Professional Documents
Culture Documents
4.1.
pengembalian
bersifat
fleksibel,
tidak
terikat
bersangkutan
dijadikan
obyek
jaminanyang
pengikatannya
seperti
pemberian
kredit
oleh
bank,
pada
lembaga
113
sesuai
dengan
perjanjian
pembiayaan
yang
telah
suatu
kredit,
maka
jaminan
pokoknya
adalah
dan
collateral)
juga
berlaku
dan
diterapkan
pada
2. Jaminan Pokok
128
Sutarno, 2004, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta,
Bandung, hal.92.
115
Sebaga jaminan pokok terhadap transaksi
pembiayaan
atau
konsumen
pengikatan
dilakukan
barang
dengan
yang
menjadi
membuatkan
obyek
perjanjian
dasarnya
dalam
pelaksanaan
perjanjian
pembiayaan
117
Perjanjian pemberian jaminan fidusia dibuat dengan akta notaries
dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia (pasal 5
ayat 1 UU Jaminan Fidusia. Sejalan dengan ketentuan mengenai hipotik
dan hak tanggungan, maka akta jaminan fidusia wajib dibuat dengan akta
otentik (akta notaris). Sebagai pejabat yang berwenang untuk membuat
akta itu adalah notaris yang ditunjuk undang-undang.
Akta otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk ditentukan
oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum
yang berkuasa untuk ditempati dimana akta dibuatnya (pasal 1868 KUH
Perdata). Sementara R. Supomo memberikan pengertian akta otentik
sebagai berikut :
Akta otentik adalah surat yang dibuat oleh atau dimuka seorang
pejabat umum yang mempunyai wewenang untuk membuat surat
itu, dengan maksud untuk menjadikan surat tersebut sebagai alat
bukti. 133 Sedangkan akta dibawah tangan adalah surat yang
ditandatangani dan dimuat dengan maksud untuk dijadikan bukti
dari perbuatan hukum. 134
Ketentuan pasal 1870 KUH Perdata menyatakan bahwa akta
notaris merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian
sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya diantara para pihak
beserta para ahli wrisnya, atau para pengganti haknya. Hal inilah yang
menyebabkan UU Jaminan fidusia menetapkan perjanjian fidusia harus
dibuat dengan akta notaris. 135
Alasan lain kenapa akta jaminan fidusia harus dibuat dengan akta
133
R. Supomo, 1980, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya
Paramita, Jakarta, hal. 76-77.
134
Ibid.
135
Gunawan Widjaja, & Ahmadyani, 2000, Jaminan Fidusia, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal. 136.
otentik (akta notaris) adalah mengingat obyek jaminan fidusia tidak saja
barang-barang bergerak yang sudah terdaftar, tetapi pada umumnya
adalah barang bergerak yang tidak terdaftar, maka sudah sewajarnya
bentuk akta otentiklah yang dianggap paling dapat menjamin kepastian
hukum berkenaan dengan obyek jaminan fidusia. 136
Untuk memberikan kepastianhukum, maka pasal 11 UU jaminan
fidusia (UU No. 42 tahun 1999) mewajibkan benda yang dibebani
jaminan fidusia didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Kewajiban
ini bahkan tetap berlaku meskipun benda yang dibebani jaminan fidusia
berada diluar wilayah Negara Republik Indonesia.
4.2.
Ibid.
119
penyewa untuk kemudian disewa gunakan kembali;
2. Anjak piutang yang dilakukan dalam bentuk:
3. Pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari
transaksi usaha dalam maupun luar negeri;
4. Pengelolaan penjualan dengan kredit dan pengurusan tagihan dari
suatu perusahaan klien;
bagi
konsumen
untuk
pembelian
barang-barang
dengan
137
dan
atau
alat-alat
termasuk
alat
angkutnya
yang
121
Febriansyah, dan Syamsudin pada pihak PT Astra Sedaya Finance
berdasarkan perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia. 138
Dalam kasus diatas, tiga unit truk Toyota New Dyna yang
dirampas
dipergunakan untuk
jaminan
mengalihkannya
fidusia,
tanpa
maka
pemberi
persetujuan
fidusia
tertulis
dari
(debitor)
penerima
dilarang
fidusia
(kreditor).
