Professional Documents
Culture Documents
Antraks
..
Dermatitis Atopik
..
Dermatitis Seboroik
..
13
Eritema Nodusum
..
17
Herpes Zoster
..
20
Pioderma Gangrenosum
..
24
Pitiriasis Rosea
..
28
Psoriasis
..
30
Skrofuloderma
..
37
Ulkus Kruris
..
40
Vitiligo
..
43
Ektima
..
47
Varisela
..
50
Moluskum Kontagiosum
..
53
Pioderma
..
55
Prurigo
..
59
Skabies
..
62
Kandidiasis Interriginosa
..
66
Onikomikosis
..
68
Pitiriasis Versikolor
..
71
Tinea Kapitis
..
73
Tinea Kruris
..
76
Tinea Pedis
..
78
Dermatitis Kontak
..
81
Erupsi Obat
..
86
..
90
Pemfigoid Bulosa
..
94
Pemfigus vulgaris
..
97
Sindrom Stevens-Jonson
..
100
Urtikaria
..
103
Vaskulitis
..
109
Akne Vulgaris
..
114
Keratosis Seboroik
..
120
Melasma
..
126
Gonore
..
130
Herpes Genital
..
135
..
137
Kadidosis vulvovaginalis
..
141
Kondiloma Akuininaa
..
143
Sifilis
..
145
Trikomoniasis
..
148
Ulkus Mole
..
151
Vaginosis Bakterial
..
153
Pruritus
..
156
Pruritus Senilis
..
162
Morbus Hansen
..
164
Fibroma Mole
..
170
Hemangioma
..
172
..
177
..
180
Keloid
..
183
Kista Epidermis
..
186
Melanoma Maligna
..
188
Antraks
Batasan dan uraian umum
Antraks adalah penyakit infeksi menular akut yang disebabkan oleh
Bacilus anhtracis. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis terutama pada
binatang rumahari atau peliharaan seperti domba, kambing dan sapi. Secara
alamiah manusia dapat terinfeksi apabila terjadi kontak dengan binatang yang
terinfeksi atau produk binatang yang terkontaminasi kuman antraks dan sporanya
masuk kedalam tubuh melalui kulit yang lecet/luka, inhalasi dan makanan.
Antraks kulit adalah bentuk infeksi yang tersering merupakan 95% dari seluruh
kasus.
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Fisis
Sebagian besar penderita mengalami gejala konstitusi yang ringan atau
tidak ada.Tidak mengalami demam Dapat terjadi limfadenitis regional nonspesifik
yang tanpa tanda-tanda limfangitis lainnya.
Status Dermatologikus
Tersering lesi ditemukan pada daerah kulit yang terbuka, biasanya pada
muka leher, dan ekstreinitas. Mula-mula lesi berhentuk papul merah kecil yang
tidak nyeri, dapat disertai rasa gatal atau rasa terbakar. Dalam 1-2 hari lesi
berkembang menjadi stadium vesikular dengan diameter 1-2 cm berisi cairan
jernih (serosanguenus). Selanjutnya vesikel menjadi hemoragik, mengalami
nekrosis sentral dan akan membentuk ulkus, dengan jaringan nekrotik kehitaman
(eskhar), yang dikelilingi zona edema non-pitting kecoklatan seperti gelatin.
Mungkin terdapat lesi satelit berupa vesikel kecil yang mengelilingi lesi
yang lebih besar. Akibat efek toksik, dapat terjadi bula multipel, yang tidak
disarankan untuk dilakukan insisi atau nekrotoini luka untuk mencegah timbulnya
bakteriinia. Eskhar akan mengering dan rontok pada 1 atau 2 minggu tanpa
meninggalkan jaringan parut atau jaringan parut yang ininimal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan biakan/kultur
Untuk konfirmasi diagnostic, dilakukan biakan kuman dengan agar nutrisi
pada 5% CO2 atau medium suplemen basal lain dengan 0.8 natrium
bikarbonat dari lesi kulit.
Kriteria diagnosis
Diagnosis penyakit antraks kulit pada manusia berdasarkan :
Riwayat penyakit
o Adanya riwayat kontak/pajanan dengan hewan/atau produknya yang
terkontaminasi antraks
o Adanya riwayat terpapar dengan seseorang dengan gejala yang sama atau
o Riwayat perjalanan ke daerah wilayah endeinik antraks
Tata Laksana
Non-medikamentosa
Bila dicurigai telah terjadi paparan maka yang bersangkutan dianjurkan
untuk melepaskan semua pakaian dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang
kemudian diikat rapat-rapat. Seianjutnya penderita harus mandi dengan sabun dan
air yang cukup. Tidak boleh dilakukan insisi dan debrideman pada lesi kulit.
Medikamentosa
Terapi pilihan untuk antraks adalah kristalin penisilin-G parenteral 2 juta
unit setiap 6 jam, yang diberikan selama 7-14 hari (sampai edema lokal
menghilang atau lesi kulit mengering) Yang direkornendasikan pada saat ini terapi
Tata Laksana
Dianosis klinis awitan dapat menjadi dasar pengobatan secara umum
Topikal
Akut
Subakut
Kronik
Sistemik
Antihistainin sedatifbila perlu kortikosteroid oral. Obat tambahan lain
sesuai dengan diagnosis, misalnya: vasodilator (dermatitis stasis), antibiotika
(dermatitis venenata, dermatitis impetigenisata) Konsultasi bagian lain :
Psikiatri (neurodermatitis)
Non-medikamentosa :
Hmdari penyebab
Hidup seimbang
Prosedur khusus
Tidak ada
Protokol
Mengawasi
terjadinya
infeksi
sekunder,
dermatitis
kontak,
atau
eksematisasi, eritroderma
Kriteria Penyembuhari
Tidak dijumpai keluhan subjektif dan tanda klinis
Daftar Pustaka
1. Leung DYM, Eichenfield LF , Boguniewicz M. Atopic dermatitis. Dalam:
Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austei KF, Goldsinith LA, Katz SI.
(ed) Dermatology in Gen..r l Medicine, Edisi ke-6 New York: The Mc
Graw-HilI, 2003:1180-94.
2. Soter NA. Nummular eczematous dermatitis. Dalam: Freedberg IM, Eisen
AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsinith LA, Katz SI. (ed). Dermatology in
General Medicine, Edisi ke-6. Dermatology in general mediuu. idtsi ke-5.
New York; The Mc Graw-Hill, 2003:1194-7
3. Holden CA, Parish WE. Atopic dermatitis. Dalam: Champion BH, Burton
JL, Bums DA (eds). Textbook of Dermatology, 6th edition. Rook!
Wilkinson! Ebling, 1998:681-708.
4. Burton JL, Holden CA. Eczema, Lichenification and prurigo. Dalam:
Champion BH, Burton JL, Burns DA (ed)Textbook of Dermatology, 6 th
edition. Rook! Wilkinson! Ebling, 1 998629-80.
5. Bernhard JD. Lichen Simplex Chronicus, Prurigo Nodularis, and Notalgia
Paresthetica. Dalam : Arndt KA, Leboit PE, Robinson 1K, Wintroub BU
(eds) Cutaneous Medicine and Surgery.. Philadelphia, London, Toronto,
Montreal, Sydney, Tokyo: W.B. Saunders Company, 1996:205-10.
6. Kristal L, Claie R.A. Atopic dermatitis. Dalam: Arndt KA , Leboit PE,
Robinson JK, Wintroub BU (ed) Cutaneous Medicine and Surgery.).
Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1996:193-204.
Dermatitis Atopik
Batasan dan uraian umum
Dermatitis atopik ialah peradangan kulit kronik dan residif yang sering
terjadi pada bayi dan anak, disertai gatal, dan berhubungan dengan atopi.
Manifestasi klinis
1. Dermatitis atopik fase bayi (infantil) :
Awitan tcrjadi pada bayi umur 2 bulan - 2 tahun. Keadaan umum paien baik,
rewel dan gelisah karena gatal. Predileksi biasanya di pipi, fosa kubiti, dan
atau poplitea. Bila bayi mulai merangkak atau belajar berjalan dapat
ditemukan di bagian ekstensor ekstreinitas.
2. Dermatitis atopik fase anak (childhood):
Awitan terjadi pada umur 3-10 tahun. Keadaan umum baik, terutarna terdapat
di daerah lipatan (fosa kubiti/poplitea).
3. Dermatitis atopik fase remaja + dewasa (adult) :
Awitan terjadi pada umur 12-30 tahun. Keadaan umum pasien baik, terdapat
lesi di lipat siku/ lutut, ekstensor ekstrim atas, jan tanganl kaki, dan wajah.
Pemeriksaan fisis
Status generalisata :
Keadaan umum baik, bayi/anak biasanya rewel dan gelisah.
Status dermatologikus :
Predileksi sesuai fasenya. simetris, berupa eritema, papul, vesikel, krusta, erosi,
ekskoriasi. Pada thse infantil lesi cendeung eksudatif sedangkan pada fase anak
biasanya subakut, makin bertambah usia makin kronik.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis dermatitis atopik ditegakkan berdasarkan kriteria Hariifin & Rajka
berikut ini:
Criteria Mayor
1. pruritus
Criteria Ininor
Kulit kering
palmar/keratosis
kronik
berulang
atau
Keratokonus
Katarak
10
Tata Laksana
Non Medikamentosa :
Medikamentosa
Sistemik
o Antihistainin klasik sedative untuk mengurangi gatal
o Bila infeksi sekundfer dapat ditambahkan antibiotic sistemik atau
topikal
Topical
o bila lesi akut/eksudatif : kompres 2 x3 sehari 1 2 Jam dengan
larutan asam salisilat 1 % atau larutan permaganas kalikus 1 :
10.000
o krim kortikosteroid (KS) potensi rendah atau sedang 12 jam kali
sehari sesudah mandi, sesuai dengan keadaan lesi. Bila sudah
membaik dapat diganti dengan potensi yang lebih rendah. Bila lesi
kronik dapat diberikan setiap kortikosteroid potensi kuat.
Contoh : KS potensi rendah : krim Hidrokortison 2,5%
KS potensi sedang : krim mometason furoat 0,1%
Bila lesi membaik potensi KS dapat diturunkan
o krim pimecrolimus 1% dapat diberikan 2 x/sehari segera bila
didapatkan tanda-tanda dini kekambuhari DA (DA ringan) atau
setelah ada perbaikandengan bemberian KS topical.
11
12
Dermatitis Seboroik
: baik
Status dermatologikus
Lesi plak tipis eritematosa dan skuama yang sering disebut dengan eksema
seboroik, di daerah skalp, hulu mata, lipat nasolabial dan daerah retroaurikular,
dada, tulang belikat. Bila terdapat ketombe yang putih dan tebal di kulit kepala
disebut pitiriasis sika. Bentuk lesi serupa di paranasalis sering dijumpai pada
wanita dibandingkan pada pria. Dermatitis seboroik kiasik merupakan kelainan
yang bersifat kronis rekuren mempunyai predileksi di daerah skalp, pelipis, lipat
retro aurikular dan liang telinga luar serta bagian dalam bulu mata, lipat
nasolabial, bagian V dada, serta punggung (eksema medio toraksikum).
Kadangkala ditemukan juga di daerah intertriginosa seperti lipat leher, ketiak, di
13
Infant (bayi)
o skalp (cradle cap)
o badan (termasuk lipatan dan area popok)
o penyakit Leiner
nonfainilial
disfungsi (fainilial)
Dewasa
o Scalp
o wajah (termasuk blefaritis)
o badan:
petaloid
pitiriasiforinis
fleksural
eksema
folikular
o generalisata/eritroderma
Pemeriksaan penunjang
Tidak perlu kecuali menjadi pembanding dan penyakit kulit 1aimya,
diperlukan pemeriksaan histopatologi.
Tata laksana
Secara umum, peagobatan meliputi:
14
Pada pasien dewasa, diberikan pengertian bahwa penyakit ini bersifat kronik dan
dapat kambuh kembali.
Medikamentosa
Bayi :
o Kulit kepala.
Dewasa:
o kulit kepala
Antiinikotik
o Golongan iinidazol, seperti itrakonazol, inikonazol, fiukonazol, bifonazol,
dan siklopiroksilainin
Fototerapi
o Pada bentuk dermatitis seboroik yang berat atau eritroderma dapat
diberikan NBUVB
Non Medikamentosa
Peranan
Pitirosporum
ovale,
walaupun
masih
kontradiksi
harus
dipertimbangkan.
15
epilepsi,
cedera
supraorbital,
paralisis,
polioinielitis,
Hidup seimbang
16
Eritema Nodosum
Batasan dan uraian umum
Eritema
nodosum
merupakan
proses
inflamasi,
mampu
regresi
Darah tepi
Swab tenggorok
Foto toraks
ASTO
THT
Gigi mulut
17
Biopsi
Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis
Pemeriksaan klinis
Tata Laksana
Terapi
Umum
o Dicari kausanya
o Tirah baring (sesuai indikasi)
o Diet tinggi protein
Sistemik
o Kortikosteroid ekuivalen prednison 40 mg/hari
o Bila kausanya psoriasis dapat diberikan :
Metotreksat
Sebelumnya dilakukan dosis uji dengan pemberian 2X2,5mg dengan
interval 12 jam. Sebelum dosis uji dan 7 hari setelah pemberian dosis
uji tersebut diperiksa darah lengkap. SGOT/SGPT dan ureum/
kreatinin. Bila hasil pemeriksaan laboratorium baik, barn diberikan
dosis pengobatan dengan dosis awal 7,5 mg/minggu, (cara pemberian
3 X 2,5 mg dengan interval 12 jam). Bila belum ada perbaikan dosis
dinaikkan bertahap sampai maksimal 25 mg/minggu
Topikal
: emolien
Catatan kemajuan
Pada setiap visite perlu dilihat:
Keluhan:
o Menggigil, palpitasi
o Demain
o Gatal Perubahan kelainan kulit
18
19
Herpes zoster
Status Generalis
Keadaan umum dapat bervariasi dari ringan sampai berat, pasien dapat tampak
sakit berat bila kelainannya menyerang daerah muka.
Status Dermatoloikus
o Gejala prodromal : local nyeri otot, tulang, pegal, gatal hiperestesia dan
lain-lain sistemik malese, demam, pusing
20
Sistemik
Bila erupsi kulit kurang dari 72 jam dapat diberiklan siklovir 5 x 800
mg/hari atau valasiklovir 3 x 1000 mg/hari atau famsiklovir 3x500
mg/hari selama 7 hari.
21
Analgetik :
o Ainitriptilin 12.5 25 mg/hari, bila tidak teratasi dosis dititrasi
setiap 3-5 hari sampai dosis maksimal 75 mg. kalau tidak ada
perubahan konsul neurologi.
o Atau gabapetin 100-300mg/hari, bila tidak ada respons dosis
ditingkatkan pada hari ke 3 dan seterusnya sampai dosis makasimal
1800-3600mg/hari
Kriteria penyembuhari
Erupsi kulit stadium krustasi selesai.
Pencegahan dan Pendidikan
22
Daftar Pustaka
1. Straus SE, Ox man MN, Schmader KE. Varicella and herpes zoster. Dalam:
Frcedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Fitzpatric TB (ed).Dermatology in General
Medicine, Edisi ke-6. New York: Mc Graw-Hill, 2003:2070-85.
2. Herpes zoster and postherpetic neuralgia: prevention and management.
Mounsey AL, Matthew LG, Slawson DC. Am Fam Physician 2005 :72: 107580.
23
Pioderma Gangrenosum
Batasan dan uraian umum
Merupakan penyakit radang kulit destruktif non-infeksius yang jarang
dijumpai termasuk kelompok dermatosis netrofihik. Penyebab yang pasti belum
diketahui, diduga terjadi disregulasi dan sistem imun. Dapat terjadi di semua usia,
tetapi terutama pada dekade ke-4 dan ke-5 kehidupan Gambaran klinis utama
nodus atau pustul yang progresifmenjadi ulkus. Kelainan ini mungkin
berhubungan dengan penyakit sistemik seperti kolitis ulserativa, penyakit Crohns,
polyartritis nodosaa, gamopati, dan kondisi lainnya.
Manifestasi klinis
Riwayat Penyakit Sekarang
Pemeriksaan fisis
1. Status generalis :
Pasien terlihat toksik, dengan demam tingi
2. Status dermatologikus
Gambaran klinis merupakan tanda terpenting untuk menegakkan diagnosis
pioderma gangrenosum, karena gambaran histopatologik dan pemeriksaan
penunjang lainnya tidak spesifik.
Bentuk lesi :
o Lesi awal berupa nodus subkutan yang nyeri atau vesikopustul
hemoragik yang superfisial dan papul yang timbul di kulit normal atau
setelah trauma ringan. Dapat soliter atau multiple yang kemudian
memecah menjadi ulkus yang mengeluarkan eksudat purulen dan
hernoragik.
