Professional Documents
Culture Documents
Abstrak Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan pimpinannya adalah Kepala
BPKP dalam melaksanakan tugas, pokok, dan fungsinya, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden Republik Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang 103
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Peraturan Presiden No 64 tahun
2005 disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan
dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 52). Penulisan
paper ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tugas dan fungsi Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, serta mengetahui hambatan beserta solusi dalam pelaksanaanya. Penulis menggunakan
metodologi penelitian kepustakaan sebagai referensi dalam penulisan paper. Penulis berharap paper ini dapat
memberikan hasil yang baik sehingga pembaca mampu mengetahui tugas, pokok, dan fungsi BPKP sehingga
pembaca mendapat gambaran peranan BPKP dalam pemerintahan dan pembaca bisa memberikan saran dan
perbaikan yang konstruktif kepada BPKP.
Kata kunci: Tupoksi BPKP, Hambatan, dan Solusi.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang (Sejarah BPKP)
Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) tidak dapat dilepaskan dari
sejarah panjang perkembangan lembaga pengawasan
sejak sebelum era kemerdekaan.
1)
anggaran
LANDASAN TEORI
2)
3)
4)
5)
6)
melaksanakan
tugas,
BPKP
menyelenggarakan fungsi :
a) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional
di
bidang
pengawasan
keuangan
dan
pembangunan;
b) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang
pengawasan
keuangan
dan
pembangunan;
c) koordinasi
kegiatan
fungsional
dalam
pemberian
terhadap
bimbingan
kegiatan
dan
pengawasan
ketatausahaan,
organisasi
dan
dan
pengawasan
atas
persyaratan
dan
akreditasi
sertifikasi
lembaga
tenaga
Dalam
melaksanakan
tugas,
Inspektorat
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis
pengawasan pada Inspektorat;
b) penyiapan bahan penyusunan prosedur dan
pedoman kegiatan operasional Inspektorat;
c) pelaksanaan pemeriksaan ketaatan, efisiensi,
dan efektivitas tugas dan kegiatan unit kerja di
lingkungan BPKP;
d) pelaksanaan pemeriksaan khusus terhadap
indikasi penyimpangan dan penyalahgunaan
wewenang unit kerja dan pegawai di
lingkungan BPKP;
e) pelaksanaan evaluasi laporan akuntabilitas
kinerja unit kerja di lingkungan BPKP;
f) pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
Inspektorat;
g) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan
pemeriksaan Inspektorat;
h) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil
pengawasan Inspektorat.
4) Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pengawasan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, yang
selanjutnya disebut Pusdiklatwas mempunyai tugas
melaksanakan penyelenggaraan, pembinaan, dan
koordinasi kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 219, Pusdiklatwas menyelenggarakan
fungsi:
a) penyusunan program pendidikan dan pelatihan
kedinasan, fungsional, dan teknis;
b) perencanaan, penyusunan, dan pengembangan
materi pendidikan dan pelatihan fungsional dan
teknis;
c) perencanaan kebutuhan dan pembinaan
widyaiswara dan instruktur;
d) penyelenggaraan, pembinaan, dan koordinasi
kegiatan
pendidikan
dan
pelatihan
pembentukan,
pengembangan
dan
penjenjangan jabatan fungsional auditor, serta
pendidikan dan pelatihan teknis;
e) penetapan persyaratan dan
pemberian
akreditasi penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan pembentukan dan penjenjangan
jabatan fungsional auditor;
f) evaluasi pelaksanaan hasil pendidikan dan
pelatihan serta penyusunan laporannya;
g) pengelolaan kepegawaian dan pelaksanaan
urusan tata usaha, keuangan, barang
milik/kekayaan negara dan urusan rumah
tangga.
5) Pusat
Penelitian
Dan
Pengembangan
Pengawasan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan,
yang
selanjutnya
disebut
Puslitbangwas
mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan,
pembinaan, dan koordinasi kegiatan penelitian dan
pengembangan pengawasan.
Dalam melaksanakan tugas, Puslitbangwas
menyelenggarakan fungsi:
a) analisis kebutuhan dan penyusunan program
penelitian dan pengembangan;
b) pelaksanaan penelitian dan pengembangan;
c) pelaksanaan kerja sama penelitian dan
pengembangan;
d) evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
dan hasil penelitian dan pengembangan;
e) pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan
urusan rumah tangga;
6) Pusat Informasi Pengawasan
Pusat Informasi Pengawasan, yang selanjutnya
disebut
Pusinfowas
mempunyai
tugas
melaksanakan pengelolaan data dan informasi
serta pengembangan sistem informasi.
