You are on page 1of 19

19 Jun 2009, 09:24 am

Kiat Menulis Bebas: Kiat Paling Jitu agar Kita Selalu Lancar
Menulis!
Posted in Dunia Penulisan, kiat sukses
Writers block, mandeg menulis, blank, tak
tahu harus menulis apa, banyak ide tapi
bingung bagaimana cara menuangkannya
menjadi tulisan, dan seterusnya? Itu semua
adalah penyakit paling kronis dalam menulis.
Atasi dengan cara menerapkan kiat berikut ini.
Insya Allah, semua masalah seperti itu akan
hilang. Anda akan bisa menulis secara lancar
selancar-lancarnya!
***
Sejak sekitar tiga tahun lalu, saya mengenal
istilah kiat menulis bebas dari Pak
Hernowo, penulis yang terkenal dengan
konsep Mengikat Makna. Tapi penemu
konsep ini adalah Peter Elbow lewat bukunya
Writing Without Teacher (sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul sama
dan diterbitkan oleh Indonesia Publishing atau iPublishing, tahun 2007). Tapi, Saya
menerapkan kita menulis bebas ini tidak dari Peter Elbow, melainkan dari Dr. James W.
Pennebaker, seorang psikolog yang menulis buku Opening Up, ujar Pak Hernowo ketika
suatu hari saya mengkonfirmasikan konsep Kiat Menulis Bebas tersebut padanya.
Terlepas dari apapun, saya merasa bersyukur karena menemukan sebuah fakta yang
sangat menarik, sebagaimana yang tertulis pada judul artikel ini. Bahkan saya kemudian
menyebut kiat ini sebagai RAHASIA TERBESAR DI DUNIA PENULISAN. Saya pun
memberi nama khusus untuknya, dengan tujuan agar mudah diingat: Otak Kanan Dulu
Baru Otak Kiri.

Kiat Menulis Bebas = Kembali ke Fitrah Manusia


Saya yakin Anda semua sudah paham,
bahwa otak manusia memiliki dua
belahan, yakni otak kanan dan otak kiri.

Otak kanan = menyukai


spontanitas, penuh kebebasan,
tanpa aturan.

Otak kiri = sistematis, runut, penuh pertimbangan.

Secara naluriah, sebenarnya setiap manusia sudah diprogram oleh Tuhan untuk
menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri, DALAM HAL APAPUN. Sebagai contoh:
1. Seorang perempuan jalan-jalan di sebuah mal. Dia melihat sebuah baju bagus
yang dijual dengan diskon 50%. Maka PIKIRAN SPONTAN si perempuan ini
akan berkata, Wah, harus beli nih!
2. Seorang pemuda secara tak sengaja melihat perempuan seksi lewat di depan
matanya. Maka secara spontan dia akan berkata di dalam hati, Wah, cantiknya!
Andai dia jadi milikku.
3. Seseorang yang disenggol oleh orang asing secara tak sengaja, maka secara
spontan emosinya akan naik dan timbul NIAT SPONTAN untuk marah atau
membalas tindakan tersebut.
Hal-hal seperti contoh di atas adalah REAKSI SPONTAN manusia ketika menghadapi
situasi tertentu. Dan reaksi spontan ini adalah hasil pekerjaan OTAK KANAN.
Setelah reaksi spontan itu muncul, biasanya kita tidak langsung bertindak. Misalnya pada
contoh nomor 1. Setelah si perempuan secara spontan berkata harus beli, maka dia
kemudian berpikir. Jadi beli enggak, ya? Pikirannya pun penuh oleh berbagai macam
pertimbangan. Hingga akhirnya dia MUNGKIN tak jadi beli.
Aktivitas penuh pertimbangan, banyak mikir dan seterusnya ini merupakan hasil kerja
dari OTAK KIRI.
Secara hukum alam, kita para manusia ini memang terbiasa mengerjakan apapun dengan
otak kanan dulu baru otak kiri. Spontan dulu baru mikir-mikir. Ini adalah hukum alam,
sangat sesuai dengan fitrah manusia.
Masalahnya: Dalam menulis kita justru melawan hukum alam. Kita melakukan halhal yang tidak sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia!
Kita mulai menulis dengan berbagai macam pikiran dan pertimbangan:

Tulisan ini nanti jadinya bagus tidak ya?


Bagaimana kalau hasilnya jelek?
Bagaimana kalau nanti tulisan ini diejek oleh orang lain?
Bagaimana kalau tulisan ini tidak sesuai dengan tata bahasa dan ejaan yang
berlaku?
Kalau tulisan ini saya kirim ke Kompas, dimuat enggak ya?
Saya ingin membuat tulisan sebagus tulisan Andrea Hirata. Tapi bagaimana kalau
tulisan saya nantinya tidak bagus, jauh dari kualitas Andrea Hirata?
Dan seterusnya!

