Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hampir semua reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia melibatkan
bahan baku yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh
karena itu, reaksi kimia dalam suatu industri dapat terjadi dalam fase ganda atau
heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier (Coulson, 1996). Walaupun terdapat
perbedaan wujud pada bahan-bahan baku yang direaksikan, namun terdapat satu
fenomena yang selaluterjadi. Sebelum reaksi kimia berlangsung. Maka salahsatu atau
lebih bahan baku (reaktan) akan berpindah dari aliran utamanya menuju ke lapisan
antarfase/batas atau menuju aliran utama bahan baku yang lain yang berada di fase
yang berbeda.
Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan
komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan yang
tidak mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam proses absorpsi dapat
terjadi di lapisan gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau bahkan badan utama
cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-bahan yang direaksikan.
Untuk memfasilitasi berlangsungnya tahapan-tahapan proses tersebut, biasanya
proses absorpsi dijalankan dalam reactor tangki berpengaduk bersparger, kolomg
elembung (bubble column) atau kolom yang berisi tumpukan partikel inert (packed
bed column). Proses absorpsi gas-cair dapat diterapkan pada pemurnian gas sintesis,
recovery beberapa gas yang masih bermanfaat dalam gas buang atau bahkan pada
industri yang melibatkan pelarutan gas dalam cairan, seperti H2SO4, HCl, HNO3,
formadehid dll(Coulson, 1996).Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksid yang kuat
merupakan proses absorpsi yang disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO2 dan
ion OH-membentuk ionCO32-dan H2O.Sedangkan reaksi antara CO2 dengan CO32membentuk ion HCO3-biasanya diabaikan (Danckwerts, 1970; Juvekardan Sharma,
1972). Namun, menurut Rehmet al. (1963) proses ini juga biasa dianggap mengikuti
reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH cukup rendah (encer).
Perancangan
reaktor
kimia
dilakukan
berdasarkan
pada
permodelan
hidrodinamika reaktor dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model
matematika merupakan bentuk penyederhanaan dari proses sesungguhnya di dalam
sebuah reaktor yang biasanya sangat rumit (Levenspiel, 1972). Reaksi kimia biasanya
dikaji dalam suatu proses batch berskala laboratorium dengan mempertimbangkan
kebutuhan
reaktan,
kemudahan
pengendalian
reaksi,
peralatan,
kemudahan
1.2
Perumusan Masalah
1.
2.
terhadap
nilai
tetapan
nilai
tetapan
Bagaimana
pengaruh
konsentrasi
NaOH
terhadap
1.3
Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu menjelaskan
mengenai beberapa hal berikut:
1.
2.
3.
4.
Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2).
1.4
Manfaat Percobaan
1.
2.
3.
4.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana
suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu
atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbsi dapat terjadi
melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan
gas dalam larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses
ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, methanol, propilen karbonase. Penyerapan
terjadi karena adanya interaksi fisik. Mekanisme proses absorbsi fisik dapat
dijelaskan dengan beberapa model, yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh
Whiteman (1923), teori penetrasi oleh Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan
gas dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini
adalah absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya.
Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada
stripper
absorber
Gambar 2.1.Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Amonia
Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh
Cairan
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang disertai
reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO2 melalui
lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara CO2 dalam
fase gas dan dalam faselarutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan gas kebadan
utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil (OH-).
Skema proses tersebutdapatdilihat pada Gambar 2.2.
pg
Gas film
Liq. film
pai
A*
(1)
Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan :
A* H . pai (2)
Ra [ A*]a D A .k 2 .[OH ]
(3)
Keadaan batas :
DA .k 2 .[OH ]
1 , sehingga persamaan di atas
kL
(5)
menjadi:
Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam
larutan.Hal ini berakibat:
(6)
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH akan
mengikuti persamaan:
Ra
a.H . pg. .k L
a.H . .k L
1
k Ga
(7)
Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien transfer
massa CO2 pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi
kimia seperti dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973)
(8)
OH
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC adalah 2,1
10-5 cm2/det (Juvekardan Sharma, 1973).
Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang waktu
tertentu di dalam alat absorpsi. Secara teoritik, nilai kGa harus memenuhi persamaan :
(9)
Dalam bentuk bilangan tak berdimensi kGa dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro
dan Hadiyanto, 2000) :
(10)
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plm dapat didekati dengan p = pin-pout.
Sedangkan nilai kla dapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan and
Xu, 1992)
k dp
Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan
laju difusi CO2 ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film cairan
dengan badan cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi CO2yang sangat
cepat selama reaksi sepanjang film. Dengan demikian, tebal film (x) dapat ditentukan
persamaan:
D A .( pin p out )
2
mol(CO3 ).R.T
(12)
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
3.1
10
3.2
11
Variabel Operasi
a. Variabel tetap
1. Tekanan CO2
: 6 atm
2. Suhu
: 30 oC
: 0,015 L/menit
b. Variabel berubah
Konsentrasi NaOH
3.3
: 0,5 N ; 0,75 N ; 1 N
3.4
Prosedur Percobaan
400 gram NaOH ditimbang dan dilarutkan dalam 10 L aquadest. Selanjutnya
larutan NaOH ditampung dalam tangki 1 untuk digunakan sebagai larutan penyerap.
