7
REK.501.000.000
MA814312/
824312
MA814312/
824312
BO I
1
REKENING
GAJI
MA 814313/824313
REKENING
NON GAJI
5
MA 814313/824313
BO II
KHUSUS GAJI
PERSEPSI
PBB
PBB
BO III
BPHTB
PERSEPSI
BPHTB
10
BANK PERSEPSI/
DEVISA PERSEPSI
11
MA 814316/824316
REKENING KAS
NEGARA
GABUNGAN
MA 814315/
824315
12
MA814314/
824314
SG/SGG/SGGK
PENGELUARAN
PENERIMAAN
(GABUNGAN)
11
POS
PERSEPSI
13
MA 814315/
824315
10
11
(10) BO III PBB pada setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya bila hari Jumat jatuh
pada hari libur harus membagi habis hasil penerimaan PBB dan memindahbukukan
ke rekening No.501.000.000 pada Bank Indonesia untuk pembagian pemerintah
pusat dan ke rekening Kas Daerah untuk pembagian pemerintah Daerah.
(11) Saldo
pada
Bank
Persepsi/Devisa
Persepsi
dan
Pos
Persepsi
harus
12
BI PUSAT
500.000.000
BI PUSAT
502.000.000
MA 814112/
824112
KPPN INDUK
Rek.501.000.000
MA 814111/
824111
MA 814111/
824111
BO I
REKENING
REKENING
GAJI
NON GAJI
MA 814313/824313
MA 814313/824313
4
5
BO II
KHUSUS GAJI
4
PERSEPSI
PBB
BO III
PBB
BPHTB
PERSEPSI
BPHTB
9
10
BANK PERSEPSI/
DEVISA PERSEPSI
11
MA 814316/824316
REKENING KAS
NEGARA
GABUNGAN
12
MA 814314/824314
3
MA 814315/
824315
SG/SGG/SGGK
PENGELUARAN
11
PENERIMAAN
(GABUNGAN)
POS PERSEPSI
13
MA 814315/824315
13
(1)
Rekening Gaji pada BO I diisi dengan cara meminta Tambahan Uang Kas (TUK)
kepada KPPN Induk paling cepat 7 (tujuh) hari sebelum tanggal 1 (tanggal
pembayaran gaji) dengan jumlah pagu maksimal sebesar plafon yang telah
ditentukan oleh Kantor Pusat Ditjen PBN atau sebesar kebutuhan riil satu bulan.
(2)
Untuk mengisi rekening non gaji pada BO I dilakukan dengan jalan meminta
Tambahan Uang Kas (TUK) kepada KPPN Induk. Pagu pada rekening non gaji
maksimal sebesar pagu yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat DJPB.
(3)
(4)
(5)
(6)
Sisa dana Gaji pada rekening Gaji BO I harus dinihilkan dan dipindahbukukan
ke rekening KPPN Induk No.501.000.000 pada Bank Indonesia selambatlambatnya tanggal 7 (tujuh) setiap bulannya.
(7)
Bila mana terdapat saldo pada rekening non gaji melebihi pagu yang telah
ditetapkan maka kelebihan tersebut harus dipindahbukukan ke rekening KPPN
Induk No.501.000.000 pada Bank Indonesia.
(8)
Setiap Bank persepsi PBB dan Bank Persepsi BPHTB harus melimpahkan ke
BO III PBB dan BPHTB semua penerimaannya pada setiap hari Jumat atau hari
kerja berikutnya bila hari Jumat jatuh pada hari libur.
(9)
BO III BPHTB pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya bila hari Rabu
jatuh pada hari libur harus membagi habis penerimaan BPHTB dan
memindahbukukan ke rekening non Gaji pada BO I untuk pembagian pemerintah
pusat dan ke rekening Kas Daerah untuk pembagian pemerintah Daerah.
(10)
BO III PBB pada setiap hari jumat atau hari kerja berikutnya bila hari jumat
jatuh pada hari libur harus membagi habis hasil penerimaan PBB dan
14
(12)
(13)
Khusus rekening Kas Negara Gabungan pada Sentral Giro (SG)/ Sentral Giro
Gabungan (SGG) harus dilimpahkan setiap awal hari kerja Selasa, Jumat, dan
tanggal 1. Sedangkan Sentral Giro Gabungan Khusus (SGGK) harus
dilimpahkan setiap tanggal 7, 15, 23, dan akhir bulan ke rekening No
501.000.000 pada Bank Indonesia. Biasanya untuk Provinsi terdapat SG/SGG
sedangkan SGGK hanya terdapat di KPPN Non KBI.
15
BAB III
REKENING TUNGGAL PEMERINTAH (TREASURY SINGLE ACCOUNT)
Pada Bab II telah dijelaskan aliran kas yang berlaku sebelum adanya TSA.