Dengan kata lain, belum apa-apa kita sudah pakai otak kiri! Padahal, hukum alam justru
mengajarkan kita untuk menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri. Ini berlaku dalam
hal apapun, termasuk dalam MENULIS.
Maka, ketika saya belakangan ini rajin memasyarakatkan KIAT MENULIS BEBAS
kepada teman-teman penulis, itu didorong oleh keinginan saya agar para penulis kita
kembali ke fitrahnya, kembali ke hukum alam dalam hal menulis.
Memang, kecenderungan kita untuk MELAWAN HUKUM ALAM ketika menulis sedikit
banyaknya dipengaruhi oleh sistem pendidikan kita di sekolah. Sejak kecil, kita diajarkan
oleh Guru Bahasa Indonesia bahwa menulis harus pakai kerangka karangan, harus
mematuhi EYD, harus taat pada tata bahasa, dan seterusnya dan seterusnya. Ajaran
seperti ini membuat kita berpikir bahwa menulis itu rumit, membingungkan, dan sulit
untuk dipraktekkan.
Padahal sebenarnya, menulis itu sangat gampang! (seperti kata Arswendo Atmowiloto
pada bukunya Mengarang Itu Gampang!). Bagaimana caranya agar gampang? Ya tentu
saja dengan KEMBALI KE HUKUM ALAM. Kikislah habis aliran sesat yang
diajarkan oleh guru kita di sekolah dulu. Mulai sekarang, menulislah dengan otak kanan
dulu baru otak kiri.

Bagaimanakah Cara Menulis Bebas Tersebut?


Caranya sangat gampang. Ya, DEMI
TUHAN INI SANGAT GAMPANG!
Tahap ke-1: Otak Kanan:
Mulailah menulis secara spontan. Apapun
yang muncul di pikiran Anda, langsung
ditulis saja. Bahkan ketika Anda bingung
harus menulis apa, coba tulis saja:
Saya bingung nih, mau nulis apa. Apa
yang harus saya tulis, ya? Kenapa ide
sama sekali tidak muncul? Padahal
kemarin saya ada ide, lho. Kenapa sekarang idenya hilang tak berbekas? Kenapa? Kenapa
saya jadi blank begini?..
Apa susahnya menulis seperti itu?
Tentu saja Anda tidak harus menulis persis seperti kalimat-kalimat yang saya tulis. Itu
hanya contoh untuk menjelaskan bahwa menulis bebas itu SANGAT MUDAH. Oke?
Ketika menulis bebas tersebut, HILANGKAN SEMUA BEBAN PIKIRAN ANDA.
Ya, SEMUANYA. Jadi apapun itu yang menghantui Anda ketika menulis, yang membuat

tangan Anda berhenti menulis, yang membuat Anda bengong dan kembali blank atau
bingung harus menulis apa lagi, LUPAKAN ITU SEMUA. BUANG JAUH-JAUH.
Yang tak kalah penting: Jangan diedit atau direvisi sebelum selesai.
Walau tulisan Anda kacau balau, kalimatnya ngelantur ke sana ke mari, banyak salah
ketik, atau Anda merasa tulisan tersebut sangat jelek, membosankan dan tak ada bagusbagusnya, bahkan bila banyak kalimat yang berisi kata-kata vulgar, berbau SARA,
membuka aib, dan seterusnya, BIARKAN SAJA. Jangan diedit atau direvisi dulu.
Lanjutkan saja proses menulis Anda hingga semua ide tertuang dalam bentuk tulisan.
Kenapa tidak boleh diedit? Sebab begitu Anda mulai mengedit, maka itu akan menjadi
sumber kemandegan yang baru. Percayalah!
Tahap ke-2: Otak Kiri:
Setelah tahap ke-1 selesai, diamkan dulu naskah Anda sekitar satu atau dua hari. Atau
kalau buru-buru, satu atau dua jam cukup deh. Lalu baca lagi tulisan tersebut. Kini,
mulailah MEREVISI dengan otak kiri. Buatlah tulisan tersebut menjadi lebih bagus. Bila
ada salah ketik, saatnya diperbaiki. Bila topiknya melebar ke mana-mana, saatnya
difokuskan ke tujuan semula. Bila Anda merasa tulisannya kurang menarik, kini saatnya
dibuat lebih menarik. Dan seterusnya dan seterusnya.
Bagaimana cara merevisi? Apa saja yang harus saya edit?
Oke, pertanyaan bagus!
Hal utama yang harus Anda sadari, Saya ini penulis, bukan editor.
Karena itu, Anda tidak harus bekerja seperti para editor di penerbitan buku, atau redaktur
di media cetak. Tidak harus!
Kalau Anda mau belajar editing secara lebih mendalam, ya itu bagus. Saya juga sangat
setuju dan akan mendukung Anda sepenuhnya! Tapi tanpa berbuat seperti itu pun, Anda
sebagai PENULIS bisa mengedit atau merevisi tulisan Anda secara layak plus memadai.
Caranya:
Edit atau revisi saja tulisan tersebut semampu Anda. Tidak ada patokan bagian mana yang
harus direvisi atau bagaimana cara mengeditnya dan seterusnya. Pokoknya edit dan revisi
saja semampu Anda. Yang penting Anda merasa bahwa hasil editing atau revisi tersebut
membuat tulisan Anda lebih bagus dari sebelumnya. Itu saja. Titik.

