Professional Documents
Culture Documents
MODUL III
PENGEMBANGAN PROFESIONAL DIRI
I. DESKRIPSI MODUL
Modul ini akan membahas mengenai pemberdayaan kapasitas
professional melalui aspek pengembangan budaya organisasi,
peningkatan capacity building dan jiwa dan nilai-nilai entrepreneur.
Budaya organisasi akan menekankan pada tatacara pembentukan aturanaturan tertulis ataupun tidak tertulis yang diciptakan dan digunakan secara
bersama yang selanjutnya akan mempengaruhi pola hubungan antar
elemen atau unsur dalam organisasi dan berdampak langsung terhadap
pencitraan organisasi.
Capacity building akan menekankan pada peningkatkan kemampuan
individu terkait hubungan antara manusia, keterampilan tehnis dan
kompetensi interpersonal, motivasi dan citra diri untuk meningkatkan
kemampuan kinerja dalam lingkup profesionalnya.
Sementara entrepreneur akan memberikan kemampuan melihat peluang,
keberanian untuk memulai, mengambil risiko dan nilai-nilai otonomi
lainnya yang merupakan ciri utama dari seorang entrepreneur. Nilai ini
sangat bermanfaat dalam pengembangan professional individu perawat.
Manfaat yang diperoleh dari pengembangan tiga aspek diatas adalah
perawat akan memiliki semangat yang tinggi, berjuang, berkorban dan
terus menerus meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga jiwa
karya terus berkobar yang pada akhirnya akan meningkatkan integritas
dan citra profesi itu sendiri.
II. KOMPETENSI
1. Memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi, mencari, menemukan
dan melakukan kegiatan terkait kebutuhan pengembangan diri yang
sesuai untuk meningkatkan kemampuan professional
2. Memiliki kemampuan dalam membangun, mengembangkan dan
menjalankan aturan-aturan (budaya) yang diciptakan bersama dalam
lingkup organisasi.
3. Memiliki kemampuan dalam menciptakan suatu kondisi/lingkungan
yang mencerminkan pengembangan nilai-nilai profesional.
4. Memiliki kemampuan dalam mengembangkan dan menjalankan nilainilai kewirausahaan dalam pelayanan keperawatan
130
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
III. TUJUAN
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta mempunyai kemampuan
dalam pengembangan professional diri.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta mampu:
1. melakukan kegiatan/aktifitas yang menunjang peningkatan
kemampuan profesional perawat dalam pelayanan (capacity building)
2. membangun, mengembangkan dan menjalankan nilai-nilai profesional
perawat dalam lingkup organisasi sesuai dengan budaya organisasi
yang dianut oleh rumah sakit (budaya organisasi)
3. menciptakan suatu kondisi/lingkungan yang mencerminkan
pengembangan nilai-nilai profesional perawat
4. mengembangkan dan menjalankan nilai-nilai kewirausahaan dalam
lingkup pelayanan keperawatan sesuai dengan nilai dan etika profesi
keperawatan serta tata nilai yang ada pada organisasi rumah sakit
(nursing entrepreneur)
IV. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
1. Capacity building
Pengertian
Ruang lingkup capacity building
Pendekatan capacity building
Membangun kapasitas personel / perseorangan
Strategi mengembangkan kapasitas perseorangan
Studi Kasus
2. Membangun Budaya Organisasi
Pengertian/definisi budaya organisasi
Fungsi budaya organisasi
Proses pembentukan budaya organisasi
Budaya organisasi dalam pelayanan keperawatan profesional
Studi Kasus
3. Entrepreneurship dalam Keperawatan
Pengertian
Ruang lingkup praktek entrepreneur dalam keperawatan
Karakteristik perawat enterpreneur
Penerapan entrepreneur dalam keperawatan
Pemicu
V. METODA
1. Studi kasus
2. Diskusi
3. Role play
4. Penerapan dalam Praktik klinik
131
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
VI. MEDIA
1. Kasus
2. Skenario
3. AVA
4. Flipchart/whiteboard
VII. EVALUASI
1. Test sumatif (untuk studi kasus)
2. Observasi (untuk diskusi, role play, penerapan)
VIII. REFERENSI
Huston, C.J. 2000. Leadership Roles and Management Functions in
Nursing: Theory and application. 3rd ed. Philadelphia. Lippincot.
ICN. 2004. Handbook on Entrepreneurial Practice.
