Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Menopause merupakan babak baru kehidupan seksual kaum perempuan
yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi atau haid. Sebagian besar
perempuan mulai mengalaminya saat usia 40-50 tahun. Berhentinya haid ini
berarti berhentinya fungsi reproduksi. Fungsi reproduksi dapat berlangsung
sampai umur 50 tahunan. [1]
Siklus haid dipengaruhi oleh hormon estrogen yang diproduksi kelenjar
pada indung telur (ovarium). Pada perempuan berusia 40-50 tahun, sel-sel organ
ovarium mulai mengalami proses penuaan dan hormon estrogen tidak lagi
diproduksi sehingga siklus haid berhenti. Menopause bagi wanita mempunyai
pengaruh dan menimbulkan perubahan-perubahan fisik dan psikis. Perubahanperubahan fisik dan psikis pada wanita saat menopause disebut dengan sindrom
menopause.[2]
Apa sajakah perubahan-perubahan fisik dan psikis tersebut dan
bagaimanakah terjadinya? Maka dalam makalah yang ringkas ini penulis berusaha
untuk menjelaskannya dengan singkat dan jelas. Kemudian dalam makalah ini
penulis juga menjelaskan pencegahan dari dampak negatif menopause serta
rehabilitasi psikis.
B. PENGERTIAN SINDROM MENOPAUSE
Sindrom adalah sekumpulan tanda dan gejala yang cenderung selalu
muncul bersamaan meskipun penyebabnya berbeda.[3] Sindrom menopause
adalah gejala-gejala fisik dan psikis yang menyertai awal menopause. Gejalagejala fisik antara lain berupa dirasakannya arus panas pada bagian atas tubuh
(hot flush), sulit tidur (insomnia), sakit kepala (migren) dan badan yang cenderung
lebih mudah gemuk.[4] Sedangkan gejala-gejala psikis, seperti perasaan murung,
mudah tersinggung, kecemasan yang berlebihan, kecurigaan dan depresi. [5]
Kata menopause berasal dari bahasa Yunani. Kata menos berarti bulan
dan pause artinya berhenti.[6] Valentina L. Brashers dalam bukunya Clinical
Applications of pathophysiology menukil pengertian Menopause dari WHO
tiba bisa menjadi ringan dan tidak terasa, atau sangat berat dan menyakitkan.
Perdarahan berat terjadi karena kadar progesteron tiba-tiba merosot (inilah yang
menyebabkan wanita mengalami menstruasi). Namun, ketika kadar progesteron
wanita pramenopause lebih tinggi dari normal, selaput leher rahim pun makin
menebal. Akibatnya, saat perdarahan terjadi, maka akan deras dan tiba-tiba (dan
menggumpal). Perdarahan hebat yang terjadi selama 10-14 hari masih tergolong
normal. Namun demikian, akan banyak kehilangan zat besi ketika mengalaminya.
