Professional Documents
Culture Documents
Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat diperkirakan 20 juta orang
yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan autopsy di Amerika, batu kandung
empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 % pria. Insiden batu kandung empedu di Indonesia
belum diketahui dengan pasti, karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung
empedu tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen,
USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain. Dengan perkembangan peralatan dan teknik
diagnosis yang baru USG maka banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan secara
dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Semakin canggihnya peralatan
dan semakin kurang invasifnya tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan
moralitas. Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu
menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita
batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar
bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).
Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan
ii.
diagnosis).
Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan
iii.
iv.
v.
vi.
Antara aspek yang ditanya adalah nama, umur, agama, budaya, pekerjaan sehari harian.
Ditanyakan juga keluhan utamanya yaitu keluhan yang menyebabkan nya datang ke rumah sakit
serta keluhan-keluhan penyerta yang lain. Faktor yang memperberat penyakit serta jika pernah
mendapat pengobatan serta bagaimana hasilnya.
Setengah sampai dua pertiga penderita batu empedu adalah asimptomatik. Keluhan yang
mungkin berupa dispepsia, yang kadang disertai intoleransi terhadap makanan berlemak. Pada
yang simptomatik, keluhan utama adalah nyeri di daerah epigastrium , kuadran atas kanan, atau
prekordium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin memanjang lebih dari 15
4
menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbul awal nyeri kebanyakan
perlahan - lahan, tetapi pada sepertiga kasus timbul tiba -tiba.Penyebaran nyeri dapat ke
punggung bagian tengah, skapula, atau kepuncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang
seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri menghilang setelah makan antasid. Kalau terjadi
kolesistitis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam dan sewaktu
kandung empedu tersentuh ujung jari tangan sehingga pasien berhenti menarik nafas yang
merupakan tanda rangsang dari peritonitis setempat ( tanda murphy ).Pada batu duktus
koledokus, riwayat nyeri atau kolik di epigastrium dan perut kanan atas akan disertai tanda sepsis
seperti demam dan menggigil bila terjadi kolangitis. Biasanya terdapat ikterus dan urin berwarna
gelap yang hilang timbul. Pruritis ditemukan pada ikterus obstruktif yang berkepanjangan dan lebih
banyak ditemukan di daerah tungkai daripada di daerah badan.Pada kolangitis dengan sepsis
yang berat, dapat terjadi keadaan kegawatan disertai syok dan gangguan kesadaran.
B. PEMERIKSAAN
Selepas dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk melihat jika terdapat
kelainan dari fisik pasien. Pemeriksaan tanda-tanda vital juga turut dilakukan.
Antara pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah :
Inspeksi :
o Inspeksi adalah cara memeriksa dengan melihat dan mengamati bagian tubuh pasien yang
diperiksa. Dilihat bagian dada, perut, kepala, anggota tangan dan kaki, warna kulit,
bentuk tubuh, ukuran tubuh dan gerakan tubuh spontan.
Perkusi:
o Perkusi adalah pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk permukaan tubuh untuk
mengetahui keadaan organ-organ dalam tubuh yang mana akan menghasilkan bunyi
timpani bagi lambung atau usus, bunyi sonor pada paru, bunyi redup pada hati dan bunyi
pekak pada massa padat.
Palpasi:
o Palpasi adalah pemeriksaan secara perabaan dengan menggunakan rasa propioseptif
ujung jari tangan. Dengan palpasi dapat diketahui batas organ, permukaan tubuh,
konsistensi organ, nyeri dan denyutan nadi.
empedu yang
membesar
atau
hidrops,
pada
keadaan
faal
hati.
Ditinjau
dari
berbagai
segi
3) Kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG meragukan.
Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji
kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya,
berkontraksi serta mengosongkan isinya. Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan
kontras
cukup
baik
karena
radiolusen
relatif
murah, sederhana,
dan cukup
akurat
Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun
serum diatas 2 m g / d l ,
tersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi orallebih bermakna pada
penilaian fungsi kandung empedu.