Hasil Otak Kanan = Draft (atau


Ruang Privat)
Selama ini, hampir semua peserta
pelatihan mengaku puas setelah

mempraktekkan kiat menulis bebas yang saya ajarkan. Bahkan banyak di antara mereka
yang mengaku sudah bertahun-tahun tak bisa menulis, kini bisa menulis dua - bahkan
lebih - halaman secara lancar tanpa hambatan sama sekali.
Bahkan, banyak peserta yang awalnya bingung harus menulis apa, tapi - setelah
mempraktekkan kiat menulis bebas - justru protes ketika saya berkata waktu sudah
habis, silahkan tulisannya dikumpulkan. Mereka berkata bahwa tulisan mereka belum
jadi, masih banyak ide yang belum sempat dituliskan.
Alhamdulillah, ini menjadi bukti bahwa kiat menulis bebas memang benar-benar jitu!
Tapi tentu saja, ada juga peserta pelatihan yang protes, masih bingung, bahkan marah dan
mengkritik saya. Sebagai contoh, TIGA ORANG peserta Pelatihan Penulisan di Cipanas
Bogor tanggal 11 Juni 2009 lalu (yang diadakan oleh Serikat Penerbit Suratkabar Pusat)
berkata dengan penuh emosi:
Pak Jonru. Kami ini staf Public Relation dari berbagai perusahaan dan instansi di
Indonesia. Kami datang ke sini untuk mengetahui kiat apa yang paling jitu agar kami bisa
membuat tulisan yang membangun citra positif bagi perusahaan kami. Kalau kami
menerapkan kiat menulis bebas seperti yang Pak Jonru ajarkan, bukankah itu justru
berbahaya? Kami menulis sebebas-bebasnya, tidak peduli apakah di dalam tulisan
tersebut ada rahasia yang tidak seharusnya diketahui oleh publik, bahkan dengan tulisan
bebas itu citra perusahaan kami jadi hancur berantakan. Bagaimana dong?!
Terus terang, ini adalah pengalaman paling seru yang saya alami dalam mengajarkan kiat
menulis bebas. Terlebih ketika dua hari kemudian saya mengisi pelatihan di Unibraw
Malang dengan membawakan tema yang sama, salah seorang peserta - mahasiswa - pun
mengajukan protes yang sama. Dia berkata:
Saya sering disuruh dosen untuk menulis dengan kriteria dan aturan tertentu. Kalau saya
menerapkan kiat menulis bebas, bagaimana dong? Saya tentu tidak bisa membuat tulisan
yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh dosen!
Saya kira, protes seperti ini dapat dimaklumi, karena para peserta tersebut masih salah
persepsi - atau lebih tepatnya belum mengerti - tentang konsep KIAT MENULIS
BEBAS.
Kiat menulis bebas adalah OTAK KANAN DULU BARU OTAK KIRI.
Dengan kata lain (seperti yang Anda bisa lihat juga pada penjelasan di atas), kiat menulis
bebas dilakukan dalam DUA TAHAP.
Tahap pertama adalah TAHAP OTAK KANAN.
Pada tahap otak kanan ini, tulisan yang dihasilkan adalah DRAFT. Atau meminjam istilah
Hernowo, tulisan hasil otak kanan adalah untuk konsumsi ruang privat. Atau bahasa
gamblangnya, Ini adalah tulisan untuk diri Anda sendiri. Bila misalnya Anda hendak

mengirim tulisan ke Kompas, bukan draft atau hasil otak kanan tersebut yang Anda
kirim.
Tahap kedua adalah TAHAP OTAK KIRI.
Pada tahap inilah, Anda merevisi atau mengedit draft tersebut. Setelah jadi, setelah
tulisannya menjadi bagus dan sesuai harapan Anda, barulah tulisan tersebut diarahkan ke
tujuan semula. Bila sejak awal tulisan itu hendak Anda kirim ke Kompas, maka kini
saatnya Anda mewujudkan rencana tersebut.
Meminjam istilah Pak Hernowo, hasil tulisan dengan otak kiri adalah untuk ruang publik.
Maksudnya, ini adalah hasil tulisan yang akan Anda PUBLIKASIKAN.

Sekadar Info:
Tulisan-tulisan yang Anda baca di koran, majalah, tabloid, buku, bulletin, jurnal, dan
seterusnya, semua itu BUKANLAH tulisan yang sekali tulis langsung jadi. Semua tulisan
itu pastilah hasil dari draft 1, lalu direvisi menjadi draft 2, draft 3, draft 4, dan seterusnya.
Ketika ada tulisan yang dimuat di sebuah koran, bisa saja itu adalah tulisan yang telah
melewati sepuluh atau dua puluh editing atau revisi.
Karena itu, bila Anda hendak membuat tulisan yang SEKALI TULIS LANGSUNG
SEBAGUS TULISAN YANG DIMUAT DI KORAN ATAU MAJALAH, maka ini adalah
pemikiran yang keliru.
Jadi, sebenarnya tidak masalah bila di TAHAP AWAL tulisan Anda masih jelek, masih
berantakan, masih kacau balau. Sebab setelah draft awal selesai, Insya Allah Anda masih
punya kesempatan untuk merevisinya agar menjadi bagus dan sesuai harapan Anda.

Kiat Menulis Bebas = Cocok untuk Jenis Tulisan APAPUN


Ya, tulisan jenis apapun yang Anda tulis, semuanya cocok
untuk ditulis dengan kiat menulis bebas. Cerpen, artikel,
opini, memoar, karangan ilmiah, skripsi, esai, resensi, puisi,
novel, skenario sinetron, berita, dan seterusnya. Pokoknya
tulisan apapun itu, SEMUA COCOK!
Jadi jangan berpikir bahwa kiat menulis bebas hanya cocok
untuk tulisan tertentu. SEMUA COCOK deh pokoknya!
Kalau tidak percaya, coba simak subjudul berikut ini.

