You are on page 1of 212

PENGARUH PEMBELAJARAN TERPADU MODEL TERKAIT

(CONNECTED) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP


MATEMATIKA SISWA
(Studi Eksperimen di SMP Muhamadiyah 22 Setiabudi Pamulang)

DisusunOleh:
TUTI ALAWIAH
NIM: 106017000555

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

ABSTRAK
TUTI ALAWIAH (106017000555), Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model
Terkait (Connected) Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Skripsi,
Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini mengkaji pembelajaran terpadu model terkait (connected)
terhadap pemahaman konsep matematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pemahaman konsep matematika siswa dalam materi bangun datar
dengan menggunakan pembelajaran terpadu model terkait (connected). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain
Randomized Two-Group Design Posttest Only. Subyek yang diteliti adalah siswa
kelas VII SMP Muhamadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah tes essay sebanyak 7 soal
yang sesuai dengan indikator pemahaman konsep matematika pada dimensi
translation, interpretation, dan extrapolation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran terpadu model terkait (connected) berpengaruh terhadap
pemahaman konsep matematika siswa. Pemahaman konsep matematika siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran terpadu model terkait (connected) lebih
tinggi dari pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional.
Kata kunci: Pembelajaran Terpadu, Model Terkait (Connected), Pemahaman
Konsep Matematika.

ABSTRACT
Tuti Alawiah (106017000555), The influence of integrated learning with
connected model toward math conceptual understanding of students, Skripsi,
Math Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State
Islamic University Syarif hidayatullah Jakarta.
This study discusses about the influence of integrated learning with
connected model toward math conceptual understanding. The aim of this study is
to know the students math conceptual understanding of in the material of
Bangun Datar through integrated learning with connected model. The method
used in this study is quasi-experiment by randomized two-group posttest only
design. The subject is a number of students at VII grade Junior High School of
Muhamadiyah 22 Setiabudi Pamulang. The sampling used cluster random
sampling. Meanwhile, the instrument used to collect the data is essay test as 7
question to the indicator concerning math conceptual understanding related to
dimensions of translation, interpretation, and extrapolation. The result of this
study shows that the integrated learning with connected model has influenced to
the students math conceptual understanding. The students math conceptual
understanding which is taught through integrated learning with connected model
is higher than students math conceptual understanding in their study implemented
through the conventional learning.
Key words: Integrated Learning,
Understanding

Connected

ii

Model,

Math

Conceptual

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan
para pengikutnya sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan matematika.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di SMP Muhamadiyah 22
Setiabudi Pamulang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari betul
banyaknya kekurangan yang dapat ditemukan, walaupun demikian penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kesalahan tersebut.
Skripsi ini dapat terselesaikan tentunya dengan adanya bantuan dan
dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak,
yaitu:
1.

Bapak Prof.Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan,

2.

Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas


Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.

Bapak Abdul Muin, S.Si,M.Pd, Dosen pembimbing I yang telah bersedia


meluangkan waktunya dan dengan penuh kesabaan memberikan bimbingan,
nasehat, dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

5.

Bapak Firdausi, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang dengan kesabaran dan


keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan serta arahan
kepada penulis.

6.

Seluruh dosen jurusan pendidikan matematika UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama

iii

mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang bapak dan Ibu berikan


mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Serta staff jurusan dan fakultas
yang selalu membantu penulis dalam proses administrasi.
7.

Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta.

8.

Bapak Drs. Hudaefi, Kepala Sekolah SMP Muhamadiyah 22 Setiabudi


Pamulang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi
ini, serta Bapak Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM guru matematika yang telah
memberikan arahan dalam penelitian skripsi ini.

9.

Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, ayahanda H.Muzani Rifai dan
Ibunda Iyoh yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, selalu
mendoakan, serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.
Kakakku Lilis Muslihah dan Akhmad Thobari serta Adikku Akhmad Enas
Munasir, Diva Shakilah, Siti Salma dan Fatma Azzahra yang telah
memberikan dukungan dan doanya kepada penulis.

10. Abdurrahman Setia Permana yang telah memberikan dukungan, semangat


dan doanya kepada penulis
11. Sahabat-sahabat seperjuanganku dibangku kuliah (Fitria, Mardiyah, Neneng
Milati, Rina Triana J.A, Rossa Amelia, Siti Nurhayati, Tika Mufrika, Ratna
Puspitasari dan Ikhsan Saeful Munir,) yang bersama-sama saling memberikan
semangat dan doa kepada penulis serta semua teman-temanku di Jurusan
Pendidikan Matematika 2006.
12. Sahabat-sahabat di kost-an tercinta (Ika Rohmawati, Siti Habibah
Egiyantinah, Dini Khoerunnisa, Neng Syifa Faujiah, Rela Agustin, Yeni
Gustri dan Fatma Aulia Zahro) yang saling memberikan semangat, nasehat,
dan doa kepada penulis. Terima kasih pula atas kebersamaan kalian selama
ini, dengan kehadiran dan canda tawa yang selalu menghiasi hari-hari penulis.
13. Dan kepada semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah semua ini penulis serahkan
semoga kebaikan mereka mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

iv

kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca semuanya, Amin.

Jakarta,

April 2011

Penulis
Tuti Alawiah

DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................

ABSTRACT ............................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR............................................................................................ iii


DAFTAR ISI ..........................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................

xi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................

B. Identifikasi Masalah ........................................................................

C. Batasan Masalah ............................................................................

D. Rumusan Masalah ..........................................................................

E. Tujuan Penelitian ...........................................................................

F. Manfaat Penelitian .........................................................................

DESKRIPSI TEORETIS
A. Pembelajaran Matematika ...............................................................

1.

Pengertian Belajar dan Pembelajaran .......................................

2.

Pengertian dan Karakteristik Matematika ................................

3.

Pengertian Pembelajaran Matematika ...................................... 10

B. Pembelajaran Terpadu Model Connected ..................................... . 12


1.

Pengertian Pembelajaran Terpadu ............................................ 12

2.

Urgensi Pembelajaran Terpadu ................................................ 13

3.

Tujuan Pembelajaran Terpadu ................................................. 15

4.

Karakteristik Pembelajaran Terpadu ........................................ 16

5.

Pembelajaran Terpadu Model Connected ................................ 18

6.

Langkah-Langkah (Sintaks) Pembelajaran Terpadu Model


Connected ................................................................................. 21

C. Pembelajaran Konvensional ........................................................... 23


D. Pemahaman Konsep Matematika ..................................................
vi

25

1. Pengertian Pemahaman Konsep ..............................................

25

2. Indikator Pemahaman Konsep Matematika ............................

27

E. Hasil Penelitian Relevan ................................................................. 29


F. Kerangka Berpikir............................................................................ 30
G. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 31
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 32
B. Metode dan Desain Penelitian ......................................................... 32
C. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 33
D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 33
1. Definisi Konseptual Pemahaman Konsep Matematika ............. 34
2. Definisi Operasional Pemahaman Konsep Matematika ............ 34
3. Kisi-kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika ........ 35
4. Uji Coba Instrumen Penelitian .................................................. 36
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 40
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 41
1. Uji Prasyarat Analisis ................................................................ 41
2. Uji Hipotesis .............................................................................. 43
G. Hipotesis Statistik ........................................................................... 44

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data.................................................................................. 45
1. Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas
Eksperimen ................................................................................ 45
2. Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas
Kontrol ....................................................................................... 47
3. Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Kelas Eksperimen dan Kontrol .................................................. 49
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis .................................................. 51
1. Uji Normalitas............................................................................ 52
2. Uji Homogenitas ........................................................................ 53
C. Hasil Pengujian Hipotesis Dan Pembahasan ................................... 53
vii

1. Pengujian Hipotesis ................................................................... 53


2. Pembahasan ............................................................................... 54
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 57
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ...................................................................................... 59
B. Saran ................................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1

Desain Penelitian ............................................................................ 32

Table 3.2

Kriteria Skor Pemahaman Konsep Matematika ............................. 34

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep Matematika.................... 35

Tabel 3.4

Klasifikasi Taraf Kesukaran Tes..................................................... 37

Tabel 3.5

Klasifikasi Daya Pembeda Tes ....................................................... 38

Table 3.6

Rekapitulasi Hasil Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya


Pembeda Instrumen Tes ................................................................. 39

Table 4.1

Distribusi Frekuensi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematika Kelas Eksperimen ....................................................... 46

Table 4.2

Skor Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen untuk Tiap


Dimensi ........................................................................................... 47

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematika Kelas Kontrol .............................................................. 47

Table 4.4

Skor Pemahaman Konsep Kelas Kontrol untuk Tiap Dimensi ...... 48

Tabel 4.5

Statistik Hasil Penelitian ................................................................. 49

Table 4.6

Rekapitulasi Skor Rata-Rata Tiap Dimensi Pemahaman Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................................................... 51

Tabel 4.7

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas .............................. 52

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Homogenitas .......................... 53

Tabel 4.9

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ................................ 54

ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Keterhubungan Menurut Fogarty ...........................................

19

Gambar 4.1 Kurva Distribusi Nilai Hasil Posttest Kemampuan Pemahaman


Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...............................

50

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

RPP Kelas Eksperimen ................................................................63

Lampiran 2

RPP Kelas Kontrol .......................................................................90

Lampiran 3

Lembar Kerja Siswa.....................................................................108

Lampiran 4

Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika .........149

Lampiran 5

Soal Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep Matematika ........150

Lampiran 6

Jawaban Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep Matematika .153

Lampiran 7

Instrumen Pemahaman Konsep Matematika ...............................159

Lampiran 8

Perhitungan Uji Validitas Instrumen Tes.....................................161

Lampiran 9

Perhitungan Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ........................163

Lampiran 10 Perhitungan Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ...........................165


Lampiran 11 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes .................................167
Lampiran 12 Nilai Posttes Kelas Ekseperimen dan Kontrol ............................. 169
Lampiran 13 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Ekseperimen................. 170
Lampiran 14 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol .........................175
Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ...........................180
Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ..................................182
Lampiran 17 Perhitungan Uji Homogenitas ......................................................184
Lampiran 18 Perhitungan Pengujian Hipotesis Statistik ...................................186
Lampiran 19 Tabel Koefisien Korelasi r product Moment ............................188
Lampiran 20 Tabel Luas Kurva Normal ..........................................................189
Lampiran 21 Tabel Nilai Harga Kritis Chi Square ...........................................190
Lampiran 22 Tabel Harga Kritis Distribusi F ...................................................191
Lampiran 23 Tabel Harga Kritis Distribusi t.....................................................193
Lampiran 24 Surat Bimbingan Skripsi ..............................................................194
Lampiran 25 Surat Izin Observasi .....................................................................195
Lampiran 26 Surat Izin Penelitian .....................................................................196
Lampiran 27 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian .............................197

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang
sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila bidang
pendidikan mendapat perhatian, penanganan dan prioritas yang baik dari
pemerintah, masyarakat maupun para pengelola pendidikan. Pendidikan
diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan
inovatif. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan
Indonesia yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.1
Tujuan pendidikan yang dimaksud di atas adalah tujuan akhir yang ingin
dicapai oleh semua lembaga pendidikan baik formal, nonformal maupun informal,
mulai dari jenjang taman kanak-kanak hingga sekolah menengah umum bahkan
sampai perguruan tinggi. Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan
formal mempunyai tanggung jawab penuh dalam mewujudkan tujuan tersebut.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar dan
pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti berhasil atau

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan


Pelaksanaannya 2000-2004, (Jakarta: Tamita Utama, 2004), h.7

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana


proses belajar dan pembelajaran di sekolah.
Di sekolah proses belajar dan pembelajaran meliputi berbagai bidang
ilmu pengetahuan diantaranya ilmu agama, bahasa, sosial, sains dan matematika.
Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting karena banyak hal di
sekitar kita yang selalu berhubungan dengan matematika, oleh karenanya
matematika harus diajarkan dengan tepat dan benar. Ada banyak alasan mengapa
siswa harus belajar matematika, diantaranya pendapat Cornelius yaitu:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) Sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) Sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) Sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) Sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.2
Begitu

pentingnya

matematika

untuk

dipelajari

menempatkan

matematika sebagai induk dari ilmu penegetahuan lainnya (ratunya ilmu) yang
harus dikuasai oleh setiap siswa.
Akan tetapi realitanya masih banyak anggapan-anggapan miring tentang
matematika. Ruseffendi (Gusni: 2006) menyatakan matematika (ilmu pasti)
bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi,
kalau bukan sebagian mata pelajaran yang dibenci.3 Hal ini berdampak pada
hasil belajar yang belum memuaskan, seperti dikutip dari hasil studi The Program
for International Student Assessment (PISA) tahun 2009 yang menyatakan bahwa
rata-rata skor matematika siswa Indonesia berada pada urutan ke-61 dari 65
negara dengan nilai rata-rata adalah 371.4
Salah satu faktor penyebab kurangnya penguasaan materi matematika
bagi siswa diantaranya adalah masih banyak guru yang menerapkan pembelajaran
konvensional, dalam prosesnya guru menerangkan materi dengan metode
2

Mulyono Abdurraman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka


Cipta, 2003), cet.II, h.253
3
Gusni Satriawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan
Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP dalam ALGORITMA Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol.1, Juni 2006, h. 102
4
http://www.straitstimes.com/STI/STIMEDIA/pdf/20101207/PISA2009-MOEFinal.pdf, 6
juni 2011

ceramah, siswa duduk manis mendengarkan dan mencatat konsep-konsep abstrak


yang disampaikan oleh guru tanpa bisa mengkritisi apa arti konsep itu, lalu
konsep itu biasanya sudah dalam bentuk persamaan matematika yang diterapkan
pada kasus-kasus khusus. Saat latihan mereka biasa mengerjakan soal-soal yang
setipe dengan yang dicontohkan guru namun pada saat ada soal yang
membutuhkan

pemahaman

konsep

mereka

mengalami

kesulitan

untuk

menyelesaikannya. Ini dikarenakan siswa terbiasa mencatat dan menghafal suatu


konsep tanpa mengetahui bagaimana pembentukan konsep itu berlangsung.
Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang
diterimanya, tetapi pada kenyataan mereka sering kali tidak memahami secara
mendalam substansi materinya. Menurut Depdiknas (Suryanti: 2007) menyatakan
bahwa:
Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang
mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dipergunakan atau dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk
memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu
menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah.5
Padahal dalam pembelajaran matematika konsep tidak bisa diterima
begitu saja tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru ke kepala siswa akan tetapi siswa
sendirilah yang harus aktif mencerna setiap pengetahuan yang diperolehnya.
Selain itu guru di sekolah mengajarkan materi pelajaran secara terpisahpisah atau kurang adanya pengintegrasian dari setiap sub pokok bahasan sehingga
pemahaman siswa tentang suatu konsep kurang mendalam, padahal proses belajar
yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar
mata pelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif
dan lebih bermakna dan siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu pendekatan
pembelajaran yang lebih efektif yang mampu mengintegrasikan konsep-konsep
dalam satu pengalaman belajar yang bermakna.
5

Suryanti, dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan


Kualitas Pembelajaran Di Kelas Rendah dalam Laporan Penelitian Universitas Negeri Surabaya,
November, 2007, h. 2

Pembelajaran terpadu model terkait (connected) adalah pembelajaran


dengan cara menghubungkan satu topik ke topik yang lain, satu konsep ke konsep
yang lain, satu keterampilan ke keterampilan yang lain tetapi masih dalam satu
mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran lebih bermakna
bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu
siswa akan dapat memahamai konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan konsep dalam intra mata
pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model
Terkait (Connected) Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas
VII di SMP Muhamadiyah 22 Setiabudi Pamulang

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian-uraian yang tertuang dalam latar belakang masalah,
maka identifikasi masalahnya adalah:
1. Hasil belajar matematika yang masih rendah.
2. Matematika adalah pelajaran yang dirasakan sulit dan tidak menyenangkan
oleh siswa.
3. Proses pembelajaran masih cenderung menggunakan metode konvensional.
4. Pemahaman konsep matematika siswa rendah.
5. Siswa lebih banyak menghafal rumus daripada memahami konsep matematika.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian yang diterangkan dalam latar belakang dan
identifikasi masalah serta agar penelitian ini terarah maka penelitian ini hanya
dibatasi pada:
1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII SMP Muhamadiyah 22 Setiabudi
Pamulang tahun ajaran 2010/2011 dengan pokok bahasan Bangun Datar

meliputi Persegi Panjang, Persegi, Jajargenjang, Belah Ketupat, LayangLayang dan Trapesium.
2. Pembelajaran Terpadu Model Connected disini adalah salah satu model
pembelajaran terpadu yang mengaitkan antara suatu konsep dengan konsep
yang lain satu topik ke topik yang lain, satu keterampilan ke keterampilan yang
lain tetapi masih dalam satu mata pelajaran.
3. Pemahaman konsep matematika siswa diukur dari hasil posttest pada pokok
bahasan Bangun Datar, berdasarkan kategori pemahaman yang hendak dicapai
yaitu kategori pemahaman menurut Bloom yang meliputi translation,
interpretation dan extrapolation.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana

pemahaman

konsep

matematika

siswa

yang

diterapkan

siswa

yang

diterapkan

Pembelajaran Terpadu Model Connected?


2. Bagaimana

pemahaman

konsep

matematika

Pembelajaran Konvensional?
3. Apakah terdapat pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Connected terhadap
pemahaman konsep matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui

pemahaman

konsep

matematika

siswa

yang

diterapkan

siswa

yang

diterapkan

Pembelajaran Terpadu Model Connected


2. Mengetahui

pemahaman

konsep

matematika

Pembelajaran Konvensional
3. Mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan Pembelajaran Terpadu
Model Connected terhadap pemahaman konsep matematika siswa

F. Manfaat Penelitian
Dengan mengadakan penelitian tentang pengaruh pembelajaran terpadu
model connected terhadap pemahaman konsep matematika siswa diharapkan hasil
dari penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu
alternatif dalam memilih pendekatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan
pemahaman konsep matematika
2. Bagi siswa, diterapkannya pembelajaran dengan pembelajaran terpadu model
connected diharapkan dapat memberi pengalaman baru dalam belajar dan
siswa akan lebih termotivasi serta dapat memahami konsep-konsep matematika
dengan baik.
3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

BAB II
DESKRIPSI TEORETIS
A. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah kata yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Belajar
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan dalam menuntut
ilmu di lembaga pendidikan formal. Ada banyak pengertian belajar yang diberikan
oleh para ahli psikologi dan pendidikan, masing-masing dari mereka memberikan
rumusan yang berbeda sesuai dengan bidang keahliannya.
Belajar menurut James O. Wittaker menyatakan bahwa Belajar sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.1 Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu,
yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. Menurut Morgan Belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman.2 Belajar tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak
tetapi perilaku yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Perubahan yang terjadi
karena pengalaman akan membedakan dengan perubahan lain yang disebabkan
oleh perubahan fisik, baik karena pengaruh obat-obatan atau penyakit tertentu.
Selain itu menurut Drs. Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.3 Tujuan belajar dari pengertian ini prinsipnya sama yaitu
memperoleh suatu perubahan dalam tingkah laku, akan tetapi cara atau usaha
pencapaiannya berbeda. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara
1

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet.II, h.12
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Problematika
Belajar Dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet.VIII, h.13
3
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,h.13
2

individu dengan lingkungan, dalam interaksi ini terjadi serangkaian pengalamanpengalaman belajar.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses atau rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan berupa penambahan pengetahuan sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Seseorang dikatakan belajar jika setelah
aktifitas belajar orang tersebut memperoleh perubahan dalam dirinya yaitu dengan
kepemilikan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan sikap baru. Perubahan
yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek
kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku dan bersifat permanen, perubahan
akibat minum-minuman atau kecelakaan yang sifatnya perubahan fisik bukanlah
kategori belajar yang dimaksud.
Sedangkan pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.
Menurut Dimyati dan Mudjiono Pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. 4 Pembelajaran berbeda
dengan mengajar. Mengajar yaitu mentransfer ilmu dari seorang guru kepada
muridnya, murid secara pasif menerima informasi yang disampaikan oleh guru
sedangkan dalam proses pembelajaran sumber belajar tidak hanya dari guru
semata, siswa belajar secara aktif mencari dan menemukan pengetahuan sendiri
baik dari buku pelajaran, teman atau pun lingkungan. Dalam pembelajaran ada
tiga komponen yang saling berinteraksi yaitu guru (pendidik), siswa (peserta
didik) dan kurikulum. Ketiga komponen ini saling melengkapi guna mencapai
tujuan pembelajaran itu sendiri.
Dalam pembelajaran berdasarkan paham konstruktivisme guru bukan
mentransfer pengetahuan dalam bentuk jadi akan tetapi guru membantu siswa
membentuk pengetahuannya. Dalam teori ini siswa memegang peranan yang

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, h.62

sangat penting, siswa dituntut untuk aktif mencari dan menemukan pengetahuan
sendiri dari apa yang dialaminya.
Ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme menurut Driver dan Bell adalah
sebagai berikut:5
1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan
2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa
3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi
secara personal
4. Pembelajaran

bukanlah

transmisi

pengetahuan,

melainkan

melibatkan

pengaturan situasi kelas


5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari melainkan seperangkat pembelajaran,
materi dan sumber.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa,
sehingga terjadi transfer pengetahuan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik. Dalam prosesnya siswa diposisikan sebagai subjek yang terlibat aktif
dalam pembentukan pengetahuan.
2. Pengertian dan Karakteristik Matematika
Matematika dikenal sebagai suatu ilmu pengetahuan yang abstrak, yang
dapat dipandang sebagai menstrukturkan pola berpikir yang sistematis, kritis,
logis, cermat dan konsisten.6 Dikatakan abstrak karena konsep, pengertian dan
definisi yang ada di dalamnya terdiri atas gagasan yang bersifat abstrak atau tidak
nyata. Matematika juga dikenal sebagai disiplin ilmu yang penalarannya bersifat
deduktif, artinya pola penalarannya berlangsung dari hal-hal yang bersifat umum
menuju ke hal-hal yang khusus.

Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual


Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2009), cet ke-II, h. 92
6
Tim Penulis PEKERTI bidang MIPA, Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat
Pembelajaran Matematika diperguruan Tinggi, (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001),
h.5

10

Ada beberapa ciri-ciri/karakteristik matematika, yaitu sebagai berikut:7


a. Adanya dua komponen yang saling berkaitan erat dan sama pentingnya dalam
matematika yaitu materi dan pola berpikir (penalaran). Mempelajari
matematika dilakukan dengan mengikuti pola pikir matematika, dan pola pikir
matematika hanya dapat dipelajari dan dilatihkan melalui mempelajari materi
matematika
b. Pengembangan teori matematika dilakukan dengan pola berpikir deduktif dan
induktif, serta menggunakan berbagai teknik dan metode matematika
c. Sekalipun abstrak, berbagai konsep matematika merupakan pengabstrakan
situasi nyata atau ditimbulkan oleh kebutuhan penyelesaian permasalahan
dalam situasi nyata.
d. Aspek teori dan aspek penerapan adalah dua aspek matematika yang sangat
berkaitan erat
e. Dalam teori matematika terdapat rantai-rantai konsep yang tidak dapat diputus
begitu saja
f. Adanya keterkaitan antara suatu pelajaran matematika dengan pelajaran
matematika lainnya.

3. Pengertian Pembelajaran Matematika


Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru
mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya yang
di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa tentang
matematika yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan
siswa dan antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut.
Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai
dalam belajar matematika mulai dari SD sampai SMA, adalah sebagai berikut:8

Tim Penulis PEKERTI bidang MIPA, Hakikat Pembelajaran MIPA h.14-15


Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran MATEMATIKA, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007), h.9.5-9.6
8

11

a. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan


keterkaitan antar konsep (koneksi matematika) dan mengaplikasikan konsep
atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan
masalah.
b. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.
c. Menggunakan penalaran pada pola, sifat, atau melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dalam pernyataan matematika.
d. Menunjukkan

kemampuan

strategis

dalam

membuat

(merumuskan),

menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan


masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Cobb mengatakan bahwa dari perspektif konstruktivis belajar matematika
bukanlah suatu proses pengepakan pengetahuan secara hati-hati melainkan
tentang mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas
termasuk aktivitas dan konseptual. Cobb juga mengatakan belajar matematika
merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
matematika.9
Implementasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, menurut
Hanburry mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran
matematika, yaitu: (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan
cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) matematika menjadi lebih
bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa
mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan
ilmu pengetahuan dengan temannya.10

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI,


2003), h.76
10
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan individual
Siswa,, h.94

12

B. Pembelajaran Terpadu Model Connected


1. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan
beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Menurut Beans (Udin: 2006)
pembelajaran terpadu berasal dari kata integrated teaching and learning atau
integrated curriculum approach yang dikemukakan oleh John Dewey sebagai
usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan
kemampuan pengetahuannya.11 Hadisubroto (Trianto: 2010) mengatakan bahwa
Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu
pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan
lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara
spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan
dengan beragam belajar anak, maka pembelajaran akan lebih bermakna.12
Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan
dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan nyata yang menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka
pahami. Pembelajaran terpadu dikembangkan menurut paham konstruktivisme
yang menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan
pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Dalam pembelajaran
terpadu, guru berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktifitas belajar. Selain itu menurut
Ujang Sukandi mengatakan bahwa Pembelajaran terpadu pada dasarnya
dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa
mata pelajaran dalam satu tema.13 Tema yang digunakan harus aktual, dekat
dengan dunia siswa dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini

11

Udin Syaefuddin Saud, dkk, Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: UPI Press, 2006), h.4
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta:Bumi Aksara, 2010), h.56
13
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, h.56
12

13

menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran. Halhal yang harus diperhatikan dalam pemilihan tema adalah sebagai berikut:14
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b. Tema harus bermakna, yaitu harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar
selanjutnya.
c. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis siswa.
d. Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak, agar siswa
termotivasi untuk belajar.
e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik
yang terjadi selama belajar.
f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku
serta harapan masyarakat (asas relevansi).
g. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber
belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah
mengelola pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata
pelajaran dalam satu topik pembicaraan yang disebut tema.

2. Urgensi Pembelajaran Terpadu


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan suatu
kurikulum yang memberikan kesempatan penuh kepada sekolah untuk merancang
dan merencanakan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan
sekolah tersebut, pemerintah hanya menetapkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang merupakan hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian ulang
dari kurikulum sebelumnya. Dengan adanya kurikulum ini diharapkan peserta
didik mempunyai kompetensi yang siap pakai dan dapat bersaing dimasa
mendatang.

14

Asep Herry Hernawan, dkk, Materi Pokok Pembelajaran Terpadu di SD Modul 1-6,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h.1.14

14

Pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi


kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan,
terutama pada jenjang Pendidikan Dasar, mulai dari tingkat Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) maupun Sekolah Menengah Pertama
(SMP/MTS) tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan pada
tingkat Pendidikan Menengah Umum (SMA/MA) maupun Pendidikan Menengah
Kejuruan (SMK/MAK) hal ini tergantung pada kecenderungan materi yang akan
dipadukan dalam suatu tema tertentu. Pembelajaran terpadu dikemas dengan tema
atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau
disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal oleh siswa. Konsep atau
tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian sehingga konsep yang dipelajari
oleh siswa bersifat menyeluruh dan bermakna. Pembelajaran terpadu memiliki arti
penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:15
a. Dunia anak adalah dunia nyata
Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata.
Dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak melihat pelajaran berdiri sendiri,
akan tetapi suatu kesatuan yang utuh. Mereka melihat objek atau peristiwa
yang di dalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran.
Misalnya saat mereka belanja di pasar mereka akan dihadapkan dengan suatu
perhitungan (Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar
menawar (Bahasa Indonesia), harga yang naik turun (IPS), dan beberapa mata
pelajaran lain.
b. Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/objek
lebih terorganisir
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu objek sangat
bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Masing-masing
anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru, dan orang
tua memberikan kemudahan sehingga peristiwa belajar dapat berlangsung.
Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan
dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
15

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, h. 59-60

15

c. Pembelajaran akan lebih bermakna


Pembelajaran akan bermakna jika pelajaran yang sudah dipelajari siswa dapat
dimanfaatkan untuk mempelajari materi selanjutnya. Pembelajaran terpadu
sangat berpeluang untuk memanfaatkan pengetahuan sebelumnya. Inilah
kelebihan

dari

pembelajaran

terpadu.

Pembelajaran

terpadu

mampu

memadukan konsep yang satu dengan yang lainnya, pengetahuan yang sudah
dimilikinya

dengan

pengetahuan

yang

baru

diperolehnya,

sehingga

pembelajaran akan semakin bermakna.


d. Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
Pengajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah
sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran pendidikan itu
meliputi sikap (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah),
keterampilan

(memperoleh,

memanfaatkan,

dan

memilih

informasi,

menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan), dan ranah kognitif


(pengetahuan).
e. Memperkuat kemampuan yang diperoleh
Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat
kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain, sehingga pembentukan
konsep akan semakin baik.
f. Efisiensi waktu
Guru dapat menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak
hanya siswa, guru pun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep
sulit yang akan diajarkan.

3. Tujuan Pembelajaran Terpadu


Pendekatan terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat:16

16

Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran


Terpadu, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Pusat Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG) Matematika, 2004), h. 4

16

a. Dengan adanya keterpaduan antara berbagai konsep, maka pembelajaran


terpadu diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya
secara lebih bermakna
b. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan
informasi
c. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur
yang diperlukan dalam kehidupan
d. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain
e. Dengan menggunakan tema yang dekat dengan kehidupan siswa, pembelajaran
terpadu diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
f. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

4. Karakteristik Pembelajaran Terpadu


Adapun karakteristik dari pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:17
a. Holistik
Gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran
diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak. Fokus pembelajaran diarahkan kepada tematema yang paling dekat yang berkaitan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran
terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran
dari berbagai sisi. Hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak di
dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
b. Bermakna
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembelajaran terpadu mengkaji
suatu topik dari berbagai aspek, dalam prosesnya konsep-konsep yang saling
berkaitan dipadukan sehingga memungkinkan terbentuknya semacam jalinan
antar konsep yang saling berhubungan yang disebut dengan skemata. Hal ini
akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari dan
pemahaman yang semakin utuh, selain itu juga akan mengakibatkan pada
17

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, h.61-63

17

pembelajaran yang fungsional, siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya


untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata yang muncul di dalam
kehidupannya.
Hasil yang nyata yang didapat dari segala konsep yang diperoleh dan
keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari mengakibatkan
kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.
c. Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung
prinsip dan konsep yang ingin dipelajari. Hal ini disebabkan di dalam belajar
mereka melakukan kegiatan secara langsung, mereka memahami dari hasil
belajar mereka sendiri, hasil interaksinya terhadap fakta dan peristiwa bukan
sekedar hasil pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh
siswa sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya dalam pembelajaran IPA hukum
pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih
banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang memberikan
kemudahan dalam belajar dan memberi bimbingan arah mana yang harus
dilalui siswa dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai
tujuan tersebut. Sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan
pengetahuan. Dengan adanya pengalaman langsung ini siswa dihadapkan pada
suatu yang nyata/konkret sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
d. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran
baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosional guna tercapainya hasil
belajar yang lebih optimal. Siswa diberi kesempatan yang luas untuk aktif
dalam melakukan aktivitas pengumpulan sumber belajar atau informasi yang
diperlukan guna menunjang dan mendukung topik pembelajaran. Dengan
demikian aktivitas belajar dapat sepenuhnya mengarah kepada proses
pembelajaran yang berbasis si-pembelajar sendiri (student centered) bukan lagi
berbasis pada guru (teacher centered). Pembelajaran terpadu juga harus
mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka

18

termotivasi untuk belajar secara terus menerus. Pembelajaran terpadu bukan


semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran
yang saling berkaitan akan tetapi pembelajaran terpadu juga harus bisa
mewadahi pertimbangan-pertimbangan di atas. Pembelajaran terpadu bisa
dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspekaspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan
tema tersebut.

5. Pembelajaran Terpadu Model Connected


Istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan sebuah kegiatan.18 Joyce mengemukakan
bahwa:
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
computer, kurikulum, dan lain-lain.19
Arends mengemukakan bahwa Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuantujuan pengajaran, sintaksnya, lingkungannya, dan system pengelolaannya.20
Dari definsi-definisi yang dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk
kepada pendidik di kelas dalam pengaturan pengajaran ataupun pengaturan
lainnya.
Pembelajaran terpadu model connected adalah salah satu model
pembelajaran terpadu yang dikembangkan di Indonesia, dimana model ini
mengintegrasikan antara materi/konsep yang satu dengan materi/konsep yang lain
tetapi dalam satu mata pelajaran. Hadisubroto mengemukakan bahwa:
18

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, h.175


Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana,
2010), Cet. II. h.22
20
Trianto, Mendesain Model ..., (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. II. h.22
19

19

Pembelajaran terpadu model terkait adalah pembelajaran yang dilakukan


dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok bahasan
berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain,
mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, dan dapat
juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari
berikutnya dalam suatu bidang studi.21
Model ini dilandasi anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat
dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Model ini mengaitkan
sejumlah konsep-konsep pada satu KD (Kompetensi Dasar) dengan konsepkonsep yang ada pada KD yang lainnya. Kaitan-kaitan yang terjadi dapat
secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Disini guru harus jeli dalam
memadukan konsep-konsep atau topik-topik yang saling berkaitan dan harus
mampu merancang kegiatan pembelajaran yang berpusat pada kebutuhan dan
kesiapan anak. Dengan adanya pemaduan ini konsep dari suatu pelajaran akan
semakin utuh, bermakna dan efektif.

KD, indikator
dan konsep

KD, indikator dan


konsep
KD, indikator
dan konsep

KD, indikator
dan konsep

Gambar 2.1
Pola keterhubungan menurut Fogarty22
21

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, h.39- 40


Suyono, dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu SMP Berbasis
Eksplorasi Alam dalam Laporan Universitas Negeri Surabaya, April, 2009, h.13
22

20

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu model


connected

adalah

model

pembelajaran

terpadu

yang

secara

sengaja

menghubungkan unsur-unsur yang terkait dalam satu bidang studi, unsur-unsur


tersebut dapat berupa konsep, topik, prinsip atau keterampilan. Selain itu juga
pembelajaran terpadu harus mampu mengakomodir kebutuhan siswa.
Pembelajaran terpadu model connected memiliki keunggulan dibanding
dengan model pembelajaran lain, Beberapa keunggulan pembelajaran terpadu
model connected menurut Fogarty, antara lain sebagai berikut:23
1. Dengan pengintegrasian ide-ide interbidang studi, maka siswa mempunyai
gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu
aspek tertentu
2. Siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus,
sehingga terjadi proses internalisasi
3. Mengintegrasikan ide-ide dalam interbidang studi memungkinkan siswa
mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki serta mengasimilasi ide-ide
dalam memecahkan masalah.
Selain itu Hadisubroto mengemukakan bahwa keunggulan dari model
connected adalah: (a) adanya hubungan atau kaitan antara gagasan-gagasan di
dalam satu bidang studi, murid-murid mempunyai gambaran yang lebih
komprehensif dan beberapa aspek tertentu mereka pelajari secara lebih mendalam;
(b) konsep-konsep kunci dikembangkan dengan waktu yang cukup sehingga lebih
dapat dicerna oleh murid-murid; (c) kaitan-kaitan dengan sejumlah gagasan di
dalam satu bidang studi memungkinkan murid untuk dapat mengkonseptualisasi
kembali dan mengasimilasi gagasan secara bertahap; (d) model connected tidak
menggangu kurikulum yang berlaku.24

23

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, h.40-41


Tisno Hadi Subroto dan Ida Siti Herawati, Pembelajaran Terpadu, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2002), h. 1.22
24

21

6. Langkah-langkah (Sintaks) Pembelajaran Terpadu Model connected


Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu mengikuti tahaptahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian.25 Pembelajaran
terpadu juga dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran lain seperti model
pembelajaran langsung (direct instructions), model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) maupun model pembelajaran berdasarkan masalah
(problem based learning).
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan harus direncanakan sebaik mungkin sesuai dengan kondisi
dan potensi siswa. Pada tahap ini dilakukan pemetaan kompetensi dasar dan
indikator yang dianggap dapat dipadukan satu sama lain, selain itu pada tahap
ini

disusun

pembelajaran

silabus
terpadu.

dan

Rencana

Pelaksanaan

Langkah-langkah

dalam

Pembelajaran

(RPP)

pengembangan

tahap

perencanaan secara terperinci dijelaskan sebagai berikut:


Langkah 1:
Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
matematika yang akan dihubungkan.
Langkah 2:
Mempelajari standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari pokok
bahasan yang akan dihubungkan. Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas
standar kompetensi dan kompetensi dasar pada sub pokok bahasan yang
memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu, kegiatan dilanjutkan dengan
mempelajari materi pokok yang telah ditetapkan pada setiap kompetensi dasar
yang bisa dihubungkan.
Langkah 3:
Membuat bagan matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik
pemersatu. Bagan keterhubungan dalam hal ini untuk menunjukkan kaitan atau
jaringan tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan.

25

Udin Syaefuddin Saud, dkk, Pembelajaran Terpadu, , h.54-58

22

Langkah 4:
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terpadu model terkait.
RPP tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah
ditentukan pada silabus pembelajaran. Dalam RPP model terkait KD dan
indikator yang hendak dicapai tidak hanya dari satu materi pokok pembahasan,
akan tetapi dihubungkan dengan KD dan indikator dari pokok pembahasan
materi yang lain, selain itu harus dicantumkan tema yang akan digunakan.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan mencakup pendekatan metode atau cara yang dapat
digunakan

dalam

pembelajaran

terpadu

yang meliputi

(1)

kegiatan

pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir/tindak lanjut.


1) Kegiatan pendahuluan
Kegiatan Pendahuluan berfungsi untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa belajar dengan baik.
Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya menciptakan kondisi-kondisi
awal pembelajaran yang kondusif, melakukan apersepsi, dan pre-test.
Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara memeriksa
kehadiran siswa, menumbuhkan kesiapan belajar siswa, menciptakan
suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar siswa,
dan membangkitkan perhatian siswa. Melakukan apersepsi dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang telah
dipelajari sebelumnya. Melaksanakan pre-test atau penilaian awal dapat
dilakukan dengan cara lisan kepada beberapa siswa yang dianggap mewakili
seluruh siswa, atau bisa juga dipadukan dengan kegiatan apersepsi.
2) Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh
guru yaitu memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai
dan menyampaikan kegiatan belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik.
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu penyajian
harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep di bidang

23

kajian yang satu dengan konsep di bidang kajian lainnya. Selain itu seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembelajaran dapat direduksi
dengan model pembelajaran lain, maka pada kegiatan inti ini guru dapat
mereduksinya dengan model pembelajaran lain yang bervariasi dan
menggunakan media yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
3) Kegiatan akhir/tindak lanjut
Dalam kegiatan penutup dapat dilakukan beberapa kegiatan yaitu,
menyimpulkan kembali materi yang telah diajarkan, melakukan tindak
lanjut seperti pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan siswa di
rumah, dan memberikan evaluasi lisan atau tertulis.
c. Tahap penilaian
Tahap penilaian dalam pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap
proses dan hasil belajar siswa. penilaian proses belajar adalah upaya pemberian
nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa,
sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasilhasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Dari segi
alatnya jenis penilaian dalam pembelajaran terpadu terdiri dari tes dan non tes.
Penilaian non tes dapat diperoleh dari portofolio, hasil karya, dan penugasan.

C. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran

konvensional

adalah

sebuah

pembelajaran

yang

menempatkan seorang guru sebagai inti dalam keberlangsungan proses belajarmengajar. Sedangkan peran siswa dapat dikatakan pasif. Guru memegang peranan
penting dalam proses belajar mengajar karena guru harus menjelaskan materi
secara panjang lebar untuk menjamin materi tersebut dapat dipahami oleh semua
peserta pembelajaran, dan tugas siswa adalah menangkap isi dan mencatatnya
serta bertanya apabila ada hal yang kurang dipahami. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Philip R. Wallace

yang menyatakan Pendekatan konvensional

memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya


guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan

24

kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima.26 Hal tersebut
senada dengan apa yang disampaikan oleh Andrias Harefa yang menyebutkan
bahwa pembelajaran konvensional merupakan pendidikan gaya bank, dimana
guru mengajar, murid belajar; guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa; guru
berfikir, murid dipikirkan; guru bicara murid mendengarkan; guru mengatur,
murid diatur; guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti; guru
bertindak, murid membayangkan bagaimana guru bertindak sesuai dengan
tindakan gurunya; guru memilih apa yang diajarkan, murid menyesuaikan diri;
guru adalah subjek proses belajar, murid adalah objeknya.27
Pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model klasikal. Pembelajaran model klasikal sering kita temui pada kegiatan
pembelajaran sehari-hari di sekolah, dimana jumlah siswa dalam satu kelas
biasanya berkisar antara 30 sampai 40 orang. Dalam pembelajaran model klasikal
guru sangat mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran, mulai
dari banyaknya materi yang akan diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan
guru mengajar dan hal-hal lainnya semua ditentukan oleh guru dan murid harus
tunduk pada apa yang telah ditetapkan.
Adapun prosedur pelaksanaan pembelajaran model klasikal adalah
sebagai berikut:28
1. Guru menjelaskan materi matematika
2. Guru memberikan contoh penggunaan rumus matematika
3. Guru memberikan beberapa soal sebagai latihan kepada siswa
4. Guru meminta siswa menuliskan hasil pekerjaannya di depan kelas
Pembelajaran model klasikal mengasumsikan para siswa mempuyai
minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Kondisi belajar siswa secara
individual baik menyangkut kecepatan belajar, kesulitan belajar dan minat belajar
sulit untuk diperhatikan guru. Pada umumnya guru dalam menentukan kecepatan
26

Sunarto, Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik namun Paling Disukai,


http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritiknamun-paling-disukai/ , 9 April 2011
27
Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta: Kompas, 2000), Cet.I, h.11
28
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,, h.256-257

25

penyajian dan tingkat kesukaran materi kepada siswanya berdasarkan pada


informasi kemampuan siswa secara umum.
Menurut Erman Suherman kelemahan dari pembelajaran model klasikal
adalah:29
1. Proses pembelajaran yang berlangsung membuat siswa menjadi bosan dan
pasif, karena siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep
yang diajarkan. Siswa hanya aktif membuat catatan saja.
2. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu
menguasai bahan yang diajarkan.
3. Pengetahuan yang diperoleh tidak membekas dan lebih cepat terlupakan.
4. Proses pembelajaran yang berlangsung menyebabkan siswa menjadi belajar
menghafal (rote learning) yang tidak menimbulkan pemahaman.

D. Pemahaman Konsep Matematika


1. Pengertian Pemahaman Konsep
Menurut Rosser konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas
objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang
mempunyai atribut-atribut yang sama.30 Sedangkan menurut Zacks & Tversky
(John: 2008) mengemukakan bahwa Konsep adalah kategori-kategori yang
mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti
umum.31 Kita menyatakan suatu konsep dengan menyebut nama misalnya
buku, yaitu lembaran-lembaran kertas dengan ukuran yang sama yang disatukan
atau dijilid, dan berisi huruf cetak dan gambar dalam urutan-urutan yang
mengandung arti. Atau contoh lain misalnya siswa, yaitu orang-orang yang
berkumpul dalam satu tempat yang melakukan proses belajar. Konsep membantu
murid menyederhanakan dan meringkas informasi, dan meningkatkan efisiensi
memori, komunikasi dan penggunaan waktu mereka.
29

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,, h.202


Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 80
31
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psychology oleh Tri
Wibowo B.S, (Jakarta:Kencana Prenada Media Grup, 2008), cet.II, h.352
30

26

Konsep

dalam

matematika

adalah

suatu

ide

abstrak

yang

memungkinkan orang dapat mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwaperistiwa dan menentukan apakah objek atau peristiwa itu merupakan contoh atau
bukan contoh dari ide abstrak tersebut.32 Konsep dalam matematika dapat
diperkenalkan melalui definisi, gambar/gambaran/contoh, model/peraga.
Contohnya trapesium adalah segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar, atau
contoh lain bilangan genap diungkap dengan definisi bilangan yang merupakan
kelipatan 2.
Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam menangkap makna dan
arti dari bahan yang dipelajarinya. Pemahaman mengacu pada kemampuan untuk
mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan
memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari.33 Pemahaman bukan
hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan dengan kemampuan
menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau
arti suatu konsep.34 Bloom menyatakan Pemahaman adalah kemampuan untuk
memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan
ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide
itu secara mendalam.35 Seseorang dikatakan memiliki pemahaman apabila
dihadapkan pada sesuatu yang harus dikomunikasikan, maka dia diperkirakan
mengetahui apa yang harus dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide yang
termuat didalamnya, selain itu dia dapat menjelaskan kembali tentang suatu hal
dengan kata-kata sendiri yang berbeda dari yang terdapat dalam buku teks, dan
juga

dapat

menginterpretasikan

atau

membuat

kesimpulan

dari

hasil

pemahamannya. Contoh menerjemahkan suatu bahan dari bentuk yang satu ke


bentuk yang lain, menafsirkan bagan, menerjemahkan bahan verbal ke rumus
matematika.

