You are on page 1of 11

RUMPON

Fish Aggregating Divice (FAD)


Oleh

Madyunin
Email :Masyunin@rocketmail.com
1. Latar Belakang.
Indonesia telah diakui dunia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia,
2
dengan 2/3 dari wilayah kedaulatannya adalah wilayah laut dengan luas 5,8 juta km
2
yang terdiri dari wilayah teritorial dengan luas 3,1 juta km dan wilayah Zona
2
Economy Exlusive Indonesia (ZEEI)I dengan luas 2,7 juta km , dan terdiri dari 17.504
pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km dan memiliki kandungan sumberdaya
alam khususnya sumberdaya hayati (ikan) yang berlimpah dan beraneka ragan.
Menurut Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut (Komnas
Kajiskanlaut, 1998), potensi sumberdaya ikan laut di seluruh perairan Indonesia, di
duga sebesar 6,26 juta ton per hatun, sementara produksi tahuanan ikan laut
Indonesia pada tahun 1997 baru mencapai 3,68 juta ton. Ini berarti tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan laut Indonesia baru mencapai 58,80%.
Pemanfaatan sumberdaya ikan laut Indonesia diberbagai wilayah tidak merata.
Dibeberapa wilayah perairan masih terbuka peluang besar untuk pengembangan
pemanfaatannya, sedangkan dibeberapa wilayah yang lain sudah mencapai kondisi
padat tangkap atau over fishing.
Hal tersebut dapat disebabkan karena pengelolaan potensi sumberdaya
perikanan tidak dikelola secara terpadu. Salah satu penyebabnya adalah tidak
tersedianya data dan informasi mengenai potensi sumberdaya perikanan wilayah
Indonesia. Kurangnya data dan informasi menyebabkan potensi perikanan tidak
dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari.
Keberhasilan suatu usaha penangkapan ikan tergantung pada pengetahuan
yang cukup mengenai tingkah laku ikan. Beberapa jenis ikan pelagis mempunyai sifat
mudah tertarik dan berkumpul di sekitar benda-benda yang terapung di laut. Bahkan
ikan tuna dan cakalang sering ditemui berenang-renang mengikuti gelondonggelondong kayu yang hanyut. Kejadian ini sering kali dimanfaatkan oleh nelayan
untuk usaha penangkapan dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pengembangan
usaha perikanan dengan memanfaatkan benda-benda terapung, para nelayan yang
mencari nafkah dengan menggunakan berbagai ragam alat tangkap dan alat bantu
penangkapan ikan yang telah dikenal masyarakat nelayan sebagai alat pengumpul
ikan atau selama ini masyarakat nelayan mengenal salah satu adalah rumpon. Alat
bantu penangkapan ikan yang oleh masyarakat nelayan dikenal sebagai alat
pengumpul ikan, yaitu rumpon.
2. Masalah
Masalah utama yang dihadapi dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan ikan
khususnya ikan pelagis adalah sangat terbatasnya alat bantu untuk menentukan atau
mencari gerombolan ikan yang berkaitan erat dengan daerah penangkapan ikan.
Seperti nelayan yang mau menangkap ikan yang berangkat dari pangkalan bukan
untuk menangkap, tetapi untuk mencari lokasi penangkapan terlebih dahulu baru
menangkapnya sehingga selalu berada dalam ketidak pastian tentang lokasi yang
potensial untuk penangkapan ikan, hal ini menjadikan hasil
tangkapannya juga
menjadi tidak pasti.