Kiat Menulis Bebas = Kiat


SEJUTA UMAT dalam Menulis
Di atas saya sudah menyebutkan:
.apapun itu yang bisa menghantui
Anda ketika menulis, yang membuat

tangan Anda berhenti menulis, yang membuat Anda bengong dan kembali blank atau
bingung harus menulis apa lagi, LUPAKAN ITU SEMUA. BUANG JAUH-JAUH.
Ya, APAPUN itu.
Tapi walau saya sudah menulis APAPUN dengan HURUF KAPITAL untuk
menegaskannya, ternyata masih banyak juga teman yang belum memahaminya.
Buktinya, mereka masih juga bertanya-tanya, mengajukan kasus yang mereka hadapi.
Mereka mengaku masih tetap mandeg, bingung harus menulis apa, dan seterusnya.
Sebenarnya, bila Anda sudah sangat memahami makna dari kata APAPUN, percayalah
bahwa masalah mandeg atau bingung atau blank dalam menulis tak akan pernah lagi
Anda hadapi. Sebab seperti yang sudah diulang di atas, masalah APAPUN yang membuat
Anda mandeg dalam menulis, maka kiat paling jitu untuk mengatasinya adalah KIAT
MENULIS BEBAS.
Itulah sebabnya kenapa saya menyebut kiat ini sebagai KIAT SEJUTA UMAT DALAM
MENULIS.
Untuk lebih jelasnya, saya akan sebutkan beberapa contoh saja (ingat, INI HANYA
BEBERAPA CONTOH, sebagai gambaran belaka. Saya yakin, setelah membaca contohcontoh ini, Anda akan bisa menerapkannya untuk hal-hal lain yang juga membuat Anda
mandeg dalam menulis, atau setidaknya memperlambat proses penulisan Anda).
Contoh 1: Kerangka Karangan:
Anda menulis dengan didahului oleh pembuatan kerangka karangan atau outline, atau
apalah itu namanya. Maka tulislah naskah Anda dengan cara seperti yang saya jelaskan di
sini:
(1) Dengan asumsi bahwa Anda memang butuh kerangka karangan, awali proses
penulisan Anda dengan membuat kerangka karangan. Bagaimana format dan caranya? Di
atas sudah dijelaskan. Oke?
(2) Setelah itu, mulailah menulis. Menulislah secara bebas, spontan, sesuka Anda.
Hilangkan semua beban dari pikiran Anda. Lupakan dulu semua teori, kiat menulis, dan
seterusnya. Pokoknya menulislah sesuka-suka Anda.
.
Termasuk kerangka karangan yang telah Anda buat tadi, silahkan lupakan dulu. Jangan
diingat-ingat. Jangan sampai Anda dibayang-bayangi oleh makhluk yang bernama
kerangka karangan tersebut. LUPAKAN DIA UNTUK SEMENTARA. Oke?
(3) Setelah semua ide berhasil dituangkan ke dalam tulisan, barulah kerangka karangan
tadi dilirik lagi. Silahkan sekarang Anda mencocokkannya dengan tulisan yang telah
dibuat.

Cara mencocokkannya lebih kurang sama seperti ibu-ibu yang mencocokkan check list
daftar belanjaan dengan barang-barang yang telah dia beli di mall. Ingat contoh tentang
ibu-ibu di atas. Begitulah caranya.
Contoh 2: Jumlah Halaman:
Katakanlah Anda hendak mengirim naskah cerpen ke Koran A. Lalu oleh Koran A, dibuat
aturan bahwa naskah opini hendaknya sepanjang 6 sampai 8 halaman kuarto, ketik 1,5
spasi, dan seterusnya.
Maka ketika menulis, awalilah dengan spontan atau menulis bebas. Lupakan dulu aturan
dari Koran A tersebut. Tuliskah sepanjang-panjangnya, tidak peduli berapa halaman pun
itu. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak kiri. Sekaranglah saatnya Anda
mengingat lagi aturan dari Koran A tersebut. Revisilah naskah Anda sehingga dia menjadi
sekitar 6 atau 8 halaman kuarto, ketik 1,5 spasi.
Contoh 3: Kualitas Tulisan
Anda ingin membuat tulisan yang benar-benar bagus, menarik, dan menggugah perasaan
para pembaca. Anda tidak ingin membuat tulisan yang standar bahkan jelek. Maka ketika
menulis, Anda dihantui oleh keinginan seperti ini. Anda selalu berpikir, Hasilnya nanti
bagus enggak, ya?
Karena dihantui seperti itu, Anda jadi mandeg. Maka kembalilah ke kiat menulis bebas.
Mulailah menulis secara spontan. Lupakan saja dulu keinginan Anda tersebut. Walau
Anda merasa hasil menulis spontan itu sangat jelek, tak ada bagus-bagusnya dan
seterusnya, biarkan saja. Terus saja menulis. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap
otak kiri. Saatnya Anda merevisi tulisan tersebut sehingga menjadi lebih bagus, menarik
dan menggugah para pembaca.
Contoh 4: Kaidah-kadiah pada tulisan ilmiah
Tulisan ilmiah penuh oleh kaidah-kaidah yang membatasi
kita dalam menulis. Bila kita langsung memikirkan dan
memperhatikan kaidah-kaidah tersebut ketika menulis,
maka dapat dipastikan bahwa masalah mandeg akan
muncul. Karena itu, coba terapkan kiat menulis bebas.
Menulislan secara spontan, lupakan dulu kaidah-kaidah
tersebut. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak
kiri. Saatnya Anda merevisi tulisan dengan cara
menerapkan kaidah-kaidah yang berlaku pada penulisan
karya ilmiah.
Contoh 5: Referensi Data
Pada jenis tulisan tertentu (misalnya esai atau karangan
ilmiah), referensi data pendukung sangat penting. Nah,
banyak penulis yang mandeg karena mereka mencari data
sambil menulis. Ini cara yang salah! Saran saya, terapkan
saja kiat menulis bebas. Mulailah menulis secara spontan. Lupakan dulu semua data