32

Sri Anitah W dan Janet Trineke Manoy, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008), Cet. III, h.7.6
33
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,, h.157
34
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2010), Cet.III h.126
35
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h.69

27

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan


salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk
memahami yang berarti mengetahui sesuatu hal dan melihatnya dari berbagai sisi.
Pada tingkatan ini selain hafal siswa juga harus memahami makna yang
terkandung, misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan
grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan
kata-kata sendiri.
Pemahaman

konsep

adalah

kemampuan

seseorang

untuk

menghubungkan konsep atau fakta sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya


serta mampu menangkap makna suatu konsep dari apa yang telah dipelajarinya
dengan cara menguraikan kembali apa yang telah didapatkannya ke dalam bentuk
lain.

2. Indikator Pemahaman Konsep


Benjamin Bloom membedakan pemahaman ke dalam tiga kategori yaitu
menerjemahkan (translation), penafsiran (interpretation), dan ekstrapolasi
(extrapolation).36
a. Penerjemahan (translation) adalah kemampuan yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menerjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk
matematika misalnya menyebutkan variabel-variabel yang diketahui dan
ditanyakan, kemampuan menerjemahkan dari bentuk simbolik ke bentuk lain
atau sebaliknya,

kemampuan menerjemahkan dari lambang ke arti yang

dimaksud. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya adalah


menerjemahkan, mengubah dan menyajikan.
b. Penafsiran (interpretation) yaitu kemampuan untuk memahami pemikiran dari
suatu bahan bacaan, kemampuan untuk membedakan antara kesimpulan yang
diperlukan, yang tidak beralasan atau yang bertentangan yang diambil dari
sebuah data, kemampuan untuk menafsirkan berbagai jenis data, dan
kemampuan untuk menjelaskan makna yang terdapat di dalam symbol,
36

A Committee of College and University Examiners, TAXONOMY OF


EDUCATIONAL OBJECTIVES The Classification of Educational Goals HANDBOOK|
COGNITIVE DOMAIN, (London: Longman Group LTD, 1979), h.89-96

28

kemampuan dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan


dalam menyelesaikan soal. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya
adalah menjelaskan, menggambarkan, membedakan dan menginterpretasikan.
c. Ekstrapolasi (extrapolation) yaitu kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep

dalam

perhitungan

matematis,

kemampuan

untuk

melihat

kecenderungan atau arah atau kelanjutan dari suatu temuan, dan kemampuan
menyimpulkan sesuatu yang telah diketahuinya. Kata kerja operasional yang
digunakan

diantaranya

adalah

menemukan,

memperhitungkan

dan

menyimpulkan.
Dalam mempelajari matematika, seseorang harus berpikir secara logis
dan sistematis, karena hakikat matematika yaitu suatu ilmu pengetahuan yang
abstrak, yang dapat dipandang sebagai menstrukturkan pola berpikir yang
sistematis, kritis, logis, cermat dan konsisten. Oleh karenanya dalam menanamkan
konsep matematika biasanya dimulai dari konsep yang lebih sederhana kepada
konsep yang lebih rumit. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat
sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya sehingga
pemahaman konsep di awal itu sangat penting karena pemahaman konsep yang
salah akan berakibat fatal dalam pengembangan selanjutnya.
Ada beberapa tingkat penguasaan konsep dalam matematika, yaitu
sebagai berikut:37
a. Kemampuan mengucapkan konsep dengan tepat dan benar. Kemampuan ini
termasuk kemampuan yang paling rendah, meliputi kemampuan menghafalkan
suatu definisi, aksioma, teorema, dan sebagainya.
b. Kemampuan menjelaskan konsep dengan kalimat dan kata-kata sendiri,
Kemampuan ini menunjukkan pemahaman yang baik. Ungkapan ini mungkin
kurang begitu tajam atau bahkan tidak begitu tepat, tetapi harus benar dan
dapat memberikan gambaran yang cukup jelas.
c. Kemampuan mengidentifikasi sesuatu yang diberikan apakah sesuai atau tidak
dengan konsep tersebut dan juga kemampuan menggunakan atau tidak
37

Tim Penulis PEKERTI bidang MIPA, Hakikat Pembelajaran MIPA h.8-9

29

menggunakan konsep pada tempat atau situasi yang benar dan mencari contohcontohnya.
d. Kemampuan

menginterpretasikan

suatu

konsep,

yaitu

menunjukkan

interpretasi konsep di lingkungan matematika, di luar matematika atau dalam


kehidupan sehari-hari
e. Kemampuan menerapkan konsep baik dalam bidang matematika ataupun di
luar bidang matematika
f. Kemampuan

mengembangkan

konsep,

yaitu

kemampuan

untuk

menggeneralisasi, pengembangan sifat dan perilaku konsep tersebut.


g. Kemampuan berkomunikasi matematika yaitu kemampuan menyajikan
pendapat atau hasil pemikiran matematika dengan tepat dan benar, dan
kemampuan mengkomunikasikan matematika pada pengguna, sebagai kunci
penerapan matematika.
Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep, paling
tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya, yaitu:38
a. Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya
b. Ia dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut
c. Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dan yang bukan contoh
d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan
konsep tersebut
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini
pemahaman konsep yang digunakan adalah pemahaman yang dikemukakan oleh
Bloom yaitu translation, interpretation dan extrapolation.

E. Hasil Penelitian yang Relevan


Adapun penelitian yang relevan diantaranya Nurfarida Fikrotushohihah
(2010) Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Terkait (Connected) Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa (Penelitian Eksperimen Pada Siswa Kelas VII

38

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:


Bumi Aksara, 2005), Cet.IV, h.166

30

SMP Negeri 13 Depok). Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah


Jakarta. Hasil penelitian, pada taraf signifikansi = 5%, menunjukkan bahwa
rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan Pembelajaran Terpadu Model
Terkait (Connected) lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan
Pembelajaran Konvensional.

F. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan yang amat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Dengan belajar kita dapat memperoleh sejumlah
kecakapan baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Belajar meliputi beberapa komponen yaitu siswa, guru dan kurikulum.
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi berlangsungnya
proses belajar mengajar. Guru harus mampu menjalankan fungsinya sebagai
fasilitator yang memberikan fasilitas belajar kepada siswa dan harus mampu
mendesain pembelajaran sebaik mungkin sehingga diperoleh hasil pembelajaran
yang optimal.
Akan tetapi, proses pembelajaran yang berlangsung saat ini pada
umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran
masih berpusat pada guru, siswa diposisikan sebagai objek, siswa dianggap tidak
tahu atau belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai yang
mempunyai pengetahuan. Pembelajaran yang berlangsung kurang memberikan
makna kepada siswa karena guru memberikan materi pelajaran dalam bentuk jadi,
selain itu, materi yang dipelajari terkesan terpisah-pisah, guru kurang mampu
mengaitkan dengan materi lain yang bisa menunjang pemahaman siswa. Siswa
kurang diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan secara langsung mencari
pengetahuan sendiri, siswa hanya pasif menerima penjelasan guru dan menghafal
rumus-rumus, akibatnya siswa kurang memahami konsep-konsep yang diajarkan
oleh guru. Padahal proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau
fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep
untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan
dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Oleh karena itu, seorang guru

31

harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah


dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep
tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan melalui penerapan
pembelajaran yang tepat.
Pembelajaran terpadu model terkait (connected) adalah salah satu model
pembelajaran yang menyajikan materi dengan cara menghubungkan satu topik ke
topik yang lain, satu konsep ke konsep yang lain, satu keterampilan ke
keterampilan yang lain tetapi masih dalam satu mata pelajaran. Kaitan-kaitan yang
diadakan dapat secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan adanya
kaitan ini maka pembelajaran akan semakin bermakna dalam arti pemahaman
siswa akan suatu konsep akan lebih mendalam.

G. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan landasan teori yang
telah diuraikan di atas, maka rumusan hiptesis yang akan diuji dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: Pemahaman konsep matematika siswa yang
diterapkan pembelajaran terpadu model terkait (connected) lebih tinggi dari pada
pemahaman

konsep

konvensional.

matematika

siswa

yang

diterapkan

pembelajaran

32

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Muhamadiyah 22 Setiabudi
Pamulang di kelas VII semester genap (2) tahun ajaran 2010-2011, pada bulan
Januari-Februari tahun 2011.

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen, yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan
pengontrolan penuh terhadap variabel dan kondisi eksperimen. Penelitian ini
menggunakan dua kelompok sampel yaitu sebagai berikut:
1. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran terpadu model connected
2. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan pembelajaran konvensional
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian adalah Randomized
Two-Group Design Posttest Only. Rancangan penelitian tersebut dinyatakan
sebagai berikut:1
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
Kelompok

Treatment

Tes Akhir

R (E)

X1

R (K)

X2

Keterangan:
R

: Proses pemilihan subyek secara random

: Kelompok Eksperimen

Liche Seniati dkk, Psikologi Eksperimen, (Jakarta: Indeks, 2005), h. 127

32

33

: Kelompok Kontrol

X1

: Perlakuan pada kelompok eksperimen

X2

: Perlakuan pada kelompok kontrol

: Tes akhir yang sama pada dua kelompok

C. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek atau objek yang menjadi sasaran
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Muhamadiyah 22 Setiabudi Pamulang yang terdaftar di sekolah tersebut pada
semester genap tahun ajaran 2010/2011.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Cluster Random Sampling dengan
mengambil dua kelas secara acak dari 4 kelas yang memiliki karakteristik yang
sama dalam hal umur mental dan rata-rata kemampuan kelasnya. Dari dua kelas
yang terambil tersebut satu kelas akan menjadi kelas eksperimen yaitu kelas VII.3
yang berjumlah 29 orang dan satu kelas lagi akan menjadi kelas kontrol yaitu
kelas VII.1 yang berjumlah 24 orang.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes hasil belajar dalam
bentuk essay yang berjumlah 7 dari 10 soal yang direncanakan yang mengukur
tingkat pemahaman konsep matematika siswa. Instrumen penelitian pemahaman
konsep tersebut dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu
membuat definisi konsep, definisi operasional, kisi-kisi instrument dan uji coba
instrument penelitian.

34

1. Definisi Konseptual
Secara konseptual pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti dan
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti
dari bahan maupun materi yang dipelajari.2 Dalam penelitian ini, indikator
pemahaman konsep yang digunakan adalah pemahaman yang dikemukakan
oleh Bloom yaitu translation, interpretation dan extrapolation.
2. Definisi Operasional
Secara operasional pemahaman konsep matematika adalah skor pemahaman
konsep yang diperoleh siswa setelah proses belajar matematika. Dalam
penelitian ini skor pemahaman konsep matematika siswa diukur dengan
menggunakan tes berupa tes essay sebanyak 7 butir dimana masing-masing
butir diberi bobot maksimal 4. Pemberian skor ini mengacu kepada kriteria
pemberian skor menurut Cai, Lane & Jacabcsin yang disajikan dalam tabel di
bawah ini:3
Tabel 3.2
Kriteria Skor Pemahaman Konsep Matematika
Skor

Pemahaman

Level 4

Konsep terhadap soal matematika secara lengkap; penggunaan istilah dan


notasi matematika secara tepat; penggunaan algoritma secara lengkap dan
benar

Level 3

Konsep terhadap soal matematika hampir lengkap; penggunaan istilah dan


notasi matematika hampir benar; penggunaan algoritma secara lengkap;
perhitungan secara umum benar namun mengandung sedikit kesalahan

Level 2

Konsep terhadap soal matematika kurang lengkap; jawaban mengandung


perhitungan yang salah
Konsep terhadap soal matematika sangat terbatas; jawaban sebagian besar
mengandung perhitungan yang salah
Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal
matematika

Level 1
Level 0

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan


Problema Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet.VIII, h.157
3
Gusni Satriawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended untuk meningkatkan
Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP dalam ALGORITMA Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika, (Jakarta: CeMED Jurusan Pendidikan Matematika FITK
UIN Jakarta, 2006), h.112-113

35

3. Kisi-Kisi Instrument Penelitian


Kisi-kisi instrument dibuat dengan mengacu pada kompetensi dasar
yang ditetapkan. Adapun kisi-kisi instrument pemahaman konsep matematika
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Matematika
No
1.

2.

3.

Dimensi
Menerjemah-kan
soal ke dalam
bentuk gambar
(Translation)

Menafsirkan
gambar yang
disajikan
(Interpretation)

Menerapkan
konsep dalam
perhitungan
matematis
(Ekstrapolation)

Sub Indikator
1. Diberikan empat buah titik koordinat
kartesius. Siswa menentukan jenis bangun
datar tersebut
2. Disajikan sebuah ilustrasi soal cerita. Siswa
membuat gambar bangun segiempat dari
ilustrasi tersebut dan menyebutkan jenis
bangun yang dihasilkan dari gambar tersebut

No.
Soal
1a

1. Menentukan sifat-sifat yang dimiliki oleh


bangun yang tersaji dalam gambar

1b

2. Diketahui sebuah segitiga sembarang. Siswa


membuat gambar bangun segiempat yang
dihasilkan dari gabungan segitiga tersebut dan
bayangannya, kemudian menentukan jenis
bangun yang dihasilkan

1. Menentukan panjang alas jajar genjang jika


diketahui luas serta perbandingan alas dan
tinggi jajargenjang tersebut

2. Menghitung luas daerah yang diarsir dari


konsep layang-layang dan belah ketupat

3. Menentukan nilai x dan keliling persegi


panjang jika diketahui sisi dan luasnya

4. Menghitung keliling belah ketupat jika


diketahui salah satu diagonal dan luasnya

5.Menghitung luas daerah yang diarsir dari


konsep persegi panjang

6. Menghitung banyaknya persegi yang ada


dalam bentuk persegi panjang
7. Diketahui sebuah tanah berbentuk trapesium.
Siswa dapat menentukan luas trapesium dan
menghitung harga tanah tersebut
Jumlah

9
10a
10b
10

36

4. Uji Coba Instrumen Penelitian


Sebelum

instrument

digunakan,

instrument

terlebih

dahulu

diujicobakan kepada siswa yang bukan sampel penelitian. Uji coba instrument
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas instrument penelitian yang
akan digunakan. Instrument penelitian diuji dengan cara mengukur validitas,
taraf kesukaran, daya pembeda soal dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Salah satu ciri tes yang baik adalah apabila tes itu dapat tepat
mengukur apa yang hendak diukur atau istilahnya valid atau sahih. Pengujian
validitas ini menggunakan rumus Produk Momen Person, yaitu sebagai
berikut:4

Keterangan:
: banyaknya peserta tes
: Skor item ke- dimana = 1, 2, 3, 4, . . .
: skor total
: koefisien korelasi antara variabel dan
= , = , 2
Untuk menentukan kriteria uji instrumen, jika:
1) maka butir item tidak valid
2) > maka butir item valid
Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan = 31
dan taraf signifikan 5% diperoleh = 0,301. Dengan demikian soal

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, (Jakarta: Bumi


Aksara, 2008), cet.VIII, h. 72

37

dikatakan valid jika > 0,301. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat


pada lampiran 8.
Hasil uji coba dari 10 soal, diperoleh 7 soal yang valid, yaitu soal
nomor 1a, 1b, 3, 4, 6, 7, 9, 10a dan 10b.
b. Taraf Kesukaran
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran dari tiap
item soal apakah mudah, sedang, atau sukar. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:5
=

Keterangan:
= Taraf kesukaran
= Skor seluruh siswa peserta tes untuk setiap butir soal
= Jumlah skor maksimum yang mungkin diperoleh peserta
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Taraf Kesukaran
P

Klasifikasi

P = 0,00

Terlalu Sukar

0,00 < P 0,30

Sukar

0,30 < P 0,70

Sedang

0,70 < P < 1,00

Mudah

P = 1,00

Terlalu Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan uji taraf kesukaran, diperoleh 4 soal


yang termasuk dalam kriteria mudah yaitu nomor 4, 5, 8 dan no 9, soal dengan
kriteria sedang terdiri dari 5 soal yaitu 1a, 1b, 3, 6, 7, 10a dan 10b, sedangkan
5

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,, h.208

38

soal dengan kriteria sukar hanya 1 soal yaitu soal nomor 2. Perhitungan
lengkap taraf kesukaran tiap butir soal ini dapat dilihat pada lampiran 9.

c. Daya Pembeda Soal


Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:6
=

Keterangan :
= skor maksimum yang mungkin diperoleh peserta kelompok atas
= skor maksimum yang mungkin diperoleh peserta kelompok
bawah
= jumlah skor peserta kelompok atas
= jumlah skor peserta kelompok bawah
Tabel 3.5
Klasifikasi Daya Pembeda
D

Klasifikasi

0,00 < D 0,20

Jelek

0,20 < D 0,40

Cukup

0,40 < D < 0,70

Baik

0,70 < D < 1,00

Sangat Baik

D < 0,00

Tidak baik

Hasil perhitungan uji daya pembeda menunjukkan kriteria yang


berbeda-beda. Soal nomor 5 berkriteria tidak baik, soal berkriteria jelek yaitu
nomor 2 dan 8. Soal berkriteria cukup yaitu nomor 4 dan 9, soal berkriteria
6

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi ..., h.213

39

baik yaitu nomor 1a, 1b, 3, 6, 10a dan 10b. Sedangkan soal yang memiliki
kriteria daya pembeda yang baik sekali hanya 1 yaitu soal nomor 7.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, daya pembeda, dan taraf
kesukaran dari tiap butir soal, dapat dibuat rekapitulasi analisis butir soal
sebagai berikut:
Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda
Instrumen

No
Item

Validitas

Tingkat Kesukaran

Daya Pembeda
Kesimpulan

rhitung

Kriteria

Klasifikasi

Klasifikasi

1a

0,542

Valid

0.581

Sedang

0,406

Baik

Dipakai

1b

0,559

Valid

0,331

Sedang

0,469

Baik

Dipakai

0,234

Tidak valid

0,258

Sukar

0,188

Jelek

Tidak Dipakai

0,436

Valid

0,387

Sedang

0,406

Cukup

Dipakai

0,641

Valid

0,831

Mudah

0,281

Cukup

Dipakai

0,077

Tidak valid

0,798

Mudah

-0,031

Tidak Baik

Tidak Dipakai

0,501

Valid

0,540

Sedang

0,500

Baik

Dipakai

0,778

Valid

0,468

Sedang

0,750

Baik sekali

Dipakai

0,219

Tidak valid

0,766

Mudah

0,125

Jelek

Tidak Dipakai

0,464

Valid

0,774

Mudah

0,219

Cukup

Dipakai

10a

0,841

Valid

0,677

Sedang

0,688

Baik

Dipakai

10b

0,789

Valid

0,605

Sedang

0,563

Baik

Dipakai

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka hanya 7 soal yang akan


dijadikan instrument pengukur pemahaman konsep matematika.