Terhadappelanggaran ketentuan di atas diancam dengan hukuman
pidanapenjara dan denda sebagaimana tercantum dalam pasal 36 UU
Fidusia. Namun dalam UU Fidusia tidak mengatur bagaimana akibat
hukumnya jika suatu benda jaminan fidusia dirampas oleh negara karena
perbuatan melawan hukum. Pertanyaan yang kemudian muncul dalam
perkara tersebut adalah bagaimana akibat hukumnya, jika benda yang
dijaminkan ternyata tidak lagi berada di dalam kekuasaan pemberi
jaminan (debitor). 139
Dalam praktek, tidak adanya benda dalam kekuasaan pemberi
jaminan tentu dapat bermacam sebab, misalnya diperjual-belikan,
musnah, hilang, hingga dirampas seperti pada perkara di atas. Tentu
139
Ibid., hal. 107
123
terhadap kejadian tersebut akan merugikan pihak penerima jaminan dari
pelunasan piutangnya, terlebih lagi jika akan dilakukan eksekusi terhadap
benda jaminan. Terhadap keadaan tersebut bisa jadi penerima jaminan
tidak mendapatkan pemenuhan dari pelunasan piutangnya. Dengan
demikian kepastian untuk mendapatkan jaminan kedudukan untuk
pelunasan piutang bagi kreditur tentu harus diperhatikan.
Sesungguhnya
pengikatan
benda
jaminan
kredit
akan
sebagaimana
kreditur
atau
penerima
fidusia.
Seperti
menguntungkan
dan
125
tentang adanya persamaan hak diantara para kreditur, terkecuali
kreditur preferent yang mempunyai hak didahulukan atas pemenuhan
pembayaran piutangnya. Kreditur preferent yang dimaksud pasal 1132
KUH Perdata adalah para pemegang hak jaminan.
Menurut M. Bahsan, ketentuab pasal 1132 KUH Perdata
mengtur tentang lembaga jaminan gadai, hipotik, hak tanggungan, dan
jaminan fidusia, dan dalam hal ini merupakan lembaga jaminan yang
diatur
dalam
peraturan
perundangan
yang
dalam
ketentuan
ketentuan
pasal
1132
KUH
Perdata,
hak
Pembiayaan
sebagai
penerima
Fidusia
mempunyai
eksekusi
127
fidusia. Sertifikat jaminan fidusia memuat kata-kata Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga mempunyai
kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan
yang
jaminan
fidusiamenjadi
tidak
ada
artinya
dengan
dikemukakan
pada uraian
4.3.
129
Semula bentuk jaminan ini tidaklah diatur dalam perundangundangan, tetapi berkembang dengan dasar yurisprudensi, di Indonesia
baru diatur dalam undang-undang pada tahun 1999 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Fidusia
merupakan Pengembangan dari lembaga gadai. 143 Oleh karena itu, yang
menjadi objek jaminannya ialah barang bergerak, baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Berdasarkan
ketentuan umum daiam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 tersebut bahwa:
"Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik
benda."
Fiduciare Eigendoms Over Dracht atau penyerahan hak milik atas dasar
kepercayaan timbul atas
dasar
yang dijaminkan
diperlukan sehari-hari
bekerja
untuk
masih
melanjutkan
usaha
karena
atau keperluan
dikuasai debitur
Kreditur)
didasarkan
debitur
(tidak
diserahkan
memerlukan
rumah makan
mengatasi
kesulitan-kesulitan
demikian
dan
untuk
Jaminan
dengan
131
menggunakan
lembaga
Fiducia
ialah hak atas benda (hak kepemilikan) tersebut sebagai jaminan atas
dasar kepercayaan, sedangkan bendanya sendiri masih tetap berada dalam
kekuasaan si debitur/pemilik barang sehingga masih dapat dipergunakan
untuk kepentingan malanjutkan usaha debitur/pemilik barang.