Mekanisme tersebut mengandung berbagai kelemahan yang pada prinsipnya belum
mengacu kepada prinsip pengelolaan kas yang baik. Kelemahan tersebut secara singkat
sebagai berikut :
a. Rekening pengeluaran
Untuk mendukung pelaksanaan pengeluaran negara yang dilaksanakan oleh KPPN
disediakan dananya pada rekening bank operasional (BOI dan BOII). BOI
menampung pagu dana baik untuk pengeluaran belanja pegawai maupun belanja
non pegawai (BOI gaji dan BOI non gaji). Untuk mekanismenya telah dijelaskan di
Bab II. Pada intinya kelemahan pada mekanisme pengeluaran adalah banyaknya
dana yang menganggur karena pengeluaran tidak dilakukan tepat waktu. Selain itu,
masih banyak uang negara yang berada dalam penguasaan Kementerian
Negara/Lembaga yang tersimpan dalam berbagai rekening di bank umum berupa
penerimaan negara yang belum di setor ke kas negara dan uang persediaan untuk
membiayai pengeluaran operasional harian Kementerian Negara/Lembaga.
b. Rekening penerimaan
16
Penerimaan negara (penerimaan pajak dan non pajak kecuali PBB dan BPHTB)
ditampung pada rekening-rekening di bank persepsi dan tidak setiap hari
dilimpahkan ke rekening BUN di Bank Indonesia. Untuk mekanisme lebih rinci dapat
dilihat di Bab II. Permasalahan pada rekening penerimaan juga terdapat dana yang
tidak langsung disetor ke RKUN di BI selain menyalahi peraturan hal ini juga
menimbulkan opportunity cost yang besar.
17
d. Transparansi
Diharapkan dengan TSA akan dapat menjamin transparansi dalam pengelolaan
penerimaan dan pengeluaran negara serta dalam pelaksanaan pengendalian
saldo kas pemerintah dengan adanya laporan yang dapat diketahui oleh publik.
3.3. Landasan Hukum
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.98/PMK.05/2007
tentang
Pelaksanaan
Rekening Pengeluaran Bersaldo Nihil pada Bank Umum Mitra Kerja KPPN dalam
Rangka Penerapan TSA, di 178 KPPN
3.4. Langkah-Langkah Penerapan TSA
18
6. Uang yang berada di Bank Indonesia dan bank umum mendapatkan bunga
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Pemberian imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan oleh Bank Indonesia
dan Bank Umum untuk penerimaan dan pengeluaran negara.
8. Membuat perencanaan kas yang baik dan akurat.
9. Berdasarkan perencanaan kas yang akurat, menempatkan uang yang idle ke
rekening yang mendapatkan bunga di Bank Indonesia/Bank Umum atau
melakukan investasi jangka pendek pada instrumen moneter yang aman dan
menguntungkan.
10. Mencari dana dengan tingkat bunga yang paling ekonomis atau menjual Surat
Utang Negara (SUN) yang dimiliki dengan harga yang paling menguntungkan
untuk menutup kekurangan kas.
3.5. Mekanisme Pelaksanaan TSA di KPPN untuk Rekening Pengeluaran
19
2.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (dalam hal ini Dit.PKN) setiap pagi hari
(sekitar pukul 07.00) meminta Bank Indonesia untuk melakukan transfer dana
dari RKUN ke kantor pusat bank umum untuk mengisi dana di Rekening
Pengeluaran Kuasa BUN Pusat (RPK-BUN-P) pada kantor pusat bank umum
berdasarkan jumlah kebutuhan semua KPPN yang telah disampaikan ke
Ditjen Perbendaharaan sore sehari sebelumnya.
3.
Bank Indonesia melakukan transfer dana ke kantor pusat bank umum (RPKBUN-P) melalui RTGS.
4.
BOI menarik dana dari RPK-BUN-P sesuai dengan SP2D yang dikirimkan
oleh KPPN dan permintaan transfer ke SGG/Pos dan BOII.
5.
BOI melakukan transfer ke BOII Gaji untuk pembayaran gaji bulanan sesuai
permintaan KPPN sebesar jumlah SP2D gaji bulanan yang diterbitkan. BOI
20
7.
8.
9.
Pada setiap akhir hari kerja BOII dan SGG/Pos menihilkan sisa dana ke BOI.
10. BOI pada setiap akhir hari kerja menihilkan sisa dana ke RPK-BUN-P.
11. BOIII membayar/mencairkan dana kelebihan pembayaran PBB/BPHTB
kepada wajib bayar PBB/BPHTB sesuai dengan SP2D pengembalian yang
dikirimkan.
3.6. Mekanisme Pelaksanaan TSA di KPPN untuk Rekening Penerimaan
Saat ini mekanisme TSA untuk rekening penerimaan belum diterapkan. Berikut ini
adalah bagan arus kas, penerapan TSA untuk rekening penerimaan. Pada prinsipnya
mekanismenya tidak jauh berbeda dengan yang ada tetapi pelimpahannya dengan TSA
dilakukan setiap hari.