40

d. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu
alat evaluasi atau tes dikatakan reliabel, jika tes tersebut dapat dipercaya,
konsisten atau stabil produktifnya, jadi yang diperhitungkan disini adalah
ketelitiannya. Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus Alpha Cronbach,7
yaitu:
11 =

2
2

Keterangan:
11 : reliabilitas yang dicari

: banyaknya butir soal valid


2 : jumlah varians skor tiap-tiap item

: varians total

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh = 0,725. Perhitungan


selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11. Berdasarkan klasifikasi tingkat
reliabilitas, instrumen tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

E. Teknik Pengumpulan Data


Terdapat beberapa tahap dalam pengumpulan data agar semua data dapat
diperoleh dengan baik dan lengkap. Tahapan pengumpulan data tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Sebelum tahap tes dilakukan, peneliti melakukan observasi untuk menentukan
kelas yang akan dijadikan objek penelitian serta menentukan kelas eksperimen
dan kelas kontrol
2. Memberikan treatment (perlakuan) kepada kelas yang akan dijadikan objek.
3. Memberikan tes-tes soal pada kedua kelas itu dengan soal yang sama
4. Menilai hasil tes yang diperoleh dari kedua kelompok diatas, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol terhadap pemahaman konsep matematika siswa

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi ,h. 109

41

pada pokok bahasan bangun datar segi empat, dan selanjutnya dilakukan
analisis data dan mempersiapkan laporan penelitian

F. Teknik Analisis Data


Uji hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t.
Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu
uji Chi Square8 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
2) Menentukan rata-rata
3) Menentukan standar deviasi
4) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi
a) Rumus banyak kelas interval (aturan Sturgess)
= 1 + 3,3 log(), dengan n banyaknya subjek
b) Rentang (R) = skor terbesar - skor terkecil

c) Panjang kelas interval =

2
5) Cari
dengan rumus

=
=1

dengan
2 = Nilai statistik chi- square

Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV Pustaka Setia,


2001), h.149-150

42

= Nilai frekuensi yang diperoleh berdasarkan data


= Nilai frekuensi ekspektasi
= banyaknya kelas
2
6) Cari
dengan derajat kebebasan (dk) = 3 dan taraf kepercayaan

95% atau taraf signifikan = 5%


7) Kriteria pengujian
Jika 2hitung 2tabel maka 0 diterima dan 1 ditolak
Jika 2hitung > 2tabel maka 1 diterima dan 0 ditolak
b. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas dilakukan, maka dilanjutkan dengan uji
homogenitas, uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan
antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji
homogenitas dua varians atau uji fisher,9 dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menentukan hipotesis
H0 : 1 2

H1 : 1 2

2) Cari dengan rumus:


12
= 2
2


2
1

Keterangan:
= Homogenitas
12 = Varians terbesar/data pertama
22 = Varians terkecil/data kedua.
3) Tetapkan taraf signifikansi
4) Hitung dengan rumus = 1 1 1 , 2 2
2

5) Tentukan kriteria pengujian hipotesis

Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2002), h.249

43

Jika maka 0 diterima dan 1 ditolak


Jika > maka 0 ditolak dan 1 diterima
2. Uji Hipotesis
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka untuk
menguji hipotesis dari penelitian ini digunakan rumus uji-t dengan taraf signifikan
= 0,05, yaitu sebagai berikut:
=

1 2
1
1
+
1
2

dimana

1 1 1 2 + 2 1 2 2
1 + 2 2

Keterangan:
1

= Rata-rata hasil tes pemahaman konsep matematika


kelas eksperimen

= Rata-rata hasil tes pemahaman konsep matematika kelas kontrol

= Jumlah sampel pada kelompok eksperimen

= Jumlah sampel pada kelompok kontrol

= Varians gabungan
1 2

= Varians kelompok eksperimen

2 2

= Varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian
Jika maka 0 diterima dan 1 ditolak
Jika > maka 0 ditolak dan 1 diterima

44

G. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistik yang akan diuji sebagai berikut:

H 0 : 1 2
H 1 : 1 2
Keterangan:
1 : Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa kelas

eksperimen (yang

diajarkan dengan Pembelajaran Terpadu Model Connected)


2 : Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol (yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional)

45

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhamadiyah 22 Setiabudi
Pamulang di kelas VII.3 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 29 siswa, dan
kelas VII.1 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 24 siswa. Penelitian dilakukan
sebanyak 7 kali pertemuan dengan pokok bahasan bangun datar segi empat yang
meliputi persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan
trapesium. Pada proses pembelajaran kedua kelas memperoleh perlakuan yang
berbeda, kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan pembelajaran
terpadu model connected, sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran
dengan pembelajaran konvensional. Pada proses pembelajaran siswa pada kelas
eksperimen diberikan LKS yang dibuat oleh penulis yang berisi penjelasan materi
dan soal-soal yang harus dikerjakan, sedangkan kelas kontrol menggunakan buku
yang telah disediakan oleh sekolah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman
konsep matematika siswa, yang terdiri dari 7 butir soal berbentuk uraian.
Instrument tersebut sudah terlebih dahulu diuji cobakan kepada kelas VIII.3 yang
telah lebih dahulu memperoleh materi bangun datar segi empat dan dinyatakan
valid. Selanjutnya tes dilakukan kepada kedua kelompok siswa setelah
menyelesaikan pokok bahasan bangun datar segi empat. Hasil tes tersebut akan
digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika kedua
kelompok. Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian.

1. Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen


Berdasarkan hasil perhitungan data statistik (lihat lampiran 13),
dengan jumlah sampel 29 siswa diperoleh nilai posttest dalam bentuk distribusi
frekuensi berikut:

45

46

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Kelas Eksperimen
Frekuensi
No.

Interval
Absolut

Kumulatif

Relatif
Kumulatif (%)

31 40

6.90

41 50

27.59

51 60

12

41.38

61 70

10

22

75.86

71 80

27

93.10

81 90

29

100

Jumlah

29

Berdasarkan hasil perhitungan (lihat lampiran 13), diperoleh rata-rata


sebesar 61,02 sehingga dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat dilihat
bahwa siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata adalah sebanyak 12
orang atau sebesar 41,38%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas
rata-rata adalah sebanyak 17 orang atau sebesar 58,62%. Karena nilai KKM
yang ditetapkan oleh sekolah sebesar 60, yaitu berada pada interval 51-60,
maka 58,62% lebih siswa memperoleh nilai di atas KKM.
Untuk mengetahui pencapaian pemahaman konsep matematika siswa
kelas eksperimen pada tiap kategori pemahaman menurut Bloom, yaitu
translation, interpretation, dan extrapolation, berikut ini disajikan rekapitulasi
nilai rata-rata tiap kategori pemahaman konsep pada kelas eksperimen:

47

Tabel 4.2
Skor Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen untuk Tiap Dimensi
Dimensi
Pemahaman

Skor

Skor
Maksimum

Persentase
Tiap Dimensi

Translation

148

232

63,79%

Interpretation

48

116

41,38%

Extrapolation

431

696

61,93%

Total

627

1236

60,06%

Berdasarkan tabel 4.2, skor pemahaman konsep matematika siswa kelas


eksperimen lebih didominasi pada dimensi pemahaman translation. Hal ini
terlihat dari persentase tiap dimensi, dimana dimensi translation memperoleh
persentase yang paling besar yaitu 63,79% sedangkan dimensi interpretation dan
dimensi extrapolation memperoleh persentase berturut-turut sebesar 41,38%, dan
61,93%.
2. Pemahaman Konsep Matematika Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan data statistik awal (lihat lampiran 14),
dengan jumlah sampel 24 siswa diperoleh nilai posttest dalam bentuk distribusi
frekuensi berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Kelas kontrol
No

Interval

Frekuensi
Absolut

Kumulatif

Relatif Kumulatif (%)

31 39

16.67

40 48

25.00

49 57

15

62.50

58 66

21

87.50

67 75

22

91.67

76 84

24

100

Jumlah

24

48

Berdasarkan hasil perhitungan (lihat lampiran 14), diperoleh rata-rata


sebesar 54,50 sehingga dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat dilihat
bahwa siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata adalah sebanyak 15
orang atau sebesar 62,5%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas ratarata adalah sebanyak 9 orang atau sebesar 37,5%. Karena nilai KKM yang
ditetapkan oleh sekolah sebesar 60, yaitu berada pada interval 58-66, maka
12,5% lebih siswa memperoleh nilai di atas KKM.
Untuk mengetahui pencapaian pemahaman konsep matematika siswa
kelas kontrol pada tiap kategori pemahaman menurut Bloom, yaitu translation,
interpretation, dan extrapolation, berikut ini disajikan rekapitulasi nilai rata-rata
tiap kategori pemahaman konsep pada kelas kontrol:
Tabel 4.4
Skor Pemahaman Konsep Kelas Kontrol untuk Tiap Dimensi
Dimensi
Pemahaman

Skor

Skor
Maksimum

Persentase
Tiap Dimensi

Translation

119

192

61,98%

Interpretation

48

96

50%

Extrapolation

294

576

51,04%

Total

461

864

53,36%

Berdasarkan tabel 4.4, skor pemahaman konsep matematika siswa kelas


kontrol lebih didominasi pada dimensi pemahaman translation. Hal ini terlihat
dari persentase tiap dimensi dimana dimensi translation memperoleh persentase
yang paling besar yaitu 61,98% sedangkan dimensi interpretation dan dimensi
extrapolation memperoleh persentase berturut-turut sebesar 50%, dan 51,04%.

49

3. Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data statistik hasil tes pemahaman konsep matematika pada materi
Bangun Datar Segi Empat dengan Pembelajaran Terpadu Model Connected
dan Pembelajaran Konvensional terdapat perbedaan. Untuk lebih jelasnya
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5
Statistik Hasil Penelitian
Kelas
Statistika
Eksperimen

Kontrol

Jumlah Siswa

29

24

Maksimum

86

83

Minimum

31

31

Mean

61,02

54,50

Median

63

54,50

Modus

65,95

54,80

Varians 2

189,90

159,65

Simpangan Baku

13,78

12,64

Koefisien Kemiringan S K

-0,36

-0,02

Kurtosis 4

2,049

2,516

Berdasarkan perbandingan data statistik hasil post test diatas, nilai


post test kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai post test kelas kontrol.
Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata ( X ) kelas eksperimen sebesar
61,02, sedangkan kelas kontrol 54,50 dengan selisih 6,52 (61,02 - 54,50) begitu
pula dengan nilai median, modus, varians dan simpangan baku kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Tingkat kemiringan (sk) kelas
eksperimen dan kontrol berturut-turut -0,36 dan -0,02, karena nilai sk < 0,

50

maka kedua kelas memiliki bentuk kurva landai ke kiri, yang artinya
kecenderungan data mengumpul di atas rata-rata. Ketajaman/kurtosis kelas
eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut 2,049 dan 2,516, karena kedua
nilai kurtosisnya kurang dari 3, maka kedua kurva berbentuk platikurtik (kurva
agak datar) yang artinya nilai-nilai data tersebar secara merata sampai jauh dari
rata-ratanya.
Secara visual penyebaran nilai posttes kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
12

10

Frekuensi

Eksperimen
Kontrol

0
0

20

40

60

80

100

Titik Tengah

Gambar 4.1
Kurva Distribusi Nilai Hasil Posttes Kemampuan Pemahaman
Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen


memiliki modus lebih besar dari 60 yang merupakan nilai KKM, sedangkan kelas
kontrol memiliki modus kurang dari nilai 60, hal ini menunjukkan bahwa
perolehan nilai kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

51

Adapun pencapaian pemahaman konsep matematika kelas eksperimen


dan kelas kontrol tiap dimensi disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Rekapitulasi Skor Rata-Rata Tiap Dimensi Pemahaman Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Skor
Dimensi
Pemahaman

Persentase Tiap Dimensi

Kelas
Eksperimen

Kelas
Kontrol

Kelas
Eksperimen

Kelas
Kontrol

Translation

148

119

63,79%

61,98%

Interpretation

48

48

41,38%

50%

Extrapolation

431

294

61,93%

51,04%

Total

627

461

60,06%

53,36%

Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa skor pemahaman konsep


matematika siswa pada dimensi translation dan extrapolation, kelas
eksperimen memperoleh persentase lebih besar daripada kelas kontrol,
sedangkan pada dimensi interpretation kelas kontrol lah yang memperoleh
nilai lebih besar daripada kelas eksperimen. Akan tetapi persentase yang paling
besar baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diperoleh dari dimensi
translation.

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis


Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis
dengan uji-t dengan cara membandingkan nilai posttest kelas eksperimen
dengan nilai posttest kelas kontrol. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu
dipenuhi asumsi-asumsi atau persyaratan untuk analisis tersebut.
Persyaratan analisis yang dimaksud adalah normalitas dan homogenitas.
Pengujian kedua asumsi adalah sebagai berikut:

52

1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Chi-Square. Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Kriteria
pengujiannya yaitu data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
jika memenuhi kriteria 2 hitung 2 tabel

diukur pada taraf signifikan

tertentu.
Berdasarkan perhitungan uji normalitas data, diperoleh 2 hitung
untuk kelas eksperimen sebesar 2,97 (lihat lampiran 15) dan pada tabel
harga kritis 2 tabel untuk derajat kebebasan = 3 dan taraf signifikan
0,05 adalah 7,82 (lihat lampiran 15). Karena 2 hitung 2 tabel (2,97 <

7,82) maka H0 diterima, artinya data sampel untuk kelas eksperimen


berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh 2 hitung sebesar 5,97
(lihat lampiran 16) dan pada tabel harga kritis 2 tabel untuk derajat
kebebasan = 3 dan taraf signifikan 0,05 adalah 7,82 (lihat lampiran
16). Karena 2 hitung 2 tabel (5,97 < 7,82) maka H0 diterima, artinya data
sampel untuk kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Kelompok

Jumlah
Sampel

Eksperimen

29

2,97

7,82

Kontrol

24

5,97

7,82

= 0,05

Keterangan
Kedua sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi
normal

53

2. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelas sampel dinyatakan berdistribusi normal,
maka asumsi selanjutnya yang harus dipenuhi adalah homogenitas. Uji
homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas sampel
berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher, dengan kriteria pengujian
yaitu kedua kelas dikatakan homogen.jika Fhitung Ftabel yang diukur pada
taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai varians kelas eksperimen
dan varians kelas kontrol masing-masing sebesar 189,90 dan 159,65.
Sehingga diperoleh nilai Fhitung = 1,19 (lihat lampiran 17) dan F tabel = 2,26
pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang 28
dan derajat kebebasan penyebut 23. Berdasarkan nilai Fhitung dan Ftabel
yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel (1,19 < 2,26)
maka H0 diterima, artinya kedua varians populasi homogen.
Hasil perhitungan uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sedangkan perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kelompok

Varians (S2)

Eksperimen

189,90

Kontrol

Fhitung

Ftabel

Kesimpulan

1,19

2,26

Kedua varians populasi


homogen

159,65

C. Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan


1. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas di atas,
diperoleh bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan homogen, maka selanjutnya data dianalisis dengan melakukan

54

pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada


atau tidaknya perbedaan pemahaman konsep matematika siswa dengan
menggunakan pembelajaran terpadu model connected dan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini, pengujian
hipotesis menggunakan uji-t dengan kriteria pengujiannya yaitu,
H 0 : 1 2 dan H 1 : 1 2 .

Berikut ini ditampilkan hasil perhitungan uji-t kelas eksperimen


dan kelas kontrol dalam bentuk tabel:
Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji-t
Derajat Kebebasan
51

= 0,05

Kesimpulan

1,78

1,68

H0 ditolak

Dari data hasil perhitungan uji-t (lihat lampiran 18), diperoleh


= 1,78 dan = 1,68 dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat
kebebasan (db = 51). Karena > (1,78 > 1,68) maka 0 ditolak
dan 1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen (yang
diajarkan dengan pembelajaran terpadu model connected) lebih tinggi
daripada rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas
kontrol (yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional).

2. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis di atas menyatakan terdapat perbedaan
pemahaman konsep matematika siswa antara kelas yang menerapkan
pembelajaran terpadu model connected dengan kelas yang menerapkan
pembelajaran konvensional, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai kelas
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai kelas kontrol.

55

Secara empiris pengaruh ini dapat terlihat dari hasil post test, dimana
kelas eksperimen memperoleh rata-rata 61,02 dan terdapat 58,62% siswa
yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 60. Sedangkan kelas
kontrol memperoleh rata-rata 54,50 dan terdapat 37,5% siswa yang mendapat
nilai lebih dari atau sama dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 60.
Dalam penelitian ini terdapat tiga indikator pemahaman konsep yang
diukur oleh peneliti, yaitu:
a. Menerjemahkan soal ke dalam bentuk gambar (translation)
Dimensi pemahaman translasi (translation) diwakili oleh indikator
menjelaskan sifat-sifat segi empat ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya.
Untuk indikator ini diwakili oleh soal post test nomor 1a dan nomor 2. Pada
soal 1a, siswa diminta menggambar bangun segiempat yang diketahui titiktitik koordinatnya kemudian menentukan jenis bangun tersebut. Persentase
skor yang diperoleh soal nomor 1a adalah 92,24% untuk kelas eksperimen
dan 91,67% untuk kelas kontrol. Soal nomor 2, siswa membuat gambar segi
empat dari ilustrasi soal cerita. Skor yang diperoleh soal nomor 2 adalah
35,34% untuk kelas eksperimen dan 32,29 untuk kelas kontrol.
Total persentase skor pemahaman translation dari soal nomor 1a dan
2 untuk kelas eksperimen adalah 63,79% sedangkan kelas kontrol 61,98%.
Sehingga dapat dikatakan bahwa skor pemahaman translation kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
b. Menafsirkan gambar yang disajikan (interpretation)
Dimensi pemahaman interpretasi (interpretation) diwakili indikator
menjelaskan sifat-sifat segi empat ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya.
Indikator ini diwakili oleh soal post test nomor 1b. Persentase skor
pemahaman interpretation yang diperoleh dari soal nomor 1b adalah 41,38%
untuk kelas eksperimen, dan kelas kontrol memperoleh persentase 50%. Ini

56

menunjukkan bahwa skor pemahaman interpretation kelas kontrol lebih


tinggi dari kelas eksperimen.
c. Menerapkan konsep dalam perhitungan matematis (extrapolation)
Dimensi pemahaman ekstrapolasi (extrapolation) diwakili oleh
indikator menurunkan rumus keliling dan luas bangun segi empat dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas
bangun segi empat. Untuk indikator menurunkan rumus keliling dan luas
bangun segi empat diwakili oleh soal post test nomor 3, 4 dan soal nomor 5.
Sedangkan untuk indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung keliling dan luas bangun segi empat diwakili oleh soal post test
nomor 6, 7a dan 7b.
Total persentase skor pemahaman extrapolation yang diperoleh dari
ke-enam soal tersebut adalah 61,93% untuk kelas eksperimen dan 51,04%
untuk kelas kontrol. Berdasarkan perolehan skor tersebut dapat disimpulkan
bahwa untuk dimensi ekstrapolasi kelas eksperimen memperoleh nilai yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hasil penelitian di atas didukung oleh hasil pengamatan selama
penelitian. Proses pembelajaran terpadu model connected membawa
perubahan dalam proses pembelajaran, siswa yang awalnya pasif hanya
menunggu penjelasan dari guru, kemudian sedikit demi sedikit mulai aktif
belajar sendiri. Dengan bantuan LKS siswa berdiskusi secara berkelompok
mempelajari materi dan mengerjakan soal-soal latihan yang ada dalam LKS,
mereka tidak segan bertanya kepada guru atau pun kepada temannya jika
menemui kesulitan. LKS yang digunakan kelas eksperimen, dibuat sendiri
oleh peneliti yang berisi uraian materi dan soal latihan. Materi yang ada
dalam LKS dibuat dengan mengaitkan konsep bangun datar dengan konsep
simetri, operasi hitung bentuk aljabar dan PLSV. Dengan adanya pengaitan
konsep ini akan membatu siswa lebih memahami materi pelajaran seperti apa
yang dikemukakan oleh Trianto bahwa dalam pembelajaran terpadu, siswa

57

akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan


langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.
Berbeda dengan pembelajaran di kelas eksperimen, pembelajaran
pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Guru menjadi
pusat pembelajaran, siswa hanya memperhatikan, mencatat penjelasan guru,
dan mengerjakan soal yang diberikan. Hanya siswa-siswa berkemampuan
lebih yang berani dan antusias bertanya dan menjawab pertanyaan yang
diberikan guru siswa lain hanya diam menunggu jawaban dari temannya,
selain itu, kurang ada interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa
dengan guru.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang
diajar dengan pembelajaran terpadu model connected memiliki pemahaman
konsep matematika yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan
pembelajaran

konvensional.

Relevan

dengan

penelitian

Nurfarida

Fikrotushohihah dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Pembelajaran


Terpadu Model Terkait (Connected) Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa yang memberikan kesimpulan bahwa rata-rata hasil belajar siswa
yang menggunakan Pembelajaran Terpadu Model Terkait (Connected) lebih
tinggi dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan Pembelajaran
Konvensional.

D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna.
Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang optimal.
Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor yang sulit dikendalikan
sehingga penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi siswa yang telah terbiasa dengan pembelajaran konvensional
sempat membuat siswa merasa kaku pada awal pembelajaran terpadu
model connected

58

2. Kondisi kelas yang masih kurang efektif pada saat pembelajaran


dikarenakan masih kurangnya semangat belajar mengakibatkan proses
pembelajaran tidak maksimal
3. Kemampuan penulis yang masih terbatas, sehingga belum mampu
secara optimal meninjau pemahaman konsep matematika secara
individual
4. Alokasi waktu yang kurang, dikarenakan jam pembelajaran terpotong
waktu istirahat dan shalat dzuhur.

59

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
terpadu model connected menunjukkan hasil yang baik, terdapat 58,62% dari 29
siswa yang mendapat nilai 60 (nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang
ditetapkan oleh sekolah). Selain itu berdasarkan perhitungan skor tiap dimensi
pemahaman, pada kelas eksperimen pemahaman dimensi translation memiliki
skor lebih besar dibanding skor pemahaman dimensi interpretation dan dimensi
extrapolation. Sedangkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional masih tergolong
rendah. terdapat 37,5% dari 24 siswa yang mendapat nilai 60. Berdasarkan
perhitungan skor tiap dimensi pemahaman, pada kelas kontrol

pemahaman

dimensi translation memiliki skor lebih besar dibanding skor pemahaman dimensi
interpretation dan dimensi extrapolation. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dimensi pemahaman konsep yang lebih dominan di kelas eksperimen dan
kelas kontrol yaitu dimensi pemahaman translation.
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis yang menggunakan uji-t
didapat bahwa pemahaman konsep matematika kelas eksperimen yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran terpadu model connected lebih tinggi
dibandingkan dengan pemahaman konsep matematika kelas kontrol yang
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional, dengan demikian,
terdapat pengaruh pembelajaran terpadu model connected terhadap pemahaman
konsep matematika.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:

59

60

1. Bagi guru
a. Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran terpadu model
connected dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa
sehingga dapat dijadikan strategi alternatif yang dapat diterapkan dalam
kelas.
b. Guru dapat lebih jeli lagi memadukan materi-materi yang lain yang
mempunyai keterkaitan sehingga model ini bisa diterapkan di dalam kelas
2. Bagi peneliti selanjutnya
Pada penelitian ini, peneliti tidak dapat mengontrol kemampuan
pemahaman setiap individu, oleh karenanya pada peneliti selanjutnya diharapkan
dapat mengontrol kemampuan setiap individu siswa agar mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang kemampuan siswa yang diukur.