Dalam
melaksanakan
tugas,
Pusinfowas
menyelenggarakan fungsi:
a) penyusunan rencana dan program pengelolaan
data dan informasi serta pengembangan sistem
informasi;
b) pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data
dan informasi, serta administrasi basis data;
c) penyiapan kompilasi analisis hasil pengawasan;
d) pengembangan
sistem
informasi
dan
pembinaan terhadap pengguna;
e) pelaksanaan urusan tata usaha.
7) Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor
Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor,
yang selanjutnya disebut Pusbin JFA mempunyai
tugas melaksanakan penelaahan dan penyusunan
peraturan, standar, pedoman, program pembinaan,
dan pelaksanaan
sertifikasi serta evaluasi
pelaksanaan sertifikasi, angka kredit, dan
efektivitas tim penilai jabatan fungsional auditor
di lingkungan BPKP dan APIP lainnya.
Dalam melaksanakan tugas, Pusbin JFA
menyelenggarakan fungsi:
a) penyusunan rencana dan program pembinaan
jabatan fungsional auditor;
(2) SAKIP
(a) Asst. SAKIP - IKK/IKU
(b) Asst Indikator Kinerja
(c) Asst Standar Pelayanan Minimal
(d) Asst Rencana Kerja Tahunan
(e) Asst Penetapan Kinerja /TAPKIN
(f) Asst LAKIP
(g) Asst LPPD
(h) Asst RPJMD/RENSTRA
(i) Asst RKPD/RENJA
(j) Asst Revisi RPJMD
(k) Asst Evaluasi LAKIP
(l) Asst Evaluasi LPPD
(m) Asst SAKIP Lainnya
(3) APBD
(a) Asst. Standar Biaya / ASB
(b) Asst. KUA & PPAS
(c) Asst. Rencana Kerja & Anggaran
(d) Rencana Bisnis Anggaran (RBA)
(e) Asst Anggaran Berbasis Kinerja
(f) Asst. APBD
(g) Asst. APBD Lainnya
(4) SAKD
(a) BMD-Inventarisasi
(b) Asst. SAKD BMD-Penatausahaan
(c) Asst. SAKD BMD-Lainnya
(d) Asst. SAKD LKPD
(e) Asst. SAKD LKPJ
(f) Asst. Reviu LKPD
(g) Asst. SAKD Kebijakan Akuntansi
(h) Asst. SAKD TUKD
(i) Asst. SAKD Lainnya
(5) SIMDA
(a) SIMDA Keuangan
(b) SIMDA BMD
(c) SIMDA Gaji
(d) SIMDA Pendapatan
(e) SIMDA SAKIP
(6) LAINNYA
(a) Asst. Pengadaan Barang & Jasa
(b) Asst. Reviu PBJ
(c) Asst. Optimalisasi PAD (OPAD)
(d) Asst. Action Plan
(e) Asst. Peraturan Lain
(f) Asst. LKPJ
(g) Asst. LPPD
(h) Asst. Lain-Lain
b) AUDIT
(1) Audit Keuangan
(2) Audit Kinerja
(a) Audit Kinerja Pelayanan Publik
(b) Audit Kinerja Pelayanan Pemda
(c) Audit Operasional
Kualitas
Kuantitas
para
pegawai
BPKP
pembangunan
masih
mengalami
kekurangan.
Pengawasan jumlah SDM yang tidak sebanding
dengan jumlah proyek atau kegiatan menjadi
persoalan. Hal ini menjadi masalah jika ditarik benang
merah dalam pengawasan di Indonesia, dimana
pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pengawas hanya sebatas pada pemeriksaan laporan
keuangan saja bukan pada aktivitas pengawasan yang
berjalan secara continue.