24
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium hematology : tidak spesifik
2. Pemeriksaan imunologis : autoantibodi spesifik tidak diketahui adanya
kompleks imun, dan komplemen memberikan hasil yang bervariasi tidak
konsisten
3. Pemeriksaan bakteriologik tidak spesifik
4. Pemeriksaan histopatologik : neutrofil merupakan hallmark sitologi
5. Cari penyakit sistemik yang berhubungan : kolitis ulserativa kronik, penyakit
Crohn, seronegatifdengan radang usus (PRU), seropositif tanpa PRU, artnitis
reumatoid, gamopari IGA monokional, leukeinia inieloid, penyakit Takayasu
Kriteria Diagnosis
25
Sistemik:
Pilihan utama : kortikosteroid dosis tinggi: prednison 60-80 mg/ hari atau
prednison 100-120 mg/ hari atau terapi denyut metilprednisolon1 g/ hari
selama lima hari. Bila inflamasi hilang dosis diturunkan secara perlahari
dan berhenti setelah resolusi komplit
Alternatif lain :
o preparat sulfa: dapson 300-400 mg/hari, sulfasalazin 1-4 g/ hari atau
sulfa piridin 4-6 g/hari Kemudian dosis diturunkan sanipai 0.5 - 1 g
perhari untuk dosis pemeliharaan
o preparat imunosupresif :
Hindari trauma
26
Daftar Pustaka
1. Wolf K, Stingi G. Pyoderma gangrenosum. Dalam Freed berg IM, Eisen
AZ, Wolff K.
Austen KF, Goldsinith LA, Katz SI (ed). Fitzpatricks dermatology in general
medicine New york, Mc Graw-Hill 6th edit. 2003: 97273
27
Pitiriasis Rosea
Batasan dan uraian umum
Pitiriasis rosea (PR) merupakan erupsi kulit akut, swasirna, mempunyai
gambaran spesifik berupa lesi awal (mother patch) yang diikuti dengan lesi
sekunder yang generalisata setelah 1-2 minggu dengan distribusi yang khas dan
bertahan selama enam minggu. Penyebab kelainan ini diduga infeksi bakteri dan
virus yang dihubungkan dengan infeksi saluran nafas bagian atas dan pada suatu
kelompok populasi tertentu menunjukkan insidens yang meningkat di musim
gugur dan musim dingin (pada negara yang mempunyai 4 musim).
Manifestasi kilnis
Anamnesis
Bercak merah bersisik, gatal, dapat diawali dengan lesi misal, diikuti
dengan iesi lain dalam jumlah banyak, menyebar di badan, paha dan lengan atas.
Pemeriksaan fisis
Status dermatologikus :
Lesi kulit bekas herald patch lesi berupa bercak eritroskuamosa dengan
ukuran lentikuler sampai plakat sejajar garis kulit, umumnya disertai gatal.
Tempat predileksi di badan, lengan atas, dan tungkai atas.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperiukan
Kriteria diagnosis
Berdasarkan manifestasi klinis
Tatataksana
Medikarnentosa
Pada kasus-kasus dengan lesi luas, berat dan vesikular dapat diberikan
kortikosteroid oral
28
29
Psoriasis
Batasan dan uraian umum
Psoriasis sering disebut penyakit seumur hidup, sehingga pilihan
pengobatan tergantung dan gejala klinis dan gaya hidup pasien. Sampai saat ini
tidak ada pengobatan yang menyembuhkan psoriasis, hariya menghilangkan
gejala sementara. Pengobatan harus optimal, dokter dapat mengevaluasi psoriasis
serta memberikan ketenangan bagi pasien.
Tujuan pengobatan adalah menurunkan keparahari dan luas penyakit, agar
penyakit ini tidak mengganggu pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kesejahteraan
pasien.
Manifestasi Ininis
Anamnesis
Keluhan biasanya berupa bercak merah bersisik mengenai bagian tubuh
terutama daerah ekstensor dan kulit kepala, dapat gatal. Pengobatan yang
diperoleh menyembuhkan sementara kemudian timbul kembali. Dapat pula
dijumpai keluhan berupa nyeri sendi, bercak merah disertai dengan nanah, dan
bercak merah bersisik seluruh tubuh.
Pemeriksaan fisis
Status generalis :
Pasien tampak sakit ringan sampai dengan berat.
Status dermatologikus :
Psoriasis secara umum memiliki gambaran infiltrat eritematosa skuama
30
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologi
tindak lanjut)
Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan has ii
pemeriksaan penunjang. Keparahari psoriasis ditentukan melalui PASI (Psoriasis
area severity index).
Tatalaksana
Indikasi terapi :
Kombinasi 1- 4
Pasien tidak perlu dirawat kecuali untuk pasien dengan psoriasis pustulosa
Pasien datang, tentukan tipe psoriasis, luas area yang terkena, dan PASI.
31
Peinilihari terapi atau perpindahan terapi dan yang satu ke yang lain
bergantung pada :
o berat dan tipe penyakit
o respons atau kegagalan terapi yang terdahulu
o kemampuan pasien untuk mengerti, bekerjasama (dalam pengertian
efek samping obat
o tersedianya fasilitas
o usia dan jenis kelainin
o jenis obat (progesivitas, efek samping)
o pilihan pasien dan gaya hidup
o tingkat emosional dan sosio ekonomi
Beri pengertian perawatan kulit psoriasis yang benar (hindari Koebuer dan
faktor peucetus)
Psoriasis Treatment Ladder
Step 2: Phototherapies
Ultraviolet B
Keratolytic agent
PUVA
Topical corticosteroids
lmg/kgBB
Coal tar
phototherapies:
acitretin 0,3-0,5mg/kgBB
Anthralin
Goeckerman
Cyclosporin
Calcipotriol
Therapy
Severe disease (PASI> 10)
(PASI 8-<10)
<10% BSA
>10% BSA
(bsa) affected
Stable plaque of whatever
Recalcitrant
severity
papulosquamosa), GPP?
GPP
Eritroderma
32
Medikarnentosa
1. Topikal
Campuran asidum salisilikum 3/a atau likuor karbonis deterjen (LKD) 57% dalam vaselin album selama empat minggu
Fototerapi dengan UVB dilakukan tiga sampai lima kali seminggu dengan
pajanan awal 30 sId 60 detik, dosis pajanan berikutnya ditmgkatkan 1015% sampai PASI berkurang 75% atau terjadi perbaikan klinis (lesi kulit)
sebesar 75%, kemudian diianjutkan dengan dosis maintenance
Psoriasis pada kulit kepala dapat diberikan LKD 5-15%, atau urea 1020%, atau gliserin 15%, dipakai malam hari, keesokannya dicuci
1. Sistemik
Konsultasi
33
Departemen Gigi Mulut, THT dan Radiologi untuk mencari infeksi fokal
Kriteria remisi
PASI berkurang ininimal 75% dan PASI awal. Dinyatakan kambuh bila
setelah remisi PASI meningkat kembali hingga mencapai 50% dan PASI awal.
Tindak lanjut
o Asitretin/sikiosporin :
Setiap 2 bulan
Step 1 :
terapi topical
antralin
Step 2 : NB-UVB
Psoriasis pustulosa pada kehainilan: NB-UVB, sikiosporin dalam
pengawasan ketat.
Impetigo herpetiforinis (varian): sistemik kortikosteroid
Psoriasis artritis
34
Step 1 : NSAID
Prosedur khusus
Penyinaran dengan NB-UVB (Narrow band)
Pengelolaan pasien
Protokol
Daftar Pustaka
1. Christophers E, Mrowietz U. Epiderinis: Disorders of Persistent
Inflammation, Cell Kinetics, and Differentiation. Dalam: Freedberg
35
36
Skrofuloderma
Batasan dan uraian umum
Skrofuloderma adalah tuberkulosis subkutis yang membentuk abses dingin
dan terjadi kerusakan sekunder terhadap jaringan di bawahnya. Penyakit ini
merupakan penularan ke kulit dan proses tuberkulosis di organ lain misalnya
limfadenitis, tulang dan sendi. Tb kutis verukosa merupakan tuberkulosis kutis
yang terinfeksi bakteri inikobakterium dan luar (eksogen).
Manifestasi klinis
Anamnesis
Benjolan tanpa nyeri yang pecah dan keluar cairan sering kali berupa ulkus.
Pemeriksaan fisis
Status generalis :
Status dermatologikus :
Skrofuloderma :
limfadenitis
berupa
nodus
subkutan,
mudah
bergerak,
infiltrat
asimtomatik, abses dingin konsistensi keras, kenyal dan lunak, abses dapat
perforasi, luga dapat terjadi periadenitis. Terbentuk ulkus dan sinus, mengeluarkan
cairan bening, purulenta atau kaseosa. Ulkus dapat linier, serpiginosa, sekitarnya
livid, bergaung, dasar jaringan granulosa tertutup pus seropuruien. Menyernbuh
dengan sikatrik memanjang tak teratur, terbentuk jembatan kulit (skin bridge)
Tuberkulosis kutis verukosa :
Lesi berbentuk bulan sabit, penjalaran serpiginosa, lesi aktif tampak papulpapul di atas plak tipis eritematosa.
37
Diagnosis banding
Skrofuloderma
infeksi
inikobakterium
atipik,
deep
mycoses
Topikal
Pada bentuk ulkus rawat dengan kalium permanganas 1/5000
Sistemik
Tahap intensif (dua bulan)
o INH dewasa : 5 mglkgBB/hari dan anak 10 mg/kgBB/hari, oral dosis
tunggal
o Rifampism 10 mg/kgBB/hari, oral, dosis tunggal pada saat lambung
kosong
o Etambutol : 25 mg/kgBB/hari, oral, dosis tunggal
38
Tuberkulosis verukosa
Daftar Pustaka
1. Tappainer G, Wolf K. Tuberculosis and other mycobacterial infections.
Dalam Freed berg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsinith LA,
Katz SI (ed). Fitzpatricks dermatology in general medicine. New york,
Mc Graw-Hill 6th edit. 2003: 97273
2. Djuanda A. Tuberkulosis kutis. Dalam Djuanda A (ed). Ilmu penyakit
kulit dan kelamin. Jakarta, Balai Penerbit edisi ke 3. 2000: 52-60.
39
Ulkus kruris
Batasan dan uraian umum
Ulkus kruris adalah ulkus atau tukak pada tungkai. Penyebab kelainan
bermacam-macam antara lain oleh infeksi, gangguan pembuluh darah, dan
keganasan. Pada bab ini akan dibicarakan 4 macam ulkus, yakni ulkus tropikum,
ulkus venosum, ulkus arteriosum, dan ulkus neurotrofik.
Manifestasi klinis
Pemenksaan fisis
Status generalis
Status dermatologikus :
Diagnosis harus mencantumkan karakter ulkus:
1. Jaringan sekitar ulkus
2. Bentuk
3. Tepi dan dinding
4. Dasar dan isi
5. Indurasi dan nyeriltak nyeri
Jenis ulkus
40
Pemeriksaan penunjang
Tata laksana
Non-medikamentosa
Mencari kausa
Pada ulkus stasis sebaiknya elevasi tungkai 300 di atas jantung, bebat elastis
pada tungkai bersangkutan
Medikamentosa
Topikal
o Rawat luka dengan kompres kalium permanganas 1:5-10.000, Rivanol
1:1000, larutan povidon iodine 7,5% dilarutkan 10 kali, tiga kali sehari
masing-masing satu jam sampai pus, debris jaringan nekrotik menghilang.
o Antiseptik krim: neoinisin, basitrasin, neoinisin
o Bila telah bersih dapat diberikan perangsang tumbuhnya jaringan granulasi
dan epitelisasi (wound dressing, salep asidum salisilikum 2%, levertran)
Sistemik
o antibiotika: kloksasilin/dikloksasilin 3x250 mg/hari, linkoinisin 3/500
mg/hari, klindainisin 2-3x300 mg/hari, ertroinisin 4x500 mg/hari
o pentoksifilin dapat membantu sirkulasi darah perifer baik untuk ulkus
venosum atau arteriosum
41
Konsultasi
Diabetes meilitus untuk ulkus neurotropik atau ulkus teninfeksi bila perlu
Kriteria penyembuhari
Evaluasi dengan teknik fotografi atau dengan menggambar ulkus di atas
piastik transpara dilakukan setiap minggu. Bila ulkus menyembuh dapat kontrol
2-4 minggu sekali tetapi bila tidak ada kemajuan ketepatan diagnosis harus
dipikirkan kembali bila perlu dibiopsi.
Daftar Pustaka
1. Sularsito SA. Ulkus Kruris. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelainin,
edisi 3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S (ed). Jakarta: Balai Penerbit,
1999: 223-30.
2. Ryan TJ. Diseases of the Veins and Arteries Leg Ulcers. Dalam:
Textbook of Dermatology, 6th edition. Champion Bil, Burton JL,
Bums DA (eds). Rook/Wilkinson/Ebling. Oxford: Blackwell Scientifict
PubI, 1998:2228-76.
42
Vitiligo
Batasan dan uraian umum
Vitiligo merupakan kelainan pigmen yang spesifik, sering ditemukan,
bersifat diturunkan atau didapat, yang ditandai dengan makula hiperpigmentasi
putih susu yang berbatas tegas. Umumnya mengenai 1-2% populasi. Rasio lakilaki dan perempuan sama. Dapat mengenai semua usia, umumnya usia 20 dan 30
tahun. Penyebab vitiligo kompleks, tampaknya gen tertentu merupakan faktor
predisposisi dan trauma atau gangguan endokrin merupakan faktor pencetus.
Kiasifikasi:
Segmental
Mukosal
Generalisata: akrofasial
Vulgaris
Campuran
Manifestasi klinis
Anamnesis
Bercak putih yang timbul mendadak. Makin lama bertambah banyak dan
melebar. Bercak putih dapat timbul setelah penyembuhari luka Riwayat penyakit
keluarga Umumnya ada factor genetik yang tidak diturunkan secara Mendei,tetapi
polygenic inheritance
Riwayat penyakit lain
43
Faktor Pencetus
Trauma, stres, obat, fenomen koebner
Pemeriksaan fisis :
Status generalis:
KU baik, kecuali jika ada keterlibatanlgangguan sistemik
Status dermatologikus:
Makula depigmentasi berukuran iniliar sarai plakat dengan batas tegas, kadang
diikuti dengan pulau pigmentasi
Pemeriksaan penunjang
Jika dalam anamnesis dicurigai adanya keterlibatan sistemik, dianjurkan
untuk pemeriksaan yang sesuai dengan kecurigaan sistemik. Contoh :
DMpemeriksaan GD Nucter dan GD post prandial Tiroid pemeriksaan T3,
T4 dan TSH
Pemeriksaan histopatologi umumnya tidak perlu, karena klinis sudah
karakteristk, kecuali untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Kriteria diagnosis
Berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang
Tata laksana
Mencari kausa
Protokol
44
Kiasifikasi
1. Lokalisata
Pengobatan I
Alternatif
KS potensi I, II, III oint delsoralen 0,01% topikal
a. Fokal
b. Segmental
Transpiantasi autolog
c. Mukosal
2. Generalisata
Transpiantasi autolog
a. Akrofasiai
Topikal PUVA
Topikal PUVA +
b. vulgaris
NB-UVB
kalsipotriol
c. campuran
NB-UVB/topikal PUVA
Kombinasi NB-UVB
+ KS oint
3. Universal
Hindari stress
Hindari trauma
Kriteria penyembuhari
Repigmentasi berupa pulau pigmentasi folikular atau pigmentasi marginal. Pada
vitiligo universal berupa depigmentasi bertahap.
Daftar Pustaka
45
DIVISI
ANAK
46
Ektima
Batasan dan uraian umum
Ektima adalah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya, disebabkan
infeksi oleh Streptococcus hemolyticus. Insidensnya cukup sering. Ektima dapat
terjadi secara primer, pada kulit normal atau sekunder pada kulit yang telah ada
penyakit kulit lain. Kelainan ini seringkali diawali dengan gigitan serangga atau
trauma ininor.
Manifestasi klinis
Anamnesis
dapat diawali dengan keluhan gatal, nyeri, dengan penyernbuhari yang lambaL
Keadaan umum baik, gejala sistemik jarang ditemukan, tetapi dapat disertai
demam dan adanya pembesaran kelenjar getah bening regional.
Status dermatologikus
Pada daerah bokong, paha, dan tungkai bawah ditemukan vesikel atau pustul
di atas dasar eritematosa dan krusta tebal berwarna kuning. Jika krusta diangkat
ternyata lekat dan tampak ulkus dangkal. Ulkus dapat bulat atau oval, berukuran
0,5-3,0 cm, nyeri, dan menyembuh setelah beberapa minggu, sering meninggalkan
jaringan parut.
Pemerksaan penunjang
Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan dan anamnesis, manifestasi klinis dan pemeriksaan
penunjang.
47
Tata laksana
Sistemik
Antibiotik bila lesi cukup banyak dan ada pembesaran kelenjar getah
bening.