61

DAFTAR PUSTAKA
Abdurraman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:
Rineka Cipta, Cet.II, 2003
A Committee of College and University Examiners. TAXONOMY OF
EDUCATIONAL OBJECTIVES The Classification of Educational Goals
HANDBOOK| COGNITIVE DOMAIN, London: Longman Group LTD,
1979
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta:
Bumi Aksara, Cet.VIII, 2008
Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1996
Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang tentang SISDIKNAS dan
Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004, Jakarta: Tamita Utama, 2004
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, Jakarta:Rineka Cipta, Cet.II, 2008
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: Bumi Aksara, Cet.IV, 2005
Harefa, Andrias. Menjadi Manusia Pembelajar, Jakarta: Kompas, Cet.I, 2000
Hernawan, Asep Herry, dkk. Materi Pokok Pembelajaran Terpadu di SD Modul
1-6, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007
Http://www.straitstimes.com/STI/STIMEDIA/pdf/20101207/PISA2009MOEFinal.pdf, 6 juni 2011
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, 2004
Saud, Udin Syaefuddin, dkk. Pembelajaran Terpadu, Jakarta: UPI Press, 2006
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Problematika
Belajar Dan Mengajar, Bandung: Alfabeta, Cet.VIII, 2010
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana,
Cet.III, 2010
Santrock, John W. Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psychology oleh Tri
Wibowo B.S, Jakarta:Kencana Prenada Media Grup, 2008
Satriawati, Gusni. Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended Untuk
Meningkatkan Pemahaman Dan Kemampuan Komunikasi Matematik
61

62

Siswa SMP dalam ALGORITMA Jurnal Matematika dan Pendidikan


Matematika, Vol.1, Juni 2006
Seniati, Liche dkk. Psikologi Eksperimen, Jakarta: Indeks, 2005
Subana dan Sudrajat. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: CV Pustaka
Setia, 2001
Subroto, Tisno Hadi. dan Ida Siti Herawati, Pembelajaran Terpadu, Jakarta:
Universitas Terbuka, 2002
Sudjana. Metoda Statistika, Bandung : Tarsito, 2002
Suhendra, dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran MATEMATIKA,
Jakarta: Universitas Terbuka, 2007
Suherman, Erman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
Bandung: UPI, 2003
Sukayati. Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran
Terpadu, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan dan
Penataran Guru (PPPG) Matematika, 2004
Sunarto. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namun Paling Disukai,
Http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajarankonvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/, 9 April 2011
Suryanti, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di Kelas Rendah dalam Laporan
Penelitian Universitas Negeri Surabaya, November, 2007
Suyono, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu SMP
Berbasis Eksplorasi Alam, dalam Laporan Penelitian Universitas
Negeri Surabaya, 2009
Tim Penulis PEKERTI bidang MIPA. Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat
Pembelajaran Matematika diperguruan Tinggi, Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka, 2001
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana,
Cet. II, 2010
Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. Taktik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, Cet.II, 2009

63

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Eksperimen
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setiabudi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Topik/Tema

: Persegi Panjang

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
2. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
3. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang,
belah ketupat dan layang-layang
2. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya
dalam pemecahan masalah.
3. Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri
4. Menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
5. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian persegi panjang dengan menggunakan konsep simetri
2. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari sisi, sudut dan
diagonalnya dengan menggunakan konsep simetri

64

3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang dengan
menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian
persamaan linear satu variabel
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas
bangun persegi panjang dengan menggunakan konsep operasi hitung bentuk
aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu variabel
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi panjang dengan menggunakan
konsep simetri
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari sisi, sudut,
dan diagonalnya dengan menggunakan konsep simetri
3. Siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas persegi panjang dengan
menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian
persamaan linear satu variabel
4. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
keliling dan luas bangun persegi panjang dengan menggunakan konsep
operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu variabel
V. Materi Pokok
Persegi Panjang
VI. Metode Pembelajaran
Model

: Pembelajaran terpadu model terkait (Connected)

Metode

: Inkuiri, penugasan, dan diskusi kelompok

VII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


a. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa

65

Guru mengingatkan siswa mengenai materi simetri yang telah


dipelajari di kelas V, kemudian mengulas sedikit mengenai
materi pelajaran yang akan dibahas
Guru meminta siswa menyebutkan contoh benda-benda yang
berbentuk persegi panjang dalam kehidupan sehari-hari
b. Kegiatan Inti :
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
Guru menyampaikan tema yang akan digunakan
Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang berjumlah
5-6 orang perkelompok
Guru membagikan LKS model terkait kepada masing-masing
kelompok
Dengan pengetahuan konsep simetri yang dimiliki siswa, siswa
dalam kelompoknya berdiskusi untuk membuktikan sifat-sifat
persegi panjang
Melalui LKS-1 siswa diajak untuk memahami penurunan
rumus keliling dan luas persegi panjang
Dengan kemampuan berhitung operasi bentuk aljabar dan
penyelesaian sistem persamaan linear satu variabel, siswa
dalam kelompoknya berdiskusi untuk menyelesaikan soal-soal
yang terdapat dalam LKS-1
Guru memberikan bimbingan seperlunya
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di
depan kelas dan kelompok yang lain menanggapi
Guru memberikan penjelasan tambahan dari hasil presentasi
siwa mengenai materi ini.
Guru memberikan kesempatan siswa untuk memberikan
pendapat atau mengajukan pertanyaan.

66

c. Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang telah
dibahas
Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman.
Guru memberikan PR
VIII. Sumber Belajar
Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
- Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1 untuk
SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.
- Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta: Yudhistira,
2006
- Lembar Kerja Siswa (LKS)
IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar
Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.
1.

2.

SOAL
SKOR
Persegi panjang PQRS dengan titik T berpotongan kedua
50
diagonalnya. Jika P (1,3) T (4,1) dan sisi-sisi persegi panjang
sejajar sumbu koordinat:
a. Gambarlah persegi panjang PQRS
b. Tentukan koordinat titik Q, R dan S
50
Keliling sebuah persegi panjang 40 cm dan panjangnya lebih 4 cm
dari lebarnya. Hitunglah luas persegi panjang tersebut!
JUMLAH

100
Tangerang Selatan, 26 Januari 2011

Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

67

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Eksperimen
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Topik/Tema

: Persegi

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
2. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
3. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
3. Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri
4. Menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
5. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian persegi dengan menggunakan konsep simetri
2. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya
dengan menggunakan konsep simetri

68

3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi dengan


menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian
persamaan linear satu variabel
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan
luas bangun persegi dengan menggunakan konsep operasi hitung bentuk
aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu variabel
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi dengan menggunakan konsep
simetri
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari sisi, sudut, dan
diagonalnya dengan menggunakan konsep simetri
3. Siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas persegi dengan
menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian
persamaan linear satu variabel
4. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
keliling dan luas bangun persegi dengan menggunakan konsep operasi
hitung bentuk aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu variabel
V. Materi Pokok
Persegi
VI. Metode Pembelajaran
Model

: pembelajaran terpadu model terkait (Connected)

Metode

: inkuiri, penugasan, dan diskusi kelompok

VII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


a. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa
Guru mengingatkan siswa kembali

mengenai materi

persegi panjang yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian

69

mengulas sedikit mengenai materi pelajaran yang akan


dibahas
Guru meminta siswa menyebutkan contoh benda-benda
yang berbentuk persegi dalam kehidupan sehari-hari
b. Kegiatan Inti :
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
Guru menyampaikan tema yang akan digunakan
Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang
berjumlah 5-6 orang perkelompok
Guru membagikan LKS model terkait kepada masingmasing kelompok
Dengan pengetahuan konsep simetri yang dimiliki siswa,
siswa dalam kelompoknya berdiskusi untuk membuktikan
sifat-sifat persegi
Melalui LKS-2 siswa diajak untuk memahami penurunan
rumus keliling dan luas persegi
Dengan kemampuan berhitung operasi bentuk aljabar dan
penyelesaian sistem persamaan linear satu variabel, siswa
dalam kelompoknya berdiskusi untuk menyelesaikan soalsoal yang terdapat dalam LKS-2
Guru memberikan bimbingan seperlunya
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di
depan kelas dan kelompok yang lain menanggapi
Guru

memberikan

penjelasan

tambahan

dari

hasil

presentasi siwa mengenai materi ini.


Guru memberikan kesempatan siswa untuk memberikan
pendapat atau mengajukan pertanyaan.

70

c. Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang
telah dibahas
Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat
rangkuman.
Guru memberikan PR
VIII. Sumber Belajar
Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
-

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

Lembar Kerja Siswa (LKS)

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.

SOAL

SKOR

1.

Persegi merupakan belah ketupat dengan sifat khusus. Berdasarkan


pernyataan tersebut, buatlah pengertian persegi. Serta berikan contoh
benda yang berbentuk persegi.

30

2.

Perhatikan gambar berikut ini!


Diketahui Gambar KLMN
mempunyai skala 1cm
a. Tentukanlah pasangan
koordinat K, L, M dan N
b. Berapakah panjang
masing-masing sisinya

30

71

3.

Diketahui luas persegi sama dengan luas persegi panjang dengan


panjang = 16 cm dan lebar = 4 cm. Tentukan keliling persegi
tersebut!
40
JUMLAH

100

Tangerang Selatan, 27 Januari 2011


Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

72

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Eksperimen
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Topik/Tema

: Jajargenjang

Alokasi Waktu

240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
2. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
3. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya
dalam pemecahan masalah.
3. Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri
4. Menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
5. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian jajar genjang dengan menggunakan konsep
simetri
2. Menjelaskan sifat-sifat jajar genjang ditinjau dari sisi, sudut dan
diagonalnya dengan menggunakan konsep simetri

73

3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas jajar genjang dengan
menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian
persamaan linear satu variabel
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan
luas bangun jajar genjang dengan menggunakan konsep operasi hitung
bentuk aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu variabel
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian jajar genjang dengan menggunakan
konsep simetri
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat jajar genjang ditinjau dari sisi, sudut,
dan diagonalnya dengan menggunakan konsep simetri
3. Siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas jajar genjang dengan
menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian
persamaan linear satu variabel
4. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
keliling dan luas bangun jajar genjang dengan menggunakan konsep
operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu
variabel
V. Materi Pokok
Jajargenjang
VI. Metode Pembelajaran
Model

: pembelajaran terpadu model terkait (Connected)

Metode

: inkuiri, penugasan, dan diskusi kelompok

VII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


a. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa

74

Guru mengingatkan siswa kembali mengenai materi persegi


panjang yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya,
kemudian mengulas sedikit mengenai materi pelajaran yang
akan dibahas
b. Kegiatan Inti :
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
Guru menyampaikan tema yang akan digunakan
Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang
berjumlah 5-6 orang perkelompok
Guru membagikan LKS model terkait kepada masingmasing kelompok
Dengan pengetahuan konsep simetri yang dimiliki siswa,
siswa dalam kelompoknya berdiskusi untuk membuktikan
sifat-sifat jajar genjang
Melalui LKS-3 siswa diajak untuk memahami penurunan
rumus keliling dan luas jajar genjang
Dengan kemampuan berhitung operasi bentuk aljabar dan
penyelesaian sistem persamaan linear satu variabel, siswa
dalam kelompoknya berdiskusi untuk menyelesaikan soalsoal yang terdapat dalam LKS-3
Guru memberikan bimbingan seperlunya
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di
depan kelas dan kelompok yang lain menanggapi
Guru

memberikan

penjelasan

tambahan

dari

hasil

presentasi siwa mengenai materi ini.


Guru memberikan kesempatan siswa untuk memberikan
pendapat atau mengajukan pertanyaan.

75

c. Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang
telah dibahas
Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat
rangkuman.
Guru memberikan PR
VIII. Sumber Belajar
Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
-

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

Lembar kerja Siswa (LKS)

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.

SOAL

SKOR

1.

Diketahui alas sebuah jajar genjang adalah (2p + 6) m, sedangkan

30

tingginya adalah setengah dari panjang alas. Tentukan luas jajar


genjang tersebut yang dinyatakan dengan p!

2.

Jajar genjang ABCD mempunyai titik koordinat A (2,-3), B (9,-3), C


(14,9). Tentukan:
a. Titik koordinat D
b. Luas jajar genjang ABCD

30

76

24 cm

40

17 cm

E
15 cm

a. Tulislah dua buah rumus untuk jajargenjang ABCD di atas!


b. Hitunglah luas jajar genjang ABCD
c. Tentukanlah panjang CE dengan menggunakan persamaan luas
JUMLAH

100

Tangerang Selatan, 2 Februari 2011


Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

77

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Eksperimen
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Topik/Tema

: Belah Ketupat

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
2. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
3. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya
dalam pemecahan masalah.
3. Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri
4. Menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
5. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian belah ketupat dengan menggunakan konsep
simetri
2. Menjelaskan sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari sisi, sudut dan
diagonalnya dengan menggunakan konsep simetri

78

3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas belah ketupat


dengan menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan
penyelesaian persamaan linear satu variable
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan
luas bangun belah ketupat dengan menggunakan konsep operasi hitung
bentuk aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu variabel
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian belah ketupat dengan menggunakan
konsep simetri
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari sisi, sudut,
dan diagonalnya dengan menggunakan konsep simetri
3. Siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas belah ketupat dengan
menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian
persamaan linear satu variabel
4. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
keliling dan luas bangun belah ketupat dengan menggunakan konsep
operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu
variabel
V. Materi Pokok
Belah Ketupat
VI. Metode Pembelajaran
Model

: pembelajaran terpadu model terkait (Connected)

Metode

: inkuiri, penugasan, dan diskusi kelompok

VII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


a. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa

79

Guru mengingatkan siswa kembali mengenai materi persegi


yang

telah

dipelajari

pada

pertemuan

sebelumnya,

kemudian mengulas sedikit mengenai materi pelajaran yang


akan dibahas
Guru meminta siswa menyebutkan contoh benda-benda
yang berbentuk belah ketupat dalam kehidupan sehari-hari
b. Kegiatan Inti :
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
Guru menyampaikan tema yang akan digunakan
Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang
berjumlah 5-6 orang perkelompok
Guru membagikan LKS model terkait kepada masingmasing kelompok
Dengan pengetahuan konsep simetri yang dimiliki siswa,
siswa dalam kelompoknya berdiskusi untuk membuktikan
sifat-sifat belah ketupat
Melalui LKS-4 siswa diajak untuk memahami penurunan
rumus keliling dan luas belah ketupat
Dengan kemampuan berhitung operasi bentuk aljabar dan
penyelesaian sistem persamaan linear satu variabel, siswa
dalam kelompoknya berdiskusi untuk menyelesaikan soalsoal yang terdapat dalam LKS-4
Guru memberikan bimbingan seperlunya
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di
depan kelas dan kelompok yang lain menanggapi
Guru

memberikan

penjelasan

tambahan

dari

hasil

presentasi siwa mengenai materi ini.


Guru memberikan kesempatan siswa untuk memberikan
pendapat atau mengajukan pertanyaan.

80

c. Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang
telah dibahas
Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat
rangkuman.
Guru memberikan PR
VIII. Sumber Belajar
Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
-

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

Lembar Kerja Siswa (LKS)

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.

SOAL

SKOR

1.

PQRS diketahui suatu bangun dengan P(2, 4); Q(2, 1); R(8, 4);

50

dan S(2, 7),


sedangkan T titik potong kedua diago-nalnya.
a. Bangun apakah yang terbentuk apa bila PQRS dihubungkan?
b. Tentukan koordinat titik T.
c. Hitunglah luas bangun PQRS.
P

2.

50

81

Pada belah ketupat PQRS, panjang diagonal PR : QS = 2 : 3.


Jika luas belah ketupat tersebut 272 , tentukan panjang
diagonal PR!
JUMLAH

100

Tangerang Selatan, 3 Februari 2011


Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

82

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Eksperimen
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Topik/Tema

: Layang-layang

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
2. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
3. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya
dalam pemecahan masalah.
3. Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri
4. Menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
5. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian layang-layang dengan menggunakan konsep
simetri
2. Menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari sisi, sudut dan
diagonalnya dengan menggunakan konsep simetri

83

3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas layang-layang


dengan menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan
penyelesaian persamaan linear satu variable
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan
luas bangun layang-layang dengan menggunakan konsep operasi hitung
bentuk aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu variabel
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian layang-layang dengan menggunakan
konsep simetri
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari sisi, sudut,
dan diagonalnya dengan menggunakan konsep simetri
3. Siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas layang-layang dengan
menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian
persamaan linear satu variabel
4. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
keliling dan luas bangun layang-layang dengan menggunakan konsep
operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu
variabel
V. Materi Pokok
Layang-layang
VI. Metode Pembelajaran
Model

: pembelajaran terpadu model terkait (Connected)

Metode

: inkuiri, penugasan, dan diskusi kelompok

VII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


a. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa

84

Guru meminta siswa menyebutkan contoh benda-benda


yang berbentuk layang-layang dalam kehidupan sehari-hari
b. Kegiatan Inti :
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
Guru menyampaikan tema yang akan digunakan
Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang
berjumlah 5-6 orang perkelompok
Guru membagikan LKS model terkait kepada masingmasing kelompok
Dengan pengetahuan konsep simetri yang dimiliki siswa,
siswa dalam kelompoknya berdiskusi untuk membuktikan
sifat-sifat layang-layang
Melalui LKS-5 siswa diajak untuk memahami penurunan
rumus keliling dan luas layang-layang
Dengan kemampuan berhitung operasi bentuk aljabar dan
penyelesaian sistem persamaan linear satu variabel, siswa
dalam kelompoknya berdiskusi untuk menyelesaikan soalsoal yang terdapat dalam LKS-5
Guru memberikan bimbingan seperlunya
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di
depan kelas dan kelompok yang lain menanggapi
Guru

memberikan

penjelasan

tambahan

dari

hasil

presentasi siwa mengenai materi ini.


Guru memberikan kesempatan siswa untuk memberikan
pendapat atau mengajukan pertanyaan.
c. Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang
telah dibahas

85

Dengan

bimbingan

guru

siswa

diminta

membuat

rangkuman.
Guru memberikan PR
VIII. Sumber Belajar
Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
-

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

Lembar Kerja Siswa

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.
1.

SOAL
PQRS diketahui suatu bangun dengan P(2, 4); Q(2, 1); R(8, 4);
dan S(2, 7),
sedangkan T titik potong kedua diago-nalnya.
a. Bangun apakah yang terbentuk apa bila PQRS dihubungkan?
b. Tentukan koordinat titik T.
c. Hitunglah luas bangun PQRS.

2.

SKOR
50

50
Diketahui layang-layang ABCD, dengan perbandingan
diagonal AC dengan BD adalah 3 : 4 dan luasnya 3842 .
Hitunglah panjang kedua diagonal tersebut!
JUMLAH

100

Tangerang Selatan, 9 Februari 2011


Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

86

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Eksperimen
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Topik/Tema

: Trapesium

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
2. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
3. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya
dalam pemecahan masalah.
3. Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri
4. Menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
5. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian trapesium dengan menggunakan konsep simetri
2. Menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya
dengan menggunakan konsep simetri
3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas trapesium dengan
menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian
persamaan linear satu variable

87

4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan


luas bangun trapesium dengan menggunakan konsep operasi hitung bentuk
aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu variabel
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian trapesium dengan menggunakan
konsep simetri
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari sisi, sudut, dan
diagonalnya dengan menggunakan konsep simetri
3. Siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas trapesium dengan
menggunakan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan penyelesaian
persamaan linear satu variabel
4. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
keliling dan luas bangun trapesium dengan menggunakan konsep operasi
hitung bentuk aljabar dan penyelesaian persamaan linear satu variabel
V. Materi Pokok
Trapesium
VI. Metode Pembelajaran
Model

: pembelajaran terpadu model terkait (Connected)

Metode

: inkuiri, penugasan, dan diskusi kelompok

VII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


a. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa
Guru meminta siswa menyebutkan contoh benda-benda
yang berbentuk trapesium dalam kehidupan sehari-hari
b. Kegiatan Inti :
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
Guru menyampaikan tema yang akan digunakan

88

Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang


berjumlah 5-6 orang perkelompok
Guru membagikan LKS model terkait kepada masingmasing kelompok
Dengan pengetahuan konsep simetri yang dimiliki siswa,
siswa dalam kelompoknya berdiskusi untuk membuktikan
sifat-sifat trapesium
Melalui LKS-6 siswa diajak untuk memahami penurunan
rumus keliling dan luas trapesium
Dengan kemampuan berhitung operasi bentuk aljabar dan
penyelesaian sistem persamaan linear satu variabel, siswa
dalam kelompoknya berdiskusi untuk menyelesaikan soalsoal yang terdapat dalam LKS-6
Guru memberikan bimbingan seperlunya
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di
depan kelas dan kelompok yang lain menanggapi
Guru

memberikan

penjelasan

tambahan

dari

hasil

presentasi siwa mengenai materi ini.


Guru memberikan kesempatan siswa untuk memberikan
pendapat atau mengajukan pertanyaan.
c. Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang
telah dibahas
Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat
rangkuman.

Siswa diingatkan untuk mempelajari materi bangun datar


segi empat sebagai persiapan post test

VIII. Sumber Belajar


Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :

89

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

Lembar Kerja Siswa

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.
1.

SOAL

SKOR

Pada trapesium sama kaki ABCD, AB // CD dan AD = BC.

50

Jika panjang diagonal AC = (3x-2) cm dan BD = (x + 6) cm,


maka tentukanlah:

b. panjang AC
2.

a. Nilai x

Pada trapesium , // dan : = 4 : 3 Jika tinggi


trapesium itu 8 , dan luasnya 1682 , hitunglah panjang
S

50

JUMLAH
Tangerang Selatan, 10 Februari 2011
Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd

Tuti Alawiah

NIP.

100

90

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Kontrol
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan sifat-sifat persegi panjang
2. Menghitung keliling dan luas persegi panjang
3. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung keliling dan
luas persegi panjang
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan sifat-sifat persegi panjang
2. Siswa dapat menghitung keliling dan luas persegi panjang
3. Siswa dapat enyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung
keliling dan luas persegi panjang

91

V. Materi Pokok
Persegi Panjang
VI. Metode Pembelajaran
Model

: Pembelajaran Konvensional Model Klasikal

VII. Kegiatan Pembelajaran


1. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru meminta siswa menyebutkan contoh benda-benda
benda-benda yang berbentuk persegi panjang dalam
kehidupan sehari-hari
Guru memotivasi siswa
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
2. Kegiatan inti :
Guru menjelaskan pengertian dan sifat-sifat persegi panjang
serta rumus dan cara menghitung keliling dan luas persegi
panjang
Guru memberi contoh soal yang berkaitan dengan sifatsifat, keliling dan luas persegi panjang
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Siswa mencatat penjelasan guru dan contoh soal yang telah
diberikan
Guru memberikan soal latihan
Siswa mengerjakan soal latihan
3. Penutup
Guru meminta siswa membuat rangkuman materi yang
telah dipelajari
Guru memberikan PR

92

VIII. Sumber Belajar


Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
-

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.
SOAL
1. Persegi panjang PQRS dengan titik T berpotongan kedua diagonalnya. Jika P
(1,3) T (4,1) dan sisi-sisi persegi panjang sejajar sumbu koordinat:
a. Gambarlah persegi panjang PQRS
b. Tentukan koordinat titik Q, R dan S
2.