2) Money (Anggaran)
Anggaran menjadi faktor penentu dalam kegiatan
atau aktivitas pengawasan. Walaupun bukan sematamata faktor utama yang menjadi ukuran keberhasilan
kegiatan pengawasan, tetapi faktor ini menjadi penting
manakala
lembaga-lembaga
pengawas
ingin
melakukan kegiatannya serta menyukseskan kegiatan
pengawasan. Hal ini disebabkan anggaran merupakan
modal untuk membiayai seluruh kegiatan pengawasan,
mulai dari biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
pengawasan, salary atas aparat-aparat yang melakukan
pengawasan, pengadaan barang dan jasa di bidang
pengawasan, hingga peningkatan kinerja bagi aparataparat pengawas itu sendiri. Memandang BPKP
sebagai lembaga pengawas intern pemerintah yang
memiliki tugas dan fungsi besar, secara otomatis
anggaran yang dibutuhkannya pun besar. Keterbatasan
yang dimiliki oleh pemerintah khususnya pemerintah
pusat adalah anggaran yang dimilikinya tidak hanya
diperuntukkan bagi satu lembaga, melainkan seluruh
lembaga di Indonesia. Pemerintah pusat memiliki
kewajiban untuk mendanainya. Oleh sebab itu,
muncul hambatan atas anggaran tersebut dengan
posisi BPKP yang saat ini membutuhkan anggaran
yang besar, tetapi tidak didukung dengan dana yang
besar juga yang disediakan oleh pemerintah pusat.
Kendala anggaran menjadi penentu untuk
disediakannya sarana dan prasarana pendukung
kegiatan pengawasan, sehingga kadangkala kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi diakibatkan anggaran yang
ada tidak mencukupi. Dari beberapa penjelasan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran
juga merupakan kendala yang cukup signifikan dalam
penyelenggaraan
pengawasan
keuangan
dan
pembangunan. Anggaran bisa menjadi hambatan
manakala tidak ada prinsip money follow function.
Anggaran BPKP menurut pagu APBN 2013
sebesar Rp1,15 triliun menjadi sebesar Rp1,12 triliun
dalam RAPBN-P 2013 setelah Komisi XI menyetujui
pemotongan anggaran sebesar Rp 24,85 miliar.
Mutasi
Adanya rotasi
pegawai
dalam struktur
pemerintahan, menjadikan penyebab timbulnya
permasalahan pula dalam pengawasan keuangan dan
pembangunan. Hal ini dikarenakan, rotasi pegawai
berdampak pada ahli-ahli yang sengaja dipersiapkan
dalam kegiatan pengawasan keuangan dan
pembangunan harus dipindah ke tempat baru dalam
struktur pemerintah, sedangkan posisi yang lama
digantikan oleh orang lain yang bisa jadi belum
mengetahui seluk beluk pengawasan keuangan dan
pembangunan yang dilakukan oleh lembaga tersebut.
Sistem pengaturan struktur yang selalu berpindahpindah sering kali menjadi salah satu penyebab
pengawasan tidak berjalan. Kondisi ini memberikan
dampak bahwa tidak ada aparat tetap dalam
jabatannya. Permasalahan ini menyebabkan ahli-ahli
yang sudah dipersiapkan dalam pengawasan keuangan
dan pembangunan harus beradaptasi dengan
lingkungan dan pekerjaannya yang terus berganti.
Permasalahan di sini adalah pola mutasi di BPKP
yang belum jelas. Ada pegawai yang tidak pernah
dimutasi dan ada pegawai yang sering dimutasi.
Pemerataan jumlah pegawai memang perlu, tetapi
harus diperhatikan pola dan aturan yang jelas.
6)
Kewenangan
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, penulis
berkesimpulan bahwa dari masing-masing unit di
BPKP, baik itu di pusat maupun di perwakilan, tidak
menutup kemungkinan untuk terjadinya hambatan dan
dalam
pelaksanaan
tupoksi,
bahkan
bisa
dimungkinkan
untuk
terjadinya
indikasi
penyimpangan, meskiupun berbagai sistem dan
peraturan telah dirancang sedemikian rupa.
Oleh karena itu, perlu ada perbaikan yang
berkelanjutan dari BPKP, sehingga hambatan,
terutama yang berindikasi pada penyimpangan
tersebut dapat diselesaikan
Dalam rangka memberikan perbaikan terkait
dengan hambatan BPKP, penulis memberikan saransaran sebagai berikut:
1) Peningkatan Kesejahteraan
Solusi ini memang membutuhkan dana yang
besar, tapi langkah ini perlu untuk dilakukan. Dengan
biaya hidup yang semakin mahal, meliputi biaya hidup
sehari-hari, biaya sekolah dan kuliah anak, segala
cicilan aktiva tetap yang menjadi kebutuhan primer,
penghasilan yang diterima oleh pegawai BPKP sangat
sulit untuk memenuhi kebutuhan untuk hidup secara
wajar. Padahal, BPKP memiliki kewenangan yang
4)