Lupiyoadi, Rahmat. 2004. Entrepreneurship from Mindset to Strategy.
Edisi 2. Jakarta. Penerbian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tappen, RM. 1995. Nursing Leadership and Management: Concepts and
practice. 3rd ed. Philadelphia. F.A. Davis Company.
Rambat. L. 2004. Entrepreneurship; from mindset to strategy. edisi
kedua. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Swansburg, R.C. 1996. Management and Leadership for Nurse
Managers. 2nd ed. Massachusetts. Jones and Bartlett Publisher.
Advance Nursing Practice: The global experience
http://nursingsociety.org/RNL/Current/features/feature2.html, diunduh
tanggal 10 Agustus 2008
Building Capacities to Develop Inclusive Policy-Making Processes
http://www.phacaspc.gc.ca/canada/regions/atlantic/Publications/Capacity_building/5_e.ht
ml, diunduh tanggal 12 Agustus 2008.
Capacity Building
http://www.managementhelp.org/strt_org/strt_np/strt_np.htm, (Non
Profit), diunduh tanggal 10 Agustus 2008
Capacity Building, diunduh tanggal 10 Agustus 2008
https://home.eease.com/recruit/?id=47796,
Defining Capacity Building http://www.gdrc.org/uem/capacity-define.html,
diunduh tanggal 10 Agustus 2008
Beth R.Cirsp et al. 2000. Four approach to capacity building in health:
consequences for measurement and accountability. Health Promotion
International.
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI
132
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
IX.
LAMPIRAN
1. Lembar Bacaan
2. Penugasan
133
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
LEMBAR BACAAN
134
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
CAPACITY BUILDING
I.
PENDAHULUAN
Pengembangan tenaga perawat melalui capacity building merupakan
salah satu prioritas untuk meningkatkan kualitas organisasi. Peningkatan
tersebut mencakup pengetahuan, nilai-nilai professional, sikap dan
pengembangan ketrampilan melaksanakan asuhan keperawatan melalui
sosialisasi internal dan eksternal, serta terlibat dalam seminar, workshop
dan pelatihan.
Hal yang perlu diyakini oleh SDM keperawatan adalah bahwa capacity
building merupakan bagian dari investasi organisasi. Untuk menjamin
kesinambungan pelayanan yang bermutu perlu diberikan perhatian pada
pengembangan diri melalui pendidikan dan pelatihan serta pengalaman
di tatanan pelayanan kesehatan. Pemimpin berupaya mempengaruhi
setiap staf untuk berupaya meningkatkan kapasitasnya melalui jenjang
pendidikan dan pelatihan sebagai bagian dari capacity building
perorangan.
Manfaat capacity building antara lain: menghasilkan kepemimpinan yang
kuat, kemampuan mengembangkan penelitian dan pengembangan
professional serta mengembangkan kapasitas individual dan organisasi
untuk mempertahankan kualitas pelayanan.
II.
PENGERTIAN
Tahun 1991, UNDP mendefinisikan capacity building sebagai suatu
upaya menciptakan lingkungan yang didukung oleh kebijakan dan
kerangka kerja yang legal, pembangunan institusi termasuk didalamnya
partisipasi masyarakat, HRD, dan pemantapan/peningkatan sistem
manajemen. Selain itu, UNDP menyatakan bahwa capacity building
merupakan proses jangka panjang dan berkesinambungan dimana
melibatkan banyak stakeholder seperti kementrian/departemen,
pemerintah daerah, LSM, organisasi profesi, pendidikan dll.
Menurut Ann Philbin (1996), capacity building merupakan proses dalam
mengembangkan dan menguatkan keterampilan, insting, kemampuan,
proses dan sumber daya yang dimiliki agar individu atau organisasi atau
komunitas mampu bertahan dan beradaptasi di dunia yang berubah
dengan cepat.
Jadi, capacity building adalah suatu proses untuk meningkatkan
kemampuan individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat untuk dapat
mengidentifikasi masalah/kebutuhan/isu/peluang, merencanakan strategi
dan rencana aksi terhadap masalah/kebutuhan/isu/peluang dari potensi
yang tersedia, serta memonitor dan mengevaluasi rencana tersebut.
135
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
III.
136
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
IV.
V.
137
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
VI.