Batu kandung empedu non opaque misalnya batu kolesterol yang besar tidak dapat terdiagnosa
dengan sinar x biasa maka akan membutuhkan zat kontras di dalam pemeriksaan dengan cara di
minum di sore hari sebelum pemeriksaan. Pasien tetap melakukan diet bebas lemak
sampai dilakukan pemeriksaan sinar x kira-kira 16 jam kemudian setelah minum
kontras. Pada tingkat ini kandung empedu biasanya terisi dengan baik dengan zat
kontras. Pada pemeriksaan ini akan menimbulkan bayangan filling defect yang radiolusen.
Gambar 3. Gambaran Foto kolesistografi
sin yal
tinggi,
sedangkan
batu
saluran
mengandung batu. MRCP memiliki beberapa kelebihan dibandingkan ERCP. Salah satu
manfaat yang besar adalah pencitraan saluran empedu tanpa resiko yang berhubungan
dengan instrumentasi, zat kontras dan radiasi. Sebaliknya MRCP juga mempunyai limitasi
mayor yaitu bukan merupakan modalitas terapi dan juga aplikasinya bergantung pada
operator, sedangkan ERCP dapat berfungsi sebagai sarana 8tatistic8 dan terapi yang sama.
Gambar 5. Gambaran Foto MRCP
C. DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
KOLELITIASIS
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu
empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi
yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama
pada wanita dikarenakan memiliki 8tatis resiko, yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak
dan 8tatist.
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
10
KOLESISTITIS 3
Definisi
Patogenesis
Obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu
Manifestasi klinis
Anamnesis : mual, muntah, demam, nyeri di abdomen kuadran kanan atas dan
mid-epigastrium yang berat dan menetap.
Pemeriksaan fisik : nyeri tekan di abdomen kuadran kanan atas, tanda Murphy
+ rasa nyeri di kuadran kanan atas pada saat inspirasi, palpasi vesika felea
8tat +.
Pemeriksaan Penunjang
USG abdomen kuadran kanan atas : sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk
batu empedu; tanda spesifik kolesistitis meliputi cairan perikolesistik, edema
dinding vesika felea, dan tanda Murphy pada sonografi
Koleskintigrafi (HIDA-scan) : uji paling sensitif terhadap kolesistitis akut.
Prosedurnya meliputi injeksi HID intravena yang berlabel radioaktif, yang secara selektif
melakukan sekresi ke dalam percabangan biliaris. Padakolesistitis akut, HIDA memasuki
duktus kolekodus (CBD), tapi tidak ke vesika felea.
Komplikasi 4
Perforasi
Empiema
Vesika felea emfisematosa karena infeksi oleh bakteri yang membentuk gas.
Fistula kolesisenterik (ke duodenum, kolon, atau gaster) : dapat terlihat udara
pada
percabangan biliaris.
Ileus batu empedu : obstruksi usus (biasanya pada ileum terminalis) karena batu dalam usus
yang melewati suatu fistula.
11
KOLEDOKOLITIASIS 5
Definisi
Batu empedu bersarang di duktus koledokus (CBD)
Epidemiologi
Manifestasi klinis
Asimtomatik (50%)
Kolik biliaris
Ikterik
Pemeriksaan Penunjang
USG abdomen kuadran kanan atas : tampak dilatasi duktus (namun
sensitivitas hanya 33% untuk mendeteksi batu di duktus koledokus).
Kolangiogram (ERCP, perkutaneus atau operasif)
Komplikasi
Kolangitis
Pankreatitis
Kolesistitis
Striktur
Penatalaksanaan
ERCP dan papilotomi dengan ekstraksi batu
Komplikasi
Kolangitis
Pankreatitis
Kolesis titis
Striktur
KOLANGITIS
Definisi
Obstruksi duktus koledokus (CBD) infeksi proksimal dari lokasi obstruksi
(pus di bawah tekanan)
Etiologi
12
Manifestasi klinis
Trias Charcot : Nyeri kuadran kanan atas, ikterik, demam / menggigil
Panca Reynold : Trias Charcot + syok dan perubahan status mental
Pemeriksaan 8tatistic8
USG abdomen kuadran kanan atas
ERCP
Penatalaksanaan
Antibiotik
13
Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering timbul akibat dari terbentuknya batu empedu,
dibandingkan sebagai penyebab terbentuknya batu empedu.