pendukung yang Anda butuhkan. Katakanlah Anda hendak menulis data tertentu tapi
lupa-lupa ingat (seperti judul lagu Kuburan). Maka tulis saja seperti contoh berikut:
Berdasarkan data penelitian lembaga . tahun .., jumlah penduduk miskin di Jakarta
pada tahun 2006 adalah sebanyak . orang. Bahkan Bapak ., seorang pakar Ekonomi
moneter berpendapat bahwa (dikutip dari Majalah Tempo edisi .).
Tidak masalah bila masih titik-titik seperti itu. Toh itu baru draft. Setalah tahap otak
kanan selesai, atau setelah semua ide tertuang di dalam tulisan, maka selanjutnya Anda
masuk ke tahap otak kiri. Pada saat itulah Anda bebas mencari data, melengkapi titik-titik
tersebut dengan data yang relevan.
Contoh 6: Dikejar Deadline
Anda mungkin diperintahkan oleh Bos untuk membuat tulisan dan harus jadi dalam
waktu satu jam dari sekarang. Maka, Anda pun menulis sambil dihantui oleh deadline.
Anda selalu khawatir, sudah satu jam belum ya?
Saran saya, cobalah menulis secara spontan saja. Lupakan saja deadline dari bos tersebut.
Kosongkan pikiran Anda dari rasa khawatir. Menulislah seolah-olah deadline tidak ada.
Tapi tentu saja, Anda harus berpikir bahwa tulisan ini harus selesai SESEGERA
MUNGKIN. Dengan cara ini, insya Allah Anda akan bisa lebih lancar dalam menulis.
Dan kemungkinan besar Anda bisa menyelesaikan tulisan tersebut sebelum deadline tiba.
Contoh 7: Beban Psikologis
Ketika baru mulai menulis, Anda langsung berpikir, Nanti tulisannya bagus enggak, ya?
Bagaimana kalau diejek orang? Bagaimana kalau ditolak oleh majalah? Bagaimana kalau
setelah saya muat di blog, tak ada orang yang mengomentari tulisan ini? Bagaimana
kalau bla bla bla.
Bila pikiran-pikiran seperti itu menghantui Anda, sadarilah itu hanya PERASAAN
ANDA. Anda membayangkan hal-hal yang sebenarnya BELUM TERJADI. Tentu sangat
konyol bila kita terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi, padahal itu BELUM
TENTU terjadi!
Maka saran saya, langsung saja menulis, lupakan semua beban psikologis yang
menghantui pikiran Anda tersebut. Menulislah secara spontan. Gunakan dulu otak kanan
Anda. Setelah selesai dalam bentuk draft, saatnya Anda boleh memikirkan lagi semua
beban psikologis tersebut. Bila misalnya Anda khawatir tulisan tersebut akan diejek
orang, maka revisilah naskah itu sebagus mungkin. Kalau sudah bagus, tentu
KEMUNGKINAN untuk diejek oleh orang lain menjadi lebih kecil.
Contoh 8: Tata Bahasa, EYD, Kiat & Teori Penulisan
Banyak mahasiswa dan lulusan Fakultas Sastra yang tidak berani menulis, karena mereka
dihantui oleh teori-teori yang mereka dapatkan di bangku kuliah. Nanti kalau tulisan
saya tidak sesuai teori ANU, gimana dong?

Walau bukan dari Fakultas Sastra, saya yakin Anda pun mungkin pernah berpikir seperti
itu. Ketika menulis, pikiran Anda penuh oleh teori penulisan, kiat penulisan, tata bahasa,
dan seterusnya. Dan ini tentu membuat Anda mandeg menulis.
Saran saya, LUPAKAN DULU SEMUA ITU! Mulailah menulis dengan spontan, semaumau Anda. Gunakan dulu otak kanan Anda. Semua teori dan kiat serta aturan penulisan
itu, SILAHKAN LUPAKAN DULU.
Setelah selesai dalam bentuk draft, baru deh semua teori, kiat dan aturan tersebut diingatingat lagi. Sekarang saatnya pakai otak kiri. Revisilah tulisan Anda agar sesuai dengan
teori, aturan dan kiat yang sudah Anda pelajari tersebut.
Satu hal yang perlu Anda ketahui:
Teori, kiat dan aturan dalam menulis bisa dipelajari sambil jalan. Anda tidak harus
menguasai semuanya sebelum mulai menulis. Justru dari praktek menulislah, Anda akan
menjadi makin mahir, makin ahli, dan makin mudah dalam memahami teori, kiat dan
aturan penulisan yang ada.
Anda tidak harus menjadi ahli untuk memulai, tapi Anda harus memulai untuk menjadi
Ahli, demikian bunyi sebuah kata bijak
***
Oke, delapan contoh sudah cukup ya?
Saya yakin Anda bisa mencari contoh-contoh lain. Intinya: APAPUN masalah yang
menyebabkan Anda mandeg dalam menulis, maka atasi dengan kiat menulis bebas.
Dan inilah sebabnya kenapa pada subjudul sebelumnya saya mengatakan bahwa kiat
menulis bebas cocok untuk jenis tulisan apapun!