Misalnya :
Topikal :
Jika lesi sedikit dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening regional,
krusta diangkat lalu diolesi dengan salap/krim antibiotik 2-3 kali sehari
Bila ada penyakit kulit yang lain segera diobati (misalnya gigitan serangga,
dermatitis)
Pemantauan
Dianjurkan kontrol 1 minggu kemudian, bila tidak ada lesi baru obat topikal
dapat dilanjutkan, bila masih ada lesi baru dipertimbangkan penggati
antibiotik sistemik.
48
Bila di lingkungan anak ada yang menderita kelainan kulit serupa segera
diobati mengingat kumannya sangat infeksius dan dapat menjadi sumber
penularan
Daftar pustaka
1. Darmstadt GL, Galen WK, Fischer G, Bacterial infections. Dalam:
Schachner LA, Haritea RC, editor Pediatric dermatology, edisi ke-3
Edinburg: Mosby; 2003 .h.990-1057.
2. Mei Kane KS, Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A. Ecthyrna.
Dalam: Mei Kane KS; Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A,
Editor. Color atlas & synopsis of pediatric dermatology, edisi kei. New
York: Mc 0mw - Hill; 2002.h.458-9.
3. Djuanda A. Pioderma. Dalam; Djuanda A, Hamzah M, Aisah 5, editor.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelainin, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 1999.h.55-61.
49
penderita
imunokompromais
atau
pada
pasien
dengan
obat-ohat
imunosupresif
Manifestasi klinis
Anamnesis
Pada anak jarang dijumpai gejala prodromal, keluhan diawali dengan
tancla dikulit. Pada saat ini dapat disertai malese dan demam. Pada anak besar
atau dewasa gejala prodromal timbul 2-3 hari sebelum tanda kulit. Prodromal
berupa demam, menggigil, malese, nyeri kepala, anoreksia, nyeri tulang, nyeri
tenggorok, dan batuk kening.
Pemeriksaan fisis
Status generalis : orang dewasa demam, tampak sakit sedang sampai berat.
Gejala prodrornal antara lain: malese, demam, dan nyeri kepala
Status dermatologikus
Erupsi kulit terutama di daerah badan perjalanan morfologik berurutan dan papul
eritematosa, vesikel seperti tetesan embun, pustul, diakhiri dengan krusta. Setiap
lesi memiliki perkembangan berlainan sehingga timbul gambaran polimorfik,
kelainan kulit berjalan sentrifugal (dan tengah ke perifer)
Komplikasi : bronkopneumonia, meningitis
50
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sediaan apus Tzanck ditemukan sel datia berinti banyak
Kriteria diagnosis
Berdasarkan pemeriksaan klinis
Tata laksana
Topikal
Usahakan agar vesikel tidak pecah dan cegah infeksi sekunder dengan :
Harus tetap mandi bila sudah tidak demam. Dapat diberikan permanganas
kalikus 1/10000
Sistemik
Bila erupsi kulit kurang dan 24 jam dapat diberikan asikiovir 5x800
mg/hari, atau valasikiovir 3x1000 mg/hari atau famsikiovir 3 x 500mg/hari
selama 7 hari.
51
Daftar Pustaka
1. Straus SE, Oxrnan MN, Schmader KE. Varicella and herpes zoster. Dalam:
Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Pitzpatric TB (ed).Derrnatoiogy in
General Medicine, Edisi ke-6. New York : Mc Graw-Hill, 2003:2070-85.
52
Moluskum Kontagiosum
Batasan dan uraian umum
Moluskum kontagiosum (MK) ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh
virus poks, berupa papul dengan permukaan terdapat lekukan dan berisi massa
yang mengandung badan moluskum.
Manifestasi Klinis
Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang juga orang dewasa.
Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu.
Anamnesis
Tidak ada keluhan. Kelainan kulit berupa papul berwarna putih seperti
him, di tengahnya terdapat delle. Jika dipijat keluar massa berwarna putih seperti
nasi. Kadang dapat mengalami infeksi sekunder sehingga timbul supurasi.
Pemeriksaan fisis
Status generalis : keadaan umum baik status dermatologikus :
Predileksi di daerah muka, badan, dan ekstreinitas. Terdapat papul berbentuk
kubah, berwama putih seperti lilin, dengan delle di tengahnya
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologis di daerah epiderinis dapat ditemukan badan
moluskum yang mengandung partikel virus
Tata laksana
Non-medikamentosa :
53
Medikamentosa
o Pengolesan dengan tingtur kantaridin 0,7% pada setiap lesi, dilakukan oleh
dokter. Lesi tidak boleh dicuci selama 3-4 jam seteiah pengolesan obat,
setelah itu harus dicuci. Dalam satuldua hari kemudian akan timbul lepuh
yang akan pecah menimbulkan erosi/ekskoriasi, diberikan salap antibiotik
untuk mencegah infeksi sekunder.
o Tindakan enukleasi :
Bila perlu diberi anestesi krim EMLA dioleskan pada tiap lesi, tutup
dengan plester, biarkan 1 jam.
Dengan memakai pinset mata, lesi moluskum dijepit agar isi keluar.
Daftar Pustaka
1. Mancini A, Bodemer C. Viral Infections. Dalam: Schachner LA, Harisen
RC (eds). Pediatric Dermatology, 3rd ed. Edinburg, Elsevier Liinited,
2003, PP.1090-2
2. Beton EC. Human papillomavirus infection and molluscum contagiosun.
Dalam: Harrper J. oranje A, prose N. (eds) Texrbook of pediatric
dermatology 1st ed. Edinburg Blackwell science, 2000.p. 318-20
3. Haridoko PH. Penyakit virus. Dalam: Djuanda A, Hamzah M. Aisah S
(editor). Ilmu penyakit kulit dan kelamin Edisi ke-3 Jakarta: FKUI,
l999.p.l07-15.
54
Pioderma
Batasan dan Uraian Umum
Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Di Departernen ilmu
kesehatan Kesehatan Kulit dan Kelainin Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia insidensnya menduduki tempat ketiga dan berhubungan erat dengan
keadaan sosial ekonomi. Sebenarnya infeksi kulit kecuali disebabkan oleh kuman
positif Gram seperti pada pioderma dapat pula disebabkan oleh kuman negatifGram misalnya : Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus inirabilis
Escherichia coil, dan Kiebsiella. Penyebab yang umum ialah kuman positif-Gra,
yakni streptokokus dan stafilokokus.
Kriteria diagnosis
Anamnesis
Pioderma superfisial tidak disertai gejala umum, sedangkan pada pioderma
dalam seringkali disertai dengan gejala konstitusi. Keluhan pada kulit seringkali
disebut koreng sampai dengan bengkak merah dan nyeri.
Pemeriksaan Fisis
Status generalis
Pasien tampak sakit ringan sampai berat.
Status dermatologikus
Pioderma superfisial
(Impetigo, folikulitis, furunkulosis, karbunkel, ektima)
Erupsi kulit
o Impetigo krustosa: sekitai lubang hidung dan mulut, krusta tebal
kuning madu
o Impetigo vesikobulosa: bula, bula hipopion, kolaret berdasar
eritematosa
55
Gejala konstitusi
: dijumpai
Erupsi kuht
o Erisipelas
o Selulitis
o Flegmon
o Hidraadenitis
o Ulkus piogenik
Pemeriksaan penunjang
Bila diperlukan
Kultur
dan
resistensi
spesimen
lesi
(misalnya
untuk
flegmon,
hidraadenitis, ulicus).
Untuk ullcus dengan dasar dalam misalnya fasia atau gangren perlu
pemeriksaan radiologi, bila terjadi osteoinielitis konsul Departemen Ilmu
Bedah tulang.
Tata laksana
Medikamentosa
Pasien berobat jalan kecuali pada erisipeias, selulitis, flegmon dianjurkan
rawal inap
56
Topikal
Bila dijumpai pus banyak basah atau krusta dilakukan kompres terbuka
dengan permanganas kalikus 1/5000 sampai 1/10.000, rivanol 1/1000, larutan
povidori 7,5% dilarutkan sepuluh kali, tiga kali sehari masing-masing 1 jam
selama masih akut.
Bila tidak tertutup pus atau krusta diberikan salep/krim: garam fusidat 2%,
mupirosin 2%, neoinisin dan basitrasin.
Sistemik
Pada lesi dalam dan atau luas diberikan antibiotik sistemik:
Lini
Lini
Lini
Lini
Higiene
Menurunnya
daya
tahan
tubuh:
kurang
gizi,
aneinia,
penyakit
Protokol
Pada pioderma letak dalam perhatikan keadaan umum dan status imun
secara keseluruhan
Kriteria penyembuhari
57
Daftar Pustaka
1. Djuanda A. Pioderrna. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelainin, edisi 3.
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S (ed). Jakarta: Balai Penerbit, 1999: 55-61.
2. Lee PK, et at. Pyodermas: Staphylococcus aureus, Streptococcus, and Other
GramPosijive Bacteria. Dalam: Freedberg TM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF,
Goldsinith LA, Katz SI, eds Fitzpatricks Dermatology in General Medicine,
edisi 6. New York: McGraw Hill 2003:1856-78.
58
Prurigo
Batasan dan uraian umum
Prurigo adalah erupsi papular kronik dan rekuren. Terdapat berbagai
macam prurigo, yang tersering dijumpai adalah prurigo hebra, disusul dengan
prurigo nodularis.
Prurigo hebra
Prurigo hebra ialah penyakit kulit kronik, dimulai sejak bayi atau anak.
Penyebabnya yang pasti belum diketahui, umumnya ada anggota keluarga yang
juga menderita penyakit ini. Sebagian ahli berpendapat bahwa kulit pasien peka
terhadap gigitan serangga, misalnya nyamuk. Selain itu juga terdapat beberapa
faktor lain yang berperan, misalnya faktor atopi dan infeksi fokal.
Manifestasi klinis
Kelainan yang khas ialah adanya papul-papul iniliar berbentuk kubah,
berwarna sama dengan kulit yang lebih mudah diraba daripada dilihat. Garukan
yang terus menerus menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi dan
likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder. Tempat predileksi di ekstreinitas
bagian ekstensor, sirnetris, dapat meluas ke bokong dan perut. Biasanya bagian
distal lebih parah dibandingkan bagian proksirnal. Kelenjar getah bening regional
biasanya membesar, tidak nyeri, tidak bersupurasi, dan teraba lunak. Pembesaran
ini disebut bubo prurigo.
Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis & gambaran klinis yang
khas.
Pemeriksaan penunjang
Gambaran histopatologis: tidak khas
Tata laksana
59
Non medikamentosa
o Menghindari gigitan nyamuk/serangga
o Mencari dan mengobati infeksi fokal
o Memperbaiki higiene perseorangan
Medikamentosa
o Sistemik:
Gambaran histopatologi
o Hiperkeratosis, hipergranulosis, akantosis tak teratur
o Penebalan stratum papilaris derinis yaig terdiri atas kumpilan serat
kolagen kasar, arahnya tegak lurus terhadap permukaan kulit
(collagen in vertical streaks)
60
Daftar Pustaka
1. Wiryadi B. Prurigo Dalam: Ilmu Penyakit Kulit & Kelainin, dalam,
Djuanda A, hamzah M, Boediardja, SA, eds editor ke-3: Balai
Penerbut FKUI, 1999, 250.
2. Krafchik BR, Halbert A, Yamamoto K, Sasaki R. Prurigo nodularis.
Dalam: Schachner LA, Harisen RC (eds). Pediatric Dermatology, 3 rd
ed Edinburg, Elsevier Liinited, 2003. P. 642.
61
Skabies
Batasan dan uraian umum
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi oleh
Sarcoptes scabiei, ditandai oleh rasa gatal dan dapat ditularkan melalui kontak
erat dengan orang yang terinfeksi. Skabies dapat mengenai bayi, anak, dewasa
(melalui kontak seksual), bahkan orang tua. Banyak faktor yang berperan pada
penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi rendah, tempat tinggal yang padat,
higiene buruk, keadaan imunosupresi.
Manifestasi Ininis
Anamnesis
Adanya riwayat gatal hebat pada malam hari dan biasanya menyerang
manita secara berkelompok. Keadaan umum baik. Umumnya tidak disertai
prodromal.
Status dermatologikus
Predileksi biasanya pada daerah kulit dengan stratum korneum tipis, yaitn:
ek jan tangan dan kaki, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
ketiak, areola mame, umbilikus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang kepala, leher, telapak tangan dan kaki lesi
awal berupa papul, vesikel, dan terowongan (kurnkulus) berwarna putih keabuan
berbentuk garis lurus atau berkelok dan dapat meluas. Akibat garukan dapat
ditemukan ekskoriasi, krusta, eksematisasi, bahkan diertai infeksi sekunder.
Varian :
1. Skabics nodular: Pada anak-anak, terdapat nodus 5-10 mm coklat
kemerahari, terutama pada skrotum, punggung, atau kaki
2. Skabies Norwegia (skabies berkrusta): pada bayi atau pasien dengan
imunosupresi, mengenai seluruh tubuh, terdapat hiperkeratosis dan atau
krusta generalisata
62
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan inikroskop cahaya: menemukan tungau dewasa, telor atau
feses dan kerokan kulit (terowongan)
Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan dan anamnesis, manifestasi klinis, dan pemeriksaan
penunjang harus ada 3 dan 4 kriteria sebagai berikut :
Tata laksana
Sistemik :
Topikal :
Permetrin 5% dalam krim, dioleskan hariya sekali seluruh tubuh (dan leher
sampai ke ujung kaki), mandi setelah 10 jam. Bila belum sembub diulangi
setelah 1 minggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah usia 2 bulan.
63
Seiuruh anggota kehiarga atau orang yang tinggal serumah harus diobati
Pemantauan
Dianjurkan kontrol 1 minggu kemudian, hila ada lesi baru, obat topikal
dapat diulang kembali.
Daftar pustaka
1. Meinking T, Taplin D. Infestations. Dalam: Schachner LA, Harisen
RC, editor. Pediatric Dermatology, edisi ke-3. Edinburgh: Mosby ;
2003.l 141-80
2. Mei Kane KS. Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A. Scabies.
Dalam: Mei Kane KS, Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A,
editor. Color atlas & synopsis of pediatric dermatology, edisi ke-1.
New York: Mc Graw-Hill;2002.618-21
3. Haridoko RP. Skabies. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelainin, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 1999.119-22
64
DIVISI
INIKOLOGI
65
Kandidiasis Intertriginosa
Batasan dan uraian umum
Kandidiasis adalah penyakit infeksi primer atau sekunder yang disebabkan
oleh jamur genus Candida terutama Candida albicans (C.albicans). Terjadinya
penyakit dipengaruhi faktor-faktor predisposisi seperti faktor imunologis dan non
imunologis, endogen dan eksogen, fisiologis dan patologis, sistemik atau lokal
misalnya lesi pada tangan sering rnengenai orang-orang yang sering berkontak
dengan air seperti ibu rumah tangga
Manifestasi klinis
Mengenai daerah lipatan kulit, terutama aksila, inframame, umbilikus,
lipat gluteal, genitokrural dan interdigital; dapat juga mengenai daerah
retroaurikuler, lipatan kulit perut dan glans penis (balanoposititis). Pada sela jari
tangan biasanya antara jan ketiga dan keempat, pada sela jari kaki antara jari
keempat dan kelima Keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa panas
seperti terbakar Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil kemudian meluas,
berupa vesikel/pustul superfisial berdinding tipis, ukuran 2-4 mm, makula
enitematosa, batas tegas, sening terjadi erosi/maserasi/basah, ditemukan skuama
kolaret. Pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan skuama.
Disekelilingnya terdapat lesi-lesi satelit berupa papul, vesikel atau pustul kecil.
Kulit sela jari tampak eritem, terkelupas dan terjadi maserasi. Dapat ditemukan
fisura. Pada bentuk yang kronik, kulit selajari menebal, lembab dan berwama
putih
Pemeriksaan penunjang
Bahan pemeriksaan: k.erokan kulit, vesikel, pus, krusta. Pemeriksaan inikroskopis
langsung dengan larutan KOH 10% - 20% didapati pseudohifa dan atau banyak
blastospora
Biakan dengan media agar Saborraud glukosa atau Mycosel
Kriteria diagnosis
Anamnesis, pemeriksaan kiinis dan perneriksaan penunjang
66
Tata laksana
Lesi madidans: kompres dengan larutan kalium permanganas 1/10.0001/5000, dilanjutkan obat anti jamur.
Lesi subakut: krim iinidazol (antara lain: inikonazol 2%, kiotrirnazol 1%,
bifonazol 1%, tiokonazol 1%, ketokonazo 2%, sertakonazol 2%).
Bila luas dapat diberikan obat sistemik: flukonazol oral (50 mg/hari, atau
150 mg/minggu), itrakonazol (100 atau 200mg/hari), ketokonazol (200
mg/hari), sampai perbaikan klinis dan inikologis
67
Onikomikosis
Batasan dan uraian umum
Onikoinikosis adalah istilah umum untuk kelainan kuku akibat infeksi
jamur. Tinea unguium adalah kelainan kuku akibat infeksi dermatofita. Di
Indonesia penyebab terbanyak yang dilaporkan adalah Candida sp. Dan terutama
pada kuku tangan, sedangkan dan golongan dermatofita dilaporka 7. rubrurn dan
T. mentagrophytes
Manifestasi klinis
Dikenal 4 tipe onikoinikosis yang dibedakan berdasar gambaran klinis dan
juga menandai rute invasi jamur :
1. Onikoinikosis subungual distal (OSEL) : Gambaran klinis ditandai oleh
hiperkerat osis subungual dan onikoliis, selain wama kuku kekuningan.