[13]
2. Sistem Reproduksi Menurun Dan Berhenti
Perubahan organ reproduksi disebabkan oleh berhentinya haid, berbagai
reproduksi akan mengalami perubahan. Sel telur tidak lagi di produksi, sehingga
juga akan mempengaruhi komposisi hormon dalam organ reproduksi. Selain itu
hormon estrogen menyebabkan jaringan lapisan vagina menjadi tipis dan sekresi
atau lendir pada vagina mulai menurun sehingga saat berhubungan intim akan
timbul rasa nyeri. Namun, kondisi ini sangat individual, artinya tidak semua
wanita mengalaminya.[14]
3. Penampilan Kewanitaan Menurun
Akibat berkurangnya produksi hormon seks, penampilan seks sekunder
kewanitaan menjadi berkurang. Sebagian analisis menyebut dengan sebutan kasar:
pada fase ini, kaum hawa tidak lagi dapat disebut wanita, juga bukan pria. Bulu di
wajah bertambah kasar, suara menjadi lebih mendalam, lekuk tubuh hilang,
payudara turun dan kempis.[15]
Masalah pada kulit mulai muncul sejak di usia 35 tahun. Pada saat ini,
kulit menjadi tipis, kurang kenyal, dan daya lenturnya berkurang. Selain itu, pada
kulit juga sering muncul bintik-bintik atau noda cokelat. Kondisi ini ada
hubungannya dengan pigmen melanin yang mempengaruhi warna kulit dan
sekalaigus melindungi kulit dari bahaya sinar matahari. Dengan bertambahnya
usia, melanin akan semakin bertumpuk di tempat-tempat tertentu pada kulit. Ada
kecenderungan kulit akan semakin gelap, lapisan atasnya menebal dan lapisan
bawahnya menipis, sehingga mempertegas gurat-gurat dan kerutan pada kulit.[16]
4. Ketidaknyamanan Fisik
Ketidaknyamanan fisik saat menopause antara lain berupa dirasakannya
arus panas pada bagian atas tubuh (hot flush), sulit tidur, dan sakit kepala
(migren). Arus panas dirasakan pada leher, wajah dan bagian atas dada. Biasanya
berlangsung selama 15 detik sampai satu menit. Arus panas ini terjadi karena
siklus perubahan kadar estrogen yang menyebabkan pembuluh darah membesar
secara mendadak kemudian terjadi arus dan hilang secara cepat sehingga tubuh
merasakan panas.[17]
pada
wanita
menopause,
kadar
serotonin
(salah
satu
bentuk
6. Pembengkakan
Bengkak tidak terjadi pada semua orang yang menopause. Ada
kecenderungan bengkak biasanya dialami oleh yang berkulit gelap dan
mempunyai buah dada yang besar. Mereka yang tinggi, kurus dan berkulit agak
pucat jarang mengalami pembengkakan. Namun, belum ada penelitian yang
membuktikan soal hal itu.[21]
Pembengkakan pada wanita menopause disebabkan oleh tubuh yang
terlalu banyak menghasilkan aldosteron. Hormon ini merupakan hormon
kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal dan bertugas mengatur
jumlah air dan garam dalam tubuh. Dalam keadaan stres, terjadi perubahan
hormon yang mengakibatkan ketidakseimbangan susunan kimia tubuh sehingga
menyebabkan penimbunan air dalam tubuh.[22]
7. Perubahan Kepribadian
Gejala-gejala lain yang kadang juga sangat mengganggu adalah gejala
emosioanl yang disebabkan oleh meningkatnya kadar follical stimulating
hormone (FSH, hormon perangsang folikel telur_) dan luteinizing hormone (LH).
Kedua hormon itu diproduksi oleh kelenjar pituitari sebagai respons untuk
menstimulasi hipotalamus di otak untuk mengaktifkan ovarium. Ketika siklus
menstruasi kacau dan persediaan sel telur makin menipis, maka FSH dan LH
diproduksi sangat banyak sampai 15 kali dari biasanya. Ini merupakan mekanisme
tubuh mengaktifkan kembali ovarium yang mogok. Pemeriksaan laboratorium
yang mengindikasikan tingginya kadar FSH dan LH menunjukkan bahwa pada
saat itu seorang wanita memasuki masa perimenopause. Berikut ini beberapa
gejala emosional menopause yang disebabkan membanjirnya FSH dan LH yang
sering dialami wanita menjelang menopause.
a.
Suasana hati berubah-ubah, mudah marah dan mudah sedih tanpa sebab yang
jelas.
b. Depresi.
c.
d. Alergi meningkat.
e.
E. PENCEGAHAN
Pencegahan yang dimaksud bukan berarti mampu mengatasi atau
menghindarkan perempuan dari menopause. Namun, lebih kepada upaya
mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat menopause. Berikut pencegahan
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari menopause.
1. Memberikan hormon pengganti (sintesis) untuk memulihkan sel-sel yang
telah mengalami kemunduran (degenarsi sel).
2. Memberikan vitamin dan suplemen tertentu yang berkhasiat memperlambat
penuaan.
3. Rehabilitasi dan stabilitasi fisik harus dilakukan dengan berolahraga secara
rutin. Olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuh pasca menopause adalah
sexercice (olahraga seks) agar otot-otot atau jaringan payudara, pinggul, serta
alat kelaminluar dan dalam bisa kencang kembali.