Kiat Menulis Bebas = Alat Bantu Belaka


Bila Anda baru belajar menulis, dan
menerapkan kiat menulis bebas pun terasa
masih sangat sulit, maka Anda bisa
dianalogikan seperti seorang anak SD
atau TK yang baru belajar membaca.
Pada kondisi seperti ini, kiat menulis
bebas bisa disebut sebagai ALAT
BANTU yang ditujukan bagi Anda yang
masih sangat pemula dalam menulis.
Dengan alat bantu ini maka orang yang

paling pemula pun diharapkan bisa menulis secara lancar selancar-lancarnya, tanpa
mandeg atau mentok sama sekali.
Tapi Anda juga tentu paham bahwa keahlian apapun akan bisa diasah melalui
PRAKTEK. Semakin sering menulis, maka Insya Allah keterampilan Anda dalam
menulis pun makin terasah. Sama seperti seseorang yang belajar menyetir mobil.
Awalnya terasa sulit, sering nabrak, dan seterusnya. Tapi semakin sering menyetir, dia
makin mahir mengenderai mobil.
Maka, keahlian menulis yang Anda miliki akan makin terasah, Anda akan makin terampil
atau mahir menulis, bila Anda semakin sering praktek menulis.
Dan bila Anda sudah sampai pada tahap MAHIR atau AHLI, mungkin KIAT MENULIS
BEBAS tidak terlalu relevan lagi bagi Anda. Anda mungkin bisa menulis dengan lancar
walau sambil sesekali mengedit tulisan yang baru saja Anda ketik, misalnya. Terus
terang, saya pun sering seperti itu
Tapi selama pelanggaran yang Anda lakukan terhadap kiat menulis bebas ini tidak
membuat Anda mandeg menulis, atau justru membuat Anda makin lancar menulis, maka
silahkan lanjutkan pelanggaran tersebut.
Kenapa? Sebab kita tibak boleh memperlakukan kiat menulis bebas ini sebagai sebuah
kitab suci yang tak terbantahkan. DIA HANYALAH ALAT BANTU. Sebagai alat bantu,
kita hanya membutuhkannya bila dia memang benar-benar bisa membantu pekerjaan kita.
Bila dia justru mempersulit pekerjaan kita, lantas buat apa dipakai?
Dan dalam menerapkannya pun, fleksibel sajalah. Jangan terlalu kaku. Seperti yang saya
jelaskan di atas: Tidak mematuhi kiat ini secara seratus persen bukanlah masalah. Yang
penting Anda tetap dapat lancar dan nyaman dalam menulis.
Info selengkapnya tentang cara memperlakukan alat bantu dalam menulis, silahkan klik
di sini.

Kiat Menulis Bebas = Untuk Dipraktekkan, Bukan untuk Dibaca atau


Dihafal Belaka
Banyak teman penulis yang mengaku
sudah paham tentang kiat menulis bebas
yang saya ajarkan. Tapi begitu mulai
menulis, mereka masih mandeg, masih
dihinggapi penyakit writers block, masih
bingung harus menulis apa.
Saya katakan pada mereka, Bila Anda
memang sudah benar-benar memahami

apa itu kiat menulis bebas, saya yakin Anda tidak akan bingung lagi, tak akan mandeg
lagi. Saya yakin Anda pasti bisa menulis dengan sangat lancar.
Mereka manggut-manggut, tapi tetap mengeluh dan berkata bahwa mereka masing
bingung, masih belum tahu harus menulis apa, dan seterusnya.
Saya hanya tersenyum geli. Untuk menghadapi orang seperti ini, kiat paling jitu adalah
LANGSUNG MENYURUH MEREKA MENULIS.
Silahkan langsung dipraktekkan. Kiat menulis bebas itu bukan untuk sekadar dibaca
atau dihafal.. Sebab Anda baru bisa merasakan dampak dan kedahsyatannya bila kamu
mencobanya langsung. Oke?
Setelah saya paksa (karena awalnya mereka terlihat ogah-ogahan), barulah si penulis
bingung tersebut mulai menulis. Awalnya mereka berkata masih tetap bingung. Tak tahu
harus menulis apa. Pikiran saya blank, ujarnya.
Kalau pikiran Anda blank, cobalah menulis tentang blank. Tulis saja saya lagi blank,
tak tahu harus menulis apa, bingung harus ngapain. sudah disuruh menulis oleh Jonru tapi
saya kok tetap blank juga ya????? Saya tidak percaya kalau Anda katakan tidak bisa.
Yang penting, YAKINKAN DIRI, Saya Bisa Menulis! Dengan keyakinan seperti itu,
Insya Allah Anda akan bisa menulis dengan lancar. Oke?
Alhamdulillah, teman penulis tersebut akhirnya berhasil menulis. Hanya satu paragraf.
Tapi dengan satu paragraf itu dia akhirnya percaya dan bisa merasakan sendiri, bahwa
kiat menulis bebas itu memang sangat jitu!