Dari paparan di atas jelas dalam jaminan fidusia, bahwa benda
yang dipakai sebagai jaminan tetap berada dalam penguasaan pemilik
benda. Hal ini telah ditafsirkan oleh doktrin para sarjana yang ada, bahwa
meskipun alas hak (title) dari benda itu diserahkan melalui suatu
perjanjian, namun bendanya secara fisik tetap dikuasai oleh pemberi
jaminan.
Dengan konsep fidusia seperti itu sudah sepantasnya pihak
pemberi fidusia menjaga agar benda jaminan tersebut tetap berada dalam
kekuasaannya. Namun kenyataannya sangat mungkin benda jaminan
fidusia berpindah tangan atau berpindah penguasaannya kepada pihak
ketiga, karena dialihkan oleh debitur pemberi fidusia. Pihak penerima
fidusia
sebagai
kreditur
akan
diposisikan
pada
posisi
tidak
praktek,
tidak
adanya
benda
dalam
kekuasaan
pemberi jaminan tentu dapat bermacam sebab, misalnya diperjualbelikan, musnah, hilang, digadaikan, disewakan, termasuk dirampas oleh
negara.
Tentu terhadap kejadian tersebut akan merugikan pihak penerima
jaminan
tidak
mendapatkan
pemenuhan
dari
pelunasan
133
Dengan melakukan penafsiran terhadap kedua pasal di atas, serta
berdasarkan yurisprudensi dan azas / prinsip hukum yang ada, bentuk
perlindungan
hukum
yang
dapat
diberikan
kepada
perusahaan
kepada
yang
debitur
supaya
menyediakan
jaminan
bahwa
debitur
dilarang
untuk
mengalihkan,
Pasal
24,
dalam
hal
pemberi
Fidusia melakukan
hukum. 146
Hal mana juga didukung oleh praktek yurisprodensi, dimana
hakim menjatuhkan sita jaminan atas suatu benda milik debitur
sebagai pengganti benda jaminan yang sudah tidak ada lagi dalam
kekuasaan debitur. 147 Hal mana dapat dilihat dari ;
Putusan PN Medan dalam perkara No. 462/Pdt.G/PN.Mdn.
antara Bank Internasional Indonesia VS Kwan Pok Keng, Liaw
Tjin Hoa dan Ing Tjin San. Terhadap gugatan wanprestasi,
maka dengan tidak adanya lagi benda jaminan dalam kekuasaan
debitur, maka Hakim memutuskan untuk meletakkan sita
jaminan atas sebidang tanah hak guna banguna sebagai
pengganti dari benda jaminan yang telah tidak ada. 148
2. Mewajibkan kepada debitur supaya melunasi hutangnya. Hal ini
dilakukan apabila debitur tidak bisa menyediakan jaminan pengganti,
dan terlebih-lebih lagi bila debitur menurut penilaian perusahaan
pembiayaan ada gelagat tidak dapat memenuhi kewajibannya. Hal ini
dapat pula dilihat dari Putusan PN Medan dalam Perkara No.
558/Pdt.G/1992/PN.Mdn. antara Bank Dharmala Nugraha Cabang
Medan VS CV. Barumun Jaya dan Ridwan.
Terhadap gugatan wanprestasi atas perkara di atas, Hakim
menghukum dengan menyatakan bahwa tergugat telah melakukan
wanprestasi dan menghukum tergugat (debitur) untuk melunasi
hutangnya. 149 Dari kedua putusan tersebut diatas, maka dapat kiranya
dikemukakan bahwa
146
Henry Soebagyo , Op.Cit., hal. 108
147
M. Yahya Harahap, 1990, Permasalahan dan Penerapan Sita Jaminan
Conservatoir Beslag, Pustaka, Bandung, hal. 98.