Keliling sebuah persegi panjang 40 cm dan panjangnya lebih 4 cm dari


lebarnya. Hitunglah luas persegi panjang tersebut!
JUMLAH

50
100

Tangerang Selatan, 26 Januari 2011


Guru Pamong Matematika,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

SKOR
50

93

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Kontrol
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan sifat-sifat persegi
2. Menghitung keliling dan luas persegi
3. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung keliling dan
luas persegi
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan sifat-sifat persegi
2. Siswa dapat menghitung keliling dan luas persegi
3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung
keliling dan luas persegi
V. Materi Pokok
Persegi

94

VI. Metode Pembelajaran


Metode

: Pembelajaran Konvensional Model Klasikal

VII. Kegiatan Pembelajaran


1. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memotivasi siswa
Guru meminta siswa menyebutkan contoh benda-benda
yang berbentuk persegi dalam kehidupan sehari-hari
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
2. Kegiatan inti :
Guru menjelaskan pengertian dan sifat-sifat persegi serta
rumus dan cara menghitung keliling dan luas persegi
Guru memberi contoh soal yang berkaitan dengan sifat-sifat
dan keliling serta luas persegi
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Siswa mencatat penjelasan guru dan contoh soal yang telah
diberikan
Guru memberikan soal latihan
Siswa mengerjakan soal latihan
3. Penutup
Guru meminta siswa membuat rangkuman materi yang
telah dipelajari
Guru memberikan PR
VIII. Media dan Sumber Belajar
Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
-

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

95

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.

SOAL

SKOR

1.

Persegi merupakan belah ketupat dengan sifat khusus.


Berdasarkan pernyataan tersebut, buatlah pengertian persegi. Serta
berikan contoh benda yang berbentuk persegi.

30

2.

Perhatikan gambar berikut ini!


Diketahui Gambar KLMN

30

mempunyai skala 1cm


a. Tentukanlah pasangan
koordinat K, L, M dan N
b. Berapakah panjang
masing-masing sisinya

3.

Diketahui luas persegi sama dengan luas persegi panjang dengan


panjang = 16 cm dan lebar = 4 cm. Tentukan keliling persegi
tersebut!

40
JUMLAH

100
Tangerang Selatan, 27 Januari 2011

Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

96

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Kontrol
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan sifat-sifat jajargenjang
2. Menghitung keliling dan luas jajargenjang
3. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung keliling dan
luas jajar genjang
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan sifat-sifat jajargenjang
2. Siswa dapat menghitung keliling dan luas jajargenjang
3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung
keliling dan luas jajar genjang
V. Materi Pokok
Jajargenjang

97

VI. Metode Pembelajaran


Metode

: Pembelajaran Konvensional Model Klasikal

VII. Kegiatan Pembelajaran


1. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memotivasi siswa
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa materi yang
telah dipelajari sebelumnya
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
2. Kegiatan inti :
Guru menjelaskan pengertian dan sifat-sifat jajargenjang
serta rumus dan cara menghitung keliling dan luas
jajargenjang
Guru memberi contoh soal yang berkaitan dengan sifat-sifat
dan keliling serta luas jajargenjang
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Siswa mencatat penjelasan guru dan contoh soal yang telah
diberikan
Guru memberikan soal latihan
Siswa mengerjakan soal latihan
3. Penutup
Guru meminta siswa membuat rangkuman materi yang
telah dipelajari
Guru memberikan PR
VIII. Media dan Sumber Belajar
Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
-

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

98

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.

SOAL

SKOR

1.

Diketahui alas sebuah jajar genjang adalah (2p + 6) m, sedangkan

30

tingginya adalah setengah dari panjang alas. Tentukan luas jajar


genjang tersebut yang dinyatakan dengan p!
2.

Jajar genjang ABCD mempunyai titik koordinat A (2,-3), B (9,-3),


C (14,9). Tentukan:

30

a. Titik koordinat D
b. Luas jajar genjang ABCD
24
cm

3.

a. Tulislah dua buah rumus


untuk jajargenjang

17
c
m

15
c
m
F

ABCD di atas!

40

b. Hitunglah luas jajar


B

genjang ABCD

a. Tentukanlah panjang CE dengan menggunakan persamaan luas


JUMLAH

100

Tangerang Selatan, 2 Februari 2011


Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

99

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Kontrol
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan sifat-sifat belah ketupat
2. Menghitung keliling dan luas belah ketupat
3. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung keliling dan
luas belah ketupat
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan sifat-sifat belah ketupat
2. Siswa dapat menghitung keliling dan luas belah ketupat
3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung
keliling dan luas belah ketupat
V. Materi Pokok
Belah ketupat

100

VI. Metode Pembelajaran


Metode

: Pembelajaran Konvensional Model Klasikal

VII. Kegiatan Pembelajaran


1. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memotivasi siswa
Guru meminta siswa menyebutkan contoh benda-benda
yang berbentuk belah ketupat dalam kehidupan sehari-hari
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
2. Kegiatan inti :
Guru menjelaskan pengertian dan sifat-sifat belah ketupat
serta rumus dan cara menghitung keliling dan luas belah
ketupat
Guru memberi contoh soal yang berkaitan dengan sifat-sifat
dan keliling serta luas belah ketupat
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Siswa mencatat penjelasan guru dan contoh soal yang telah
diberikan
Guru memberikan soal latihan
Siswa mengerjakan soal latihan
3. Penutup
Guru meminta siswa membuat rangkuman materi yang
telah dipelajari
Guru memberikan PR
VIII. Media dan Sumber Belajar
Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
-

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

101

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.

SOAL

SKOR

1.

PQRS diketahui suatu bangun dengan P(2, 4); Q(2, 1); R(8, 4);

50

dan S(2, 7),


sedangkan T titik potong kedua diago-nalnya.
a. Bangun apakah yang terbentuk apa bila PQRS dihubungkan?
b. Tentukan koordinat titik T.
c. Hitunglah luas bangun PQRS.
2.

50

S
O

Pada belah ketupat PQRS, panjang diagonal PR : QS = 2 :


3. Jika luas belah ketupat tersebut 272 , tentukan panjang
diagonal PR!
JUMLAH

100

Tangerang Selatan, 3 Februari 2011


Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

102

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Kontrol
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan sifat-sifat layang-layang
2. Menghitung keliling dan luas layang-layang
3. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung keliling dan
luas layang-layang
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan sifat-sifat layang-layang
2. Siswa dapat menghitung keliling dan luas layang-layang
3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung
keliling dan luas layang-layang
V. Materi Pokok
Layang-layang

103

VI. Metode Pembelajaran


Metode

: Pembelajaran Konvensional Model Klasikal

VII. Kegiatan Pembelajaran


1. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memotivasi siswa
Guru meminta siswa menyebutkan contoh benda-benda
yang berbentuk layang-layang dalam kehidupan sehari-hari
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
2. Kegiatan inti :
Guru menjelaskan pengertian dan sifat-sifat layang-layang
serta rumus dan cara menghitung keliling dan luas layanglayang
Guru memberi contoh soal yang berkaitan dengan sifat-sifat
dan keliling serta luas layang-layang
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Siswa mencatat penjelasan guru dan contoh soal yang telah
diberikan
Guru memberikan soal latihan
Siswa mengerjakan soal latihan
3. Penutup
Guru meminta siswa membuat rangkuman materi yang
telah dipelajari
Guru memberikan PR
VIII. Media dan Sumber Belajar
Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
-

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

104

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.
1.

SOAL

SKOR

PQRS diketahui suatu bangun dengan P(2, 4); Q(2, 1); R(8, 4); dan S(2, 7),

50

sedangkan T titik potong kedua diago-nalnya.


a. Bangun apakah yang terbentuk apa bila PQRS dihubungkan?
b. Tentukan koordinat titik T.
c. Hitunglah luas bangun PQRS.
Diketahui layang-layang ABCD, dengan perbandingan diagonal AC
2

2.

dengan BD adalah 3 : 4 dan luasnya 384 . Hitunglsh psnjsng kedua

50

diagonal tersebut!
JUMLAH

100

Tangerang Selatan, 9 Februari 2011


Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

105

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Kontrol
Sekolah

: SMP Muhamadiyah 22 Setia Budi Pamulang

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester : VII / Genap


Tahun Ajaran

: 2010/2011

Alokasi Waktu

: 240 Menit (1Pertemuan)

I. Standar Kompetensi :
1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
II. Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

persegi

panjang,

persegi,

trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang


2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
III. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan sifat-sifat trapesium
2. Menghitung keliling dan luas trapezium
3. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung keliling dan
luas trapesium
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan sifat-sifat trapesium
2. Siswa dapat menghitung keliling dan luas trapezium
3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan menghitung
keliling dan luas trpesium
V. Materi Pokok
Trapesium

106

VI. Metode Pembelajaran


Metode

: Pembelajaran Konvensional Model Klasikal

VII. Kegiatan Pembelajaran


1. Pendahuluan :
Guru mengabsen siswa
Guru memotivasi siswa
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi
yang telah dipelajari sebelumnya
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai
2. Kegiatan inti :
Guru menjelaskan pengertian dan sifat-sifat trapesium serta
rumus dan cara menghitung keliling dan luas trapesium
Guru memberi contoh soal yang berkaitan dengan sifat-sifat
dan keliling serta luas trapesium
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Siswa mencatat penjelasan guru dan contoh soal yang telah
diberikan
Guru memberikan soal latihan
Siswa mengerjakan soal latihan
3. Penutup
Guru meminta siswa membuat rangkuman materi yang
telah dipelajari
Siswa diingatkan untuk mempelajari materi bangun datar
segi empat sebagai persiapan post test
VIII. Media dan Sumber Belajar
Buku teks Matematika VIIIB semester 2 :
-

Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, Seribu Pena MATEMATIKA jilid 1


untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.

107

Tampomas, Husein, Matematika Plus 1B SMP Kelas VII, Jakarta:


Yudhistira, 2006

IX. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar


Teknik

: Kuis dan Tes Tertulis

Bentuk Instrument : Tes Uraian


Instrument:
NO.
1.

SOAL

SKOR

Pada trapesium sama kaki ABCD, AB // CD dan AD = BC. Jika

50

panjang diagonal AC = (3x-2) cm dan BD = (x + 6) cm, maka


tentukanlah:

a. Nilai x

b. panjang AC
2.

Pada trapesium , // dan : = 4 : 3 Jika tinggi trapesium itu


8 , dan luasnya 1682 , hitunglah panjang P
S

50

JUMLAH

100

Tangerang Selatan, 10 Februari 2011


Guru Bidang Studi,

Peneliti

Suswardi, S.Pd,S.Pd,MM

Tuti Alawiah

NIP.

108

LEMBAR KERJA SISWA-1


Tema : Persegi Panjang
Menghubungkan konsep persegi panjang, simetri, operasi hitung bentuk aljabar
dan PLSV. Konsep simetri digunakan untuk membuktikan sifat-sifat persegi
panjang, dan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan PLSV digunakan untuk
menghitung keliling dan luas persegi panjang.

Tenis adalah permainan raket dan bola yang dimainkan baik di tempat
tertutup maupun terbuka di atas lapangan rumput, lempung, kayu atau
lapangan sintetis. Jika kita perhatikan, Lapangan tenis tersebut berbentuk
persegi panjang. Dalam kehidupan sehari-hari banyak benda-benda yang
berbentuk persegi panjang, contoh permukaan meja, papan tulis, pintu dan
lain-lain.

Sifat-Sifat Persegi Panjang


a. Sifat Sisi-Sisi Persegi Panjang
Perhatikan gambar persegi panjang ABCD, kemudian isilah titik titik
dibawah ini berdasarkan hasil pengamatanmu!

109

1) Pada gambar (i), persegi panjang


dibalik menurut sumbu simetri

C
C

, maka:

menempati , ditulis
menempati , ditulis
A
D

Jadi,
2) Pada gambar (ii), persegi panjang
menurut sumbu simetri

B
C

(i)

dibalik

, maka:

menempati , ditulis

menempati , ditulis

Jadi,
3)Karena

dan

(ii)

, maka dapat disimpulkan:

Dalam persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan


Selanjutnya perhatikan gambar di bawah ini!

ubin-ubin yang berbentuk persegi panjang dapat digeser sepanjang baris ke


kanan atau ke kiri dan sepanjang lajur ke atas atau ke bawah. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan selalu mempunyai jarak
yang tetap. Karena jarak sisi-sisi yang berhadapan selalu tetap, maka dikatakan
sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
Jadi dapat disimpulkan hal berikut ini:
Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar.

110

b. Sifat Sudut-Sudut Persegi Panjang

C
C

1) Perhatikan kembali gambar (i)!


menempati
menempati

, ditulis
ditulis

Jadi,

*(1)
A

(i)

2) Perhatikan gambar (ii)


*(2)
menempati , ditulis
menempati .., ditulis
Jadi,

*(3)

*(4)
Dari bentuk persamaan (1) sampai
dengan (4) dapat disimpulkan hal berikut ini:

Jadi,

(ii)

Maka dapat disimpulkan:


Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya
Selanjutnya perhatikan gambar di bawah ini

1 2
4 3

Empat buah persegi panjang diletakkan berisian seperti ditunjukkan


pada gambar di atas. Ternyata keempat bangun itu dapat menutup bidang datar

111

tanpa celah dan tidak saling menutupi. Hal ini menunjukkan bahwa empat
sudut persegi panjang membentuk sudut satu putaran penuh

Jadi, besar tiap-tiap sudut persegi panjang


Maka dapat disimpulkan:
Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya merupakan sudut

c. Sifat Diagonal-Diagonal Persegi Panjang


1) Pada gambar (iii), persegi panjang
dibalik menurut sumbu

D
C

, maka:

Jadi,
Dengan demikian dapat disimpulkan

(iii)

hal berikut ini!


Diagonal-diagonal dalam setiap persegi panjang .
D

2) Pada gambar (iv), persegi panjang

C
A

diputar putaran pada pusat , maka:


O

3) Pada gambar (v), persegi panjang

Jadi,
D

(iv)

B
C

diputar putaran pada pusat , maka:

Jadi,
A

(v)

112

Karena

dan

maka dapat disimpulkan hal berikut

ini:
Diagonal-diagonal dalam setiap persegi panjang berpotongan dan
.

Kesimpulan:
Persegi panjang adalah

.
.

Keliling Persegi Panjang


Keliling persegi panjang adalah jumlah panjang semua sisi persegi
panjang.
Contoh :
26

25

24

23

22

21

20

19

18

17

27

16

28

15

29

14
6 satuan

30

13

31

12

32

11
1

10

satuan

Misal panjang

dan lebar

, dan keliling persegi panjang adalah

maka, kelilingnya

Jadi,

satuan

atau

113

Luas Persegi Panjang


Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi
persegi panjang itu.
Contoh :
51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

41

42

43

44

45

46

47

48

48

50

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

10

6 satuan

satuan

Banyaknya kotak yang menutupi daerah persegi panjang adalah 60 kotak,


maka luas persegi panjang di atas adalah 60 satuan. Atau kita misalkan panjang
dan lebar

, dan luas persegi panjang adalah

, maka

Jadi, luas persegi panjang adalah

Contoh soal
1. Keliling sebuah persegi panjang

dan lebarnya

panjangnya dan tentukan luasnya!


Jawab
Dik: Lebar
Keliling

Luas persegi panjang

. Hitunglah

114

2. Gambar disamping menunjukkan bagian dalam


dari

ruang

sebuah

kamar.

berukuran

Pintu
dan

kamar
jendela

. Berapa banyak batu

berukuran

bata yang dibutuhkan untuk membuat ruang


tersebut, jika tiap
membutuhkan

permukaan tembok

buah batu bata?

Jawab:
Luas permukaan tembok

Batu bata yang dibutuhkan

buah
Latihan!
1. Keliling suatu persegi panjang

sedangkan panjang

lebar. Tentukan luas persegi panjang tersebut!


Jawab:

lebihnya dari

115

2. Persegi panjang PQRS dengan titik T berpotongan kedua diagonalnya. Jika P


(1,3) T (4,1) dan sisi-sisi persegi panjang sejajar sumbu koordinat:
a. Gambarlah persegi panjang PQRS
b. Tentukan koordinat titik Q, R dan S

Jawab:

4. Perhatikan

gambar di

samping ini!

Gambar tersebut menunjukkan lapangan


bulu tangkis dengan panjang
lebar

dan

. Lapangan tersebut akan

dicor beton dengan biaya

per

. Berapakah biaya yang diperlukan


untuk mengecor lapangan itu?
Jawab:

116

LEMBAR KERJA SISWA-2


Tema : Persegi
Menghubungkan konsep persegi, simetri, operasi hitung bentuk aljabar dan
PLSV. Konsep simetri digunakan untuk membuktikan sifat-sifat persegi, dan
konsep operasi hitung bentuk aljabar dan PLSV digunakan untuk menghitung
keliling dan luas persegi.

Gambar diatas adalah gambar seorang tukang yang sedang memasang ubin
lantai. Ubin tersebut merupakan salah satu contoh bentuk persegi dalam kehidupan
sehari-hari. Dapatkah kamu menyebutkan contoh bentuk persegi lainnya?

Sifat-Sifat Persegi
a. Sifat Sisi-Sisi Persegi
1) Pada gambar (i) persegi
diagonal

Jadi,

dibalik menurut

, maka:

*(1)

Jadi,

*(2)

117

2) Pada gambar (ii), persegi


diagonal

Jadi,

dibalik menurut D

, maka:

*(3)

Jadi,

*(4)

(ii)

Dari hasil-hasil tersebut diperoleh:

Jadi,
Maka, dapat disimpulkan bahwa:
Panjang sisi-sisi setiap persegi adalah
b. Sifat-Sifat Diagonal Persegi
1) Pada gambar (iii), persegi
diagonal

dibalik menurut D

, maka:

Jadi,

Jadi,

Karena
diagonal

dan
membagi

, maka

menjadi dua bagian A

dan

(iii)

yang sama besar.

2) Pada gambar (iv), Persegi


diagonal

Jadi,

Karena

dan
membagi

bagian yang sama besar.


3)

dibalik menurut

, maka:

Jadi,

diagonal

,
dan

maka A

menjadi dua

(iv)

118

Sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua sama besar oleh diagonaldiagonalnya, sehingga diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri
2) Pada gambar (iv), persegi

diputar

putaran

C
D

pada pusat , maka:

Jadi,

Jadi,
B

C
B

Jadi,

Jadi,

(iii)

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa


(satu putaran penuh)

Jadi,

(sudut siku-siku)

Diagonal-diagonal setiap persegi berpotongan membentuk sudut siku-siku


Kesimpulan
Persegi adalah

Keliling Persegi

Keliling persegi adalah jumlah panjang semua sisi persegi


Contoh :
18

17

16

15

14

13

19

12

20

11

21

10

22

23

24

7
1

satuan

6 satuan

119

Panjang dan lebar persegi mempunyai ukuran yang sama disebut sisi (S).
pada gambar di atas setiap sisi terdiri 6 satuan.
Maka, Keliling persegi

Jadi,

atau

Luas Persegi

Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi
persegi panjang itu.
Contoh :
31

32 33 34 35 36

25 26 27 28 29 30
19

20

21

22 23 24

13

14

15

16

17

18

10

11

12

6 satuan

satuan

Banyaknya kotak yang menutupi daerah persegi adalah 36 kotak, maka


luas persegi di atas adalah 36 satuan. Atau

Jadi, luas persegi adalah

Contoh soal:
1. Keliling

adalah

persegi,

dengan

. Hitung keliling dan luas persegi itu!


Jawab:
Karena

adalah persegi, maka haruslah

dan

120

2. Pada gambar disamping, Sebuah ruangan


berbentuk

persegi

panjang

berukuran

Jika lantai ruangan itu akan


dipasangi ubin yang berukuran 20 cm 20
cm, berapa buah ubin yang diperlukan?
Jawab:
Panjang ruangan
Lebar ruangan
Banyaknya ubin menurut ukuran panjang
Banyaknya ubin menurut ukuran lebar
Jadi, banyak ubin yang diperlukan seluruhnya adalah

Latihan!
1. Diketahui luas persegi sama dengan luas persegi panjang dengan panjang = 16
cm dan lebar = 4 cm. Tentukan keliling persegi tersebut!
Jawab:

121

3
cm

2. Berdasarkan gambar

5
cm

dibawah ini, tentukanlah:


a. Luas persegi panjang
ABCD

4
cm

5
cm

5
cm

5
cm

5
cm

b. Luas daerah yang tidak


diarsir

Jawab:

3. Diketahui sebuah arena tinju berbentu


persegi dengan panjang sisi
.
Disekeliling arena tinju itu dipasangi
pelindung berupa 3 utas tali.
a. Hitunglah keliling arena tinju itu!
b. Berapa meter jumlah tali yang
diperlukan?
Jawab:

5
cm

122

LEMBAR KERJA SISWA-3


Tema : Jajargenjang
Menghubungkan konsep jajar genjang, simetri, operasi hitung bentuk aljabar
dan PLSV. Konsep simetri digunakan untuk membuktikan sifat-sifat jajar
genjang, dan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan PLSV digunakan untuk
menghitung keliling dan luas jajar genjang.

Bentuk atap rumah pada gambar diatas adalah salah satu contoh bentuk
jajargenjang dalam kehidupan sehari-hari. Dapatkah kamu menyebutkan contoh
bentuk jajargenjang yang lain?

Perhatikan gambar di bawah ini!