21
2.
Pada setiap akhir hari kerja, bank persepsi melimpahkan seluruh penerimaan
pada hari itu ke Bank Indonesia.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
22
23
24
Negara memiliki sumber daya keuangan yang terbatas, oleh karena itu sangat
penting adanya suatu manajemen kas yang baik untuk memastikan bahwa pengelolaan
kas pemerintah berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat memanfaatkan saldo
kas se-optimal mungkin untuk menghasilkan penerimaan negara dan menjaga
ketersediaan dana dalam pelaksanaan APBN. Untuk itu, penerapan rekening tunggal
pemerintah atau Treasury Single Account (TSA) yang dibarengi dengan adanya
perencanaan kas yang baik harus dilaksanakan.
Dengan penerapan TSA diharapkan sebagian besar saldo kas pemerintah
dapat dikonsolidasikan kedalam satu rekening pada setiap akhir hari kerja. Hal ini akan
membuka kemungkinan pemerintah untuk dapat melakukan pengendalian yang lebih
baik atas aliran kas dan mencegah kemungkinan terjadinya penyalahgunaan. Selain itu
dengan adanya konsolidasi kas akan memungkinkan pemerintah untuk dapat
melakukan pengelolaan kas dengan baik. Selain itu, dalam rangka meningkatkan
penerimaan negara pemanfaatan kas dapat dilakukan dalam bentuk penempatan di
Bank Indonesia atau di bank umum yang dapat menghasilkan bunga atau jasa giro.
Untuk mencapai penerapan TSA yang sempurna masih banyak tantangan yang
harus dihadapi. Tantangan tersebut antara lain keterbatasan sarana komunikasi,
perencanaan kas yang belum baik serta perlu adanya koordinasi antara Departemen
Keuangan dan Bank Indonesia. Disamping itu penerapan TSA dalam manajemen kas
menuntut adanya perubahan pola pikir dari setiap pengguna anggaran khususnya dalam
penyediaan dana untuk membiayai pengeluaran negara. Oleh karena itu perlu adanya
pembinaan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam pengeloloaan
keuangan negara. Jika semua tantangan tersebut dapat diatasi maka diharapkan
pelaksanaan TSA di Indonesia dapat berhasil dengan baik.
25
Mekanisme Penerimaan dan Pengeluaran Negara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan TSA
(Treasury Single Account)
No
Uraian
Sebelum TSA
Sesudah TSA
A.
1.
Bank Persepsi
2.
Penerimaan PBB dilimpahkan ke BO III setiap Penerimaan PBB dan BPHTB berdasarkan TSA harus
hari Jumat.
dilimpahkan dan dibagi setiap hari.
BO III membagi PBB setiap hari Jumat (minggu
berikutnya)
Penerimaan BPHTB dilimpahkan ke BO III setiap
hari Jumat.
BO III membagi BPHTB setiap hari Rabu (minggu
berikutnya)
B.
1.
jasa
pelayanan
26
Gaji
BO II = Menampung dana Gaji (bulanan
dan kekurangan Gaji)
BO III = Menampung PBB dan BPHTB
2.
Pagu/saldo uang di BO
C.
1.
Lainnya
KPPN
2.
Mekanisme penerimaan
pengeluaran negara
dan
Penerimaan negara:
a. Wajib Pajak dan Wajib Bayar melakukan
penyetoran pajak dan atau PNBP, ke Bank
Umum yang ditunjuk menjadi Bank Persepsi.
b. Bank Persepsi setiap hari menyampaikan
Laporan Harian Penerimaan (LHP) dimaksud
beserta data/dokumen pendukungnya ke
KPPN yang menjadi mitra kerjanya.
c. Pada setiap hari Selasa, Jumat, dan akhir
bulan, Bank Persepsi harus melimpahkan
Penerimaan negara:
a. Wajib Pajak dan Wajib Bayar melakukan penyetoran
pajak dan atau PNBP, ke Bank Umum yang ditunjuk
menjadi Bank Persepsi.
b. Bank Persepsi setiap hari menyampaikan Laporan
Harian Penerimaan (LHP) dimaksud beserta
data/dokumen pendukungnya ke KPPN yang menjadi
mitra kerjanya.
c. Setiap hari Bank Persepsi harus melimpahkan
penerimaan negara dimaksud ke RKUN di Bank
27
Indonesia.