Kemampuan
menyelesaikan
konflik
dengan
secara
terus
menerus
berupaya
mencapai tujuan serta
memperbaiki hubungan
Menghargai pengalaman
dan perbedaan
Keterampilan
kepemimpinan
untuk
memotivasi orang lain
terkait
kemampuannya
dalam berkolaborasi
Menjadi
pendengar
aktif
dan
menghargai
Mengembangkan keterampilan dalam
penelitian, menulis dan presentasi
Secara terus menerus melakukan
pendekatan terhadap lingkungan dan
individu melalui belajar dan berbagai.
Menciptakan kesempatan dan peluang
untuk memperhatikan pandanganpandangan lain
Belajar tentang peran kelompok dan
masyarakat dalam proses kebijakan
publik
Menemukan orang yang memiliki latar
belakang dan pengalaman berbeda
tentang issue kebijakan
Meningkatkan kepercayaan diri dan
keterampilan
sebagai
motivator
dengan
menyampaikan
visi
ke
kelompok;
secara
bertahap
memberikan
kesan
untuk
meningkatkan level otoritas
Mencari kesempatan belajar tentang
keterampilan dalam kerja kolaborasi
melalui pendidikan berkelanjutan dan
terlibat dalam kelompok masyarakat.
138
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
VII. KASUS
Di ruang perawatan Bedah Umum RS S dengan jumlah TT 45, dengan
BOR 80%, jumlah perawat sebanyak 33 orang dengan latar belakang
pendidikan S1 20% dan D III 80%. Hasil audit keperawatan ditemukan
angka infesi akibat plebitis 30%, decubitus 5% dan terjadinya
peningkatan angka kejadian cemas.
Untuk menurunkan hasil audit tersebut, sebagai kepala ruangan apa
tindakan yang akan dilaksanakan terkait dengan penerapan Capacity
Building di ruangan tersebut.
139
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
140
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
I.
141
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
II.
142
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
III.
143
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
hasil akhir, sehingga dalam jangka panjang akan berdampak buruk pula
pada profitabilitas perusahaan.
Pandangan ini menyatakan pembentukan budaya organisasi dimulai dari
pemilik organisasi yang mencerminkan keinginan dan harapan pemilik
terhadap karakteristik bisnis /pelayanan yang akan dikelola. Setiap
karyawan dalam bekerja akan mengikuti filosofi yang dibuat dan
keberhasilan organisasi tersebut merupakan perilaku karyawan yang
berdasarkan visi/misi organisasi tersebut.
Diagram 1
Pola umum munculnya budaya organisasi
(Kotter & Hesket, 1997)
Manajemen puncak
Seorang atau para manajer puncak dalam perusahaan yang masih baru atau
muda mengembangkan dan berusaha untuk mengimplementasikan suatu
visi/filosofi dan atau strategis bisnis.
Perilaku organisasi
Karya karya implementasi. Orang berperilaku melalui cara yang dipandu
oleh filosofi dan strategi.
Hasil
Dipandang dari berbagai segi, perusahaan itu berhasil dan keberhasilan itu
terus berkesinambungan selama bertahun-tahun.
Budaya
Suatu budaya muncul, mencerminkan visi dan strategi serta pengalamanpengalaman yang dimiliki orang dalam mengimlementasikannya.
144
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
IV.
145
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
V.
KASUS
RS M terletak di jantung kota memiliki visi Menjadi rumah sakit
kepercayaan masyarakat serta nilai-nilai yang dianut adalah jujur,
ramah, senyum, tanggap, cekatan, disiplin dan profesional. Kondisi
nyata di pelayanan khususnya di ruang rawat penyakit dalam, terdapat
banyak keluhan pasien dan keluarga dari hasil kuesioner yang diberikan
rumah sakit terhadap pelayanan atau asuhan keperawatan dan sikap
perawat yang tidak ramah dan lamban. Selain itu, banyak perawat yang
datang terlambat, pulang dinas tidak pada waktunya, banyak istirahat
dan tidak melakukan dokumentasi keperawatan.
Bagaimana tindakan Kepala Ruangan dalam menghadapi permasalahan
di atas agar dapat diatasi, dihubungkan dengan budaya organisasi.