C

(i)

C
B

(ii)

(iii)

Segitiga ABC pada gambar (ii) diputar setengah putaran pada titik tengah
BC, maka segitiga ABC dan bayangannya membentuk bangun jajargenjang ABDC
(gambar (iii))

123

Kesimpulan
Jajar genjang adalah

Sifat-Sifat Jajar Genjang


Perhatikan gambar jajargenjang ABCD, kemudian isilah titik titik dibawah
ini berdasarkan hasil pengamatanmu!
1) Pada gambar (i) jajar genjang

diputar

putaran

pada , maka:

Jadi,
Karena

C
O

dan

Jadi,

dan

dan

(i)

maka dapat disimpulkan bahwa:


Pada setiap jajar genjang, sisi-sisi yang berhadapan dan

2) Pada gambar (i), jajar genjang

diputar

putaran pada , maka:


. Jadi,

. Jadi,
Karena
dapat disimpulkan bahwa:

maka

(i)

Pada setiap jajargenjang, sudut-sudut yang berhadapan

124

3) Pada jajar genjang

dan

gambar (ii)

. Karena

Karena

dan

, maka:

dengan

maupun

(ii)
dengan

merupakan sudut dalam sepihak, maka:

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:


Pada setiap jajar genjang jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan
adalah

4) Pada gambar (iii) jajar genjang

diputar
D

putaran pada pusat , maka:


O

Jadi,
Karena

Jadi,
dan

dapat disimpulkan bahwa:

, maka

(iii)

Kedua diagonal pada setiap jajar genjang saling

125

Keliling Dan Luas Jajar Genjang


Perhatikan gambar di bawah ini!
Y
D

Keliling jajar genjang adalah jumlah semua panjang sisinya atau dua kali
jumlah panjang sisi-sisi yang berlainan.

Luas daerah jajar genjang


Luas daerah segitiga

Luas daerah segitiga

Jadi rumus luas luas jajar genjang adalah

126

Contoh:
1. Diberikan

jajargenjang

ABCD,

dengan

. Jika diketahui kelilingnya


pada sisi

panjangnya

luas jajargenjang

dan garis tinggi

, hitunglah nilai , panjang

Jawab:
Diketahui: keliling jajar genjang ABCD

Jawab:

dan

Nilai

Jadi, luas jajar genjang tersebut adalah

, panjang

127

Latihan!
1. Diketahui jajargenjang
dan luasnya

, panjang sisi

. Hitunglah panjang garis tinggi jajargenjang dan

kelilingnya!

Jawab:

2. a. Tulislah dua buah rumus untuk

24 cm

jajargenjang ABCD di samping ini!!


b. Hitunglah luas jajar genjang ABCD

17 cm

E
15 cm

c. Tentukanlah panjang CE dengan


menggunakan persamaan luas
A

Jawab:

128

3. Sebuah lantai berukuran


genjang dengan ukuran alas
dibutuhkan!

Jawab:

akan dipasang ubin yang berbentuk jajar


dan tinggi

. Hitunglah banyaknya ubin yang

129

LEMBAR KERJA SISWA-4


Tema : Belah Ketupat
Menghubungkan konsep belah ketupat, simetri, operasi hitung bentuk aljabar
dan PLSV. Konsep simetri digunakan untuk membuktikan sifat-sifat belah
ketupat, dan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan PLSV digunakan untuk
menghitung keliling dan luas belah ketupat

Pada hari raya Idul Fitri, kita sering menjumpai makanan khas hari raya yaitu
ketupat. Berdasarkan bentuknya ketupat merupakan contoh dari bangun belah ketupat.

Pengertian Belah Ketupat


Perhatikan gambar di samping ini!
Pada gambar disamping segitiga

A
C

sama kaki ABC dicerminkan terhadap sumbu


garis

BC

sehingga

segitiga

ABC

dan

bayangannya (segitiga ABC) membentuk segi


empat ABAC yang disebut belah ketupat
Kesimpulan
Belah Ketupat

B
A

130

Sifat-Sifat Belah Ketupat


Perhatikan gambar belah ketupat ABCD, kemudian isilah titik titik
dibawah ini berdasarkan hasil pengamatanmu!
1) Pada gambar (i)

sama dan sebangun dengan

, maka:
*(1)

*(2)
sama kaki, maka

*(3)

sama kaki, maka

*(4)

Dari persamaan-persamaan di atas diperoleh hubungan berikut:

(i)

(3)
(2)
(4)
Jadi,
Maka dapat disimpulkan bahwa:
Semua sisi setiap belah ketupat
D

2) Perhatikan belah ketupat

pada gambar (ii)!

Segitiga sama kaki

kongruen dengan segitiga

sama kaki

merupakan sumbu simetri

, maka

belah ketupat.
Segitiga sama kaki
segitiga sama kaki

sama dan sebangun dengan


, maka

merupakan sumbu
B

simetri belah ketupat. Karena

dan

merupakan

sumbu simetri, maka dapat disimpulkan bahwa:


Kedua diagonal setiap belah ketupat merupakan sumbu simetri

(ii)

131

3) Pada gambar (iii), belah ketupat


A

dibalik menurut sumbu simetri


maka

, sehingga
Pada gambar (iv), belah ketupat

dibalik menurut sumbu simetri


, maka

, sehingga

Karena

dan

kedua diagonal belah ketupat merupakan

(iii)

(iv)

sumbu simetri, maka dapat disimpulkan


bahwa:
Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan dan
dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
4) Pada gambar (v), belah ketupat

diputar

putaran pada , maka:


sehingga
B

sehingga

Karena

dan

maka dapat disimpulkan:

(v)

Kedua diagonal setiap belah ketupat saling dan


saling berpotongan tegak lurus

Keliling dan Luas Belah Ketupat


Keliling belah ketupat adalah jumlah semua panjang sisinya atau empat
kali jumlah panjang sisinya.

132

Perhatikan gambar di bawah ini!


A

Jika panjang sisi belah ketupat adalah

, maka

Keliling belah ketupat


B

Jadi, keliling belah ketupat adalah

Luas belah ketupat

Karena

dan

merupakan diagonal-diagonal belah ketupat, maka

Luas belah ketupat

Jadi, Luas belah ketupat adalah

Contoh soal
1.

Keliling belah ketupat ABCD adalah

dan panjang diagonal BD adalah

. Hitunglah luasnya!

Jawab:
20

Diketahui: keliling belah ketupat ABCD


B

12

20
O 12

Ditanya: Luas
20

20

133

Jawab:

Jadi, luas belah ketupat


2.

adalah

Luas belah ketupat PQRS adalah

. Perbandingan panjang PR : QS

adalah 12 : 5. Tentukan keliling belah ketupat PQRS!


Jawab:
Diketahui: luas belah ketupat PQRS

Ditanya: keliling belah ketupat


Jawab:

13

13 12
5
13 12

5
13

134

Latihan!
1. Panjang diagonal-diagonal suatu belah ketupat adalah
Jika luas belah ketupat tersebut
a. Nilai
b. Panjang diagonal kedua

Jawab:

, hitunglah:

dan

135

2. Pada belah ketupat PQRS, panjang diagonal PR : QS = 2 : 3. Jika luas belah


ketupat tersebut

, tentukan panjang diagonal PR!

Jawab:

3. Pak Sukur ingin memperindah lantai rumahnya seluas

dengan memasang

keramik. Setelah melihat katalog jenis dan ukuran keramik, akhirnya Pak Sukur
memilih keramik berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal I

. Jika

keramik yang dibutuhkan sebanyak 1000 buah, berapakah panjang diagonal II dari
keramik tersebut?

Jawab:

136

LEMBAR KERJA SISWA-5


Tema : Layang-layang
Menghubungkan konsep layang-layang, simetri, operasi hitung bentuk aljabar
dan PLSV. Konsep simetri digunakan untuk membuktikan sifat-sifat layanglayang, dan konsep operasi hitung bentuk aljabar dan PLSV digunakan untuk
menghitung keliling dan luas layang-layang.

Pada musim panas, anak-anak sering bermain layang-layang di lapangan yang


luas. Bentuk layang-layang merupakan contoh layang-layang dalam kehidupan seharihari.

Pengertian layang-layang

Perhatikan gambar di bawah ini!


A

B
(a)

(b)
(C)

137

Kedua segitiga pada gambar (a) dan (b) adalah segitiga sama kaki yang
memiliki alas yang sama panjang yaitu BD. Jika segitiga ABD dan CBD
diimpitkan alasnya, maka terbentuk bangun segi empat ABCD pada gambar (c)
yang disebut layang-layang
Kesimpulan:
Laylng-layang adalah

.
.

Sifat-Sifat Layang-Layang
Perhatikan gambar layang-layang ABCD, kemudian isilah titik titik
C

dibawah ini berdasarkan hasil pengamatanmu!


1) Perhatikan gambar (i), Layang-layang
dibentuk dari segitiga sama kaki

dan

segitiga sama kaki


sama kaki, maka
sama kaki, maka
Karena

dan

maka dapat disimpulkan bahwa: (i)

Pada setiap layang-layang, masih-masing sepasang sisinya


C

2) Perhatikan kembali gambar (i)!


sama kaki, maka

sama kaki, maka

Jadi,
Karena

, maka dapat disimpulkan bahwa:

(i)

Pada setiap layang-layang, terdapat sepasang sudut berhadapan yang .

138

3) Perhatikan gambar (ii)! Segitiga


, maka
Segitiga

sama kaki dengan

merupakan sumbu simetri.

sama kaki dengan

, maka

merupakan sumbu simetri.


Karena

dan

saling berpelurus, maka

adalah garis lurus yang merupakan sumbu simetri layanglayang

. Dengan demikian dapat disimpulkan

(ii)

bahwa:

Pada setiap layang-layang, salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri


.
4) Pada gambar (iii) layang-layang
sumbu simetri

dibalik menurut

, maka
D

Jadi,

Karena

dan

maka dapat
A

disimpulkan bahwa:

(iii)
Pada setiap layang-layang, salah satu diagonalnya
diagonal lain dan tegak lurus dengan diagonal itu.

Keliling dan Luas Layang-Layang


Keliling layang-layang
dua kali jumlah sisi yang berlainan.

adalah jumlah semua panjang sisinya atau

139

Perhatikan gambar di bawah ini!


C

Jika pada gambar layang-layang di samping,


dan

di nyatakan , maka

, dan keliling

Jadi, keliling layang-layang

Luas layang-layang

Karena

dan

merupakan diagonal-diagonal layang-layang, maka

Luas luas layang-layang

Jadi, Luas layang-layang adalah


Contoh soal
Diberikan layang-layang

dengan kedua diagonalnya berpotongan di

. Diketahui
dan

. Tentukan nilai , keliling dan luas layang-layang tersebut!

140

Jawab:
Nilai
A

Maka,
D

Jadi, kelilingnya adalah

dan luasnya

Latihan!
1.

adalah persegi panjang dan

adalah

layang-layang dengan
dan luas
. Hitunglah:
a. Keliling layang-layang
b. Luas persegi panjang
c. Luas daerah yang diarsir

141

Jawab:

2. PQRS diketahui suatu bangun dengan P(2, 4); Q(2, 1); R(8, 4); dan S(2, 7),
sedangkan T titik potong kedua diago-nalnya.
a. Bangun apakah yang terbentuk apa bila PQRS dihubungkan?
b. Tentukan koordinat titik T.
c. Hitunglah luas bangun PQRS.

Jawab:

142

0,9 m

2. Agus akan membuat laying-layang dengan


ukuran seperti gambar dibawah ini. Jika kertas
yang dimiliki
yang tidak dipakai!

Jawab:

. Tentukan sisi kertas


1,2 m

143

LEMBAR KERJA SISWA-6


Tema : Trapesium
Menghubungkan konsep trapesium, simetri, operasi hitung bentuk aljabar dan
PLSV. Konsep simetri digunakan untuk membuktikan sifat-sifat trapesium, dan
konsep operasi hitung bentuk aljabar dan PLSV digunakan untuk menghitung
keliling dan luas trapesium.

Bentuk trapesium biasanya kita jumpai pada atap rumah. Jenis trapesium
yang ditunjukkan oleh anak panah pada gambar di atas adalah trapesium sama
kaki yang memiliki sepasang sisi yang berhadapan sama panjang.
Perhatikan gambar trapesium ABCD, kemudian isilah titik titik dibawah
ini berdasarkan hasil pengamatanmu!

(i)

(ii)

(iii)

(iv)

Gambar (i) dan (ii) adalah trapesium sembarang karena keempat sisinya tidak
sama panjang
Gambar (iii) adalah trapesium sama kaki karena memiliki sepasang sisi
berhadapan .
Gambar (iv) adalah trapesium siku-siku karena trapesium tersebut memiliki sudut

144

Dari keempat mbar trapezium diatas dapat disimpulkan bahwa:


Trapesium adalah ..

Sifat-Sifat Trapesium:
C

Perhatikan gambar trapesium


dengan

sejajar dengan

merupakan sudut ..........

Besar
merupakan sudut ..

dengan
Besar

Berdasarkan jawaban di atas, dapat disimpulkan bahwa:


Pada setiap trapesium jumlah sudut yang berdekatan diantara dua garis
sejajar adalah

Keliling dan Luas Trapesium


D

Keliling trapesium adalah jumlah semua

sisinya. Jika pada gambar trapesium


di samping

dan

, maka keliling trapesium adalah


A

Jadi, keliling Trapesium adalah

145

Perhatikan gambar di bawah ini!


C

Trapesium

terdiri dari dua buah segitiga, yaitu

dan

Jadi, luas trapezium diperoleh dari luas segitiga.


Luas trapezium

Karena

dan

adalah sisi-sisi yang sejajar dan merupakan tinggi

trapesium, maka:
Luas trapesium

Contoh soal
1. Diketahui trapesium siku-siku

dengan
dan kelilingnya

Hitunglah panjang
Jawab:

, jajartengah

dan luas trapezium siku-siku.


C

Dik:

146

2. Pada gambar di bawah ini tampak sebuah gudang yang atapnya miring dan
lantainya horizontal. Pada dinding tembok
berukuran

Tentukan

luas

terdapat pintu yang


dinding

Jawab:
adalah trapezium siku-siku dengan
Luas dinding tembok

Jadi, luas tembok

adalah

dan

tembok

147

Latihan!
1. Salah satu sisi yang sejajar pada trapesium panjangnya dua kali panjang sisi
yang sejajar lainnya. Tinggi trapesium tersebut merupakan rata-rata dari
panjang sisi-sisi yang sejajar. Jika luas trapesium tersebut 324 cm2, maka
hitunglah tinggi dan panjang sisi-sisi yang sejajar pada trapesium tersebut!

Jawab:

2. Diberikan trapesium sama kaki

dengan

dan
dan

panjang jajartengah, keliling, dan luas trapezium itu!


Jawab:

. Jika
, hitunglah

148

3. Sebidang

tanah

berbentuk

trapesium
dan

. Jika sekeliling tanah itu

ditanami pohon palem yang jarak antar pohonnya

. Tentukanlah banyaknya

pohon palem yang dibutuhkan!


D

Jawab:

dengan

Kisi-Kisi Instrument Tes Pemahaman Konsep Matematika


Standar Kompetensi : Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifi-kasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.
2. Mengidentifi-kasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang.
3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
No
1.

2.

Dimensi

Sub Indikator

Menerjemahkan soal 1. Diberikan empat buah titik koordinat kartesius. Siswa menentukan jenis bangun datar tersebut
ke dalam bentuk
2. Disajikan sebuah ilustrasi soal cerita. Siswa membuat gambar bangun segiempat dari ilustrasi tersebut dan
gambar
menyebutkan jenis bangun yang dihasilkan dari gambar tersebut
Menafsirkan gambar 1. Menentukan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun yang tersaji dalam gambar
yang disajikan
2. Diketahui sebuah segitiga sembarang. Siswa membuat gambar bangun segiempat yang dihasilkan dari gabungan

No.
Soal
1a
3
1b
2

segitiga tersebut dan bayangannya, kemudian menentukan jenis bangun yang dihasilkan
3.

Menerapkan konsep
dalam perhitungan
matematis

1.Menentukan panjang alas jajar genjang jika diketahui luas serta perbandingan alas dan tinggi jajargenjang tersebut
2. Menghitung luas daerah yang diarsir dari konsep layang-layang dan belah ketupat
4. Menghitung keliling belah ketupat jika diketahui salah satu diagonal dan luasnya

4
5
6
7

5.Menghitung luas daerah yang diarsir dari konsep persegi panjang


6. Menghitung banyaknya persegi yang ada dalam bentuk persegi panjang

8
9

3. Menentukan nilai x dan keliling persegi panjang jika diketahui sisi dan luasnya

7. Diketahui sebuah tanah berbentuk trapesium. Siswa dapat menentukan luas trapesium dan menghitung harga
tanah tersebut
Jumlah

10a
10b
10

150

Lampiran 5

Uji Coba Instrument Pemahaman Konsep Matematika


Waktu

: 70 menit

Petunjuk

o Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakannya


o Tulislah nama dan kelas kamu pada lembar jawaban yang telah
disediakan
o Selesaikanlah semua soal sesuai dengan perintah, dan jawablah soal
pada lembar jawaban yang telah disediakan
o Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah
o Periksa kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan
1. Diberikan titik-titik O (0,0), A (6,0), B (6,4) dan C (0,4).
a. Apakah bentuk bangun OABC?
b. Apakah bangun OABC mempunyai pasangan garis yang sama panjang dan
sejajar? Jika ya, sebutkan!
2. Gambarlah sembarang segitiga ABC, kemudian tentukan titik P di tengah BC!
Gambarlah bayangan segitiga ABC jika diputar setengah putaran pada titik P!
Berbentuk apakah gabungan dari segitiga ABC dan bayangannya tersebut?
3. Seorang nelayan berlayar mencari ikan ke arah barat sejauh 4 km. Kemudian
nelayan itu menuju ke arah timur laut sejauh 2 km, lalu ke arah timur sejauh 4
km. Setelah ikan yang diperoleh cukup banyak, nelayan kembali ke tempat ia
berlabuh semula. Gambarlah rute perjalanan nelayan tersebut dengan skala 2
cm mewakili 1 km! Bangun apakah yang terbentuk dari rute perjalanan nelayan
tersebut!
4. Perbandingan alas dan tinggi suatu jajar genjang adalah 3 2. Jika luas jajar
genjang tersebut 150 cm2, tentukan panjang alas jajar genjang tersebut!

151

5. Perhatikanlah gambar dibawah ini! Tentukanlah luas daerah yang diarsir!

16

12

6. Sebuah persegi panjang dengan sisi = 5 + 3 dan =


8 . Jika luas persegi panjang 144 2 , tentukan nilai dan kelilingnya!
7. Suatu belah ketupat luasnya 96 2 . Jika panjang salah satu diagonalnya
16 , hitunglah keliling belah ketupat tersebut!
8. Gambar di bawah menunjukkan sebuah taman berbentuk persegi panjang
berukuran 12 10. Di pojok taman dibuat 2 buah saung berukuran
2 2 dan di tengah-tengah taman dibuat kolam berukuran 3 2,
sisanya ditanami rumput dan bunga. Hitunglah luas tanaman rumput dan
bunga!

10 cm
cm

12 cm
cm

9.

Sebuah ruangan berbentuk persegi panjang berukuran 4 3 Jika lantai


ruangan itu akan ditutupi ubin yang berukuran 25 25 , tentukan
berapa buah ubin yang diperlukan!

10. Sebidang tanah tampak seperti pada gambar di bawah ini.


. Panjang
= 120 , = 50 , = 62,5 dan kelilingnya 270

152

62,5

50

120

a. Hitunglah luas sebidang tanah itu!


b. Jika harga tanah adalah . 10.000,00/2 . Hitunglah besar uang yang
harus dikeluarkan untuk membeli tanah seluas itu!

153

Lampiran 6

Jawaban Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep Matematika

1.

6
5
C(0,4)
4

B(6,4)

3
2
1
O(0,0)

&

&

6A(6,0)
7

a. Persegi Panjang
b. Iya,

2.
C
B

(i)
C

D
2

A
(iii)

1
(ii)

154

3.

Y
U
BL

TL

3
2

1
-8

-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

B
D

4. Diketahui: Panjang alas = 3


Tinggi = 2
= 150 2
Ditanya: Panjang alas
Jawab:

Panjang alas = 3

150 = 3 2

=35

150 = 62

= 15

2 =

150
6

2 = 25

Jadi, panjang alasnya adalah 15

= 25
=5
5. Diketahui : Diagonal belah ketupat : 1 = 8
2 = 16
Diagonal layang-layang: 1 = 16
2 = 20
Ditanya: Luas daerah yang diarsir

T
G

155

Jawab: Luas daerah yang diarsir = Luas layang-layang luas belah ketupat
=

2
2

1 2 (2 1 2 )
16 20

1
2

8 16

= 160 64
= 94
Jadi, luas daerah yang diarsir adalah 94 2
6. Diketahui : Sisi = 5 + 3

Sisi = 8

Luas 144 2
Ditanya : nilai dan keliling

Jawab :

5 + 3
= 5 + 3

144 =

=5 3 +3

144 = 5 + 3 8

= 18

144 = 40 + 24
144 24 = 40

= 2( + )

120 = 40
=

= 2(18 + 8)

120

= 2(26)

40

=3

= 52

Jadi, nilai = 3 dan kelilingnya 52 2

7. Diketahui: Luas belah ketupat 96 2


1 = 16
Ditanya:

Keliling belah ketupat

Jawab:

= 2 1 2

96 = 2 16 2
96 = 8 2 2 =

96
= 12
8

156

= 82 + 62
= 64 + 36

= 100
6

= 10
= 4
= 4 10
= 40
8. Diketahui: Panjang taman = 12
Lebar taman = 10
Panjang kolam = 3
Lebar kolam = 2
Sisi saung = 2
Ditanya:

Luas tanaman rumput dan bunga!

Jawab:

Luas taman seluruhnya =


= 12 10
= 120 2
Luas dua buah saung

= 2 ( )
=2 22
= 8 2

Luas kolam =
=32
= 6 2
Luas tanaman rumput dan bunga = luas taman (luas saung+luas kolam)
= 120 8 + 6
= 120 14
= 106 2

157

9. Diketahui: Panjang ruangan = 4 = 400


Lebar ruangan = 3 = 300
Panjang ubin = 25
Lebar ubin = 25
Ditanya:

Ubin yang diperlukan untuk lantai ruangan?