Bentuk ini umumnya disebabkan T rubrum, selain oleh T. mentagrophyres
var. interdigitale
2. Onikoinikosis
subungual
proksimal
(OSP)
Kelainan
berupa
68
69
faktor
predisposisi
yang
memudahkan
terjadinya
70
Pitiriasis Versikolor
71
Tata Laksana
Intrakonazol disarankan untuk kasus yang kambuh atau tidak responsif dengan
cara pengobatan lain, dengan dosis 200mg/hari selama 5- 1
72
Tinea Kapitis
Batasan dan uraian umum
Tinea kapitis adalah infeksi pada Kunt uan rambut kepala, alis mata dan bulu mata
yang ciisebabkan oleh jamur dermatofita (Inicrosporum sp don Trichophyton sp)
Manifestasi kilnis
Keluhan :
Gatal
Alopesia
Gejala :
Ada beberapa bentuk klinis tinea kapitis:
1. Grey patch ringworm
Rambut berwarna abu-abu, tidak berkilat dan mudah patah (1-3
mm di atas kulit kepala). Dapat terbentuk alopesia setempat dan bersisik.
Pemeriksaan dengan lampu Wood didapat hasil positif.
2. Bentuk radang
Spektrum lesi inflamasi ini dirnulai dan bentuk folikulitis pustular
sampai bentuk kerion, yakni lesi berupa massa/benjolan lunak, basah
dengan rambut yang patah dan pus, serta dapat terjadi limfadenopati.
Dapat rnenyebabkan alopesia menetap.
3. Blackdot ring worm
Rambut sangat rapuh dan patah tepat pada muara folikel, terlihat
sebagai bintik hitam.
4. Favus
Terdapat skutula, yaitu krusta yang berbentuk mangkuk berwarna
merah kuning dan berkembang menjadi berwarna kuning kecoklatan. Pada
pengangkatan krusta terlihat dasar yang cekung, merah, basah dan berbau
seperti tikus (mousy odor). Dapat terjadi skar, atrofi dan alopesia
permanent
73
Pemeriksaan penunjang
Kultur
Bila perlu dilakukan dengan menggunakan media agar Sabourauds Jamur
akan tumbuh dalam 5-14 hari
Kriteria diagnosis
Diagnosis tinea kapitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran
klinis, pemeriksaan KOH dan pemeriksaan lampu Wood. Bila perlu dapat
dilakukan kultur.
Tata laksana
Pengobatan oral adalah yang paling efektif, obat pilihan:
Griseofulvin
Itrakonazol
Diberikan dengan dosis 100 mg/hari selama 1-4 minggu atau 35mgIkgBB/hari.
Terbinafin
Diberikan dengan dosis 3-6 mg/kgBB/hari selama 4 minggu atau
pasien dengan BB> 40 kg: 250 mg/hari, 20-40 kg: 125 mg/hari, <20kg:
62,5 mg/ hari.
74
Pengobatan tambahan :
Terapi ajuvan berupa sampo ketokonazol 2% atau selenium sulfid 2,5%,
diberikan paling sedikit 3xl minggu dan didiamkan pada kulit kepala paling
sedikit 5 menit. Sampo ini diberikan selama belum ada kesembuhari klinis dan
inikologik.
Pencegahan dan pendidikan
Pencegahan penularan dilakukan dengan menghindari pemakaian alat
bersain, seperti topi, pakaian dan peralatan rambut.
Daftar Pustaka
1. Elewski B. Tinea Capitis. Cutaneus Mycology. Int J Dermatol Clin 1996;
14: 1-12.
2. Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. Superficial fungal infections:
dermatophytosis, onychomycosis, tinea nigra, piedra. Dalam: Freedberg
IM, Eissen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsinith LA, Katz SI, editor.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Edisi ke-6. New York:
McGraw Hill, 2003: 1989-2005.
3. Gupta AK. Tinea kapitis: An Overview with emphasis on management.
Ped. Dermatol, 1999; 16(3): 171-89.
4. Higgins EM, Fuller LC, Sinith CH. Guidelines for the management of
tinea capitis. Br J Dermatol 2000; 143:53-8.
75
Tinea Kruris
Batasan dan uraian umum
Tinea kruris digunakan untuk infeksi jamur dermatofita pada daerah pubis
dan sela paha. Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris
adalah T. rubrum, E. floccosurn, dan T. mentagrophytes
Manifestasi klinis
Biasanya lokasi pada daerah genitokrural atau sisi medial paha atas, dapn
asimetri atau bilateral. Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat. I
berbatas tegas, tepi rneninggi yang dapat berupa papulovesikel entematosa, atai i
kadang terlihat pustul. Bagian tengah menyembuh berupa daerah cok)Ht
kehitaman berskuama
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
inikroskopik
secara
langsung
dengan
KOH
20%
menunjukkan hifa yang bercabang atau artrospora yang khas pada infeksi
dermatofita. Biakan dengan media sabouraud: hariya bila perlu memastikan
spesies penyebab
Kriteria diagnosis
Anamnesis, pemeriksaan klims dan pemeriksaan penunjang
Tata laksana
Terapi topikal jika lesi terbatas dan dapat dijangkau, dioleskan sampai 2,5
cm di luar batas lesi. Dapat digunakan krim golongan alilainin dan azol
Terapi sistemik diberikan pada lesi luas, kronik berulang, atau tidak
memberi respons terhadap obat topikal:
o Griseofulvin inicronized 500-1000 mg/hari selama 2-6 minggu, atau
o Itrakonazol 100 mg/hr selama 2 minggu atau 200 mg/hari selama 1
minggu, atau Terbinafin 250 mg/hr selama 1-2 minggu
76
77
Tinea Pedis
Batasan dan uraian urnum
Adalah infeksi deLmatofita pada kaki, terutama di sela jan dan telapak
kaki. Penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum yang sering menyebabi:an
kelainan menahun. Penyakit ini sering menyerang orang dewasa yang bekcr
tempat basah, rnisalnya tukang cuci, petani, atau orang yang menggunakan sepatu
tertutup terus inenerus, rnisalnya tentara.
Manifestasi kilnis
Keluhan subyektif bervariasi, mulai tanpa keluhan sampai gatal hebat. Bentuk
klinis yang sering ditemukan :
1. Tipe interdigitalis: bentuk tersering, di sela jan ke-4 dan ke-5. Berupa
eritema, skuama, kadang fisur. Pada koinfeksi bakterial (dermatofitosis
kompleks) didapati maserasi, basah dan serrng tercium bau tidak enak.
2. Tipe vesikular subakut: di telapak kaki jarang di tuinit, dapat merupakan
perluasan dan interdigital. Ditandai vesikel, vesikopustul, kadang bula, dan
skuama kolaret.
3. Tipe hiperkeratotik kronik: sering di tuinit, telapak kaki dan sisi lateral
kaki, berupa bercak berskuama yang dapat meliputi seluruh telapak kaki
(moccasin foot).
Pemeriksaan penunjang
Bahan pemeriksaan: kerokan kulit, atap vesikel atau putul. Perneriksaan
inikroskopis langsung dengan larutan KOH l0%-20% didapari !fi panjang
danlatau artrospora. Jika hasil negatif tetapi diduga ada koiek bakterial, dilakukan
pemeriksaan Gram untuk melihat bakteri.
Kriteria diagnosis
Dan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang
Tata laksana
78
Daftar Pustaka
1. Nelson MM, Martin AG dan Heffernan MP. Superficial flingal infection:
dermatophytosis, onychomycosis, tinea nigra, piedra. Dalam: Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsinith LA, Katz SI, editor.Dermatology in
general medicine; edisi ke-6, New York: Mc Graw Hill, 2003:1989-2005.
2. Bell-Syer SE, Hart R, Crawford F, Torgerson DJ, Young P, Tyrrell W, Williams
H, Russell 1. A systematic review of oral treatments for fungal infections of
the skin of the feet. J Dermatolog Treat 12(2). 2001:69-74
79
DIVISI
ALERGI-IMUNOLOGI
80
Dermatitis Kontak
Batasan dan uraian umum
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang terjadi akibat pajanan dengan
suatu bahan kontaktan. Dermatitis kontak terbagi dalam 2 tipe sesuai dengan
penyebabnya, yaitu :
1. Dermatitis kontak iritan (DKI)
2. Dermatitis kontak alergik (DKA)
Dermatitis kontak iritan terjadi akibat proses iritasi langsung oleh bahan penyebab
pada kulit, sedangkan DKA terjadi berdasarkan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat.
Manifestasi klinis
Anamnesis :
lesi kulit disertai rasa gatal atau pedih pada tempat kontak
riwayat perluasan lesi setelah memakai obat topikal atau bahan tertentu
Pemeriksaan fisis :
lesi dermatitis pada tempat kontak, walaupun dapat pula disertai lesi pada
tempat lain (autosensitasi). Efloresensi lebih polimorf pada DKA
dibandingkan dengan DKI
81
Pemeriksaan penunjang
Kritri diagwsis
Anamnesis
pemeriksaan fisis
Tatalaksana
Sistemik :
o Antihistainin AHI generasi baru atau konvensional, bergantung pada
kebutuhari
o Kortikosteroid bila terjadi autosensitasi atau pada lesi yang luas atau
hebat; diberikan predmson 15-40 mg/hari untuk orang dewasa dan
diturunkan secara cepat
o Antibiotik bila ditemukan tanda-tanda infeksi sekunder; diberikan
amoksisilin 3x500 mg/hari atau klindainisin 2x300 mg/hari selama 510 hari
82
Daftar Pustaka
1. Rietcchel RL, Fowler SF. Fishers Contact Dermatitis 5th ed. Philadelphia:
Lippincot William and Wilkins 2001
2. Sheretz EF. Allerggic contact dermatitis,. General principles and causes.
in: Adam RM (ad). Occupational skin diseases 3rd ed. Philadelphia: WB
Saunders CO 1999:23-7
3. Harvell JD, Laininintausta KH, Maibach HI. Initan contact dermatitis. In:
Gum JD (ed). Practical contact dermatitis. New York: McGraw-Hill Inc
1995:7-18
4. Goh CL. Allergic contact dermatitis. In: Guin JD (ed). Practical contact
dermatitis. New York: McGraw-Hill Inc 1995: 19-29
Persiapan
83
Pelaksanaan
Uji tempel dilaksanakan dengan posisi pasien dalarn keadaan duduk (atau
tidur)
Unit uji tempel yang teiah diisi ditempelkan pada lokasi uji dan
ditambahkan plester hipoalergenik di luarnya untuk fiksasi)
Setelah 48 jam unit dibuka, diberi tanda dengan larutan gcntian violet
Setelah ditunggu 15-30 menit untuk menghilangkan efek tekanan, hasil uji
tempel dibaca sesuai metode ICDRG yaitu :
o ? eriterna
o + eritema, infiltrat, papul
o ++ eritema, infiltrat, papul, vesikel
o ++ eritema, infiltrat, papul, vesikel berkonfluesi atau bula
o negative
o JR reaksi iritan
o NT tidak dilakukan uji
Pasien diizinkan pulang namun lokasi uji tetap dianjurkan untuk tidak
basah/kena air
Pada hari ke 3 (72 jam) dan hari ke-4 (96 jam) dilakukan pembacaan
ualang dengan cara yang sama
Dari hasil Pembacaan disimpulkan reaksi yang timbut bersifat alergik atau
intan
84
Pasien diberi catatan tentang hasil uji tempel yang positif bermakna (+,++,
+++) dan daftar benda yang mengandung zat tersebut
Daftar Pustaka
5. Lachapelle JM, Maibach HI. The methodology of patch testing. In:
Lachapelle JM, Maibach HI (ed). Patch testing / Prick testing a practical
guide. Berlin: Springer-Verlag 2003: 27-66
6. Wahlberg LE, Eisner P, Kanerva L, Maibach HI. Management of positive
patch test reactions. Berlin : Springer-Verlag 2003.
85
Eksantema fikstum
Eritema/erupsi eksantematosa
Dermatitis medikamentosa
Eritroderma
Sindrom hipersensitivitas
Manifestasi klinis
Anamnesis
obat - obat yang diininum sebelum timbul gejela (termasuk obat dijual
bebas dan jamu, cara pemberian, dosis, lama pemberian, runtutan
pemberian, pengaruh pajanan sinar matahan
86
pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang
Pada sindrom hipersensitivitas dilakukan :
Foto toraks
uji temple
uji provokasi peroral bila hasil uji tusuk negatif (tidak dilakukan pada
angioedema, SSJ, NET, eritroderma, sindrom hipersensitivitas)
Kriteria diagnosis
anamnesis
pemeriksaan fisis
87
Tatalaksana
Sistemik:
o Kortikosteroid untuk eksantema fikstum, erupsi eksanternatosa,
urtikaria/angioedema, dermatitis dan SSJ ringan dengan dosis standar
dewasa 20-40 mg/hari
o Antihistarnin AHI generasi barn atau konvensional bergantung pada
keadaan. AHI merupakan obat pilihan pada urtikaria
Prosedur khusus
Uj tempel obat
bahan bempa obat yang dicurigai dengan konsentrasi 30% dalam vaselin
dan as is atau sesuai kadar pada Test concentration 2800 allergens vehicles
for patch testing - Anton de Groot (1986)
88
bahan berupa obat yang dicurigai dengan konsentrasi 1% dan 10% dalam
NaC1 0.9%.
Uji provokasi
pasien diberikan obat yang dicurigai peroral dengan dosis kecil (misalnya
% -1/3 dosis), dievaluasi dalam 2 jam tentang keluhan subyektifdan gejala
klinis yang timbul
Bila tidak timbul gejala, dosis dinaikkan secara bertahap sampai mencapai
dosis penuh Keluhan subyektif dan gej ala klinis yang timbul yang sesuai
dengan erupsi obat, dianggap sebagai hasil yang positif.
Daftar Pustaka
1. Lachapelle JM, Maibach HI. Testing procedure in cutaneous adverse drug
reactions Dalam. Patch testing - Prick testing. A practical guide. Berlin:
Springer-Verlag 2003: 165-74.
2. Kaupinnen K, Karinieini AL. Clinical manifestation and histological
characteristic. Dalam : Kaupinnen K, Alanko K, Harinuksela M, Maibach
H eds. Skin reaction to drugs. Boca Raton. CRC Press 1998: 25-50.
3. Harinuksela M. Skin testing in drug hypersensitivity. Dalam: Kaupinnen
K, Alanko K, Harinuksela M, Maibach H eds. Skin reaction to drugs. Boca
Raton: CRC Press 1998: 81-96.
4. Bruinsma W. A guide to drug eruptions. Amsterdam : Exerpta Medica
Offices 1973
89
90
melekat yang bila diangkat tampak sumbat keratin dalam saluran pilosebaseus
yang melebar. Lesi lama akan menyembuh dengan jaringan parut atrofik,
hipopigmntasi, disertai telangiektasia, dengan tepi eriternatosa yang sedikit
meninggi, atau dengan zona hiperpigmentasi.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan histopatologis lesi kulit menunjukkan :
Infiltrat limfositik berbentuk pita pada derinis dengan sedikit sel plasma
dan histiosit, terutama di sekitar apendiks kulit yang atrofik
Penatalaksanaan awal yang sangat penting dan harus dilakukan pada setiap
pasien LE, termasuk LED adaiah mecari kemungkinan keterlibatan sistemik
91
Lesi diobati dengan knim kortikosteroid potensi sedang sampai kuat. Bentuk
salep lebih efektif untuk lesi yang hiperkeratotik.
92
93
Pemfigoid Bulosa
Batasan dan uraian umum
Pemfigoid bulosa adalah penyakit autoimun berlepuh kronik dengan bula
subepidennal dan biasanya terjadi pada usia tha. Pada. sebagian besar kasus
membran mukosa tidak terkena. Dibandingkan dengan pemfigus vulgaris,
pemfigoid bulosa memiliki prognosis baik.
Manifestasi kilnis
Awitan penyakit umummya di atas usia 60 tahun. Tidak terdapat predileksi
etnik, ras dan jenis kelainin. Dari anamnesis didapat riwayat timbulnya lepuh dan
perjalanan penyakit yang kronik. Membran mukosa umumnya tidak terkena.
Biasanya disertai rasa gatal.
Pada pemeriksaan fisis keadaan umum bervariasi antara baik-buruk. Pada
kulit ditemukan bula tegang dengan dasar kulit normal atau eritematosa. Tempat
predileksi pada perut bawah, paha bagian dalam dan anterior, lengan bawab
bagian fleksor, meskipun dapat terjadi dimana saja. Biasanya tidak terdapat lesi
mukosa, tetapi bila ada, terbatas pada mukosa oral. Terdapat erosi akibat bula
yang pecah. Tidak terjadi jaringan parut. Tanda Nikolsky negatif. Lesi urtika
kadang ditemukan, terutama pada awal perjalanan penyakit.