4. Hubungan intim yang teratur akan membuat organ seksual tetap peka
rangsangan dan berfungsi dengan baik.
5. Mengonsumsi makan yang bergizi, seperti sayuran, buah, dan biji-bijian yang
banyak mengandung asupan nutrisi yang dapat membantu proses pemulihan.
6. Merawat tubuh, wajah, serta rambut agar senantiasa bersih dan awet muda.
[24]
F. REHABILITASI PSIKIS
1. Pemberian terapi khusus, seperti pijat relaksasi, mengonsumsi obat
antidepresi, mandi sauna atau aroma terapi yang fungsinya menstabilkan
ketegangan dan kecemasan yang ada.
2. Psikoterapi dengan pendekatan agama dan pendekatan spiritual mempunyai
peranan yang sangat besar untuk memulihkan krisis emosional yang berkaitan
dengan babak baru kehidupan seksual perempuan pascamenopause. Hal ini
dilakukan agar wanita kembali mendapatkan ketenangan jiwa, kesabaran,
kepasrahan, dan rasa percaya diri.
3. Peran suami banyak menolong pada proses rehabilitasi ini dengan mencoba
mengerti keadaan pasangannya. Tetap membangun rasa kemesraan dan kasih
sayang demi kebahgiaan bersama. Dorongan moral ini penting dan sangat
efektif bagi pemulihan kondisi psikologisnya.[25]
G. PENUTUP
Bila wanita memasuki masa menopause, maka ia tidak boleh frustasi dan
menunggu nasib buruk. Ia masih dapat berperan penting dalam kehidupan, mulai
menempuh cara hidup baru, dan menikmati makna kehidupan dengan cara yang
luas dan baik. Secara khusus, ia telah terbebas dari beban haid, kehamilan dan
melahirkan.
Jika ia dapat memperhatikan penampilannya dan menghindari makanan
berlebihan yang menimbulkan kegemukan, maka ia akan dapat mempertahankan
kecantikan dan kewanitaannya. Tetapi jika ia menyerah terhadap nasibnya dengan
suatu keyakinan bahwa masanya sebagai wanita sejati telah berakhir maka ia akan
mengalami tekanan psikologis dan fisiologis yang berat serta mudah terkaena
berbagai penyakit. Selain itu, ia akan mengalami peningkatan berat badan dan
menjadi wanita yang tidak berdaya sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Sudewo Bambang, Hidup Sehat Cara Mas Dewo. Jakarta: PT Agro Media
Pustaka, 2009.
Hardjodisastro Daldiyono, Menuju Seni Ilmu Kedokteran Bagaimana Dokter
Berpikir,
Bekerja, Dan Menampilkan Diri. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006.
Wirakusumah Emma S., Tip Dan Solusi Gizi Untuk Tetap Sehat, Cantik, Dan
Bahagia Di
Masa Menopause Dengan Terapi Estrogen Alami. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Waluyo Srikandi, Putra Marhaendra Budhi, 100 Questions And Answer
Menopause
atau Mati Haid. Jakarta: PT Alex Media Komutindo
Kelompok Gramedia, 2010.
L.
Brashers
Valentina, Clinical Applications of pathophysiology:
Assessment,
Diagnostic
Reasoning, and Management, ter. dr. H.
Y. Kuncara, ed.2. Jakarta: EGC,2007.
Harmanto Ning, Herbal untuk Keluarga Ibu Sehat dan Cantik dengan Herbal.
Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2006.
Indriasari Devi, 100% Persen Sembuh Tanpa Dokter: A-Z Deteksi, Obati, Dan
Cegah
Penyakit. Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2009.
Rosenthal M. Sara, Revolusi Terapi Hormon Pendekatan Alami, ter. Leo .
Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2009.
Saabah Umar Marzuki, Bagaimana awet muda dan panjang usia. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
At-Tharsyah Adnan, serba-serbi wanita, ter. Gazi Saloom. Jakarta: Almahira,
2001.