3. Fungsi dan Manfaat Rumpon


Rumpon merupakan salah satu alat bantu untuk meningkatkan hasil tangkapan,
rumpon memiliki konstruksi menyerupai pepohonan yang di pasang (ditanam) di
suatau tempat di laut yang berfungsi sebagai tempat berlindung, mencarai makan,
memijah, dan berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat
berkumpulnya ikan di laut, yang pada akhirnya berfungsi untuk mengefisienkan oprasi
penangkapan ikan.
Dengan kemajuan teknologi, rumpon telah menjadi salah satu alternatif untuk
menciptakan daerah penangkapan buatan dan manfaat keberadaannya cukup besar.
Sebelum mengenal rumpon, nelayan menangkap ikan dengan cara mengejar ikan
atau menangkap kelompok ikan di laut, kini dengan makin berkembangnya rumpon
maka pada saat musim penangkapan, lokasi penangkapan menjadi pasti di suatu
tempat. Dengan telah ditentukan daerah penangkapan maka tujuan penangkapan
oleh nelayan dapat menghemat bahan bakar, karena mereka tidak lagi mencari dan
menangkap kelompok renang ikan dengan menyisir laut yang luas. Nelayan di
beberapa daerah telah banyak menerapkan rumpon ini.
Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m, setelah
dipasang kedudukan rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersfat
tetap tergantung pemberat yang digunakan. Dalam praktek penggunaan rumpon
yang mudah diangkat-angkat atu diatur sedemikian rupa, maka waktu menjelang akhir
penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan
bantuan perahu penggerak(skoci,jukung dan canoes).
Untuk rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat
sehingga untuk memudahkan penangkpan dibuat rumpon mini, yang pada waktu
penangkpan mulai diatur begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul di sekitar
rumpon ara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan rumpon induk untuk
sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau rumpon induk
atau mengangkat separoh dari rumpon yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air.
Terjadilah sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon mini dan
disini dilakukan penangkapan.
Sedangkan fungsi rumpon menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) adalah sebagai berikut :
a Sebagai tempat mengkonsentrasikan ikan agar lebih mudah ditemukan
gerombolan ikan dan menangkapanya.
b. Sebagai tempat berlindung bagi ikan dari pemangsanya
c. Sebagai tempat berkumpulnya ikan
d. Sebagai tempat daerah penangkap ikan
e. Sebagai tempat mencari makan bagi ikan
f. Sebagai tempat berlindung jenis ikan tertentu dari serangan ikan predator
g. Sebagai tempat untuk memijah bagi ikan.
h. Banyak ikan-ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon dimana
ikan dan plankton tersebut merupaka sumber makanan bagi ikan besar.
i. Ada beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadikan rumpon
sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah untuk
menangkapnya.
Sedangkan manfaatnya adalah sebagai berikut :
a. Memudahkan nelayan menemukan tempat untuk mengoperasikan alat
tangkapnya.
b. Mencegah terjadinya destruktif fishing, akibat penggunaan bahan peledak dan
bahan kimia/beracun.

c. Meningkatkan produksi dan produktifitas nelayan.


Nelayan dapat mengetahui banyak ikan di daerah rumpon dengan beberapa ciri yang
khas yaitu :
Banyaknya buih-buih atau gelembung udara dipermukaan air.
Warna air akan telihat lebih gelap dibandingkan dengan warna air disekitarnya
karena banyak ikan yang bergerombol.
Adanya burung yang berterbangan di permukaan laut.
Adanya gelondong-gelondong kayu yang hanyut di permukaan laut.
Adanya kelompok lumba-lumba di permukaan laut.
Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burungburung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Halhal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja
hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk
naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish
finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang
haripun jika gerombolan ikan ditemukan segera alat tangkap diseting.
4. Jenis Ikan yang Tertarik pada Rumpon
Rumpon memikat berbagai jenis ikan pada berbagai kedalaman bedasarkan
musim sepanjang tahun. Ikan-ikan tuna berukuran kecil (baby tuna) biasanya
mengelompok di dekat permukaan. Tuna yang lebih besar seperti Madidihang
(Yellowfin tuna), tuna mata besar (bigeye tuna) dan albakora (Albacore) umumnya
mengelompok disekitar rumpon pada kedalaman 50 meter hingga 300 meter,
terkadang juga berada di dekat permukaan khususnya pada malam hari. Ikan lainnya
seperti lemadang (rainbow runner), marlin, cucut, layaran juga biasanya tertarik
rumpon

Gambar 1: Ikan pelagis yang tertarik pada rumpon

5. Macam-Macam Rumpon
Berdasarkan pada posisi / letak pengumpul ikan
a. Rumpon permukaan
Rumpon laut dangkal yaitu rumpon yang dipasang pada kedalaman 20-100 meter
untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti : kembung, selar,
tembang, japuh, layang dan lain sebagainya.

Gamabar 2: Rumpon Permukaan Tradisional


b. Rumpon laut dalam
Rumpon laut dalam yaitu rumpon yang dipasang pada kedalaman 1200 3000
meter untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis besar seperti tuna,
cakalang dan lain sebagainya yang berada di permukaan sampai pada
kedalaman 60 meter dibawah permukaan laut. Pada posisi tertentu ikan tuna
besar merupakan ikan yang dominan pada kedalaman lebih 100 meter,
dibawah permukaan. Pada waktu tertentu (pagi hari dan sore hari) muncul ke
permukaan perairan untuk mencari makanan. Pada kondisi ini di permukaan
terdapat ikan kecil, misanya ikan layang, ikan tongkol dan lain-lainnya.
.
Bedasarkan Kemenetapan Pemasangan Rumpon
a. Rumpon Menetap(memliki jangkar / pemberat berukuran besar) sehingga tidak
dapat dipindahkan dan dipasang di perairan dalam dengan kondisi gelombang
besar dan arus kuat, guna memikat / mengumpulkanjenis ikan pelagis besar.