Pemeriksaan penunjang
Perneriksaan
histopatologi
dari
biopsi
lesi
yang
barn
timbul
94
Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis, penemuan histopatologis dan
hasil pemeriksaan imunofluoresensi langsung.
Tata laksana
Obat pilihan utama adaiah prednison oral dengan dosis 40-60 mg/hari.
Mula-mula diberikan dalam dosis terbagi bila telah tampak perbaikan dosis
diturunkan penlahari dan diganti menjadi dosis tunggal. Dosis dapat ditingkatkan
bila tidak terjadi respons yang baik. Sebagai terapi ajuvan digunakan niasinainid
3x500mg/hari dan tetrasikiin 3x500mg/hari. Kortikosteroid topikal dapat
diberikan pada lesi yang terbatas Lesi yang erosif diberikan krim sulfadiazm
perak. Pada kasus yang berat/luas perlu dirawat inap. Untuk pengobatan topikal
sesuai pemfigus vulgaris.
Pencegahan dan penyuluhan
Pasien diinformasikan tentang penyakitnya agar menjainin kepatuhari
berobat. Pengobatan membutuhkan waktu yang cukup lama dan teratur untuk
dapa mengontrol penyakit. Pengobatan harus dilakukan sesuai dosis dan jadwal
yang ditentukan dan tidak boleh menghentikan obat sendiri.
Pemantauan
Usia tua, keaclaan umum yang buruk, dan penyakit yang generalisata
berhubungan dengan prognosis yang buruk Penyakit penyerta yang biasanya
terjadi pada usia tua, inisanya diabetes melitus dan hipertensi perlu mendapat
perhatian karena pengaruhlakibat penggunaan kortikosteroid.
Daftar Pustaka
1. StanLey JR. Bullous pemphigoid. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff
K, Austen F, Goldsinith LA, Katz SI, editor. Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine, edisi ke-6. New York: McGraw-Hill, 2003: 574-9.
95
96
Pemfigus vulgaris
Pemeriksaan penunjang
Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
97
Ananmesis
Perneriksaan fisis
Pemeriksaan histopatologik
Tata laksana
Diagnostik
o Pemeriksaan darah perifer (Hb, Ht, leukosit, trombosit, eritrosit, hitung
jenis, LED)
o Pemeriksaan gula darah
o Pemeriksaan fungsi hepar (SGOT, SGPT) dan ginjal (ureum, kreatinin)
o Pemeriksaan elektrolit darah (Na, K, Cl)
o Pemeriksaan foto toraks (bila perlu)
o Pemeriksaan EKG (usia >40 tahun) bila perlu
o Pemeriksaan histopatologik dan imunofluoresens langsung
Terapi
o Umum: rawat map bila keadaaan umum buruk, tampak sakit berat
o Sistemik:
o Topikal
98
Daftar pustaka
1. Stanley JR. Pemphigus. DalantFreedberglM, Eisen AZ, Wolff K, ed.
Dermatology in general medicine, edisi ke 5. New York: Mc Graw-Hill,
1999; 654-44
2. Wiiyadi BE. Dermatosis vesikubulosa kronik. Dalam: Djuanda A, Hamzah
M, Aisah S, penyunting. flmu penyakit kulit dan kelainin, edisi ke-3.
Jakarta: Fakultas Kedofrterai. Universitas Indonesia, 2002; 186-99.
99
Sindrom Stevens-Jonson/nekrolisis
epidermal toksik
Batasan dan uraian umum
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan sindrom yang rnengenai kulit,
selaput lendir orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan
sampai berat. Kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dan dapat disertai
purpura, serta epidermolisis <10% luas permukaan mbuh. Epidermolisis yang
terjadi pada NET >30% luas permukaan tubuh. Keduanya umunmya disebabkan
oleh alergi obat. Penyebab lainnya adalah infeksi (bakteri, virus, jamur, dan
parasit), neoplasma, pascavaksinasi, radiasi, dan bahan aditif.
Manifestasi klinis
dapat ditemukan erosi, ekskoriasi, dan krusta kehitaman pada mulut, alat
kelainin, hidung, anus
Pemeriksaan fisis
Status generalis:
o tampak sakit berat
o dapat disertal demarn dan malese Status dermatologikus:
o Kelainan kulit: eritema, vesikel, bula, erosi, purpura, epidermolisis
(tanda Nikoisky positif)
o Kelainan
iniikosa:
erosi,
ekskoriasi,
krusta
kehitaman
pada
mulut/genitalia ekstemalhidung/anus
o Kelainan mata: konjungtivitis kataralis/purulenta
Pemeriksaan penunjang
100
Anamnesis
pemeriksaan fisis
Tata laksana
1. Diagnostik
2. Terapi
Umum
Sistemik
101
o Pemberian transfusi whole blood sehari 300 cc selama dua hari, sesuai
dengan indikasi
Topikal
102
Urtikaria
Batasan dan uraian umum
Urtikaria adalah penyakit kulit dengan manifestasi utama lesi urtika.
Urtikaria adalah reaksi vaskular di kulit, ditandai dengan edema setempat yang
timbul cpat dan menghilang perlahari dalam 24-48 jam, berwara pucat dan
kemerahari meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dikelilingi halo, dengan
keluhan subyektif gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Angioedema adalah urtika
yang mengenai lapisan kulit lebih dalam dan derinis, dapat di submukosa atau
subkutis.
Urtikaria
terjadi
berdasarkan
mekanisme
imunologis
dan
103
Darah rutin: Hb, Ht, jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, LED,
Urinrutin
Uji kulit untuk mencari penyebab berupa: uji tusuk, uji dermografisme, uji es
batu dan uji serum autolog. Dapat dilakukan bila saat itu tidak terdapat lesi
yang aktif dan bebas obat yang dapat mempengaruhi hasil uji kulit ininimum 3
hari atau sesuai waktu paruh obat.
Kriteria diagnosis
Diagnosis urtikaria umumnya dapat ditegakkan secara klinis, kecuali
terdapat diagnosis banding lain, perlu disokong oleh hasil pemeriksaan
histopatologis.
Tata laksana
Terapi yang ideal adalah identifikasi dan menghilangkan penyebab (bila
ditemukan).Pengobatan sistemik diberikan antihistainin (AH1) generasi baru atau
konvensional, bergantung kebutuhari. Bila tidak berhasil, dosis dapat dinaikkan
sampai batas dosis terapeutik yang aman. Bila masih tidak berhasil, dapat
dikombinasikan 2 macam AH1 yang berbeda golongan. Bila tidak berhasil juga,
dapat diberikan kombinasi AH1 dan AH2. Evaluasi respons pengobatan dilakukan
setelah 1 minggu.
Kortikosteroid sistemik diberikan bila terdapat angioedema atau
keterlibatan organ lain, atau urtikaria luas (>50%), atau kegagalan pengobatan
antihistainin. Prednison 20-40 mg/hari untuk pasien dewasa, diberikan dalam
104
105
Prosedur Khusus
Uji tusuk
Indikasi
Dermatitis atopik
Persiapan
Bila diperlukan, seb 1um uji tusuk dilakukan pantang makanan tertentu
selama 3 har dan diberi obat pencahar, misalnya sulfas magnesikus 30
gram, agar tidak timbul lesi urtika.
Pelaksanaan
106
Pasien diberi catatan tentang hasil uji tusuk yang positif bermakna, dan
dianjurkan untuk menghiidari hal tersebut.
Kontrol negatif, yaitu larutan NaC1 0.9% juga disuntikkan dengan cara
yang sama, denganjarak 4- 2-4 m dan suntikan serum. Ditunggu 30 menit.
Hasil uji dibaca dengan menilai urtika yang teijadi. Hasil dianggap positif
bila seiisth diameter urtika serum dan kontrol negatif 1,5 mm.
107
Daftar Pustaka
4. Greaves MW, Sabroe RA. Allergy and the skin: Urticaria. Br Med J 1998;
316: 1147-50.
5. Booth BH. Diagnosis of immediate hypersensitivity. Dalani: Patterson R,
Grammer LC, Greenberger PA, editor. Allergic diseases. Diagnosis and
management, edisi ke-5. Philadelphia: Lippincott-Raven 1997: 167-81.
6. Lachapelle JM, Maibach HI The methodology of prick testing and its
variants, dalam: Lachapelle JM, Maibach HI, editor. Patch testing, prick
testing. A practical guide,edisi ke-1. berlin: Springer 2003: 149-55.
7. Nettis E, Dambra P, DOronzio L, Cavallo E, Loria MP, Fanelli M dick.
Ractivity to autologous serum skm test and clinical features in chronic
idiopadaic urticaria. Clin Exp Mergy 2002: 27; 29-3 1.
108
Vaskulitis
Batasan dan uralan umum
Vaskulitis Vaskulitis umumnya merupakan suatu necrotizing vasculitis
yang sebagian besar mengenai venula, dapat terbatas pada kulit atau merupakan
manifestasi dan penyakit sisternik. Dapat disebabkan oleh infeksi, obat atau
idiopatik.
Manifestasi klinis
Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Status generalis
Pasien tampak sakit ringan sampai dengan berat
Status dermatologikus
Seringkali tidak terbatas pada kelainan kulit, tetapi harus diingat
keterlibatan organ sistemik. Bila bertemu gambaran lesi di bawah ini
pemeriksaan ke arah vaskulitis dapat dilakukan :
Malar
p.d.iti
Purpu
Nekrosi/ul
rash
ra
kus
Gangrene
Edema
En
El
Livede
Pal
(*)
(**)
retiku
pable
laris
pura
pura
Arteritis
temporalis
Poliartenitis
Nodosa
Poliartenitis
Inikroskopik
Wegner
Granuloma
Churg-
+
+
109
Strauss
Vaskulitis
imun komp
Vaskulitis
leukositok
lartik
*EN
: eritema nodosum
**EI
: eritema induratum
Eritema elevatum diutinum: papuL/nodulus persisten, simetris, kenyal,
Sesuai penyebab :
o Mata (arteritis temporalis)
o Neurologi (arteritis temporalis, poliarteritis nodosa, poliarteritis
inikroskopik, Wegner, Churg-Strauss)
o Ginjal-hipertensi (poliarteritis nodosa, poliarteritis inikroskopik,
Wegner, Churg-Strauss)
o Gastroenterologi (poliarteritis nodosa, poliarteritis inikroskopik,
Wegner, Churg-Strauss, eritema elevatum diutinum)
o Pembuluh darablhematologi (arteritis temporalis)
o Pulmonologi (poliarteritis inikroskopik, Wegner, Churg-Strauss)
o Diabetes meilitus (eritema elevatum diutinum
110
o NSAID
dikonsulkan sebelumnya
ke Dept. Ilmu Penyakit Dalam
o Plasmaferesis
o Gamaglobulin IV
Non medikamentosa
Istirahat
Elevasi tungkai
111
Daftar pustaka
1. Soter NA. cutaneous neerotizing venulitis. Dalam: Freedberg IM, Eisen
AZ, Wolff K, Fitzpatric TB (ed) Dermatology in General Medicine, Edisi
ke-6. New York: Mc Graw-Hill, 2003:2044-53.
2. Sams WM. Necrotizing vaseuliris Daiarn: lordon RE, editor. immunologic
disease of the skin, ed-5. California: Appleton & Lange; 1991:437-99.
3. Callen JP. Leukocytociassic vasculitis. Dalant Lebwohl MG, Heymann
WR, Jones JB, Coulson J, editor. Treatment of skin disease, edisi ke-1.
London: Mosby;2002:340-4.
112
DIVlSI
DERMATOLOGI KOSMETIK
113
Akne vulgaris
Batasan & uraian umum
Manifestasi klinis
Predileksi : wajah, leher, dada, punggung, bahu, lengan atas Keluhan: gatal +1-,
nyeri, estetis
Efloresensi :
o komedo hitam dan putih, papul, pustul, nodus, kista, jaringan parut,
pigmentasi
o Komedo (terbuka, tertutup): lesi non inflamasi
o Papul, pustul, nodus, kista: lesi inflamasi
Kriteria diagnosis: Gradasi ringan, sedang dan berat.
Akne gradasi ringan :
o komedo <20 atau
o lesi inflamasi < 15, atau
o total lesi<30
Akne gradasi sedang:
o komedo 20-100, atau
o lesi inflamasi 15-50, atau
o total lesi 30-125
Akne gradasi berat:
o kista > 5 atau komedo > 100, atau
o lesi inflamasi > 50, atau
114
115
Tata laksana
Tujuan
Mempercepat penyembuhari
Penatalaksanaan akne
1. Prinsip umum
2. Menentukan
Aspek psikologis
3. Penatalaksanaan umum
4. Penatalaksanaan medikamentosa (pengobatan)
5. Tindakan
6. Perawatan kulit
1. Prinsip umum
Harus berdasarkan :
Penyebab/faktor-faktor
Patogenesis
Aspek psikologis
116
4. Penatalaksanaan medikamentosa
Pengobatan akne
Derajat ringan
o Komedonal :
o (1st choice) retinoid topikal: tretinoin krim (0,025%; 0,05% dan 0,1%),
gel (0,025%)
o (alternatives) retinoid topikal alternatif: adaphalene gel 0,1 %,
tazarotene gel 0,05%, 0,1% atau Azelaic acid krim 20% aUu salicylic
acid 2%
o Papular/pustular
o (1st choice) retinoid topikal: tretinoin krim (0,025%; 0,0% dan 0,1%),
gel (0,025%) + antiinikrobial topikal: klmdainisin gel 1,2% dan sol
1,2% atau eritroinisin sol 1%
o (alternatives) antiinikrobial topikal alternatif + retinoid topikal
Alternative : adaphalene gel 0,1%, tazarotene gel 0,05%, 01 % atau
Azelaic acid krim 20%
Derajat sedang
o Papular/pustular
o (1st choice) Antiobiotika oral :
Tetrasiklin 500 mg 2x/hari Absorbsi
bila
dikonsumsi
bersamaan dengan makanan
Dikonsumsi
117
bersamaan
makanan
Dikonsumsi
bersama
makanan
50 100 mg 2 x/hari
Limesiklin
bersama
Ininosiklin
50 100 mg 2 x/hari
dengan
Klindainisin
Dikonsumsi
makanan
118
Derajat berat
o Nodular/konglobata :
o (1st choice) isotretinoin oral: 0,1-2,0 mg/kgBB/hari s/d dosis
kumulatif 120-150 mgikgBB
o (alternatives) antibiotik oral dosis tinggi + retinoid topikal:
tretinoin krim (0,025%; 0,05% dan 0,1%), gel (0,025%) + BPO
Catatan: Antibiotik oral selama ininimal 6-8 minggu, maksirnal 12-18
minggu
Terapi pemeliharaan
BPO
5. Tindakan
6. Perawatan kulit
Cheinical peeling superficial: Glycolic acid 20-70%, 2-3 menit tiap bulan
119
Keratosis seboroik
Sinonim
Senile wart, senile keratosis, seborrheic verruca, basal cell, papillorna
Batasan dan uraian umum
Tumor jinak epitelial yang dapat ditemukan pada seluruh permukaan kecuali
membran mukosa, tempat predileksi di: wajah, leher, dada, punggu.ng, aki Ja dan
sekitar genitalia, dapat soliter maupun multipel.
Epideiniofogi
Etioogi
Belum diketahui
Manifestasi Ininis
120
Pada lesi yang lebih besar dan 1 cm, dan tidak bertangkai, permukaan
sering tidak rata, berbenjol-benjol, bulat, dapat berkembang menjadi
polisiklik
Diagnosis
Tata Iaksana
1. Bedah listrik chikuti dengan kuretase ringan dan hati-hati sebailcnya
memakai kasa yang dibasahi dengan laiutan NaC1 0,9%
2. Bedah beku
3. Bedah scalpel
Laser v-beam
Batasan dan uraian umum
121
Indikasi
Hemangioma
Rosasea
Telangiektasia
Angioma
Poikiloderma of Civatte
CREST syndrome
Venous lake
Veruka
Skar hipertrofik
Parameter
Panjang gelombang 595 rim adalah spesifik untuk laser V-beam, namun
pulse duration, fluence, spot size dan dynainic cooling device (DCD) yang
digunakan harus ditentukan oleh operator
Penentuan parameter bergantung pada tipe, wama, dan umur lesi, terapi
berulang dibutuhkan dan hilang sempurna mungkin saja tidak tercapai
122
Seleksi pasien
Pasien dengan kelainan vaskular jinak di kulit pada bayi dan anak sampai
orang dewasa dapat diterapi dengan laser V-beam dengan aman
Tipe kulit
Semua tipe kulit dapat diterapi dengan laser V-beam, namun tipe kulit
yang berbeda dapat memberikan hasil terapi yang berbeda pula.