Pengeluaran negara :
a. KPPN menerbitkan SP2D berdasarkan SPM yang
diterbitkan KPA, untuk disampaikan ke BO I dan II.
b. Satu hari sebelum pengeluaran dilakukan KPPN
menyampaikan kebutuhan dana ke Kantor Pusat
Ditjen PBN.
c. Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan meminta BI
melalui RKUN untuk mentransfer dana sebesar
kebutuhan harian ke RPK-BUN-P pada Kantor Pusat
BO I.
d. Selanjutnya BO I menarik dana dari RPK-BUN-P
berdasarkan SP2D non gaji yang diterbitkan oleh
KPPN dan/atau surat permintaan transfer dana ke BO
II atau rekening pengeluaran pada sentral giro/kantor
pos.
e. BO
I/II
selanjutnya melakukan
pendebetan
berdasarkan SP2D yang telah disampaikan oleh
KPPN yang menjadi mitra kerjanya dan melaporkan
perihal pendebetan tersebut ke KPPN.
f. Pada akhir hari, saldo yang terdapat pada BO I/II
harus ditransfer kembali ke Kantor Pusat BO I
berkenaan.
28
BAB IV
PERENCANAAN KAS PEMERINTAH
Perencanaan
Kas
Pemerintah
dapat
didefinisikan
sebagai
kegiatan
29
30
terjadinya kekurangan dan kelebihan kas dan melakukan tindakan untuk mengatasi hal
tersebut.
4.4. Pelaksanaan Perencanaan Kas
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum
Negara Pusat bertanggungjawab untuk membuat perencanaan kas dan menetapkan
saldo kas minimal. Saldo kas minimal ini merupakan buffer cash yaitu suatu cadangan
kas yang harus ada di kas negara yang dipergunakan untuk menutup pengeluaran rutin
dan pengeluaran yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Sebagai contoh di Amerika Serikat saldo tersebut ditetapkan sejumlah sekitar
US$5 milyar sedangkan di Australia ditetapkan sekitar AUS$750 juta. Jika saldo kas
minimal telah ditetapkan maka saldo kas pemerintah setiap hari diupayakan untuk
mendekati patokan tersebut dan setiap rupiah diatas saldo kas minimal tersebut akan
ditempatkan atau diinvestasikan jangka pendek (sangat likuid). Untuk mampu
menerapkan hal yang sama maka pemerintah perlu melakukan perencanaan yang
akurat setiap hari dimana setiap unit terkait setiap hari menyampaikan perencanaan kas
untuk dikonsolidasikan. Perencanaan kas harian ini dibuat hingga tiga bulan kedepan
dan dilakukan update secara terus menerus.
Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan dukungan dari setiap kementerian
negara/lembaga dan pihak terkait untuk menyampaikan proyeksi penerimaan dan
pengeluaran secara periodik kepada Kuasa Bendahara Umum Negara. Laporan
tersebut kemudian dikompilasi untuk membuat perencanaan kas nasional yang juga
merupakan rencana realisasi anggaran secara harian. Tingkat akurasi dari perencanaan
kas nasional sangat dipengaruhi oleh kecermatan dalam pembuatan perencanaan
penerimaan dan pengeluaran kas masing-masing departemen/lembaga.
Semakin jauh waktu perencanaan maka akurasinya akan semakin rendah.
Oleh karena itu perlu dilakukan update atas perencanaan secara terus menerus.
Dengan melakukan update ini akurasi dari perencanaan jangka pendek akan tetap
terjaga akurat. Untuk meningkatkan akurasi perencanaan tersebut, perlu dibentuk suatu
jaringan informasi yang baik antara instansi yang menjadi sumber data di dalam maupun
diluar Departemen Keuangan dengan pihak yang mengolah dan melaporkan
perencanaan kas (Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara).
31
satker
sehingga
menurunkan
kualitas
laporan.
Idealnya
laporan
perencanaan kas hanya satu lembar kertas faximile saja atau beberapa baris kalimat
dalam e-mail.
4.6. Inherent risk dalam Perencanaan Kas
32
tersebut tidak bisa divalidasi ke dokumen sumber. Oleh karena itu, judgement untuk
menentukan angka forecast sangat berperan.
Mengingat laporan perencanaan kas adalah melaporkan sesuatu yang akan
terjadi, kecepatan penyampaian data untuk membuat perencanaan kas menjadi sangat
penting, sebab ketika kejadian tersebut telah menjadi kenyataan (direalisasikan) maka
laporan perencanaan kas tersebut tidak lagi berguna. Fungsinya telah berubah menjadi
laporan realisasi anggaran yaitu melaporkan transaksi ekonomi yang telah terjadi.
Skema dibawah ini menunjukkan bagaimana akurasi perencanaan kas dan kegunaan
laporan meningkat seiring dengan semakin dekat saat kejadian.
belum terjadi
Sudah terjadi
Saat
kejadian
50%
Fungsi forecasting
0%
100%
Hari
(sesudah)
Hari
(sebelum)
10
10
100%
0%
50%
Fungsi perencanaan
Fungsi pelaporan/realisasi
hanya
50%.