Jadi bagi Anda yang masih bingung juga setelah membaca tulisan ini,
AYO LANSGUNG DIPRAKTEKKAN SAJA. Silahkan LANGSUNG
MENULIS!
Oke?
Selamat Menulis dan Salam Sukses!
Jonru
Founder & Mentor Sekolah-Menulis Online
Cara Modern Menjadi Penulis Hebat
http://www.SekolahMenulisOnline.com
Penulis Buku Menerbitkan Buku Itu Gampang!
Panduan Langkah-langkah Penulisan & Penerbitan Buku untuk Pemula
Silahkan pesan di http://www.MenerbitkanBukuItuGampang.com

Ingin ngobrol bareng Jonru mengenai Penulisan, Blog Writing,


Web Copy, atau Jurnalistik? Klik DI SINI :)
Permalink

57 Responses to Kiat Menulis Bebas: Kiat Paling Jitu agar Kita Selalu
Lancar Menulis!
1. 1
ekobs Said: @ 19 Jun 2009 09:46 am
Bang,
gimana ebook saya ini apa sudah memenuhi ?
http://ekobs.multiply.com/journal/item/175/EBook_Gratis_Facebook_Bango_dan_Linux_-_Build_1
2. 2
Wahyu Liz ada ide aja Said: @ 19 Jun 2009 09:48 am
ya, saya sepakat Pak Jonru..
kreativitas itu unlimited, cuma kadang ke-kiri-an kita yg memblokir diri sendiri
seyogyanya, Let It Flow ajaa
siip..!
3. 3
okti Li Said: @ 19 Jun 2009 10:05 am
wedew, klop bener dech bang Jonru
ilmunya perlu disebarluaskan nich, agar budaya baca seiring dengan budaya nulis
hi..hi..hi..!
Make Indonesian better!
4. 4
Evi Indrawanto Said: @ 19 Jun 2009 10:31 am
Gara-gara jarang update blog ( kalau update status fb mah rajin:)) jadi mampir ke
sini Pak. Mental block untuk tidak menulis atau maunya menulis yg bagus tapi

tidak merasa sanggup, memang tidak menyehatkan kalau dipelihara..Terima kasih


ya. Mudah2an setelah ini saya menulis lagi di blog sendiri
5. 5
Maitink Said: @ 19 Jun 2009 10:58 am
Bujur melala atas masukan n pencerahannya pak..
Smoga kita bisa SUKSES BERSAMA
6. 6
epa Said: @ 19 Jun 2009 11:18 am
Thanks postingannya paksangat mencerahkan buat saya.
7. 7
Yuris Dewandaru Said: @ 19 Jun 2009 11:51 am
Terimakasih buat kiat2nya.. ini menjadi pemantik semangat saya untuk terus
menulis, menulis dan menulis..
8. 8
emmy Said: @ 19 Jun 2009 11:57 am
dear Jonru,
ketemu lagi. Saya kagum dengan aktifitasmu yang sangat fokus di dunia tulis
menulis. Setelah menunda sekian tahun, dan hanya fokus di dunia tulis menulis
artikel buat majalah buatan sendiri, serta event organizing, saya mulai berani
mengumpulkan mimpi lagi untuk menulis fiksi, rencana menerbitkan antologi dan
novel. Dengan berbagai peluang yang terbuka sekarang ini, rasanya sayang sekali
kalau tidak dimaksimalkan ya.
Thanks untuk artikelnya yang sangat bagus. Mungkin kita bisa kerjasama untuk
membuat acara-acara penulisan dengan skala yang lebih besar.
Thanks.
9. 9
Jonru Said: @ 19 Jun 2009 01:21 pm

@Emmy: Terima kasih banyak atas tawarannya. Saya dan tim terbuka lebar2
untuk kerjasama. Info selengkapnya coba klik di sini ya
Thanks
Jonru
10. 10
vistamulia Said: @ 19 Jun 2009 01:27 pm
Mas Jonru,
Tulisannya bagus! I got inspired. Saya tidak akan menghafalkan, atau menyimpan
tulisan ini. Tapi saya akan praktekkan. Semua seperti yang saya alami. Thanks.
Tuhan memberkati Anda.
11. 11
[Kiat Menulis] Tentang Kerangka Karangan dan Aliran Sesat | Jonru on the Web
Pinged With: @ 19 Jun 2009 01:45 pm
[...] (Artikel tentang kiat menulis bebas bisa dibaca di sini) [...]
12. 12
el sadra Said: @ 19 Jun 2009 02:30 pm
Bagus sekali tipnya mas Jonru langsung take action!!!
13. 13
Hangga Nuarta Said: @ 19 Jun 2009 02:38 pm
Wah om Panjang banget tulisannya
But saya dapat satu hal yang menurut saya sangat berharga: Menulis dengan
bebas, dengan senang, sesuai hukum alam.
Thanks om Jonru!
14. 14
Gustri Yeni Said: @ 19 Jun 2009 04:21 pm

Pak Jonru
Trik yang bapak berikan sering dalam bentuk penulisan umum walaupun
sebenarnya trik itu juga untuk semua jenis tulisan. Tapi bisa bapak kasih trik
spesipikasi dalam bentuk tulisan ilmiah.
Makasih
15. 15
Luthfie Said: @ 19 Jun 2009 04:22 pm
Terima kasih Bang Jonru, saya sebenarnya memiliki kendala psikologis ketika
membuat tulisan terkait pengalaman masa kecil. Tapi, dengan membaca kiat ini
saya bertekad untuk menghancurkan kendala tersebut. Sekali lagi terima kasih.
16. 16
nulani Said: @ 19 Jun 2009 04:43 pm
Duh, pak Jonru, bisa lebih singkat lagi menulisnya ? Sepertinya menulis di media
kertas beda dengan layar komputer ya ? Sepertinya kata-katanya harus magnetis
sehingga si pembaca tak mau berpaling ke layar televisi misalnya. Mungkin
karena posisinya tak bisa bervariasi jadi malas berkonsentrasi, kecuali kalau
disihir oleh tulisan itu sendiri. Setuju ? Coba diteliti, bisa-bisa natni dibuat
bukunya, sekaligus kursusnya. Menulis efektif untuk media e-book, mungkin
begitu judulnya.
17. 17
Jonru Said: @ 19 Jun 2009 04:52 pm
@Nulani:
Memang penjelasannya harus panjang
Kalau repot bacanya, coba di print dulu
18. 18
fakhrul Said: @ 19 Jun 2009 05:00 pm
Asyik jga trik bebas nii,kyakny hrus lngsung dpraktekan..mksih pak tas trik jtuny..
19. 19
Billy Koesoemadinata Said: @ 19 Jun 2009 05:14 pm