b. Rumpon yang dapat dipindahkan (terbuat dari bahan yang relatif ringan)
sehingga memungkinkan untuk diangkat / dipindahkan guna memikat /
megumpulkan jenis-jenis ikan pelagis kecil.
Berdasarkan Tingkat Teknologi
a. Rumpon tradisional (teknologi sederhana) bahan-bahan pembuatan murah dan
mudah didapat di sekitar lokasi pemasangan, biasa digunakan untuk perikanan
sekala kecil. Penggunaan rumpon tradisional ini banyak ditemukan di daerah
Mamuju (Sulawesi Selatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja(1993) rumpon
banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang
sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang,Philipina, Srilanka, Papua
Nugini dan Australia. Beberapa alasan iakan sering ditemukan disekitar
rumpon.
b. Rumpon modren, investasi relatif besar umumnya digunakan oleh perikanan
sekala besar / industri guna memikat / mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis
besar.
c. Berdasarkan Pemasangan dan Pemanfaatan rumpon dibagi atas 3 jenis :
- Rumpon perairan dasar
- Rumpon perairan dangkal dan
- Rumpon perairan dalam. Menurut Barus et al. (1992) menjelaskan bahwa
metode pemasangan dari rumpon laut dangkal dan dalam hampir sama,
perbedaannya hanya pada desain rumpon, lokasi daerah pemasangan serta
bahan yang digunakan . Rumpon laut dangkal menggunakan bahan dari
alam seperti bambu, rotan, daun kelapa dan batu kali. Sebaliknya pada
rumpon laut dalam sebagian besa bahan yang digunakan bukan dari alam
melainkan berasal dari buatan seperti bahan sintetis, plat besi, ban bekas,
tali baja, tali rafia serta semen
Pemilihan tempat pemasangan rumpon harus memiliki kriteria sebagai berikut :
1). Bukan Alur lalu lintas pelayaran
2).Merupakan daerah lintasan migrasi ikan yang menjadi
sasaran
penangkapan.
3). Mudah untuk mencari dan mencapainya
4). Relatif dekat dengan pangkalan kapal
5). Dasar perairan relatif datar
Prinsip lain penangkapan dengan alat bantu rumpon disamping berfungsi
sebagai pengumpul kawanan ikan, pada hakekatnya adalah agar kawanan ikan
mudah ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang dikehendaki. Selain itu
dengan adanya rumpon, kapal penangkap dapat menghemat waktu dan bahan
bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar gerombolan ikan dari dan
menuju ke lokasi penangkapan.
Desain rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut dangkal secara
garis besar terdiri atas empat komponen utama yaitu :
(1) pelampung (float).
(2) tali (rope),
(3) pemikat (atractor)
(4) pemberat (sinker).
Tali yang menghubungkan pemberat dan pelampung pada jarak tertentu
disisipkan daun nyiur yang masih melekat pada pelepahnya setelah dibelah

menjadi dua. Panjang tali bervariasi , tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali
kedalaman laut tempat rumpon tersebut ditanam (Subani, 1986). Tim pengkajian
rumpon Institut Pertanian Bogor (1987) memberikan persyaratan umum
komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah sebagai berikut :
(1) Pelampung
a. Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang
mengapung diatas air 1/3 bagian)
b. Konstruksi cukup kuat
c. Tahan terhadap gelombang dan air
d. Mudah dikenali dari jarak jauh
e. Bahan pembuatnya mudah didapat
(2) Pemikat
a. Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan
b.Tahan lama
c.Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertical dengan arah ke bawah
e. Melindungi ikan-ikan kecil
f. Terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan murah
(3) Tali temali
a. Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk
b. Harganya relatif murah
c. Mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap
benda-benda lainnya dan terhadap arus
d. Tidak bersimpul (less knot)
(4) Pemberat
a. Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh
b. Massa jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan dapat
mencengkeram.
Samples dan Sproul (1985), mengemukakan teori tertariknya ikan yang
berada di sekitar rumpon disebabkan karena :
Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan
tertentu
Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan
tertentu.
Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telurnya bagi ikan-ikan
tertentu.
Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan-ikan tertentu
Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan-ikan
tertentu yang beruaya.
6. Lokasi Dan Pemasangan Rumpon
Dasar Perairan
Kontur dasar perairan terbaik untuk menanamkan
rumpon adalah dasar datar yang luas atau sedikit
kemiringan. Daerah yang luas adalah penting
karena, alur pergeseran jangkar saat diturunkan
sangat tidak bisa diprediksi. Akibatnya mungkin
jangkar terletak beberapa ratus meter dari tempat
penanaman yang telah ditentukan
Gambar 3: . Dasar perairan curam kurang tepat untuk pemasangan rumpon.