Hal
ini
disebabkan
karena banyaknya
variabel
yang
33
Rp (+)
Beli SUN
Idle cash
Jual SUN
Kelebihan Kas
Buffer cash
T+ n
Rp 0
Perkiraan
saldo Kas
Kekurangan kas
Rp (-)
34
Dalam hal pemenuhan kekurangan kas pemerintah (defisit kas) perlu perhatian
khusus karena tidak mungkin dilakukan dengan cepat terutama jika pemenuhan tersebut
berasal dari luar negeri. Untuk itu perlu antisipasi lebih awal untuk kekurangan kas, jika
berdasarkan perencanaan kas diperkirakan akan terjadi kekurangan kas pada saat
tertentu maka BUN harus melakukan pencarian pinjaman atau menjual investasi jangka
pendek sehingga saldo kas kembali mendekati jumlah buffer cash.
Pada masa yang akan datang diharapkan pemerintah akan memiliki surat hutang
jangka pendek (harian atau mingguan) yang bisa dengan segera menutupi kekurangan
kas jangka pendek. Dalam hal terjadi kekurangan kas, BUN dapat melakukan :
a. Mencairkan penempatan di bank umum atau di Bank Indonesia;
b. Menjual surat utang negara yang dimiliki;
c. Melakukan repo
Sesuai dengan prinsip pengelolaan kas yang baik, pencairan pinjaman dalam rangka
menutup kekurangan kas harus sedekat mungkin dengan saat terjadinya kekurangan
kas untuk menghindari kerugian atas pembayaran bunga. Selain itu jika masih
memungkinkan kekurangan kas tersebut ditutupi dengan menjual investasi jangka
pendek yang dimiliki daripada mengeluarkan surat utang.
b. Pengelolaan kelebihan kas
Sebaliknya untuk investasi jangka pendek atas kelebihan kas perlu dilakukan
secara hati-hati dan harus memperhatikan prisip keamanan dan likuiditas. Dalam hal
terjadi kelebihan kas, Bendahara Umum Negara dapat melakukan :
a. Menempatkan uang negara pada rekening di bank sentral/bank umum yang
menghasilkan bunga/jasa giro dengan tingkat bunga yang berlaku umum.
b. Pembelian Surat Utang Negara;
c. Melakukan reverse repo.
Kelebihan kas adalah setiap rupiah diatas buffer cash. Dana tersebut dapat
dipergunakan untuk investasi jangka pendek dengan memperhatikan prinsip keamanan
dan kehati-hatian dalam penempatan uang negara. Jika pada saat tertentu terjadi
kekuarangan kas maka investasi jangka pendek yang berasal dari kelebihan kas
35
merupakan prioritas utama untuk dicairkan kecuali ada sumber pembiayaan lain yang
terbukti lebih menguntungkan.
Secara umum prinsip keamanan ini diperlukan untuk mencegah kegagalan
penarikan investasi pemerintah pada pihak ketiga yang dapat mengakibatkan
terhambatnya realisasi anggaran karena kesalahan jumlah/waktu dalam penempatan
uang negara.
4.8. Kesimpulan
36
semua pihak yang terkait, suatu saat nanti pemerintah akan mampu melakukan
perencanaan kas sebagaimana yang dilakukan dinegara-negara maju.
37
BAB V
REMUNERASI ATAS SALDO KAS PEMERINTAH
Indonesia,
bank-bank
operasional,
persepsi
dan
pada
rekening
38
atas dana yang disimpan di bank sentral. Jenis dana, tingkat bunga
dan/atau jasa giro serta biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan
oleh bank sentral, ditetapkan berdasarkan kesepakatan atara Gubernur BI dan
Menteri Keuangan.
Pasal 71, membatasi pelaksanaan pasal 23 dengan menyatakan bahwa
pemberian bunga dan/atau jasa giro mulai dilaksanakan pada saat penggantian
SBI dengan SUN sebagai instrumen moneter.
3. Pasal 24, dinyatakan bahwa pemerintah pusat berhak memperoleh bunga
dan/atau jasa giro pada tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku atas
dana yang disimpan pada bank umum.
4. Pasal 28, pokok-pokok peraturan mengenai pengelolaan kas diatur dengan
peraturan pemerintah setelah dikonsultasikan dengan bank sentral.
39
dilakukan
diluar
bank
sentral
dengan
cara
memberikan
sejumlah
jaminan/collateral. Jenis jaminan yang diterima oleh pemerintah telah diatur tersendiri
sehingga risiko kerugian atas kegagalan pencairan penempatan bisa ditekan seminimal
mungkin.
Investasi (pasal 7 ayat h) hanya dapat dilakukan dalam bentuk Surat Utang
Negara. Hal ini mungkin dilakukan dalam rangka minimalisasi risiko investasi mengingat
investasi diluar SUN akan memberikan risiko tinggi yang dapat membahayakan likuiditas
pemerintah.
5.3. Penempatan di Bank Indonesia
Berdasarkan prinsip manajemen kas yang baik, penempatan yang terbaik untuk
saldo kas pemerintah adalah di bank sentral. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
resiko atas dana pemerintah dan kestabilan moneter.