14
Berat badan (BMI). Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol
dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurangi garam empedu serta mengurangi
kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
Makanan. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi
gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
Riwayat keluarga. Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar
dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.
Aktifitas fisik. Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
Penyakit usus halus. Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn
disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
Nutrisi intravena jangka lama. Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu
tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal.
Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.
F. PATOFISIOLOGI
a. Batu Kolesterol
Batu kolesterol mengandung paling sedikit 70% kristal kolesterol, dan sisanya adalah kalsium
karbonat, kalsium palmitat, dan kalsium bilirubinat. Bentuknya lebih bervariasi
dibandingkan dengan bentuk batu pigmen. Terbentuknya hampir selalu di dalam kandung
empedu, dapat berupa batus o l i t e r a t a u m u l t i p l e . P e r m u k a a n n y a m u n g k i n l i c i n
a t a u m u l t i f a s e t , b u l a t , berduri, dan ada yang seperti buah marbel. Proses pembentukan
batu kolesterol melalui tiga fase, yaitu:
1) Fase Supersaturasi (penjenuhan empedu oleh kolesterol)
15
padahal
kenodeoksikolat
empedu akan menurun pada penderita dengan gangguan absorbsi di ileum terminal
akibat peradangan atau reseksi (gangguan sirkulasi enterohepatik), gangguan daya
pengosongan primer kandung empedu, dan peradangan dinding kandung empedu yang
menyebabkan absorbsi air, garam empedu,dan fosfolipid jauh lebih banyak.
2) Fase Pembentukan Inti Batu (pembentukan nidus dan kristalisasi)
Penjenuhan kolesterol yang berlebihan tidak dapat membentuk batu, kecuali bila ada nidus
dan ada proses lain yang menkristalisasi.
Nidus
dapat
berasal
dari
pigmen
empedu,
mukoprotein, lendir, protein lain, bakteria, atau benda asing lain. Setelah kristalisasi
meliputi suatu nidus, akan terjadi pembentukan inti batu.
3) Fase Pertumbuhan Batu
Pertumbuhan batu terjadi karena pengendapan kristal kolesterol diatas matriks inorganik dan
kecepatannya ditentukan oleh kecepatan relative pelarutan dan pengendapan. Struktur
matriks agaknya berupa endapan mineral yang mengandung garam kalsium.
16
pada
gangguan
keseimbangan metabolik seperti anemia hemolitik, dan sirosis hati tanpa didahului infeksi.
Pembentukan batu bilirubin terdiri dari 2 fase, yaitu:
1) Saturasi bilirubin
Pada keadaan non infeksi, saturasi bilirubin terjadi karena pemecahan eritrosit yang
berlebihan, misalnya pada malaria dan penyakit Sicklecell. Pada keadaan infeksi
saturasi bilirubin terjadi karena konversi konjugasi bilirubin menjadi unkonjugasi
yang sukar larut. Konversi terjadi karena adanya enzim b-glukuronidase yang dihasilkan
17
oleh E. Coli. Pada keadaan normal cairan empedu mengandung glokaro 1,4 lakton yang
menghambat kerja glukuronidase.
2) Pembentukan inti batu
Pembentukan inti batu selain oleh garam-garam kalsium dan sel bias juga oleh bakteri,
bagian dari parasit dan telur cacing. Tatsuo Maki melaporkan bahwa 55 % batu pigmen dengan
inti telur atau bagian badan dari cacing ascaris lumbricoides. Sedangkan Tung dari Vietnam
mendapatkan 70 % inti batu adalah dari cacing tambang.
Seperti
pembentukan
bertambahnya usia.
merupakan
factor
batu
kolesterol,
terjadinya
batu
bilirubinberhubungan dengan
ekskresi
kalsium
terutama E.Coli. Pada batu kolesterol pun, E.Coli yang tersering ditemukan dalam
biakan empedu.