Langkah berikutnya adalah penentuan fraksi ruang kosong di dalam kolom absorpsi.
Pertama, larutan NaOH dialirkan dari bak penampung 2 ke dalam kolom absorpsi
pastikan kran di bawah kolom absorpsi dalam keadaan tertutup agar larutan NaOH
tidak keluar dari kolom absorpsi. Kemudian, kran dimatikan jika tinggi cairan di
dalam kolom tepat setinggi tumpukan packing. Setelah cairan tepat menempati ruang
packing, cairan dikeluarkan dari dalam dalam kolom dengan membuka kran di
bawah kolom. Cairan tersebut ditampung dank ran ditutup kembali apabila cairan
dalam kolom tepat berada pada packing bagian paling bawah. Ukur volume cairan
yang telah ditampung, catat volume cairan tersebut sebagai volume ruang kosong
dalam kolom absorbsi (Vvoid). Selanjutnya fraksi ruang kosong dapat ditentukan
dengan
,dimana
yang lain.
Setelah didapat fraksi ruang kosong di dalam kolom absorbs, maka langkah
berikutnya adalah melakukan proses absorbsi. NaOH 1 N dipompa dan diumpankan
ke dalam kolom melalui bagian atas kolom pada laju alir 0,015 L/menit hingga
keadaan mantap tercapai. Kemudian, gas CO2 dialirkan melalui bagian bawah kolom.
12
Ukur beda ketinggian cairan dalam manometer 1 dan manometer 2 jika aliran gas
sudah steady. Selanjutnya, setiap 1 menit, sampel cairan dari dasar kolom yang
keluar dari kolom absorbsi diambil 10 mL untuk dianalisa kadar ion karbonatnya
atau kandungan NaOH bebasnya. Pengambilan sampel dilakukan selama 10 menit.
Percobaan diulang untuk harga variabel yang berbeda.
Prosedur untuk analisa kadar ion karbonat atau kandungan NaOH bebasnya
mengikuti langkah seperti berikut.. Pertama, sebanyak 10 mL sampel cairan
ditempatkan dalam gelas Erlenmeyer 100 mL. Kemudian, indikator fenolpthalein
(PP) ditambahkan sampai warna merah jambu. Titrasi sampel dengan larutan HCl 0,1
N sampai warna merah hamper hilang. Catat kebutuhan titran (a). Maka mol HCl = a
x 0,1 mmol. Setelah itu, indikator metil jingga (MO) ditambahkan sebanyak 2-3 tetes
dan titrasi dilanjutkan kembali sampai warna jingga berubah menjadi merah. Catat
kebutuhan titran (b). kebutuhan HCl dapat dihitung dengan b x 0,1 mmol. Jumlah
NaOH bebas dihitung dengan (2a-b) x 0,1 mmol di dalam 10 mL sampel. Maka
konsentrasi NaOH bebasnya = (2a-b) x 0,01 mol/L.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan
IV.2.1 Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Jumlah CO2 yang Terserap pada
Berbagai Waktu
Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap pada
berbagai waktu dapat dilihat pada gambar 4.1
0.5
0.45
IV.2
0.4
NaOH 1 N
0.35
0.3
NaOH 0,75 N
0.25
NaOH 0,5 N
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0
10
Waktu (menit)
Gambar 4.1: Hubungan konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap
pada berbagai waktu
Gambar 4.1 diatas menunjukkan hubungan antara konsentrasi NaOH
dengan CO2 yang terserap. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada
konsentrasi NaOH 1 N, CO2 yang terserap paling banyak. Berdasarkan grafik di
atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi NaOH maka CO2 yang
terserap semakin tinggi. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi NaOH yang
tinggi, jumlah molekul NaOH yang terlarut sebagai sorben menjadi lebih banyak
sehingga akan semakin banyak molekul NaOH yang dapat bereaksi dan
mengikat CO2. Jumlah CO2 yang terserap pada ketiga konsentrasi pada suatu
waktu tertentu akan menuju nilai konstan (Maarif, Fuad dan Januar Arif, 2008).
14
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.1
15
antara NaOH dengan CO2 adalah 8,06 kJ/mol (Levenspiel, 1972) dan suhu
operasi adalah 303 K (30oC) maka harga A dapat dihitung untuk berbagai nilai k.
Harga A ini merupakan fungsi dari konsentrasi dimana semakin besar A maka
konsentrasi NaOH akan semakin besar pula. Dengan begitu pengaruh konsentrasi
NaOH dengan nilai konstanta kecepatan reaksi dapat ditentukan. Hubungan
antara nilai k dengan A dapat dilihat pada gambar 4.3.