Penempatan kas pemerintah di Bank Indonesia akan meminimalisasi dampak
dari pelaksanaan manajemen kas pemerintah pada kestabilan moneter. Dengan
melakukan penempatan di BI berarti tidak ada aliran kas keluar dari BI, dengan kata lain
tidak ada biaya operasi moneter untuk menarik kelebihan likuiditas melalui penerbitan
SBI. Hal ini penting mengingat saat ini sedang terjadi kelebihan likuiditas moneter.
Kegiatan penempatan yang dilakukan oleh pemerintah hanya sebatas pemindahan
saldo dari rekening penyimpanan ke rekening penempatan yang juga berada di BI
demikian pula bunga yang didapat dari hasil penempatan akan masuk ke rekening
penyimpanan.
40
41
42
43
BAB VI
REKENING KEMENTERIAN NEGARA LEMBAGA
Sesuai dengan penjelasan umum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003,
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut meliputi
kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Untuk
membantu Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian dari
kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola Fiskal dan
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, serta kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
6.1. Rekening Bendahara Umum Negara
44
a. Rekening pada BUN Pusat yang terdiri dari antara lain rekening
502.000000, rekening valuta asing dalam bentuk USD
b. Rekening pada Kuasa BUN di Daerah yang antara lain terdiri dari rekening
501.000000, rekening BOI, BOII, BOIII dan rekening di Bank Persepsi
c. Rekening Pemerintah Lainnya yang antara lain terdiri dari RDI/RPD,
Rekening pemerintah lainnya dan rekening hasil minyak perjanjian KPS.
6.2. Rekening Pengguna Anggaran
pendapatan
pada
kantor/satuan
kerja
di
lingkungan
kementerian
belanja
pada
kantor/satuan
kerja
di
lingkungan
kementerian
lembaga/kepala
kantor/satuan
kerja
selaku
pengguna
45
membuka rekening penerimaan dan pengeluaran dan/atau rekening lainnya pada bank
umum atau bank sentral (untuk keperluan tertentu) setelah mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara atau Kuasa BUN. Rekening
tersebut digunakan sebagai tempat untuk menyimpan uang yang ada dalam
pengelolaan bendahara yang sering disebut kas.
Kas yang disajikan pada neraca satuan kerja berasal dari Uang Persediaan
seperti diamanatkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Disamping itu, Kas satuan kerja juga berasal dari
penerimaan negara yang belum disetorkan ke rekening kas negara. Kas disajikan di
neraca adalah kas yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sehingga
sebelum melaporkan di neraca perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk meyakini
penyajian kas tersebut. Upaya yang dilakukan untuk meyakini kas yang disajikan seperti
melakukan pembukuan dengan tertib, Melakukan Opname Kas dan melakukan
rekonsiliasi bank.
Sistem pengendalian intern mengharuskan agar seluruh penerimaan dan
pengeluaran harus dibukukan. Apabila bendahara/pemegang kas menyimpan uangnya
di bank, maka ia harus menyimpannya atas rekening jabatan. Transaksi penerimaan
dan pengeluaran yang dilakukan oleh bendahara harus dibukukan pada buku kas umum
negara dan setiap berkala akan menerima laporan dari bank berupa rekening koran
bank. Pada prinsipnya saldo buku bank menurut KPPN harus sama dengan saldo
rekening koran bank, akan tetapi ada kemungkinan perbedaan antara kedua saldo
tersebut.
Perbedaan atau selisih antara saldo kas menurut buku KPPN yang dicatat oleh seksi
Bendum dengan saldo kas menurut Rekening Koran pada setiap akhir periode dapat
terjadi karena :
Time Lag : perbedaan waktu pencatatan transaksi dalam suatu periode
Error : kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank/bendahara.
46
Untuk menyelesaikan hal tersebut perlu dilakukan Rekonsiliasi Bank dengan mengikuti
tahapan sebagai berikut:
a. Pada setiap akhir periode, bendahara akan menerima Rekening Koran Bank
dari setiap rekening yang dimiliki;
b. Bandingkan antara saldo buku kas umum dengan saldo Rekening Koran Bank;
c. Telusuri penyebab terjadinya perbedaan antara saldo Rekening Koran Bank
dengan saldo buku kas umum;
d. Sajikan laporan rekonsiliasi bank yang memperlihatkan
penyesuaian
terhadap saldo kas, baik menurut Rekening Koran Bank maupun menurut
saldo buku kas umum;
e. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap penyebab terjadinya selisih maka
jumlah saldo kas menurut Rekening Koran Bank harus sama dengan jumlah
saldo kas menurut saldo buku kas umum;
f.