Persiapan
Pada waktu kunjungan pertama kali:
Pelaksanaan laser
Test Spots (pada kasus tertentultidak rutin)
123
Setelah ditentukan waktu terapi laser yang disepakati oleh dokter dan pasien,
maka pada waktu pelaksanaan dilakukan :
Dilakukan test spots dengan parameter berbeda pada beberap yang berbeda
Perhatikan :
o Blue gray discolorisation (purpura)
o Eritema
o Edema
segera setelah laser dan:
o perasaan tidak nyaman yang dirasakan pasien
beberapa saat setelah terapi laser
Penutupan luka (dressing) dilakukan pada area yang akan terganggu oleh
pakaian atau pada area yang mudah terjadi trauma atau yang diperkirakan
akan terjadi krusta pasca terapi, bila terjadi purpura, perlu perawatan luka
optimal, bila tidak akan meningkatkan terjadinya skar atau perubahan
tekstur kulit pada area terapi.
Terapi laser
124
Setelah evaluasi hasil zest spots dilakukan, maka pada waktu terapi yang
disepakati dilakukan :
Penentuan parameter laser oleh dokter (sesuai parameter optimal dari hasil
test spots)
Perhatikan :
o Blue gray discolorisation (purpura)
o Eritema
o Edema
segera setelah laser
dan :
o Perasaan tidak nyaman yang dirasakan pasien
beberapa saat setelah terapi laser
Penutupan luka (dressing) dilakukan pada area yang akan terganggu oleh
pakaian atau pada area yang mudah terjadi trauma atau area yang
diperkirakan akan terjadi krusta pasca terapi, bila terjadi purpura, perlu
perawatan luka optimal, bila tidak akan meningkatkan terjadinya skar atau
perubahan tekstur kulit pada area terapi.
Anjurandansaran :
o Hindari gosokan/gesekan/tekanan pada area terapi selama 1 minggu
o Follow up luka pasca laser: 1 minggu kemudian
o Pasien kembali 2 minggu setelah laser untuk hemangioma
125
o kapilare, 4-5 minggu setelah laser untuk: telangiektasi dan angioma, 812 minggu untuk: Port Wine Stains
Melasma
Batasan dan uraian umum
Etiologi dan patogenesis melasma hingga kini masih belum jelas. Sebagian
besar kasus terjadi pada saat kehainilan (50-70%) a(au memakai
kontrasepsi oral (7-29%). Melasma dapat terjadi pada keadaan disfungsi
endokrin, kosmetik, obat-obatan, defisiensi nutris, disfungsi hati, faktor
genetik, serta faktor-faktor larnnya.
Manifestasi klinis
Melasma biasanya mengikut 1 dan 3 pola di wajah yang cukup simetris, yaitu :
126
1. Pola sentrofasial: hipermelanosis meliputi pipi, dahi, bibir atas, hidung dan
dagu (63%)
2. Pola malar: meliputi pipi dan hidung (2 1%)
3. Pola mandibular : meliputi ramus mandibula (16%)
Lesi berupa makula yang batasnya dapat ireguler, bergerigi, menyerupai pea dan
cukup sirnetris. Hipermelanosis dapat berwarna cokiat (tipe epidermai), biru abuabu (tipe dennal), atau cokiat abu-abu (tipe campuran). Perbedaan tipe ini
mempunyai arti penting dalam terapi.
Pemeriksaan kilnis
Dengan cara meregangkan kulit pada lesi melasma bila pada peregangan
warna melasma pecah/memudar tipe epidermal. Sebaliknya bila tidak berubah
pada peregangan berarti melasma dermal.
Pemeriksaan penurjang
Histopatologis
Kriteria diagnosis
Diagnosis melasma ditegakkan berdasarkan pemenksaan klinis saja. Pemeriksaan
dengan lampu Wood dapat dipakai untuk menentukan jenis/tipe melasma. Pada
kasus-kasus tertentu dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Diagnosis banding
1. Hiperpigmentasi pasca inflamasi
2. Freckles
127
3. Lentigo
Tata laksana
Penatalaksanan melasma harus meliputi beberapa aspek yaitu:
1. Umum
o Hindari pajanan langsung sinar matahan terutama antara pukul 07.00
s/d 16.00 WIB
o Gunakan tabir surya berspektrum luas dengan SPF> 30 bila keluar
rumah pada pukul 07.00 s/d 16.00 WIB, ditambah menggunakan
payung dan topi lebar
o Menghilangkan
faktor
etiologi
atau
predisposisi,
umpamanya
hiperpigmentasi,
memeriksa
kemungkinan
adanya
alternative
kegiatan
sehari-hari/olahraga
kepada
128
532 epidermal
1064 dermal
Pengobatan dilakukan secara kombinasi dan simultan.
Pencegahan dan pendidikan
Hindari penggunaan rutin kosmetika yang bersifat stay on: pelembab, alas
bedak, blush on dan sebagainya.
Hindari pajanan matahan antara pukul 07.00 s/d 16.00 sedapat mungkin.
129
DIVISI
INFEKSI MENULAR SEKSUAL
130
Gonore
Batasan dan uralan umum
Gonore ialah penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae
Manifestasi klinis
Keluhan
Pria :
Infeksi rektum pada pria homoseksual dapat menimbulkan duh tubuh anal
atau nyeri/rasa tidak enak di anus/perianal
Wanita:
Senngkali asimtomatik
Gejala
Pria :
Wanita:
Pemeriksaan penunjang
131
Kriteria diagnosis
Berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang
Tata laksana
Medikamentosa:
Obat alternatif:
o Sefiksim 400 mg peroral/dosis tunggal
o Siprofloksasin 500 mg per oral dosis tunggal atau
o Seftriakson 250 mg injeksi intramuskular dosis tunggal atau
o Kanainisin 2 gram injeksi intramuskular dosis tunggal atau
o Tiamfenikol 3,5 gram per oral dosis tunggal
Catatan:
132
Daftar pustaka
1. Haridsfleld HH. Color atlas and synopsis of sexually transinitted diseases.
2 ed. New York, McGraw-Hill, 2001
2. Clinical Effectiveness Group. 2001 UK National Guidelines on sexually
transinitted diseases and related conditions.
3. Centers for Diseases Control and Prevention. 1998 guidelines for
treatment of sexually transinitted diseases. MMWR 1998;47.
4. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso 3. Penyakit menularseksual.
Edisi ke2. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2001
5. Holmes KK, Mardh P-A, Sparling PF, Lemon SM, Stamm WE, Piot P,
Wasserheit JN. Sexually Transinitted Diseases. 31rd Ed. New York,
McGraw Hill, 1999
6. IUSTI European Branch, European Office of the WHO. European STD
Guidelines. J int STD & AIDS, 2001; 12 (suppl. 3)
Prosedur khusus
A. Prosedur pemeriksaan fisis pasien Infeksi MenuLir Seksual (IMS):
Pada saat melakukan perneriksaan fisik genital dan sekitamya dengan cara
inspeksi dan palpasi, pemenksa harus selalu menggunakan sarung tangan.
133
akan diwarnai dengan pewamaan Gram), maupun sediaan biakan. Pasien diininta
untuk tidak kencing selama 3 jam sebelum pengambilan spesimen, bila tidak
ditemukan duh tubuh walaupun telah dilakukan inilking.
Wanita :
Perneriksaan in spekulo:
Pada pasien deugan status sudah rnenikah dilakukan pemeriksaan in spekulo,
kemudian dilakukan pengambilan bahan pemeriksaan :
Bila pada daerah vulva terdapat banyak duh tubuh, bersibkan terlebih
dahulu dengan kapas KMnO4 atau cairan sublirnat,
134
135
Herpes genitalis
Batasan dan uraian umum
Herpes genital (HG) merupakan penyakit yang sering rekurens, dan sampai saat
ini belum dapat disembuhkan. Penyebab tersering adalah virus herpes simpleks
(VHS) tipe 2, namun banyak pula yang disebabkan oleh VHS tipe 1, penyebab
umum herpes labialis. Infeksi oleh kedua tipe VHS bersifat seurnur hidup; virus
berdiam di jaringan saraf, tepatnya di ganglia dorsalis. Infeksi dapat terjadi primer
atau non-primer, episode penyakit dapat misal atau rekuren, dan simtomatik atau
asimtomatik.
Manifestasi Ininis
Umumnya cukup didiagnosis secara klinis saja
Masa inkubasi :
Rata-rata 2-10 hari untuk herpes misal simtomatik, kadang-kadang dapat sampai 3
minggu
Keluhan dan gejala :
Herpes primer
Pasien lebih sering datang dalarn keadaan lesi berupa ulkus atau berkrusta
Dapat disertai keluhan sisternik, demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri dan
pembengkakan inguinal
Umumnya lesi lebih sedikit dan lebih ringan daripada herpes primer
136
Jarang disertai duh tubuh genital atau disuria, keluhan sistemik, dan
neuropatik.
Herpes rekuren
Umumnya mengenai daerah yang sama di penis, vulva, anus, atau bokong
Kriteria diagnosis
Berdasarkan manifestasi klinis
Tata laksana
Herpes genital lesi misal (primer dan nonprimer)
Antivirus:
o Asiklovir 5x200 mg/hari per oral selama 7 hari atau
o Valasildovir 2x500mg/hari per oral, selama 7 hari atau
o Famsikiovir 3x250 mg/hari per oral. selama 7 hari
137
Lesi ringan: terapi simtomatik atau asiklovir krim dioleskan 5-6 kali/hari
Lesi berat:
o Asikiovir 5x200 mg/har., 1jer oral selama 5 hari atau
o Valasikiovir 2x500 mg/iari per oral, selama 5 hari
Abstinensia seksual
Konseling:
o Kecenderungan berulang
o Seringnya pelepasan virus subklinis (terutama 6-12 bulan pertama
setelah infeksi misal), serta potensi menularkan kepada pasangan
seksualnya
o Pemeriksaan terhadap pasangan seksual tetapnya, bila memungkinkan
Daftar pustaka
1. Haridsfield HH. Color atlas and synopsis of sexually transinitted diseases. 2d
ed. New York, McGraw-Hill, 2001
2. Clinical Effectiveness Group. 2001 UK National Guidelines on sexually
transinitted diseases and related conditions.
3. Centers for Diseases Control and Prevention. 1998 guidelines for treatment of
sexually transinitted diseases. MMWR 1998;47.
4. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J. Penyakit menular seksual. Edisi
ke2. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2001.
138
5. Holmes KK, Mardh P-A, Sparling PF, Lemon SM, Stanim WE, Piot P,
Wasserheit JN. Sexually Transinitted Diseases. 3 Ed. New York, McGraw Hill,
1999
6. IUSTI European Branch, European Officc of the WHO. European STD
Guidelines. J Int STD & AIDS,2001; 12 (suppl. 3)
139
Disuria
Asimtomatik
Wanita:
Perdarahari pascakoitus
Asimtomatik
Gejala
Pria :
Wanita:
Perneriksaan penunjang
Dan bahan duh tubuh genital
Sediaan apus Grath:
140
Sediaan basah:
Kriteria diagnosis
Berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang
Tata laksana
Pengobatan
Obat pilihan
o Doksisiklin 2x100 mg/hari per oral selama 7 hari atau
o Azitroinisin I gram per oral dosis tunggal
Obat alternatif
o Eritrornisin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari atau
o Ofloksasin 2x200 mg per oral selama 10 hari atau
o Tetrasiklin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari
Catatan
Tetrasiklin dan doksisiklin tidak boleh dibenikan kepada wanita hainil dan
masa laktasi
141
Daftar Pustaka
1. Haridsfield HH. Color atlas and synopsis of sexually transinittes diseases.
2nd ed. New York : MacGraw-Hill, 2001
2. Clinical Effectiveness Group. 2001 UK National Guidelines on sexually
transinitted diseases and related conditions
3. Centers for Diseases Control and Prevention. 1998 guidelines for
treatment of sexually transinitted diseases. MMWR 1998;47.
4. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J. Penyakit menular seksual.
Edisi ke-2. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2001
5. Holmes KK, Mardh P-A, Sparling PF, Lemon SM, Stamm WE, Piot P,
Wasserheit JN. Sexually Transinitted Diseases. 3rd Ed. New York: McGraw
Hill, 1999
6. IUSTI European Branch, European Office of the WHO. European STD
Guidelines. J Int STD & AIDS, 2001; 12 (suppl.3)
142
Kadidosis vulvovaginalis
Batasan dan uraian umum
Kandidosis atau kandicliasis vulvovaginal (KVV) disebabkan oleh C. albicans,
atau kadang-kadang oleh Candida sp, Torulopsis sp, atau ragi lainnya.
Manifestasi klinis
Keluhan
Vulva lecet
Gejala
Eritema
Edema
Duh tubuh vagina putih seperti susu, mungkin bergumpal, tidak berbau
Tidak ada satupun keluhan dan gejala tersebut di atas yang spesifik untuk KVV.
Pemeriksaan penunjang
Dengan bahan dan duh tubuh vagina yang berasal dan dinding lateral vagina, dan
dapat dibuat :
Sediaan basah dengan larutan KOH 10%: ditemukan pseudohifa dan atau
blastospora.
143
Kriteria diagnosis
Berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang
Tata laksana
1. Pengobatan :
Obat pilihan:
o Klotrimazol kapsul vagina 500 mg dosis tunggal ATAU
o Klotrimazol kapsul vagina 200 mg selama 3 hari ATAU
o Klotrimazol kapsul vagina 100 mg selama 6 hari ATAU
o Flukonazol kapsul 150 mg per oral dosis tunggal ATAU
o Itrakonazol kapsul 2 X 200 mg per oral selama 1 hari ATAU
o Itrakonazol kapsul 1 x 200 mg/hari per oral selama 3 hari ATAU
o Ketokonazol kapsul 2 x 200 mg/hari per oral selama 5 hari
2. Hindari bahan iritan lokal, misalnya produk berparfum
3. Hindari pakaian ketat atau dan bahan sintetis
4. Hilangkan faktor predisposisi
Catatan : wanita hainil sebaiknya tidak diberikan obat sistemik.
Pencegahan dan pendidikan
144
5. Holmes KK, Mardh P-A, Sparling PF, Lemon SM, Starnm WE, Piot P,
Wasserheit iN. SexuaLly Transinitted Diseases. 3 Ed. New York, McGraw
Hill, 1999
6. IUSTIE European Brancn, European Office of the WHO. European STD
Guidelines. 3 mt STh & AIDS, 2001; 12 (suppl. 3)
Kondiloma Akuininaa
Batasan dan uralan umum
Kondilomata akuininata (KA) disebabkan oleh infeksi human papilloma
virus (HPV).
Manifestasi kilnis
Pemeriksaan penunjang
Tidak selalu diperlukan. Dalam keadaan meragukan dapat dilakukan biopsi.
Tata laksana
Obat pilihan
Tinktura podoflim 25%:
Terapi alternatif
Bedah kauterisasi - lihat cara melakukan bedah kauterisasi
145
146
Sifilis
Batasan dan uraian umum
Sifihi adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Sifihis
dapat dikiasifikasikan atas sifihis didapat dan sifihis kongenital. Sifihis didapat
terdiri atas stadium primer, sekunder, dan tersier, dan periode ?flen di antara
stadium sekunder dan tersier
Manifestasi klinis
Stadium I
Kiinis: ulkus tunggal, tepi teratur, dasar bersih, terdapat indurasi, tidak nyeri;
terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional
Stadium II
Klinis: terdapat lesi kulit yang tidak gatal dan lesi di mukosa, disertai pembesaran
kelenjar gctah bening generalisata
Stadium II laten
Klinis: tida. didapatkan lesi di genital atau kulit
Pemeriksaan penunjang
Stadium I
Stadium II
Pemeriksaan dari lesi dengan inikroskop lapangan gelap dan Buiry: (+)/(-)
Tes serologi sifihis: RPR (++); VDRL (+), TPHA (+) liter tinggi
Stadium II laten
Tes serologi sifilis (+)
Kriteria diagnosis
147
Tata laksana
Obat pilihan
Benzatin penisilin G dengan dosis tergantung stadium,
Lama pengobatan 30 hari (std I-Il) atau waktu yang lebih lama untuk std laten.
Evaluasi tes serologi sifihis (VDRL)
1bulan sesudah*:
o liter 1-: tidak diberi pengobatan
o liter t atau tetap: pengobatan u1ang
148
Daftar pustaka
1. Haridsfieid HH. Color atlas and synopsis of sexually transinitted diseases.
2 ed. New York, McGraw-Hill, 2001
2. Clinical Effectiveness Group. 2001 UK National Guidelines on sexually
transinitted diseases and related conditions.
3. Centers for Diseases Control and Prevention. 1998 guidelines for
treatment of sexually transinitted diseases. MMWR 1998;47.
4. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J. Penyakit menular seksual.
Edisi ke2. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2001.