Gambar 4: Dasar perairan yang baik untuk menanamkan rumpon (Gate, 1989)
Dasar rata yang sempit, slope yang sempit, lereng curam, Flatareas sempit,
lereng tajam, menyebabkan meningkatkan potensi penempatan jangkar yang keliru,
menyebabkan terjadinya kegagalan. Perhatikan gambar 1.6.
Dasar laut datar atau landai juga akan membantu mencegah jangkar terseret
ke kedalaman air yang dalam ketika terjadinya tegangan geser rumpon akibat cuaca
buruk. Dasar perairan yang berbentuk gunung yang curam, jurang laut, atau celah
sempit harus dihindari, karena akan menyebabkan kegagalan prematur penanaman
rumpon, misalnya akibat gesekan tali pada batu atau pegunungan. Rumpon bisa
hilang atau bergeser jauh, jangkar bisa terseret ke dalam air yang lebih dalam, atau
penanaman mungkin tidak berfungsi sesuai dengan desain yang direncanakan.
Kedalaman:
Rumpon yang ditempatkan di perairan dangkal kurang dari 500 meter
umumnya tidak efektif mengagregasi tuna. Selain itu, biaya penanaman rumpon
meningkat sebanding dengan kedalaman, karena semakin dalam semakin panjang
tali tambat yang dibutuhkan.
Rumpon yang ditanam pada kedalaman antara 1000 - 2000 m umumnya
berfungsi dengan baik. Pada kondisi tertentu, kadang perlu untuk menanamkan
rumpon di kedalaman yang lebih besar.

Gambar 5:Kisaran kedalaman penanaman rumpon


Berhati-hati, untuk menghindari wilayah perairan yang bercuaca buruk, dan
laut yang terlalu bergelombang, untuk mengurangi nelayan untuk memperbaiki

rumpon. Pada kondisi seperti ini, biaya investasi akan tinggi dibanding denngan
manfaat yang dihasilkannya. Perairan yang berarus kuat harus dihindari.
Pemasangan rumpon sebaiknya dilakukan pada saat cuaca dan kondisi laut sedang
tenag, sehingga memperkecil resiko gegagalan dalam pemasangan. Dengan
kondisi cuaca yang kurang ramah, mengakibatkan tali rumpon akan bertambah
tegang dan akan menambah beban pada tali itu sendiri.
Jarak antar rumpon:
Umumnya rumpon akan mengagregasi lebih efektif jika ditempak pada jarak
sekitar 4 5 mil laut dari terumbu karang ke arah laut. Jarak antar rumpon sekitar 10
12 mkil laut. Jjarak ini cukup untuk menghindari interferensi dari karang dan
rumpon lainnya. Tentu saja selalu ada pengecualian. Beberapa rumpon yang
ditanam lebih dekat ke pantai telah berhasil mengagregasi ikan secara efektif.
Wilayah yang memiliki dasar curam (slope) tidak mungkin untuk menanam rumpon
pada jarak 4 atau 5 mil laut dari pantai karena terlalu dalam. Namun demikian, ketika
memilih sebuah situs baru yang belum pernah diuji sebelumnya, bila memungkinkan
gunakan jarak tersebut di atas.

Gambar 6. : Jarak pemasangan rumpon.


Aksesebilitas dan Keselamatan
Rumpon harus ditempatkan agar aman untuk dicapai dari pelabuhan. Letak
lokasi dan jarak dari pantai tergantung pada kondisi laut dan jarak operasi yang
aman untuk perahu berukuran kecil. Nelayan sangat berpengalaman mengenai faktor
dan kondisi laut disekitarnya.
Umumnya untuk meningkatkan keselamatan dengan mengonsentrasikan
rumpon pada suatau wilayah yang dikenal. Namun demikian pada era saat ini justru
sebaliknya , rumpon dipasang secara tersembunyi dengan tujuan agar tidak diketahui
oleh nelayan yang tidak ikut serta dalam kepemilikannya. Meskipun demikian posisi
rumpon yang telah terpasang akan mudah untuk dilacak oleh si pemilinya, selama
pada saat pemasangan dicatat posisinya dalam peta dengan GPS.
7. Konstruksi Rumpon
Konstruksi rumpon secara umum terdiri dari, ponton dan komponen bagian atas,
tali rumpon, rantai bawah dan jangkar. Perhatikan skematik rumpon pada gambar 7.