Penyesuaian yang mempengaruhi saldo kas menurut buku kas umum harus
dilakukan koreksi data sehingga saldo kas menurut rekonsiliasi bank sama
dengan saldo kas menurut data buku kas umum;
g. Penyesuaian pada buku kas umum dilakukan mengikuti petunjuk koreksi yang
ditetapkan (diatur dalam suatu ketetapan).
h. Saldo Kas Penyesuaian ini akan menjadi Saldo Kas bendahara pengeluaran;
Pedoman Penyesuaian :
Saldo menurut Rekening Koran
Penyesuaian :
1. Deposit in Transit
Hal ini terjadi jika penerimaan sudah dicatat oleh bendahara sebagai setoran ke
bank, sedangkan oleh Bank belum dicatat sebagai penerimaan pada Rekening
Koran yang diterima dari Bank. Penyesuaian perlu dilakukan pada Rekening Koran
Bank dengan menambah saldo kas menurut Rekening Koran pada akhir periode
tersebut.
47
2. Outsanding Check
Hal ini terjadi jika cek/giro telah dikeluarkan dan dicatat sebagai pengurang kas oleh
bendahara tetapi belum disajikan sebagai pengurang kas di bank pada rekening
koran bank. Penyesuaian perlu dilakukan pada Rekening koran bank dengan
mengurangi saldo kas menurut Rekening Koran pada akhir periode tersebut.
3. Jasa Giro
Hal ini terjadi karena Bank memberikan jasa giro atas saldo kas yang ada pada bank
dimana uang disimpan oleh bendahara. Oleh sebab itu, saldo kas menurut buku kas
umum harus ditambahkan sejumlah jasa giro tersebut.
4. Nota Debet
Peristiwa ini terjadi manakala terdapat pengurangan kas pada rekening koran bank
atas biaya-biaya antara lain biaya administrasi bank, pajak atas bunga dan lain
sebagainya yang belum dibukukan sebagai pengurang kas pada buku kas umum.
Penyesuaian terhadap saldo kas buku bank Bendum dilakukan dengan mengurangi
saldo menurut buku kas umum.
5. Kesalahan Bank
Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank dapat disebabkan oleh berbagai
hal antara lain; kesalahan jumlah dan kesalahan pemindahbukuan. Penyesuaian
atas kesalahan dimaksud dilakukan dengan menambah atau mengurang saldo kas
Rekening Koran sesuai dengan kesalahan yang terjadi.
Contoh : bank salah membukukan jumlah rupiah dari SP2D, Nota Kredit atau Nota
Debet yang ada.
6. Kesalahan pencatatan oleh Bendum
Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara dapat disebabkan oleh
berbagai macam hal antara lain kesalahan jumlah, kesalahan pemindah bukuan dan
lain sebagainya, maka penyesuaian dilakukan dengan menambah atau mengurangi
saldo kas buku bank Bendum sesuai dengan kesalahan yang terjadi.
Contoh : Bendahara salah membukukan jumlah rupiah Cek, Nota Kredit atau Nota
Debet yang ada.
48
digabungkan/dikonsolidasikan
dengan
Laporan
Keuangan
Kementerian
49
Pemerintah Non Departemen yang merupakan penegasan dari Inpres No 9 Tahun 1999.
Namun pelaksanaan kedua Inpres tersebut tidak jelas sejauh mana efektifitasnya.
Sejak Tahun 2004, Pemerintah telah berhasil menyajikan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP). Dalam LKPP tersebut telah diungkapkan saldo kas
pemerintah, termasuk kas di Bendahara Umum Negara (BUN) tahun 2004 sebesar Rp
52.307.558.814.276, tahun 2005 sebesar Rp 46.187.299.854.447 dan tahun 2006
sebesar Rp 38.192.834.699.360.
Berdasarkan pemeriksaan BPK tahun 2004 s.d. 2006, ditemukan sebanyak
4.643 rekening pemerintah di seluruh Kementerian Negara/Lembaga dengan jumlah
Rp32.35 triliun yang tidak dilaporkan pada LKPP maupun Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga (LKKL). Rincian rekening temuan pemeriksaan BPK
menurut tahun anggaran dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Rekapitulasi Rekening Temuan BPK
pada Kementerian Negara/Lembaga dan BUN
Tahun
Giro
Rupiah
Dep.
Total
Rek
Rupiah
Total Rupiah
A. K/L
2004
651
3.405.779.118.879
2005
680
7.220.263.829.412
623
1.317.472.076.411
1.303
8.537.735.905.823
2006
2.136
3.115.049.445.892
260
144.466.881.095
2.383
3.259.516.326.987
4.337
15.203.031.351.689
306
17.148.306.270.000
4.643
32.351.337.621.689
TOTAL K/L
B. BUN
2004
TOTAL A+B
Keterangan:
Temuan tahun 2004 belum memisahkan antara giro dan deposito. Rekapitulasi rekening
Kementerian Negara/Lembaga dapat dilihat pada Lampiran A
.
rekening
pemerintah.
Untuk
menindaklajuti
pasal
tersebut,
tentang
Pengelolaan
Rekening
Milik
Kementerian
Negara
50
/Lembaga/Kantor/Satuan
Kerja.