5. Holmes KK, Mardh P-A, Sparling PF, Lemon SM, Stamm WE, Piot P.
Wasserheit N. Sexually Transinitted Diseases. 3 Ed. New York, McGraw
Hill. 1999
6. 6. IUSTI European Branch, European Office of the WHO. European STD
Guidelines, J ) & AIDS, 2001; 12 (suppl. 3)
Prosedur khusus
Prosedur pengambilan specimen untuk ulicus genital (laki-laki/ perempuan Untuk
pemeriksaan Treponema pallidum :
Ulkus dibersihkan dengan kam kasa yang dibasahi dengan larutan ikn fisiologis
(NaCI 0,9 %).
Ulkus ditekan di antara ibujari dan telunjuk sampai kehiar cairan serum. Serum
diambil dengan kaca obyekl kaca penutup, untuk dilakan pemeriksaan lapangan
gelap atau dengan pewarnaan Burry.
149
Trikomoniasis
Batasan dan uraian umum
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit berfiagela Trichomonas vaginalis
Manifestasi klinis
Keluhan :
Wanita:
10-50% asimtomatik
Pria:
duh tubuh uretra dan! atau disuria, dapat juga iritasi uretra dan sering
iniksi
Gejala:
Wanita:
150
Pria:
Pemeriksaan penunjang
Wanita:
Dari bahan duh tubuh berasal forniks posterior dan dilakukan pemeriksaan
sediaan basah dengan larutan NaCL fisiologis : terdapat parasit Trichomonas
vaginalis dengan pergerakan flagelanya yang khas.
Pria:
Dan bahan sedimen urin sewaktu: iapat ditemukan parasit 7iJ iwna.c vaginalis
Kriteria diagnosis
Berdasarkan manifestasi klinis dan pemenksaan penunjang
Tata Iaksana
Pengobatan
Obat pilihan:
Metronidazol 2 gram per oral dosis tunggal ATAU Metronidazol 2 x 500 mg/hari
per oral selama 7 hari
Catatan:
Pasien dianjurk n untuk tidak mengkonsumsi alkohol selama pengobatan
berlangsung sampai 48 jam sesudahnya untuk menghindari disuffiram-iih
reaction.
Pencegahan dan pendidikan
1. Bila mungkin periksa dan obati pasangannya
2. Anjuran abstinensia sampai dinyatakan sembuh
151
152
153
Bahan diambil clan dasar/tepi ulkus dengan sengkelit steril dan dioleskan
pada gelas obyek, kemudian spesimen tersebut dioleskan dengan cara
seperti kita membuat preparat hapusan darah, yang akan menghasilkan
olesan tipis. Lanjutkan dengan perwarnaan GRAM atau UnnaPappanheim.
154
Vaginosis Bakterial
Batasan dan uraian umum
Vaginosis bakterial ialah sindrorn klinis yang disebabkan oleh pergantian
Lactobaccillus sp penghasil 11202 yang normal di dalam vagina dengan
sekelompokan bakteri anaerob (Prevotella sp, Mobiluncus sp.), G. vaginalis, dan
Mycoplasma hoininis.
Manifestasi klinis
Keluhan
Duh tubuh vagina berbau ainis seperti bau ikan, bau bertambah setelah
melakukan hubungan seksual
Gejala
duh tubuh vagina putih homogen, melekat pada dinding vagina dan
vestibulum
terciumnya bau ainis seperti ikan pada duh tubuh vagina yang ditetesi
dengan larutan KOH 10% (tes ainin/Whiff test)
Pemeriksaan penunjang
Dengan bahan dan duh tubuh vagina, dibuat:
155
Kriteria diagnosis
Berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang
Tata laksana
1. Pengobatan:
Obat pilihan:
Obat alternatif:
Daftar pustaka
1. Haridsfield HH. Color atlas and synopsis of sexually transinitted diseases.
2nd ed. New York, McGraw-Hill, 2001
2.
156
DIVlSI
GERIATRI
157
158
Pruritus
Batasan dan uraian urnum
Rasa gatal adalah sensasi tidak menyenangkan yang menimbulkan keinginan
seseorang untuk menggaruk. Gatal merupakan gej ala umum pada kelainan kulit
namun dapatjuga menjadi petunjuk penting adanya kelainan sistemik. Gatal dapat
berasal dan perifer (kulit atau saraf) atau sentral (neuropati neurogenik atau
psikogenik).
Manifestasi kilnis
Anamnesis
Anamnesis seksama merupakan kunci utama dalam menilai pruritus. Anamnesis
menggali antara lain saat pruritus (siang atau malam, interiniten atau tents
menerus), kualitas gatal (rasa terbakar, tertusuk, atau sensasi serangga merayap),
lokasi (skapulaisubskapula, tapak tangan dan kaki), faktor provokatif (aktivitas,
dingin, sinar matahan, air), obat-obatan yang dikonsumsi (opioid,reaksi
hipersensitivitas), ada tidaknya riwayat atopi, bepergian, ataupun infestasi parasit.
Pada urnumnya pruritus dapat didiagnosis berdasarkan gambaran dermatitis
penyerta, pola distribusi pruritus, atau riwayat pajanan agen eksogen. Pada
ananmesis harus ditanyakan pula kemungkinan penyakit sistemik yang menjadi
dasar pruritus. Gejala penyakit sisternik dapat dilihat pada tabel 1.
Pemeriksaan fisis
Perneriksaan kulit yang teliti sangat penting, terlebib pda orang tua. Gatal tanpa
lesi kulit dapat merupakan tanda penyakit sistemik misalnya kolestasis, penyakit
ginjal kronis, atau reaksi simpang obat. Gatal tanpa lesi kulit narnun tidak ada
keterlibatan sistemik juga umum dijumpai, terutama pada pasien geriatri karena
berkurangnya kandungan air kulit walaupun kadang tanpa gambaran kekeringan
kulit yang nyata. Pemeriksaan fisis harus mencakup pula palpasi hati, limpa,
kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid.
159
Gambaran klinis
Kolestasis
Kelainan endokrin
-
Diabetes melitus
Hipertiroid
Kelainan Hematologis
-
limfoina Hodgkin
Sindroma Sezaty
(leukeinia sel T)
-
Polisiteinia vera
Aneinia defisiensi Fe
mastositosis
Infeksi HIV
Parasitosis
Infestasi parasit
Gejala
sesuai
jenis
parasit
(fliariasis,
160
Gangguan makan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dikerjakan pada pruritus untuk mencari penyebab. Sesuai
dengan gambaran klinis, pemeriksaan laboratorium dapat berupa :
Biopsi kulit
Gula darah sewaktu sebagai penyaring diabetes. Atau gula darah puasa dan
2 jam post prandial bila didapati riwayat diabetes
Urinalisis
Kriteria diagnosis
Diagnosis pruritus dapat ditegakktn secara Ininis; anamnesis dan pemeriksaan
fisis.
Tata laksana
Penatalaksanaan pruritus harus ditujukan langsung terhadap penyebab yang
mendasari. Pada pasien pruritus dengan penyebab sistemik (contoh: kolestasis,
kelainan endokrin, gagal ginjal, kelainan hematologi, dan keganasan) keluhan
gatal akan secara bertahap berkurang sesuai dengan perbaikan kondisi penyakit
primer. Algoritma penatalaksanaan pasien dengan pmritus dapat dilihat pada
gambar 1
Terapi nonspesifik
Terapi nonspesifik umumnya dapat berguna untuk meredakan dermatitis atopik
dan xerosis, walaupun dapat pula efektifuntuk berbagai tipe pruritus lain. Aplikasi
pelembab harus segera sesudah mandi. Pasien diininta untuk tidak terlalu sering
mandi, terlalu banyak memakai sabun, berada di lingkungan yang kering, ataupun
161
berkontak dengan iritan topikal, dan vasodilator (misalnya kopi, alkohol, dan
penggunaan air harigat).
Pengeolaan pruritus nonspesifik
Mandi dengan air suam kuku (tidak air panas), keringkan setelah mandi
dan segera memakai pelembab (emolien misalnya lanolin 10% diam
vaselin album atau humektan misalnya urea 10% dalam bentuk krim)
Usahakan ruang tidak lalu kering (pemakaian air conditioner terlalu dingin
dan lama)
Baju tidak yang bersifat iritatif (bahan katun, jangan wool atau serat
sintetis)
Pengobatan :
162
Evaluasi pruritus
Apakah ada Lesi di kulit?
Ya
Tidak
Apakah gambaran
dermatitis khas?
Ya
Apakah didapati :
Pruritus onset akut dim
beberapa hari
Pruritus terlokalisir
Pruritus terbatas pd area terpajan
Pruritus pd anggota keluarga lain
Baru saja benergian
Riwayat pajanan di tempat kerja
Tidak didapati ggn sistemik
Tidak
Terapi
Rencana diagnostik
Kerokan kulit (pem
KOH, tes Tzanck)
Biopsi kulit
Biakan kulit (infeksi
bakteri, jamur?)
Tidak
Ya
Terapi non
spesifik 2
minggu
Ya
Apakah efektif ?
Tidak
Tidak
Ya
Terapi
Pemeriksaan laboratorium terbatas :
Darah tepi lengkap Uji fungsi ginjal, hepar & hormon
tiroid Gula darah puasa Urinalisis
Pemeriksaan feses (mencri infestasi parasit)
Dapat dipertimbangkan pemeriksaan
HIV & foto toraks
163
164
Pruritus Senilis
Batasan dan uraian umum
Pruritus pada pasien geriatri, terutama karena berkurangnya kandungan air kulit
yang kemudian mengincluksi rasa gatal. Rasa gatal dapat semakin bertambah bila
berada di lingkungan dengan kelembaban udara yang rendah, ataupun sering
mandi dengan air panas.Kriteria diagnosis
Diagnosis kerja pruritus senilis ditegakkan setelah pemeriksaan klinis dan
penunjang tidak berhasil menunjukkan penyakit lain sebagai dasar penyebab
pruritus.
Tata laksana
Mandi dengan air suam kuku, dua kali sehari. Pemakaian pelembab segera
sesudah mandi disarankan untuk seterusnya.
Gunakan sabun mandi yang mengandung pelembab atau sabun bayi.
Pengobatan sistemik
Pemberian antthistainin generasi pertama harus dengan hati-hati pada orang - tua
sehubungan dengan efek sedasi dan antikolinergik. Pemberian antihistainin jangan
bersamaan dengan obat yang menekan saraf pusat misalnya antidepresan. Bila
diperlukan antihistainin, berikan anti histainin non sedasi.
Daftar pustaka
1.
2.
Twycross R, Greaves MW, Haridwerker H, Jones EA, Liberto SE, Szepietcwski JC. dick.
Itch:scratching more thari the surface. Q J Med 2003;96:7 - 26.
3.
4.
Greaves MW. Padaophysiology and clinical aspects of pruritus. Dalam: Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsinith LA, Katz SI, editor. Fitzpatricks dermatology
in general medicine; edisi ke-6. New York: Mc Graw-Hill, 2003: 398-405.
5.
Litt JZ. Topical treatment of itching without corticosteoids. Dalam: Bernhard JO, editor.
Itch mechariisms and management of pruritus; New York: Mc Graw-Hill, 1994: 3 83-90.
165
DIVlSI
MORBUS HARISEN
166
Morbus Hansen
Batasan dan uraian umum
Kusta adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae
yang bersifat intraselular obligat. Afinitas pertama ialah saraf perifer, kemudian
kulit dan saluran napas bagian atas, dapat mengenai organ lain kecuali susunan
saraf pusat. Penyakit ini terutama terdapat di daerah tropis dan subtropis.
Indonesia menduduki urutan ke-3 di dunia setelah India dan Myanmar. Penularan
diduga melalui saluran napas dan kontak kulit yang lama dan erat. Maa tunas
bervariasi antara 40 hari sampai 40 tahun, rata-rata 3-5 tahun. Dapat mengenai
semua usia, terutama dewasa muda, anak-anak hariya sekitar 13%, sedangkan
bayi sangat jarang. Penyakit ini dapat sembuh, dan kecacatan dapat dicegah
dengan pengobatan secara teratur dan sedini mungkin serta pengawasan adanya
neuritis.
Manifestasi klinis
Anamnesis adanya bercak putih (hipopigmentasi) atau kemerahari yang mati rasa.
Dapat pula berbentuk papul atau nodul; adanya pembesaran saraf tepi disertai
gangguan pada daerah yang dipersarafi, baik sensorik, otonom maupun motorik.
Adanya kontak dengan penderita dan riwayat tinggal di daerah endeinis
Manifestasi klinis:
Pemeriksaan penunjang
Uji leproinin
167
Serologi (MLPA), bila perneriksaan yang lain negatif atau diagnosis masth
meragukan. Dapat digunakan untuk diagnosis subklinis
Kriteria Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang
Tata laksana
Pngobatan medikamentosa sesuai dengan rekomendasi WHO 1998
a.
Kusta tipe PB
Rifampisin
Dapson
Dewasa 50-70 kg
100 mg/hari
(dibawah pengawasan)
450 mg/1x sebulan
50 mg/hari
(dibawah penqawasan)
Untuk anak kurang dan 10 tahun: DDS 25 mg/hari dan rifampisin 300
mg/I x sebulan (dibawah pengawasan)
Kusta tipe MB
Rifampisin
600 mg/1 x sebulan
Dapson
100 mg/hari
(dibawah pengawasan)
Anak 10-14 tahun
Kiofaziinin
300 mg/ix sebuan
danjutkan 50
50 mg/hari
mg/hari
150 mg/i x sebulan
dilanjutkan dengan
50 mg/hari
168
Perawatan luka
Pendidikan
Pengelolaan pasien
Daftar pustaka
1. World Health Organization. WHO model prescribing information.
Drug used in leprosy. Geneva, World Health Orhanization, 1998.
2. Brycesson A, Pfalzgraft RE. Leprosy, edisi ke-3. London:
Churchill Livingstone, 1990.
3. WHO Action Programme for the Eliinination of Leprosy. A guide
to eliininating leprosy as a public health problem. Geneva, World
Health Orhanization, 1995.
169
Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang
kronis. Berdasarkan patoimunologik, reaksi kusta dibagi menjadi 2 (dua):
Manifestasi klinis
Gejala klinis reaksi reversal umumnya sebagian atau seluruh lesi yang telah ada
bertambah aktif dan dapat timbul lesi barn. Yang dimaksud bertambah aktif ialah
lesi menjadi semakin eritematosa, infiltratif dan bertambah luas. Pada ENL lesi
berupa nodus eritematosas yang nyeri, terdapat pada lenga, tungkai atau badan.
Dapat disertai gejala prodromal misalnya demam, nyeri kepala dan malese. Gejala
sistemik dapat berupa iridosiklitis neuritis akut, limfadenitis, artritis, orkitis,
nefritis dan lain-lain.
Pemenksaan penunjang
Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, manifestasi klinis dan
perneriksaan penunjang.
Tatalaksaria
Medikarnentosa
Tablet
prednisone/metilprednisolon
30-40
mg/hari
dosis
terbagi.
Non medikamentosa
170
Perawatan luka
Pendidikan
Pemantauan
Gejala sisa berupa matirasa (anestesi), dan kecacatan motorik dapat menetap.
Daftar pustaka
1. World Health Organization. WHO model prescribing information. Drug
used in leprosy. Geneva, World Health Orhanization, 1998.
2. Brycesson A, Pfalzgraft RE. Leprosy, edisi ke-3. London: Churchill
Livingstone, 1990.
3. WHO Action Programme for the Eliinination of Leprosy. A guide to
eliininating leprosy as a public health problem. Geneva, World Health
Orhanization, 1995.
171
DIVlSI
TUMOR
172
Fibroma mole
Batasan dan uraian umum
Fibroma mole (FM) disebut juga dengan polip fibroepitelial, acrochordon, skin
tag atau soft fibroma. Berasal dan proliferasi fibroblas. Lesi berupa papul atau
nodus sewarna dengan kulit, bertangkai, permukaan 11cm atau tidak teratur. Bila
tangkai terputar, lesi akan mengalami nekrosis. Kelaman ini terutama terdapat
pada muka, leher dan aksila. Umumnya asimtomatik.
Manifestasi klinis
Anamnesis adanya benjolan kecil, wama seperti kulit, uinumnya bertangkai
dan perabaan kenyal. Terdapat 3 gambaran klinis, yaitu:
1. Papul kecil, multipel, terutama terdapat di leher dan aksila
2. Papul fihiforinis, soliter atau multipel, permukaan licin
3. Nodus seperti kantong, tumbuh bertangkai. Ukuran 1 cm, bahkan
kadangkadang lebih besar. Seringkali terdapat di badan bawah
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi hanya dilakukan bila lesi meragukan
atau untuk kepentingan akadernis.
Gambaran histopatologis adalah sebagai berikut:
4. Papul kecil memberikan gambaran papilomatosis, hiperkeratosis dan
akantoma reguler. Kadang-kadang ditemukan horn cyst di dalam
epiderinis yang akantotik
5. Papul fihiforinis memperlihatkan ganibaran akantosis ringan sampai
sedang. Kadang-kadang terdapat papilomatosis ringan. Tangkai jaringan
ikat terdiri atas serat-serat kolagen jarang dan seringkali mengandung
kapiler yang berisi eritrosit. Sel-sel nevus didapatkan sebanyak 30 % pada
bentuk ini
6. Nodus yang berbentuk kantung, memperlihatkan epiderinis yang rata,
menutupi serat-serat kolagen yang jarang dan sel-sel lemak matang di
tengah. Pada beberapa kasus, derinisnya tipis, sehingga lesi sebagian besar
terdiri atas sel-sel lemak. Kelaman ini disebut lipofibroma.