Jangkar

Gunakanlah jangkar yang terbuat dari balok


semen cor dengan berat sekitar 900 kg. Tebal
dan lebar balok cor seoptimum mungkin untuk
meningkatkan efek cengkeram dasar perairan.
Jangkar Yang berbentuk silinder atau drum bekas
oli yang diisi semen kurang baik, karena akan
menggeser rumpon menjauh akibat efek cuaca
dan kondisi laut.

Gambar 7: Skema rumpon

Gambar 8. jangkar rupon

Rantai Bawah

Rantai baja panjang 15 meter dengan diamter 19


milimeter digunakan untuk menghubungkan jangkar
ke talii rumpon. Penyambungan menggunakan segel
berukuran sesuai, seperti tampak pada Gamar 9

Gambar 9: Komponen atas tali

Tali Rumpon
Tali rumpon terdiri dari dua bagian. Bagian atas dan bagian bawah. Bagian
atas diameter 19 mm 8 12 strand bahan Nylon. Bagian bawah tali PE diameter 22
milimeter 8 atau 12 strand. Bagian bawah yang mengapung (gambar 8 komponen
lengkung) harus mempu mengapungkan tali bagian bawah dari dasar laut. Tujuannya
adalah untuk mengurangi gesekan dasar laut terhadap tali. Sementara bagian bawah
komponen atas terbuat dari wiresehinggga akan membentuk lengung katenari
(komponen lengkung). Tujuannya agar tali pelampung tidak mengambang dan untuk
memperpendek atau memperpanjang. Panjang tali rumpon 25% dari kedalaman air.
Panjang ini cukup aman jika kedalaman laut lebih besar dari yang diperkirakan.
Ponton tidak tertarik secara vertikal dan jangkar tidak terangkat jika terjadi cuaca
buruk.
Ponton
Ponton (lihat gambar 10) dapat
berbentuk kotak atau silinder, terbuat
dari pelat besi dengan ketebalan 5 mm.
Keliling 150 cm dan diameter 60 cm
untuk memasang bendera tanda. Jika
memungkinkan dipasang lampu yang
dapat menyala sendiri jika hari gelap
dan radar reflector. Ditengahnya
dipasakkan pipa bulat. Bagian pipa
atas sepanjang 80 cm dan bagian 105
cm berfungsi untuk mengikatkan rantai
atas komponen atas tali rumpon.

Gambar 10 : bagian atas dari rumpon

10

DAFTAR PUSAKA
Anonim.

2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar


Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Balai Riset Penangkapan Laut-BRKP, 1996.Musim Penangkpan Ikan Pelagis Besar (ikan
Tuna).
Gafa dan Sarjana, 1992. Pedoman Teknis Peningkatan Produksi dan Efisiensi melalui
Penerapan Teknologi Rumpon. Departemen Pertanian. Badan Penlitian
dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan, Jakarta 7 hal.
Jamal, M., 2003. Studi Pengguaan Rumpon untuk Meningkatkan Produksi Hasil
Tangkapan gillnet dan Bubu Dasar yang dioperasikan di Perairan
Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Lutjanus. Jurnal Teknologi Perikanan
dan Kelautan. Vol 8 No.2, Juli 2003, hal 223-231
http://npl-vedca.blogspot.com/2008/04/teknologi-penangkapan-ikan-tuna.html
http://www.dkp.go.id/index.php/ind/news/486/rumpon-ban-bekas-dilarang
http://www.kp3k.dkp.go.id/mitrabahari/index.php?option=com_content&view=article&catid
=1:terkini&id=52:rumpon-dari-ban-bekas-berbahayakah&Itemid=69
Soedharma, D. 1994. Suatu Struktur Komunitas Ikan pada Kombinasi Rumpon
Permukaan dan Rumpon Dasar di Teluk Lampung. Laporan Penelitian
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal 9-26.
Subani, W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid 1. Lembaga
Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. Hal : 85-104
Subani, W. 1986. Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos dalam Perikanan
Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut, BPPL, Jakarta, 35: 35-45
Tim Pengkajian Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 1987. Laporan
Akhir Survey Lokasi dan Desain Rumpon di Perairan Ternate,
Tidore,
Bacan dan sekitarnya. Laporan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Yusfiandayani, R. 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di
Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanan di Perairan Pasauran,
Propinsi Banten. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian
Bogor.

11

You might also like