konsep nulis bebas ini juga yang dulu diajarin ke saya waktu saya pertama kali
masuk kelas nulis sama mentor saya. dan, memang benar koq.. harus begitu
karena kita jadi lebih bebas dan meledak2 ide yang akan ditulisnya..
20. 20
itapage Said: @ 19 Jun 2009 05:51 pm
terima kasih, artikel yg bagus & membuka pikiran saya. Boosting yg bagus!
21. 21
bowo Said: @ 19 Jun 2009 06:35 pm
wah bagus sekali tulisan nya pak..
mencerahkan..
22. 22
koko nata Said: @ 19 Jun 2009 06:40 pm
Pembahasan yang ilmiah dan dapat dipercaya, Mas
23. 23
fatimah Said: @ 19 Jun 2009 07:29 pm
dulu bisa dan pernah begitu enjoy merasa bisa menulis bebas. tapi sejak mulai
kerja, ko mandeg ya?
tapi kiatmu ini jitu banget. siip dehh.
24. 24
siswanto Said: @ 19 Jun 2009 07:48 pm
mas Johruapakah proses menulis saya ini termasuk menulis bebas:
saya biasa membuat sebanyak mungkin pertanyaan atas suatu topik. atas jawaban
( data dan info ) yang terkumpul, saya beri penilaian/ suatu kesimpulankesimpulan yang mana kesimpulan-kesimpulan tersebut nantinya saya olah
menjadi pikiran utama paragraf-paragraf tubuh. dan sebagai ide/ gagasan/ tesis
tulisan saya adalah membuat satu kesimpulan dari kesimpulan-kesimpulan atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut. jadi, ide/ gagasan untuk menulis saya dapat
setelah melakukan pembahasan.

salam,
meskipun secara formal saya tidak terdaftar sebagai murid mas Johru,tapi saya
anggap anda salah satu guru saya. semoga mas Johru tidak bosan memotivasi
25. 25
Mona Said: @ 19 Jun 2009 07:54 pm
Otak kiri selalu menuntut untuk sempurna, itu masalahnya. Otak kanan sedikit
nakal, dia ngga mau dipaksa-paksa menjadi anaknya sikiri, mangkanya jangan
paksa-paksa si kanan, bikin ngga kreatif.
Thanks atas kiatnya.
26. 26
budi Said: @ 19 Jun 2009 07:55 pm
makasih om atas tipsxakan LANGSUNG saya praktekkkan.
Bravo om Jonru.
(tapi bravo itu artinya apa yaw?)
hehehehe:)
27. 27
indah ip Said: @ 19 Jun 2009 08:02 pm

makasih sharingnya yang bermanfaat banget mengatasi beku inspirasi, bang


Jonru.
jadi inget seorang teman yang piawai menulis puisi, saya bertanya2 gimana dia
bisa seproduktif itu, apa nggak pernah kena writers block, jawabnya: karena
saya menulis, menulis dan menulis. nggak mikir apakah puisi itu bagus atau
enggak, apakah orang suka membacanya atau enggak, apakah layak
dipublikasikan apa enggak.jadi begitu ada ide, meski cuma satu kata, catat
langsung, karena otak kita mudah lupa.
ada satu lagi teman yang juga saya kagumi puisi2nya, pertanyaan yang sama saya
sampaikan, jawabannya: kalau lagi beku inspirasi, berhentilah sejenak dan
lupakan. bebaskan diri. pergi ke suatu tempat, buka mata, buka hati buka telinga,
buka wawasan. lakukan hal yang sama sekali gak nyangkut2 sama nulis, lakukan
hal yang bikin hati hepi dan enjoy. setelah puas, kembalilah dan kalau merasa
siap, baru mulai nulis lagi.
28. 28

rizan Said: @ 19 Jun 2009 08:16 pm


makasih bnyak pak jonru..
artikel anda benar2 membuat saya semangat untuk menulis.
29. 29
sari Said: @ 19 Jun 2009 08:34 pm
makasih banyak mas jonru,terus terang postingan diatas itu sama persis dg yang
sedang dialami oleh saya.mandeg menulis,kosong ide dsb.Insyaallah mulai
sekarang saya akan PD menulis dan akan menerapkan otak kanan dulu baru otak
kiri.hemmm..kalo ngga ada mas jonru,sudah pasti saya jadi orang yang sangat
pemalas nulis.
mas jonru,kunjungi ya blog saya,thanks.
30. 30
piyu puji andayani Said: @ 19 Jun 2009 08:40 pm
bang Jonru, trims banget kiat2 menulisnya
jadi tambah semangat menulis apa pun itu yang penting menulis..menulis..dan
menulis.
I will try my best, bang.
God bless you
31. 31

You might also like