9
8
Faktor Tumbukan
7
6
5
4
3
2
1
0
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
16
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.1
Konsentrasi (N)
17
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
1.
Semakin besar konsentrasi NaOH maka jumlah CO2 yang terserap semakin
banyak.
2.
3.
4.
Jumlah CO2 yang terserap akan semakin banyak kemudian konstan seiring
berjalannya proses absorbsi.
5.
V.2
Saran
1.
Penggunaan valve yang baik agar mudah dalam pengaturan laju alir NaOH.
2.
Jaga valve untuk laju alir NaOH diatur sesuai dengan variable yang ditentukan agar
tetap konstan.
3.
Jaga tekanan pada tangki CO2 agar CO2 yang keluar tidak berlebihan.
4.
Jaga tekanan pada kompresor agar raksa yang ada pada inverted manometer tidak
keluar ke pipa pembuangan
DAFTAR PUSTAKA
Arai, 2007, Absorbsi Gas CO2 Dengan NaOH,
http://tekimerzitez.wetpaint.com/page/Absorbsi+CO2+Dengan+NaOH?t=anon
Coulson, J.M. dan Richardson, J.F., 1996, Chemical Engineering: Volume 1: Fluid
th
flow, heat transfer and mass transfer, 5 ed. Butterworth Heinemann, London,
UK.
Danckwerts, P.V. dan Kennedy, B.E., 1954, Kinetics of liquid-film process in gas
absorption. Part I: Models of the absorption process, Transaction of the
Institution of Chemical Engineers, 32:S49-S52.
Danckwerts, P.V., 1970, Gas Liquid Reactions, McGraw-Hill Book Company, Inc.,
New York, pp. 42-44,
Fatih, Selvy, dan Tri Wulandari, 2009, Absorbsi Gas CO2 Dengan NaOH, Laporan
Resmi Praktikum Unit Proses, IV, 12-13.
Franks, R.G.E., 1967, Mathematical modeling in chemical engineering. John Wiley
and Sons, Inc., New York, NY, USA, pp. 4-6.
Higbie, R., 1935, The rate of absorption of a pure gas into a still liquid during short
period of exposure, Transaction of the Institution of Chemical Engineers,
31,365-388.
Juvekar, V. A. dan Sharma, M.M., 1972, Absorption of CO, in a suspension of lime,
Chemical Engineering Science, 28, 825-837.
Kumoro dan Hadiyanto, 2000, Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan Soda
Api dalam Unggun Tetap, Forum Teknik, 24 (2), 186-195.
Levenspiel, O., 1972, Chemical reaction engineering, 2
Inc., New York, NY, USA, pp. 210-213, 320-326.
nd
18
19
20
INTISARI
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu campuran gas
saling kontak dengan suhu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut
larut dalam cairannya. Percobaan absorbsi CO2 dengan NaOH bertujuan untuk mempelajari pengaruh
konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 terserap, menentukan besar koefisien perpindahan massa pada
proses absorbsi, dan tetapan laju reaksi CO2 dan NaOH.
Pada percobaan ini, variable berubah adalah konsentrasi NaOH yaitu 1 N; 0,75 N; dan 0,5 N.
Beda waktu pengambilan sampel yaitu 1 menit dan tekanan operasi 1 atm. Sedangkan variabel tetapnya
adalah laju alir NaOH (15 ml/menit). Percobaan ini diawali dengan membuat larutan induk NaOH 1 N;
0,75 N; dan 0,5 N sebanyak 10 liter. Kemudian NaOH dipompa ke bagian atas menara. Lalu gas CO2
dialirkan ke bagian bawah absorber dan NaOH dialirkan ke kolom packed sesuai dengan variabel
berubah. Larutan NaOH dan CO2 dibiarkan saling kontak. Sebanyak 10 ml sampel yaitu campuran
antara NaOH dengan CO2 diambil dari bagian dasar menara dengan interval 1 menit dan dianalisis
kadar CO3 2-dengan cara titrasi acidi alkalimetri.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar CO2
yang terserap, dikarenakan semakin banyak jumlah molekul NaOH yang dapat mengikat CO2 sehingga
CO2 pun akan semakin banyak terserap. Semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai Kla dan nilai Kga
akan semakin besar, hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya CO2 yang terserap. Selain itu, semakin
besar konsentrasi NaOH, Semakin besar nilai k maka harga A (faktor tumbukan) semakin besar. Hal
tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi molekul NaOH yang terlarut semakin banyak dan jaraknya
semakin rapat seiring dengan meningkatnya nilai konstanta kecepatan reaksi antara NaOH dan CO2.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai Kla, Kga dan
K akan semakin besar serta CO2 yang terserap akan semakin banyak. Saran yang dapat diberikan antara
lain penggunaan valve yang baik sehingga mudah dalam pengaturan laju alir, menjaga valve sehingga
dapat memperoleh laju alir yang konstan dan melakukan titrasi dengan teliti sesuai dengan warna yang
diperoleh.