173
Kriteria diagnosis
Tata laksana
Menekankan bahwa kelainan ini pada umumnya tidak berbahaya. Bila scara
kosmetis terganggu atau atas perinintaan penderita, dapat dilakukan salah sam
tindakan tata laksana.
Daftar pustaka
1. Shea CR, Prieto VG. Fibrous lesions of derinis and soft tissue. Dalam:
Freedberg TM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsinith l.A. Katz SI,ed.
Fitzpatricks. Dermatology in General Medicine. Edisi keenam. New York:
McGraw-Hill;2003, .988-1001.
2. Heenan PJ. Tumors of fibrous tissue involving the skin. Dalam: Elder D,
Eleiiitsas R, Jawnrsky C, Johnson B, Jr, ed. Levers. Histopadaological of
the Skin. Edisi kedelapan. Philadelphia : Lippincott-Raven; 1997.847-87.
174
Hemangioma
Batasan dan uraian umum
Hemangioma adalaia tutrior jinak vaskulr yang muncu! pada bulan-bulan awal
kelahiran dengan sifat khas yaitu proliferasi pada awalnya, dan involusi pada
akhirnya. Hemangioma merupakan tumor yang sering ditemukan pada bayi, dan
insidens meningkat pada bayi yang lahir prematur. Kelainan dapat timbul pada
semua ras, tetapi lebih sedikit pada ras afrika dan asia. Perempuan lebih banyak
dan pada lelaki dengan perbandingan 3-5: 1 (1,2,3).
Hemangioma tumbuh pada jaringan angioblastik embrional, atau karena faktor
angiogenik. Kebanyakan sel yang berproliferasi pada hemangioma adalab &
endotel dan perisit, tetapi fibroblas, dan sel mast juga ditemukan. Intrr< diantara
sel-sel ini niungkin mempengaruhi perkembangan dan evolusi
hemangioma kapiler. Pertumbuhan hemangioma dapat juga dipengaruhi okh
hormon terutama estrogen (2,4,5).
Pembagian hemangioma
1. hemangioma superficial
2. hemangioma campuran
3. hemangioma dalam
Laser V-beam (VBL) merupakan flash lamp pumped dye laser generasi terakhir
yang dikembangkan oleh Candela. LVB mempunyai panjang gelombang 595nm
dan merupakan baku emas untuk kelainan vaskular. LVB memiliki beberapa
kelebihan, yaitu daya penetrasinya lebih dalain sehingga dapat mencapai
pembuluh darah yang letaknya lebih dalam atau berdiameter lebih besar. Selain itu
waktu pajanan (pulse duration) dan energi (fluencej dapat diatur. Adanya Ja
pendingin kulit yang menyatu dengan alat ini yaitu Dynainic cooling Device
(DCD) memungkinkan kerusakan epiderinis lebih kecil.
Manifestasi klinis
Hemangioma superfisial pada pemeriksaan nampak berupa tumor
berbentuk kubah, oval atau bulat, lunak dan berwama merah terang. Permukaan
dapat hem atau berlobus-lobus. Lesi dapat tuinbuh dimana saja, tetapi terbanyak
di kepala dan leher, kemudian di badan dan angggota gerak. Tempat khusus yang
175
juga dapat ditemukan hemangioma adalah perianal dan vulva. Jumlah lesi dapat
tunggal atau jamak, terus membesar sampai umur 6 bulan, dan biasanya berhenti
membesar setelah umur 1 tahun. Hemangioma dalam nampak berupa massa
kebiruan, lunak dibawah kulit. Biasanya hemangioma dalam disertai pula oleh
hemangioma superfisial diatasnya. Komplikasi hemangioma adalah perdarahan
dan ulkug ywig sering terjadi di daerah yang mudah-kena trauma (1,2,5).
Hemangioma dapat regresi sponan. Makin dini regresi terjadi, makin baik
kesembuhan secara kosmetik. Kesembuhan dapat meninggalkan bekas seperti
jaringan parut. Umur 5 tahun teijadi resol C 60%, 7 tahun 75%, dan 9 tahun 90%.
Pada hemangioma yang multipel dan besar, atau mengganggu alat vital, misalnya
mata, saluran nafas atau saluranmakan, komplikasi gangguan fungsi a1a atau
perdarahan berlebihan harus diwaspadai. Hemangioma juga dapat tumbuh dalam
alat viseral, sehingga perdarahan harus lebih diawasi. Sindrom KassabachMerit
adalah hemangioma dengan koagulopati karena trombosit berkumpul dalam lesi
hemangioma (1,2). Manifestasi klinis hemangioma campuran merupakan
gabungan antara hemangioma superfisial dan dalam.
Pemeriksaan penunjang
Biopsi kulit untuk pemeriksaan histopatologis yang akan menunjukLan
pada tahap awal ditemukan massa padat proliferasi sel endotel dengan s dikit
lumen tersusuri lobuler. Kemudian lumen membesar, banyak, dan lama-lama
berkurang, sedangkan iaringan ikat dan lemak bertambah. Kelainan superfisial
terbatas pada derinis papiler dan subpapiler, sedangkan yang dalam dapat sampai
subkutan (1,2,4).
Kriteria diagnosis
Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan klinis dan bila perlu ditambah
dengan pemeriksaan histopatologis. Diagnosis banding nevus flameus yang sering
hanya berupa makula eritem saja dan kadang-kadang agak menimbul tetapi rata.
Tata laksana
176
Tanpa pengobatan
Dengan pengobatan
177
Pulsed Dye Laser (PDL) memiliki efikasi dan tingkat keamanan yang baik
dan direkomendasikan untuk terapi pilihan hemangioma superficial
Pilihan pengobatan
Laser V beam
Setiap pasien hernangiorna superfisial dikirim ke Divisi Dermatologi Koretik
untuk dilakukan laser V beam
Pencegahan dan pendidikan
Hemangioma, terutama yang superfisial dapat regresi spontan tanpa meninggalkan
bekas atau dengan meninggalkan bekas seperti jaringan parut atau lesi dengan
kulit yang berlebihan. Pada hemangioma yang besar atau multipel dan ada dalam
alat viseral harus diawasi kemungkinan mengganggu alat vital atau perdarahan.
Daftar pustaka
1. Champion
RH,
Burton
JL,
FJG
Ebling.
penyunting.
178
179
KSB nodular
KSB morfea
KSB superficial
180
Kriteria diagnosis
Tatalaksana
Eksisi
Tumor dengan ukuran <2 cm, belum bermetastasis, (T1N0M dengan irisan
4 mm di luar batas tumor dan histopatologi bukan (jptr infiltratif
Radiasi
Pada pasien dengan kontra indikasi eksisi atau menolak ebisi
Iiniquimod topical
Pada pasien dengan kontra indikasi eksisi atau menolak eksisi
Mewaspadai secara dini setiap benjolan atau bercak di kulit yang tidak
biasa
Daftar pustaka
181
1. Carucci JA, Lefiell DA. Basal cell carcinoma. Dalam: Freedberg TM.
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsinith LA, Katz SI,e& Fitzpatricks.
Dermatology in General Medicine, Edisi keenam. New York: McGrawHill;2003.747-57.
2. Kirkham N. Tumors and cysts of the epiderinis. Dalam: Elder D. Elenitsas
R, Jaworsky C, Johnson B, Jr. Levers. Histopadaological of the skin. Edisi
kedelapan. Philadelphia : Lippincott-Raven; 1997.685-746.
3. Arndt KA, Leboit PE, Robinson JK, Winfroub BU,ed. Cutaneous medicine
and surgery. Philadelphia: WB Saunders Co.; 1996.
4. Jarainillo-Ayerbe F. Cryosurgery in difficult to treat basal cell carcinoma.
int J Dermatol 2000;39:223-9.
5. Zacharian SA,ed. Cryosurgery for skin cancer and cutaneous disorders. St.
Louis:CV Mosby;1985.
6. Geisse JK, Rich P, Pandya A, Gross K, Andres K, Ginkel A, dick.
Iiniquimod 5% cream for the treatment of superficial basal cell carcinoma:
a double-blind, randoinized, vehicle-controlled study. JAm Acd Dermatol
2002;47:390-8.
182
183
makin lengkap. Apabila horn pearls makin sedikit dan bagian tengahnya
memperhatikan keratinisasi yang tidak lengkap, rnakin buruk diferensiasi
KSS. Broders membagi diferensiasi menjadi 4 derajat mulai dan yang balk
sampai buruk.
Kriteria diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Pentahapan (staging)
Tata laksana
Tumor dengan ukuran diameter <2 cm, belum bermetastasis (T1N 0M(
dieksisi dengan irisan 6 mm di luar batas tumor.
Mewaspadai secara dini setiap benjolan atau bercak di kulit yang tidak
biasa
Daftar pustaka
1. Grossman D, Leffell DJ. Squamous cell carcinoma. Dalam: Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsinith LA, Katz SI, ed. Fitzpatricks.
Dermatology in General Medicine. Edisi keenam, New York: McGrawHill;2003 737-47.
184
185
Keloid
Batasan dan uraian umum
keloid adalah jaringan parut sesudah luka yang tumbuh berlebihan. Ukurannya
melebihi batas luka yang terjadi. Walaupun pada umumnya keloid timbul sesudah
trauma (luka), tapi beberapa pasien tidak merasakan adanya hubungan dengan
luka, terutama di daerah sternal. Kadang-kadang keloid dihubungkan dengan
riwayat keluarga. Pada kulit berwarna, keloid lebih banyak daripada kulit putih.
Biasanya terdapat pada orang dewasa.
Manifestasi klinis
Anamnesis adanya benjolan pada bekas luka yang makin lama makin membesar.
Gambaran klinisnya adalah jaringan parut menimbul, membesar melebihi besar
luka. Sering terasa gatal dan kadang-kadang nyeri. Tempat yang cenderung
terbentuk keloici adalah badan bagian atas, lengan dan leher.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi bila lesi meragukan atau untuk
kepentingan akadeinis. Dengan pewarnaan hematoksilin eosin pada lesi dini
ditemukan gambaran serat-serat kolagen tersusun dalam pola pusaran (whorl) atau
nodular. Nodus kemudian membesar dan memperlihatkan serabut kolagen yang
berhialinisasi, menebal dan makin padat, dalam susunan konsentrik. Kolagen
dapat rnencapai papila derinis dan epiderinis menjadi datar. Keloid berbeda dan
skar hipertrofik karena pertumbuhan keloid melebihi batas luka. Keloid matang
mengandung serabut kolagen hipereosinofihik yang lebih tebal. Struktur adneksa
dan serat elastik dapat ditemukan sedikit.
Kriteria diagnosis
186
Tata Iaksana
Daftar pustaka
1. Shea CR, Prieto VG. Fibrous lesions of derinis and soft tissue. Dalam:
Freedberg IM. Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsinith LA, Katz SI, ed.
Fitzpatricks. Dermatology in General Mediciane. Edisi keenam. New York:
McGraw-Hill;2003. 988.1001.
2. Heenan PJ. Tumors of the fibrous tissue involving the skin. Dalam: Elder D,
Elenitsas R, Jaworsky k. - Johnson B, Jr. ed Levers Histopadaological of the
skin. Edisi kedelapan. Philadelphia: LippincottRaven; 1997.h.847-87.
3. Arndt KA, Leboit PE, Robinson JK, Wintroub BU, penyunting. Cutaneous
Medicine and Surgei. Philadelphia: WB Saunders Co.; 1,96.
4. Berman B, Kaufman 3. Pilot study of the effect of postoperative iiniquimod
5% cream on the recurrence of excised keloids. JAm Acad Dermatol
2002;47:S209-11.
187
188
Tata laksana
189
Bedah listrik untuk lesi dengan diameter <5 mm, dengan membuat lubang
pada kista, mengeluarkan isi, dan melakukan elektrodesikasi atau fulgurasi
dmding kista
190
Melanoma maligna
Batasan dan uraian umum
Melanoma maligna (MM) adalah tumor ganas yang berasal dan transformasi
maligna sel melanosit. Di Indonesia, penyakit ini merupakan kanke1 kulit yang
jarang, tapi dapat bersifat fatal. Umur terbanyak ditemukan pada dekade keempat,
sampai dengan ketujuh. Laki-laki sama banyaknya dengan perempuan. Hampir
separuh penderita yang datang berobat, telah bermetastasis.
Faktor risiko yang berperan selain faktor intrinsik juga faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik antara lain etnik, tipe kulit, umur, status imunitas tubuh, daya perbaikan
DNA, onkogen, tumor supresor gen dan kelaman kulit sebelumnya (nevus
displastik, nevus melanositik kongenital). Sedangkan faktor ekstrinsik terdiri atas
sinar ultra violet dan zat kiinia.
Manifestasi klinis
Anamnesis
Adanya bercak, benjolan, atau luka yang berwama merah, abu-abu, kehitaman,
kecoklatan, atau kebiruan. Tidak nyeri dan makin membesar. Apabila penyakit
telah berlanjut seringkali disertai penurunan berat badan.
Pemeriksaan fisis
Gambaran klinis MM terdiri atas lentigo maligna melanoma (LMM), superficial
spreading melanoma (SSM), nodular melanoma (NM) dan acral lentiginous
melanoma (ALM). Bentuk yang jarang terdapat adalah melanoma mukosa,
melanoma desmoplastik dan melanoma amelanotik. Pada pemeriksaan klinis,
selain morfologi dan besar tumor diperiksa juga pembesaran kelenjar getah bening
(KGB).
Lentigo maligna melanoma (LMM)
Merupakan tipe MM yang paling sedikit (10%). Umumnya terdapat pada orang
tua. Lokasinya pada daerah terpajang sinar matahari, misalnya di kepala dan leher.
Lebih utama lagi di hidung dan pipi. Walaupun deinikian di punggung tangan,
191
tungkai bawah dan temat yang lain dapat juga terjadi. Bermula sebagai bercak
datar kehitaman yang makin lama makin meluas ke pinggir. Keadaan ini dapat
berlangsung lama. Apabila kelainan telah invasif, maka lesi kulit berubah menjadi
papul dan atau nodus.
Superficial spreading melanoma (SSM)
Pada orang kulit putih (ras kaukasia), tipe ini merupakan tipe terbanyak (70%).
Sering kali didiagnosis path dekade kelirna dan ke enam. Umumnya legi terdapat
pada daerah yang mendapat sinar matahari secara intermiten. Lexi pada
perempuan biasanya pada tungkai bawah, sedangkan pada pria di punggung.
Timbul sebagai bercak yang kehitarnan, Lalu berubah menjadi bermacam-macam
warna. Pinggir tidak teratur dan permukaan berubah serta makin lama makin
meninggi.
Nodular melanoma (NM)
Tipe kedua terbanyak (15-30%). Biasanya timbul pada pasien yang sedikit lebih
tua dan SSM. Relatif lebih banyak pada pria. Tempat predileksi adaiah punggung,
kepala dan leher. Lesi bermula sebagai papul atau nodus hitam biru, merah
kebiruan, bahkan amelanotik. Tumbuh cepat dalam beberapa minggu atau bulan.
Mempunyai prognosis yang paling buruk dan semua tipe MM.
Acral lentiginous melanoma (ALM)
Berbeda dengan kulit putih, tipe ini di dapatkan terbanyak pada kulit berwama
(kulit hitam 72% dan kulit Asia 29-46%). Rata-rata didiagnosis pada usia 65
tahun. Timbul pada daerah palmar, plantar, ungual dan periungual. Daerah plantar
adalah daerah yang paling sering terkena. Gambaran klinis ditandai dengan bercak
hitam kecoklatan atau dengan warna yang bermacam-macarn, pinggir tidak
teratur. Seringkali disertai papul atau nodus.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi. Biopsi ini.harus dilakukan
dengan hati-hati dan dalam jangka waktu 2 minggu sesudah biopsi
sebaiknya dilakukan terapi. Dengan pewarnaan hematoxy!in-eosin akan
didapatkan jenis MM yang horizontal growth phase dan vertical growth
phase. Selain itu ditemukan juga morfologi sel melanoma dan beberapa
192
pentahapan,
tatalaksana
bekerjasama
dengan
Departemen
Bedah,
Juga diberitahu cara mengenali lesi dini dengan kriteria ABCD (asimetris,
border irregularity pinggir talc teratur, color variegation = warna
bermacam-macam dan diameter lebih atau sarna dengan 6 mm)
Daftar pustaka
1. Langley ROB, Barnhill RL, Mihm MC Jr, Fitzpatrick TB, Sober Al.
Neoplasms: cutaneous melanoma. Dalam: Freedberg EM, Eisen AZ, Wolff K,
193
194