B e b e r a p a f a k t o r y a n g d i s a n g k a b e r p e r a n a d a l a h f a k t o r g e o g r a f i s , hemolisis,
dan sirosis hepatik. Sebaliknya jenis kelamin, obesitas, gangguan penyerapan di
dalam ileum tidak mempertinggi resiko batu bilirubin. Pada kolingitis oriental atau
kolangitis piogenik rekurens ditemukan batu pigmen intrahepatik primer yang
menimbulkan kolangitis rekurens. Keadaan lain yang berhubungan dengan batu pigmen dan
kolangitis bakteria gram negatif di Asia T i m u r i a l a h i n v e s t a s i p a r a s i t Clonochis sinensis,
Fasciola hepatica, dan Ascaris lumbricoides.
Sebagai pegangan umum, pada penderita batu bilirubin, tidak ditemukan empedu yang sangat
jenuh dengan kolesterol baik di dalam kandung empedu maupun di hati. Pada penderita
batu bilirubin, konsentarsi
18
baru
menghilang
beberapa
jam
pascaprandial kuadran kanan atas, biasanya dipresipitasi oleh makanan berlemak, terjadi 30-60
19
menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan kemudian pulih, disebabkan
oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris. Mual dan muntah sering kali berkaitan
dengan serangan kolik biliaris
Komplikasi
Kolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang paling umum dan
sering meyebabkan kedaruratan abdomen, khususnya diantara wanita usia pertengahan dan
manula. Peradangan akut dari kandung empedu, berkaitan dengan obstruksi duktus
sistikus atau dalam infundibulum. Gambaran tipikal dari k o l e s i s t i t i s
akut
adalah
Kolesistektomi
Ter a p i t e r b a n y a k p a d a p e n d e r i t a b a t u k a n d u n g e m p e d u a d a l a h dengan
operasi. Kolesistektomi dengan atau tanpa eksplorasi duktus komunis tetap merupakan
tindakan pengobatan untuk penderita dengan batu empedu simptomatik.
Pembedahan untuk batu empedu tanpa gejala masih diperdebatkan, banyak ahli menganjurkan
terapi konservatif. Sebagian ahli lainnya berpendapat lain mengingat silent stone p a d a
akhirnya
akan
menimbulkan gejala-gejala
bahkan
komplikasi,
maka
20
kolesistektomi efektif dan berlaku pada setiap kasus batu kandung empedu kalau keadaan umum
penderita baik.
Indikasi kolesistektomi adalah sebagai berikut :
- Adanya keluhan bilier yang mengganggu atau semakin sering atau berat.
- A d a n y a k o m p l i k a s i a t a u p e r n a h a d a k o m p l i k a s i b a t u kandung empedu.
- Adanya penyakit lain yang mempermudah timbulnya k o m p l i k a s i m i s a l n y a
D i a b e t e s M e l l i t u s , k a n d u n g e m p e d u y a n g tidak tampak pada foto kontras dan
sebagainya.
a) Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik.
Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi
pada 0,2% pasien.
A n g k a m o r t a l i t a s y a n g d i l a p o r k a n u n t u k p r o s e d u r i n i k u r a n g d a r i 0,5%.
Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh
kolesistitis akut.
b) Kolesistektomi laparaskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut.
Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah mulai melakukan prosedur ini
pada
pasien
dengan
dapat
mengurangi
perawatan
di
rumah
sakit
dan
biaya
yang
dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik.
Masalah yang belum terpecahkan adalah keamanan dari prosedur ini, berhubungan dengan
insiden komplikasi seperti cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama
kolesistektomi laparaskopi
21
Komplikasi kolesistektomi
Saat ini hampir semua melakukan operasi laparoskopi atau menggunakan key-hole surgery.
Dengan menggunakan insisi kecil, batu empedu dan kantong empedu dibuang. Kantong empedu
adalah tempat penyimpanan empedu, dan organ ini dapat dibuang tanpa berpengaruh terhadap
kesehatan. Setelah pengangkatan kantong empedu, empedu dapat mengalir langsung dari hati ke
usus.