PMK
ini
mengatur
kewajiban
Kementerian
sesuai
dengan
tujuan
pembukaannya
harus
ditutup
oleh
51
dari kas tersebut disajikan dalam daftar lampiran Laporan Keuangan. Laporan
tersebut wajib disampaikan kepada Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara
Umum Negara setiap akhir semester.
PMK No. 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga PMK yang mengatur tentang penertiban rekening di lingkungan
Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja. Sebagai petunjuk pelaksanaan,
telah diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 35/PB/2007
tentang Tindak Lanjut Atas Penertiban Rekening Pemerintah Pada Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja. Hasil inventarisasi rekening pada Kementerian
Negara/Lembaga menunjukkan adanya 32.750 yang dibedakan menjadi 26.553 yang
dipertahankan, 2.086 rekening sudah ditutup dan 3.931 rekening yang tidak dapat
diselesaikan. Rincian lebih lanjut rekening-rekening tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2
Kelompok Rekening Yang Telah Selesai Dibahas
s.d. 31 Desember 2007
No.
Pengelopokan Rekening
Rek.
Rupiah
US$
6.315
437.538.473.940
8.177.243
2.
15.047
2.327.022.496.588
44.972.469
3.
416
12.165.112.324.030
547.166.642
Euro 462.398
4.
3.233
3.202.857.172.082
53.271.671
5.
508
868.563.567.574
11.971.364
6.
180
156.482.199.236
7.456.648
7.
854
94.463.926.102
6.474.423
26.553
19.252.040.159.552
679.490.459
Euro 462.398
Sub Total
B. Sudah Ditutup
1.
1.301
6.247.162.863.759
5.667.335
2.
412
700.487.003.452
36.562
3.
366
325.488.135.752
100.108
4.
35.519.758
2.020.493.299
7.304
42.854
Sub Total
Total I+II
7
2.086
28.639
KN
NKN
7.275.194.016.020
5.854.163
26.527.234.175.571
685.344.622
Euro 462.398
Keterangan
*) Termasuk setoran dari rekening BUN pada tahun 2006 sebesar Rp5.055.462.940.2522.
52
Tabel 3
Kelompok Rekening Yang Tidak Dapat Diselesaikan/Dilaksanakan
Pembahasannya
s.d. 31 Desember 2007
No.
Pengelompokan Rekening
1.
2.
3.
Rek.
Total
Rupiah
US$
2.402
9.122.149.478.070
77.416
550
231.766.392.109
979
874.339.943.641
314.033
3.931
10.228.255.813.820
391.449
Tabel 4
Kelompok Rekening Direkomendasikan Ditutup Oleh Menteri Keuangan
No.
Pengelompokan Rekening
Rek.
1.
2.
3.
4.
Total
Rupiah
US$
854
94.463.926.102
6.474.423
2.402
9.122.149.478.070
77.416
550
231.766.392.109
979
874.339.943.641
314.033
4.785
10.322.719.739.922
6.865.873
Tabel 5
Kelompok Rekening Yang Memerlukan Investigasi
No.
Pengelompokan Rekening
1.
2.
3.
4.
5.
Total
Rek.
Rupiah
US$
854
94.463.926.102
6.474.423
1.301
6.247.162.863.759
5.667.335
325.488.135.752
35.519.758
2.020.493.299
100.108
7.304
42.854
366
KN
NKN
550
231.766.392.109
314.033
3.078
6.900.937.330.779
12.292.024
6.5. Pelaporan
Seperti telah diatur dalam pertauran perundangang, bahwa satuan kerja, kementerian
negara lembaga harus menyampaikan laporan berupa Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.
53
54
BAB VII
PENUTUP
Implementasi
manajemen
kas
dalam
rangka
mendukung
percepatan
55
56
untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya keuangan yang dimiliki negara dalam
meningkatkan laju pembangunan dan efisiensi ekonomi secara nasional.
Negara memiliki sumber daya keuangan yang terbatas, oleh karena itu sangat
penting adanya suatu manajemen kas yang baik untuk memastikan bahwa aliran kas
pemerintah berjalan dengan efektif dan efisien sehingga penyerapan dana dan realisasi
anggaran dapat dipercepat. Penerapan rekening tunggal pemerintah atau Treasury
Single Account (TSA) merupakan upaya untuk mencapai hal tersebut. Selain itu, perlu
adanya suatu perencanaan kas yang baik. Hal ini penting untuk memastikan bahwa
negara selalu memiliki kas yang cukup untuk memenuhi pembayaran kewajiban negara
dan pemanfaatan kas secara optimal.
Selama ini pelaksanaan manajamen kas di Indonesia belum mengacu
sepenuhnya kepada prinsip-prinsip pengelolaan kas yang baik. Diharapkan pada masa
yang akan datang dengan mengacu kepada Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan PP Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah implementasi manajemen kas dapat dilaksanakan dengan baik.
57
REFERENSI
58