148
Henry Soebagyo, Op.Cit, hal. 109
149
Henry Soebagyo, Loc.Cit.
135
dimungkinkan untuk mendapatkan perlindungan hukum terhadap
benda jaminan yang tidak lagi dalam kekuasaan debitur.
Pemberian perlindungan hukum terhadap penerima fidusia
terkait dengan tidak adanya lagi benda jaminan fidusia dalam
kekuasaan debitur, menjadi semakin penting untuk diperhatikan
mengingat beberapa hal ;
bekerja
dengan
cara
memancangi
perbuatan
keperluan
pemancangan,
maka
hukum
menjabarkan
hukum
sebagai
pengayom
perlindunga
150
Ishaq, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 10.
151
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintas Sejarah, Kanisius,
Yogyakarta, hal. 289.
152
Bachsan Mustafa II, Loc.Cit.
hak
azasinya,
hak
kebendaannya
maupun
hak
perorangannya. 153
Dengan demikian, hukum sebagai kaedah berfungsi untuk
melindungi/mengayomi serta menjamin hak-hak yang dimiliki
manusia dalam masyarakat, termasuk hak kebenddaannya. Fidusia
sebagai hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan dilindungi
oleh hukum, dan hak tersebut dapat dipertahankan terhadap
siapapun juga.
2. Dikaitkan dengan Teori Negara Hukum
Teori negara hukum yang paling relevan disini adalah
negara hukum modern yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi
selain menjamin hak-hak individu harus menentukan juga
cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hakhak yang dijamin itu.
2) Badan kehakiman yang bebas (independent and imperial
tribunals)
3) Pemilihan umum yang bebas
4) Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5) Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi
6) Pendidikan kewarganegaraan. 154
Salah satu ciri negara hukum modern adalah adanya
jaminan
perlindungan
terhadap
hak-hak
individu
dan
cara
154
Mariam Budihardjo, Loc.Cit.
137
dijamin itu. Jaminan perlindungan terhadap hak-hak individu
disini termasuk didalamnya hak kebendaan.
3. Dikaitkan dengan konsepsi hak dan hak kebendaan.
Ada berbagai batasan tentang hak kaitannya denganhak
kebendaan. Dalam pengertian hukum yang dimaksud dengan hak
adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum, dan
kepentingan adalah tuntutan yang diharpakan untuk dipenuhi.
Kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang
dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya. 155
Bachsan
Mustafa
memberikan
definisi
hak
adalah
yang
bersifat
memberikan
jaminan
(zakelijkzekerheidsrecht) diatur dalam gadai, hipotik, UndangUndang No. 42 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, dan UndangUndang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 160 Dengan
hak kebendaan ini kedudukan kreditur (penerima jaminan) dijamin
pelunasan piutangnya.
Biasanya dalam praktek hukum manakala diantara para pihak
melakukan perikatan, agar pihak kreditur mendapatkan ekstra
perlindungan hukum, selalu ditimbulkan dengan perjanjian tambahan
yang berupa perjanjian jaminan kebendaan yang menimbulkan hakhak kebendaan, agar semakin kuat kedudukan kreditur tersebut. 161
Fidusia merupakan hak kebendaan yang bersifat memberi
jaminan, memberikan kekuasaan langsung terhadap benda jaminan,
dan hak mana dilindungi oleh hukum serta dapat dipertahankan
dan Sistematika), Universitas Sriwidjaja, Palembang, hal. 81.
159
J.B. Daliyo, dkk., 1994, Pengantar Ilmu Hukum Buku Panduan Mahasiswa,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 32, dan 34.
160
Herowati Poesoko, 2007, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan. Laks
Bang Pressindo, Yogyakarta, hal. 50.
161
Ibid.
139
kepada siapapun juga. Dengan konstruksi seperti itu, makaperusahaan
pembiayaan
sebagai
pemegang/penerima
hak
jaminan
fidusia