22
sakit
akibat
i n s i s i . O p e r a s i t e r b u k a d i l a k u k a n p a d a 5 - 8 % o p e r a s i kolesistektomi. Beberapa
komplikasi yang mungkin terjadi adalah cedera duktus empedu, empedu bocor, pembentukan
abses, infeksi pada luka dan pendarahan.
2)
Kolesistostomi
yang
diatasi
kolesistektomi
dini.
Indikasi
dari
kolesistostomi adalah:
- Kolesistitis akut berat dengan kandung empedu membesar yang terancam ruptur
- Keadaan umum sangat buruk misalnya karena sepsis
- Penderita yang berumur lanjut, karena ada penyakit lain yang berat yang menyertai, kesulitan
teknik operasi
- Tersangka adanya pancreatitis
Kerugian dari kolesistostomi mungkin terselipnya batu sehingga sukar dikeluarkan dan
kemungkinan besar terjadinya batu lagi kalau tidak diikuti dengan kolesistektomi.
23
b. Tindakan Non-Operatif
Terapi Disolusi
Penggunaan
garam
empedu
yaitu
asam
M a yo ,
Amerika
terjadinya kekambuhan.
Pengobatan dengan asam empedu ini dengan sukses melarutkansempurna batu pada
sekitar 60 % penderita yang diobati dengan CDCA oral dalam dosis 10 15 mg/kg
berat badan per hari selama 6 sampai 24bulan. Penghentian pengobatan CDCA
setelah batu larut sering timbul rekurensi kolelitiasis.
Indikasi pemberian CDCA yaitu :
-Wanita hamil
- Penyakit hati yang kronis
- Kolik empedu berat atau berulang-ulang
- Kandung empedu yang tidak berfungsi.
Efek samping pengobatan CDCA yang terlalu lama menimbulkan kerusakan jaringan
hati, terjadi peningkatan transaminase serum, nausea dan diare. Asam Ursodioxycholat
(UDCA) merupakan alternatif lain yang dapat diterima dan tidak mengakibatkan diare
atau gangguan fungsi hati namun harganya lebih mahal. Pada saat ini pemakaiannya
adalah kombinasi antara CDCA dan UDCA, masing-masing dengan dosis 7,5mg/kg
berat badan/hari. Dianjurkan dosis terbesar pada sore hari karena kejenuhan cairan empedu
akan kolesterol mencapai puncaknya pada malam hari.
Mekanisme kerja dari CDCA adalah menghambat kerja dari enzim HMG Ko-a reduktase
sehingga mengurangi sintesis dan ekskresi kolesterol ke dalam empedu. Kekurangan lain dari
terapi disolusi ini selain harganya mahal juga memerlukan waktu yang lama serta tidak selalu
berhasil.
24
hanya
dilakukan pada kasus selektif. Di samping itu penderita harus menjalankan diet ketat, waktu
25
pengobatan lama dan memerlukan biaya yang tidak sedikit, serta dapat timbul rekurensi setelah
pengobatan dihentikan. Faal hati yang baik juga merupakan salah satu syarat bentuk terapi
gabungan ini , karena gangguan faal hati akan diperberat denganpemberian asam empedu dalam
jangka panjang. ESWL dapat dikatakan sangat aman serta selektif dan tidak infasif namun
dalam kenyataannya masih terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi misalnya rasa
sakit di hipokondrium kanan, kolik bilier,pankreatitis, ikterus, pendarahan subkapsuler hati,
penebalan dinding dan atropi kandung empedu.
c. Dietik
Prinsip perawatan dietetik pada penderita batu kandung empedu adalah m e m b e r i i s t i r a h a t
p a d a k a n d u n g e m p e d u d a n m e n g u r a n g i r a s a s a k i t , j u g a untuk
memperkecil
kemungkinan batu memasuki duktus sistikus. Di samping itu untuk memberi makanan
secukupnya untuk memelihara berat badan dan keseimbangan cairan tubuh.
Pembatasan kalori juga perlu dilakukan karena pada umumnya batu kandung empedu
tergolong juga ke dalam penderita obesitas. Bahan makanan yang dapat menyebabkan
gangguan pencernaan makanan juga harus dihindarkan.