146
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
I. PENGERTIAN
Kata entrepreneur berasal dari bahasa Perancis, Anteorende yang berarti
petualang, pencipta atau pengelola usaha. Menurut J.B. Say (1934),
entrepreneur adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi yang
fungsinya untuk melakukan inovasi dan menciptakan kombinasi-kombinasi
baru. Kewirausahaan (entrepreneur) sebagai suatu proses penciptaan
suatu yang baru (kreatif) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang
sebelumnya(inovasi) yang tujuannya adalah terciptanya kesejahteraan
individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Entrepreneur adalah seseorang
yang memiliki tanggung jawab dan berani mengambil resiko untuk
menemukan atau menciptakan peluang yang unik dengan memanfaatkan
talenta, keterampilan, kekuatan yang dimilikinya dan menjalankan suatu
proses perencanaan stratejik untuk mentransformasi
peluang dan
kesempatan ke dalam bentuk pelayanan atau servis yang bernilai jual.
Seorang perawat entrepreneur adalah seorang kreator bisnis di bidang
keperawatan yang menawarkan pelaksanaan pelayaan atau asuhan
keperawatan, pendidikan, riset, administratif dan konsultasi di bidang
keperawatan. Begitu banyak difinisi entrepreneur yang diungkapkan yang
mana prinsipnya adalah berisi kemampuan seseorang untuk menjadi
seorang kreator, pencipta, penangkap peluang yang masih jauh, kadang
terlihat sebagai berfikir yang aneh yang mana ide-idenya tersebut dapat
dituangkan dalam realitas.
Entrepreneur tidak sama dengan pengusaha. Orang yang kreatif, inovatif
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan kesejahteraan untuk dirinya,
masyarakat dan lingkungannya, memiliki visi untuk pengembangan idenya
di sebut seorang entrepreneur. Entrepreneur maknanya lebih jauh dari
sekedar pengusaha atau perusahaan, wilayahnya sangat luas, masih asing
bagi kebanyakan orang, pola dinamikanya masih tidak beraturan oleh
karenanya tidak terlalu mudah untuk dikenali. Orang-orang tertentu saja
yang dapat melihatnya, sanggup menjelajahinya, Sementara orang-orang
biasa pada umumnya hanya dapat melihat hal-hal biasa saja yang pada
umumnya orang bisa lihat. Pola dinamikanya jelas dan terukur maka area
seperti ini adalah areanya seorang intrepreneur.
Entrepreneur
Dalam diri seorang entreprenuer memiliki motivasi (untuk bertindak) yang
didominasi oleh keinginan (motive) berprestasi dan berkuasa yang sangat
tinggi dengan keinginan afiliasi yang rendah (Mc Clelland, 1996). Bekerja
lebih berorientasi pada diri sendiri ketimbang berkelompok atau
berhubungan dengan orang lain. Setelah membangun konsep yang kuat
lalu mereka mampu menterjemahkan menjadi kenyataan dengan berbagai
upaya yang dimilikinya. Contoh; Franklin Roosevelt, presiden Amerika yang
berhasil membangun kepercayaan rakyat Amerika saat krisis ekonomi
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI
147
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
148
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
149
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
150
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
6.
7.
8.
9.
keputusan tanpa ragu. Dan setelah keputusan dia ambil maka segala
bentuk konsekuensinya akan mereka terima dengan baik tentu dalam
perjalananya seorang entreprenuer minimal berusaha untuk
memperkecil kerugian yang dungkin diperolehnya.
Sifat Swakendali ; Seorang entreprenuer dalam bertindak selalu
mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan pribadi dan batas-batas
kemampuannya dalam berusaha. Selalu harus menyadari benar bahwa
melalui pengendalaan diri, kegiatan-kegiatannya lebih terarah pada
pencapaian tujuan. Dengan pengendalian diri seorang entreprenuer tahu
betal kapan dia harus bekerja keras, kapan dia harus berhenti, kapan
harus mengubah strategi dan sebagainya
Sifat keyakinan diri ; Selalu percaya pada kemampuan diri, tidak raguragu dalam bertindak, memiliki kecenndrngan untuk selalu melibatkan
diri secara langsung dalam berbagai situasi. Selalu optimis bahwa
segala tindakannya akan membawa hasil yang positif, bersemangat
tinggi dan selalu berusaha menemukan alternatif.