Kadang-kadang penderita batu kandung empedu sering menderita
konstipasi, maka diet dengan menggunakan buah-buahan dan sayuran yang tidak
mengeluarkan gas akan sangat membantu. Syarat-syarat diet pada penyakit kandung empedu
yaitu :
- Rendah lemak dan lemak diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.
- Cukup kalori, protein dan hidrat arang. Bila terlalu gemuk jumlah kalori dikurangi.
- Cukup mineral dan vitamin, terutama vitamin yang larut dalam lemak.
- Tinggi cairan untuk mencegah dehidrasi
26
I. KOMPLIKASI
Kolesistitis kalkulosa akut,peradangan akut pada kandung empedu yang mengandung batu
yang dipicu oleh obstruksi oleh leher kandung empedu atau duktus sistikus. Penyakit ini
adalah penyulit utama tersering pada batu empedu dan penyebab tersering dilakukannya
kolesistektomi darurat. Gejala mungkin timbul sangat mendadak dan merupakan suatu
kedaruratan bedah akut. Di pihak lain, gejala mungkin ringan dan mereda tanpa intervensi medis.
Kolesistitis kalkulosa akut pada awalnya adalah akibat iritasi kimiawi dan peradangan pada
dinding kandung empedu dalam kaitannya dengan hambatan aliran keluar empedu.
Fosfolipase yang berasal dari mukosa menghidrolisis lesitin empedu menjadi lisolesitin, yang
bersifat toksik bagi mukosa. Lapisan mukosa glikoprotein yang secara normal bersifat
protektif rusak, sehingga epitel mukosa terpajan langsung keefek detergen garam empedu.
Prostalglandin yang dibebaskan didalam kandung empedu yang teregang ikut berperan dalam
peradangan mukosa. Peregangan dan peningkatan tekanan intralumen juga dapat
mengganggu aliran darah ke mukosa. Hal ini dapat menyebabkan iskemia dari dinding
kandung empedu yang dapat berkembang ke proses nekrosis dan perforasi. Proses ini terjadi
tanpa adanya infeksi bakteri baru setelah proses berlangsung cukup lama terjadi kontaminasi
oleh bakteri.
Kolesistitis akalkulosa akut, antara 5% hingga 12% kandung empedu yang diangkat atas
indikasi kolesisititis akut tidak berisi batu empedu. Sebagian besar kasus ini terjadi pada
pasien yang sakit berat : keadaan paska oprasi mayor nonbiliaris, trauma berat misalnya
kalantas, luka bakar luas, sepsis. Diperkirakan banyak factor yang berperan dalam kolesistitis
akalkulosa, termasuk dehidrasi, stasis dan pengendapan dalamkandung empedu, gangguan
pembuluh darah dan akhirnya kontaminasi bakteri.
Kolangitis, adalah istilah yang digunakan untuk peradangan akut dinding saluran empedu,
yang hampir selalu disebabkan oleh infeksi bakteri yang secara normal steril. Kelainan ini
dapat terjadi akibat setiap lesi yang menghambat aliran empedu terutama koledokolitiasis.
Bakteri kemungkinan besar masuk ke saluran empedu melalui sfingter oddi, dan bukan melalui
27
hematogen. Bakteri tersebut biasanya adalah aerob negative-gram usus seperti e.colli,
klebsiella, clostridium, bacterioides, atau enterobacter. Kolangitis biasanya menyebabkan
demam, menggigil, nyeri abdomen, dan ikterus. Bentuk terparah kolangitis adalah kolangitis
supurativa, yang empedu purulennya memenuhi dan meregangkan saluran empedu, disertai
resiko terbentuknya abses hati.
Pankreatitis akut, batu empedu yang terjepit pada ampulla vaterri/ sfingter oddi atau adanya
mikrolitiasis dapat mengakibatkan pancreatitis akut karena refluk cairan empedu ke dalam
saluran pancreas. Adanya mikrolitiasis ini diketahui dengan didapatkannya Kristal-kristal
kolesterol monohidrat, kalsium bilirubinat, kalsium karbonat via ERCP atau dengan
ditemukannya lumpur pada kandung empedu pada pemeriksaan ultrasonografi.
Pada pancreatitis akut juga terjadi auto digesti substansi pancreas oleh enzim pancreas yang
aktif dan respon cedera sel yang diperantarai sitokin-sitokin inflamasi.Tripsin di disintesis
didalam asinus sebagai proenzim tripsinogen. Karena kesalahan lalulintas tripsinogen maka
zat ini diaktifkan di dalam asinus dan bukan didalam duodenum. Setelah teraktifasi tripsin
akan mengaktifasi proenzim lain seperti profosfolipase dan proelastase. Enzim-enzim yang
teraktifasi ini menyebabkan disintegrasi selasinus dan jaringan lemak sekitar pancreas,
merusak seratelastic pembuluh darah sehingga terjadi kebocoran vascular. Tripsin aktif juga
mengubah prakalikrein menjadi bentuk aktifnya sehingga sistem kinin menjadi aktif dan,
melalui pengaktifan factor Hageman, memacu sistem pembekuan dan komplemen. Dengan
cara ini terjadi thrombosis pembuluh halus(yang dapat menyebabkan kongesti dan pecahnya
pembuluhyang sudah melemah). Akibat lain pengaktifan premature enzim adalah respon
cedera sel asinus. Sel asinus yang rusak akan mengeluarkan sitokin poten yang menarik
netrofil danmakrofag. Sel radang ini kemudian mengeluarkan lebih banyak sitokin seperti
TNF, IL1, NO dan PAF kedalam jaringan pancreas dan sirkulasi sehingga terjadi amplifikasi
respon peradangan local dan sistemik.
yang biasa. Bilirubin ini kemudian kembali ke dalam darah mungkin karena pecahnya
kanalikuli biliaris yang terbendung dan pengosongan langsung saluran limfe.Akibat tidak
adanya bilirubin yang mencapai duodenum maka tidak ada bilirubin yng diubah menjadi
urobilinogen didalam usus oleh kerja bakteri. Oleh karena itu tidak ada urobilinogen yang
diserap kedalam darah dan tidak ada yang dikeluarkan ginjal kedalam urin. Akibatnya, pada ikterus
obstruksi uji untuk urobilinogen dalam urin adalah negative. Selain itu, feses berwarna seperti
dempul karena kurangnya sterkobilin dan pigmen empedu lainnya. Perbedaan lain antara
bilirubin bebas dan terkonjugasi adalah bahwa ginjal mengeluarkan bilirubin terkonjugasi
kelarutan tinggi bukan bilirubin bebas terikat albumin. Oleh karena itu pada ikterus obstruksi
sejumlah bilirubin terkonjugasi bermakna terlihat didalam urin.
J. PENCEGAHAN
1. Hindari Makanan Tinggi Lemak
Untuk menghindari terjadinya batu empedu kurangi makanan tinggi lemak,misalnya gorenggorengan kerana lemak merangsang kandung empedu untuk membentuk batu. Perbanyak makan
buah dan sayur.
2. Hindari Kegemukan
Kegemukan mempunyai resiko menderita batu empedu lebih tinggi kerana itu hindari
kegemukan. Bila sudah terlanjur gemuk, turunkan hingga mencapai berat badan ideal
3.Hati2 bila miliki riwayat keluarga penderita
Mereka yg keluarganya ada yang menderita batu Empedu harus berhati-hati sebab berisiko
menderita serupa.
4.Tidak banyak anak
Sering hamil menyebabkan perubahan hormon yang membuat kontraksi empedu lambat. Hal itu
menyebabkan cairan empedu mudah mengendap dan membentuk batu.
5.Rutin olahraga
Perlu olah raga secara rutin. Dengan olah raga lemak ditubuh akan terbakar sehingga mengurangi
risiko terbentuknya batu empedu.
29
K. PROGNOSIS
Penyembuhan spontan pada 85% kasus, di mana kandung empedu menjadi tebal, fibrotic, penuh
batu dan tidak berfungsi lagi. Sebagian kecil menjadi gangrene, empiyema, perforasi, fistel,
abses hati, peritonitis umum. Tindakan bedah akut pada usia tua mempunyai prognosis jelek.
30
31