Sifat Inovatif ; Seorang intrepreneur selalu berusaha melakukan
pendekatan-pendekatan
baru
yang
lebih
bermanfaat
dalam
menyelesaikan persoalan. Terbuka untuk gagasan, pandanga,
penemuan baru untuk meningkatkan kinerjanya. Tidak selalu harus
benar-benar baru dapat juga meniru melalu penyempurnaanpenyempurnaan sana sini (imitatif inovation). Maka layak juga seorang
entreprenuer disebut sebagai agent pembaharu. Kalau begitu berarti
perawat telah memiliki bekal sebagai seorang entreprenuer.
Sifat Kemandirian ; Seorang entreprenuer selalu bertanggungjawab
penuh terhadap perbuatanya. Keberhasilan dan kegagalan merupakan
konsekuensi pribadi. Dia mementingkan otonomi dalam bertindak,
pengambilan keputusan dan pemilihan berbagai kegiatan dalam
mencapai tujuan.
Agar mampu menjadi entreprenuer yang tangguh, sifat diatas masih harus
ditambah dengan beberapa prilaku yang berkualitas (Steade at all, 1984
dalam Rambat, L, 2004) adalah sebagai berikut :
1. Selalu memiliki tujuan (purposefull)
2. Mampu mempengaruhi orang lain (persuasive)
3. Tahan banting, kegagalan bukan merupakan penghalang (persisten)
4. Berani bertindak saat orang lain masih ragu (presumptuos)
5. Paham akan serangkaian pilihan untuk mencapai tujuan (perceptive)
Keuntungan yang akan muncul pada perawat yang memiliki semangat dan
nilai-nilai entreprenuer dalam kehidupan prefesinya atau karirnya adalah
bahwa perawat akan memiliki kemampuan :
- mudah untuk membuat keputusan secara mandiri
- Selalu berani mengambil risiko agar mencapai tujuan yang telah
ditentukanya secara jelas
- Mengikuti perencanaan yang telah dibuatnya secara konsisten
- Akan fleksibel dan beradaptasi untuk menghadapi perubahan dan
kesempatan yang tidak diperkirakan sebelumnya, sangat bernegosiasi
dengan kegagalan, dan ketidak pastian.
- Untuk mendapatkan sesuatu dengan melakukannya secara tepat waktu
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI
151
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
152
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
V. CONTOH ILUSTRASI
Contoh 1
Seorang perawat ruangan yang bekerja di ruang rawat anak secara
berulang mengamati anak yang terpasang IV line di ekstremitas dan perlu
dilakukan fiksasi adequat. Pengalaman sebelumnya fiksasi tersebut di
kerjakan dengan memasang spalk terbuat dari dus tebal atau dengan bidai
kemudian dibalut dengan kasa balut atau elastis verban. Perawat kemudian
mengamati dari mulai cara pemasangan, respon anak melihat kondisi
ekstremitas, dan resiko trauma fisik. Hasil inisiatif dan inovativnya perawat
tersebut mencoba mengembangkan model alat fiksasi yang lebih efektif dan
efisien dari segi pemasangan, mempertahankan kestabilan psikologis anak,
mudah dipantau oleh perawat, mengurangi resiko injuri/ trauma fisik,
memilki nilai estetika, akhirnya ditemukan sebuah alat bantu fiksasi yang
memenuhi kriteria diatas. Dibuatlah model alat tersebut dengan
mengunakan kain bercorak boneka seperti membuat manset yang
disisipkan bahan pengeras sebagai alas, dilengkapi dengan perekat
fleksibel dan tali pengikat.
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI
153
Modul III
Pengembangan Profesional Diri
Contoh 2
Seorang Kepala Ruang Rawat yang juga berperan sebagai pendidik di
ruang rawat berupaya mengembangkan suatu modul praktik di ruang rawat
dengan kasus yang terdapat diruang dengan proses asuhan keperawatan
yang sistematis disertai dengan contoh gambar foto dan video yang nyata
dalam bentuk CD dengan disertai deskripsi tentang kasus-kasus tersebut
dan asuhan keperawatannya. Hal ini diperuntukan untuk kemudahan proses
pembelajaran diruangan apabila pada saat itu tidak terdapat pasien dengan
kasus tersebut. Upaya yang dilakukan Kepala Ruang Rawat tersebut dapat
dikategorikan sebagai bentuk entrepreneurship.
VI. PEMICU
Sebagai kepala ruang rawat diharapkan Saudara dapat membuat suatu
ilustrasi bentuk inovasi dan kreatif perawat dalam mengembangkan asuhan
keperawatan di ruang rawat yang Saudara kelola.
154