Jawab:

Luas lantai ruangan =


= 400 300
= 120000 2
Luas satu keeping ubin = 2
= (25 ) 2
= 625 2
Ubin yang diperlukan adalah = 120000 625
= 192 ubin
Jadi, ubin yang diperlukan adalah 192 buah

10. Diketahui: //
= 270
= 120
= 50
= 62,5
Harga tanah . 10.000,00/2
Ditanya: a. Luas tanah
b. Uang yang harus dikeluarkan untuk membeli tanah tersebut
Jawab:
a. Luas tanah
= + + +
270 = 120 + 62,5 + + 50
270 = 232,5 +
= 270 232,5
= 37,5

158

1
( )
2
1
= ( + )
2
1
= (120 + 37,5) 50
2
=

= 3937,5
Jadi, luas tanah tersebut adalah 3937,5 2
b. Uang yang harus dikeluarkan = 3937,5 10.000
= 39.375.000
Jadi, Uang yang harus dikeluarkan untuk membeli tanah tersebut
adalah sebesar . 39.375.000

159

Lampiran 7

Instrument Pemahaman Konsep Matematika


Waktu

: 70 menit

Petunjuk

o Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakannya


o Tulislah nama dan kelas kamu pada lembar jawaban yang telah
disediakan
o Selesaikanlah semua soal sesuai dengan perintah, dan jawablah soal
pada lembar jawaban yang telah disediakan
o Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah
o Periksa kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan
1. Diberikan titik-titik O (0,0), A (6,0), B (6,4) dan C (0,4).
a. Apakah bentuk bangun OABC?
b. Apakah bangun OABC mempunyai pasangan garis yang sama panjang dan
sejajar? Jika ya, sebutkan!
2. Seorang nelayan berlayar mencari ikan ke arah barat sejauh 4 km. Kemudian
nelayan itu menuju ke arah timur laut sejauh 2 km, lalu ke arah timur sejauh 4
km. Setelah ikan yang diperoleh cukup banyak, nelayan kembali ke tempat ia
berlabuh semula. Gambarlah rute perjalanan nelayan tersebut dengan skala 2
cm mewakili 1 km! Bangun apakah yang terbentuk dari rute perjalanan nelayan
tersebut!
3. Perbandingan alas dan tinggi suatu jajar genjang adalah 3 2. Jika luas jajar
genjang tersebut 150 cm2, tentukan panjang alas jajar genjang tersebut!
4. Sebuah persegi panjang dengan sisi = 5 + 3 dan =
8 . Jika luas persegi panjang 144 2 , tentukan nilai dan kelilingnya!
5. Suatu belah ketupat luasnya 96 2 . Jika panjang salah satu diagonalnya
16 , hitunglah keliling belah ketupat tersebut!

160

6.

Sebuah ruangan berbentuk persegi panjang berukuran 4 3 Jika lantai


ruangan itu akan ditutupi ubin yang berukuran 25 25 , tentukan
berapa buah ubin yang diperlukan!

7.

Sebidang tanah tampak seperti pada gambar di bawah ini.


. Panjang
= 120 , = 50 , = 62,5 dan kelilingnya 270 .
D

62,5

50

120

a. Hitunglah luas sebidang tanah itu!


b. Jika harga tanah adalah . 10.000,00/2 . Hitunglah besar uang yang
harus dikeluarkan untuk membeli tanah seluas itu!

Lampiran 8

Uji Validitas Butir Instrumen


No.Nama x1a x1b x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10a x10b x1a2 x1b2 x22 x32 x42 x52 x62 x72 x82 x92 x10a2 x10b2 y x1ay x1by x2y x3y x4y x5y

x6y

x7y x8y x9y x10ay x10by

y2

16

16

16

30

90

30

60

120

120

30

90

120

90

90

60

900

16

16

16

16

16

36

108

36

36

108

144

144

72

108

144

144

144

108

1296

16

16

16

16

30

90

120

90

60

120

90

120

120

90

900

16

16

16

16

16

16

35

105

140

35

140

140

35

140

105

140

140

105

1225

16

16

16

16

16

16

37

74

37

37

111

148

148

111

148

148

148

148

111

1369

16

16

16

16

34

136

34

68

102

136

68

34

136

102

102

136

102

1156

16

16

16

16

34

102

136

34

34

102

136

34

102

136

102

136

102

1156

16

16

16

16

30

60

30

60

30

120

60

30

60

120

120

120

90

900

16

16

16

16

16

16

38

114

76

114

152

152

152

152

114

152

152

114

1444

16

16

26

52

26

78

104

26

52

78

78

104

78

676

16

16

21

42

84

63

84

21

42

63

21

21

441

16

16

16

34

68

68

102

68

136

136

136

102

68

102

68

102

1156

16

16

16

23

46

46

92

46

46

92

92

46

23

529

14

16

17

17

17

51

68

51

51

17

17

289

15

16

16

16

30

120

60

30

90

90

60

30

120

120

90

90

900

16

16

18

54

18

36

54

72

54

18

18

324

17

16

16

30

60

120

30

30

90

90

120

30

90

60

90

90

900

18

16

16

16

30

120

30

30

90

120

120

30

90

90

90

90

900

19

16

16

16

16

16

16

16

36

72

144

144

144

72

144

36

144

144

108

144

1296

20

16

15

30

15

30

30

60

30

15

15

225

21

16

16

16

16

16

48

64

48

48

256

22

16

16

16

35

105

140

140

105

105

140

105

70

105

105

105

1225

23

16

26

78

52

78

78

104

26

52

52

78

78

676

24

19

38

19

19

57

57

19

38

19

38

38

19

361

25

31

93

62

31

93

93

93

93

62

93

62

93

93

961

26

16

16

16

23

92

23

23

23

92

92

69

69

23

23

529

27

AA

16

16

16

26

52

26

104

52

104

26

52

78

78

104

676

28

AB

16

16

16

16

16

16

38

152

152

152

152

114

76

152

114

114

152

114

1444

29

AC

16

14

14

14

14

56

28

42

14

14

196

30

AD

16

16

27

54

27

27

108

27

54

81

81

108

81

81

729

31

AE

16

16

16

31

93

31

62

93

124

124

31

93

93

93

124

961

72 41 32 48 103 99 67 58 95 96

84

75

221 870 2168 1318 953 1474 3001 2793

2054

rtab
Kriteria

V IV V

V IV V V IV V

rhit

0.301 0.219

4
2

0.301 0.778

2
4

0.301 0.501

3
2

0.301 0.077

2
0

0.301 0.641

2
2

0.301 0.436

L
M

0.301 0.234

12
13

0.301 0.789

0.301 0.841

0.301 0.464

0.301 0.559

11

0.301 0.542

10

214 111 68 128 361 339 221 174 311 312 274

1878 2705 2765 2585 2302 25996

162

PERHITUNGAN UJI VALIDITAS INSTRUMEN


Langkah-langkah perhitungan uji validitas tes yaitu sebagai berikut:
Contoh perhitungan soal no. 1a
1. Menentukan nilai nilai ,

1 ,

= Banyaknya Responden = 31
1 = Jumlah skor item ke-1 = 72
= Jumlah skor total seluruh siswa = 870
1 2 = Jumlah kuadrat skor soal nomor 1 = 214
2 = Jumlah kuadrat skor total seluruh siswa = 25996
1 = Jumlah hasil kali skor dengan skor total tiap siswa pada
item ke-1 = 2168

2. Menentukan nilai

31 2168 72 870
31 214 72
=

31 25996 870

67208 62640
6634 5184 805876 756900
= 0,542

3. Menentukan
= 2 = 31 2 = 29 dan = 0,05, maka diperoleh = 0,301
4. Membandingkan dan
Karena > , 0,542 > 0,301 maka soal nomor 1a valid

Untuk soal nomor 1b dan seterusnya, perhitungan uji validitasnya sama


dengan perhitungan soal nomor 1a

Lampiran 9

Taraf Kesukaran
No.

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD
AE

Nomor Soal
1a

1b

10a

10b

84
75
72
41
32
48
103
99
67
58
95
96
S
Skor maksimal 124
124
124
124
124 124 124 124
124
124
124
124
P
0.581 0.331 0.258 0.387 0.831 0.798 0.540 0.468 0.766 0.774 0.677 0.605
Kriteria
Sedang Sedang Sukar SedangMudahMudah Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang

164

PERHITUNGAN UJI TARAF KESUKARAN TES


Langkah-langkah perhitungan taraf kesukaran butir tes yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan nilai = Skor seluruh siswa peserta tes untuk setiap butir
soal
2. Menentukan nilai = Skor maksimal yang mungkin diperoleh peserta
tes
3. Untuk soal nomor 1a, perhitungan taraf kesukarannya sebagai berikut:
= 72, = 124
4. Menentukan nilai = indeks/taraf kesukaran
=
=

72
124

= 0,581
5. Menentukan kriteria indeks kesukaran
Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran, nilai = 0,581 berada pada
kisaran 0,31 0,70, maka soal nomor 1a memiliki tingkat kesukaran
sedang.

Untuk soal nomor 1b dan seterusnya, perhitungan taraf kesukarannya sama


dengan perhitungan soal nomor 1a.

Lampiran 10

Daya Pembeda
Kelompok

Kelompok
Atas

Kelompok
Bawah

1a

1b

10a

10b

24

17

13

20

31

26

21

27

26

29

30

25

11

22

27

22

22

Nomor Soal
5
6

0.406 0.469 0.188 0.406 0.281 -0.031 0.500 0.750 0.125 0.219 0.688 0.563
DP
Kriteria
B
B
J
B
C
TB
B
J
C
BS
B
B

166

PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA TES


Langkah-langkah perhitungan daya pembeda butir tes, yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan nilai = Total skor peserta kelas atas
2. Menentukan nilai = Total skor peserta kelas bawah
3. Menentukan nilai = Skor maksimal yang mungkin diperoleh peserta
kelas atas
4. Menentukan nilai = Skor maksimal yang mungkin diperoleh peserta
kelas bawah
5. Untuk soal nomor 1a, perhitungan daya pembedanya sebagai berikut:
= 24, = 13, = 32, = 32
Menentukan nilai
=
=

24 13

32 32

= 0,344
6. Menentukan kriteria
Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai = 0,344 berada pada
kisaran 0,21 0,40, maka soal nomor 1a memiliki daya pembeda yang
cukup.

Untuk soal nomor 1b dan seterusnya, perhitungan daya bedanya sama


dengan perhitungan daya beda soal nomor la .

Lampiran 11

Reliabilitas Instrumen Tes


No.

Nomor Soal

Nama
1a

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

A
3
B
3
C
0
D
3
E
2
F
4
G
3
H
2
I
3
J
2
K
0
L
2
M
2
N
0
O
4
P
3
Q
2
R
4
S
2
T
2
U
0
V
3
W
3
X
2
Y
3
Z
4
AA
2
AB
4
AC
0
AD
2
AE
3
Jumlah
72
Jumlah Kuadrat 214
i2
Si2
t2
rhit

1b

10a

10b

41

48

103

67

58

96

84

75

111

128

361

221

174

312

274

221

1.559 1.892 1.789 0.626 2.540 2.183 0.490 4.546 1.318


16.944
47.714
0.725

Skor Kuadrat
Total Skor
22
27
24
27
28
27
25
22
31
19
16
25
15
9
22
10
23
22
30
8
8
26
21
14
24
15
22
28
7
23
24
644
2016

484
729
576
729
784
729
625
484
961
361
256
625
225
81
484
100
529
484
900
64
64
676
441
196
576
225
484
784
49
529
576
14810

168

PERHITUNGAN UJI RELIABILITAS INSTRUMEN


Langkah-langkah perhitungan reliabilitas instrumen yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan nilai 2 =
1 2 =
=

2 2
1

1 2

1 2

1
31 214 72 2
31 30

= 1,559
2 = 1 2 + 1 2 + 2 2 + 3 2 + 4 2 + 5 2 + 6 2 + 7 2 + 7 2
= 1,559 + 1,892 + 1,789 + 0,626 + 2,540 + 2,183 + 0,490 + 4,546 + 1,318
= 16,943
2. Menentukan nilai 2 =
2 =

2 2
1

31 14810 644
31 30

= 47,714
3. Menentukan nilai = banyak butir soal yang valid = 9
4. Menentukan nilai r dengan menggunakan rumus alpha cronbach:
11

=
1
=

9
91

= 0,725

2
1 2

16,943
47,714

169

Lampiran 12

NILAI POSTTEST SISWA


KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.

Kelas Eksperimen
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
A17
A18
A19
A20
A21
A22
A23
A24
A25
A26
A27
A28
A29

Nilai
47
64
50
86
67
58
53
78
61
50
64
42
81
31
39
61
67
72
75
47
50
67
53
61
53
61
72
61
72

No. Kelas Kontrol


1.
B1
2.
B2
3.
B3
4.
B4
5.
B5
6.
B6
7.
B7
8.
B8
9.
B9
10.
B10
11.
B11
12.
B12
13.
B13
14.
B14
15.
B15
16.
B16
17.
B17
18.
B18
19.
B19
20.
B20
21.
B21
22.
B22
23.
B23
24.
B24

Nilai
67
61
50
33
31
64
50
61
50
83
44
56
31
56
50
61
78
64
33
56
50
61
42
50

170

Lampiran 13

PERHITUNGAN DISTRIBUSI FREKUENSI


KELAS EKSPERIMEN

1.

Menentukan Distribusi Frekuensi


a. Data Nilai Siswa
31 39 42 47 47 50 50 50 53 53
53 58 61 61 61 61 61 64 64 67
67 67 72 72 72 75 78 81 86
b. Menentukan Rentang Kelas
J X max X min

86 31
55
c. Menentukan Banyak Kelas
K 1 3,3 Log n
1 3,3 Log 29
1 4,82
5,82
6
d. Menentukan Panjang Kelas
J
P
K
55

6
9,16
10

171

Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kelas Eksperimen

No. Interval

Titik
Tengah

Frekuensi
fi

f (%)

(xi)

xi2

fixi

fixi2

(xi - x)4

fi(xi -x)4

31 40

6.90%

35.5

1260.25

71

2520.5

423969.77

847939.53

41 50

20.69%

45.5

2070.25

273

12421.5

57977.31

347863.86

51 60

13.79%

55.5

3080.25

222

12321

926.59

3706.36

61 70

10 34.48%

65.5

4290.25

655

42902.5

403.81

4038.14

71 80

17.24%

75.5

5700.25

377.5

28501.25

43995.19

219975.94

81 90

6.90%

85.5

7310.25

171

14620.5

359286.92

718573.83

29

100%

Jumlah

23711.5 1769.5 113287.25 886559.59 2142097.67

Rata-rata

61.02

Median

63.00

Modus

65.95

Varians

189.90

Simpangan Baku

13.78

2. Menentukan Nilai Mean, Median, Modus, Varians, Kemiringan, dan


Keruncingan
a. Menentukan Nilai Mean
X

fx
f
i

1769 ,5
29
61,02

b. Menentukan Nilai Median


Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:

nF

Me b p 2
f

Dimana:
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas

172

n = banyaknya data
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f = nilai frekuensi kelas median

Maka nilai median dari data di atas adalah:

nF

Me b p 2
f

14,5 12
60,5 10

10
63
c. Menentukan Nilai Modus
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini:

d1
Mo b p
d1 d 2

Dimana:
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas
d1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
d2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
Maka nilai modus dari data di atas adalah:
d1

Mo b p
d1 d 2
6
60,5 10
11
65,95

173

d. Menentukan Nilai Varians

n f i xi f i xi
2

Varians ( S )
2

n(n 1)

(29)(113287,25) - (1769,5)2
(29)(28)
189,90

Simpangan Baku ( S ) 189,90


13,78
e. Menentukan Koefisien Kemiringan/Skewness
Sk

X MO
S

Dimana:
X = rata-rata
= Modus
= simpangan baku
Kriteria :
< 0 kurva melandai ke kiri
= 0 kurva normal
> 0 kurva melandai ke kanan
Koefisien kemiringan ( ) pada kelas eksperimen diperoleh sebagai
berikut:

X MO
S
61,02 65,95

13,78
0,36

Sk

174

f. Menentukan nilai koefisien Keruncingan/Kurtosis 4


Untuk menghitung tingkat keruncingan suatu kurva (koefisien kurtosis)
digunakan rumus (4 ) sebagai berikut:
1

4 =

Dimana:
4 = koefisien kurtosis
= nilai data ke-i

= nilai rata-rata
= frekuansi kelas ke-1
= banyaknya data
= simpangan standar
Kriteria:
4 < 3 Platykurtik (kurva agak datar)
4 = 3 Mesokurtik (kurva distribsi normal)
4 > 3 Leptokurtik (kurva runcing)
Koefisien kurtosis (4 ) pada kelas eksperimen diperoleh sebagai berikut:
1

4 =

1
2142097,67
29
=
36057,60445
= 2,049

175

Lampiran 14

PERHITUNGAN DISTRIBUSI FREKUENSI


KELAS KONTROL

1.

Menentukan Daftar Distribusi Frekuensi


a. Data Nilai Siswa
31 31 33 33 42 44 50 50
50 50 50 50 56 56 56 61
61 61 61 64 64 67 78 83
b. Menentukan Rentang Kelas
J X max X min

83 31
52
c. Menentukan Banyak Kelas
K 1 3,3 Log n
1 3,3 Log 24
1 4,55
5,55
6
d. Menentukan Panjang Kelas
J
P
K
52

6
8,67
9

176

Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol


Frekuensi
No Interval

Titik
Tengah

fi

f (%)

(xi)

xi2

fixi

fixi2

(xi - x)4

fi(xi - x)4

31 39

16.67

35

1225

140

4900

144590.06

578360.25

40 48

8.33

44

1936

88

3872

12155.06

24310.13

49 57

37.50

53

2809

477

25281

5.06

45.56

58 66

25.00

62

3844

372

23064

3164.06

18984.38

67 75

4.17

71

5041

71

5041

74120.06

74120.06

76 84

8.33

80

6400

24

100

Jumlah

12800 422825.06 845650.13


1308 74958 656859.38 1541470.50
160

Rata-rata

54.50

Median

54.5

Modus

54.8

Varians

159.65

Simpangan Baku

12.64

2. Menentukan Nilai Mean, Median, Modus, Varians, Kemiringan, dan


Keruncingan
a. Menentukan Nilai Mean
X

fx
f
i

1308
24
54 ,5

b. Menentukan Nilai Median

nF

Me b p 2
f

Dimana:
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
n = banyaknya data

177

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median


f = nilai frekuensi kelas median

Maka nilai median dari data di atas adalah:

nF

Me b p 2
f

12 6
48,5 9

9
54,5
c. Menentukan Nilai Modus
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini:

d1
Mo b p
d1 d 2

Dimana:
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas
d1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
d2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
Maka nilai modus dari data di atas adalah:
d1
Mo b p
d1 d 2
7
48,5 9
10
54,8

178

d.

Menentukan Nilai Varians

n f i xi f i xi
2

Varians ( S )
2

n(n 1)

(24)(74958) - (1308)2
(24)(23)
159,65

Simpangan Baku ( S ) 159,65


12,64
e. Menentukan Koefisien Kemiringan/Skewness
Sk

X MO
S

Dimana:
= rata-rata
= Modus
= simpangan baku
Kriteria :
< 0 kurva melandai ke kiri
= 0 kurva normal
> 0 kurva melandai ke kanan
Koefisien kemiringan ( ) pada kelas kontrol diperoleh sebagai berikut:

X MO
S
54,5 54,8

12,64
0,02

Sk

f. Menentukan nilai koefisien Keruncingan/Kurtosis 4


Untuk menghitung tingkat keruncingan suatu kurva (koefisien kurtosis)
digunakan rumus (4 ) sebagai berikut:

179

1
4 =

Dimana:
4 = koefisien kurtosis
= nilai data ke-i

= nilai rata-rata
= frekuansi kelas ke-1
= banyaknya data
= simpangan standar
Kriteria:
4 < 3 Platykurtik (kurva agak datar)
4 = 3 Mesokurtik (kurva distribsi normal)
4 > 3 Leptokurtik (kurva runcing)
Koefisien kurtosis (4 ) pada kelas kontrol diperoleh sebagai berikut:
1

4 =

1
1541470,50
24
=
25526,32508
= 2,516

180

Lampiran 15

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN


Mean ( X ) 61,02

Simpangan Baku ( S ) 189,90


13,78
Nilai

Batas

P(Z)

30,5

-2.21

0.0134

40,5

-1.49

0.0682

50,5

-0.76

0.2226

Kelas

31-40
41-50
51-60
60,5

-0.04
0.69
1.41
2.14

0.0548

1.5904

0.11

0.1544

4.4769

0.52

0.2623

7.6080

1.71

0.2693

10

7.8100

0.61

0.1670

4.8432

0.01

0.0625

1.8133

0.02

Tabel

0.9213

81-90
90,5

0.7543

71-80
80,5

0.4849

61-70
70,5

Luas Z

0.9838
2 hitung

2.97

2tabel

7.82

Kesimpulan: data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Uji normalitas yang di gunakan adalah uji Chi Kuadrat, dengan rumus:
2
k ( f oi f ei )
2

f ei
i 1

Langkah-langkahnya :
1. Menentukan Hipotesis
H0 = data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = data sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

181

2. Menentukan nilai 2 hitung


2
k ( f oi f ei )
f ei
i 1
2,97

3. Menentukan 2 tabel
Selanjutnya menentukan 2 tabel dengan = 3 = 6 3 = 3 dengan
menyatakan banyak kelas interval, dan taraf signifikan 0,05 , diperoleh
nilai 2 tabel

(1- , dk)

= 2 tabel

(0,95;3) =

7,82 .

4. Menentukan kriteria pengujian


Jika 2 hitung 2 tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika 2 hitung 2 tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak
Karena 2 hitung 2 tabel (2,97 7,82), maka H0 diterima, artinya data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

182

Lampiran 16

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS KONTROL


Mean ( X ) 54 ,5

Simpangan Baku ( S ) 159,65


12,64
Nilai

Batas

P(Z)

30.5

-1.90

0.0288

39.5

-1.19

0.1177

Kelas

31-39
40-48
48.5

-0.47
0.24

0.0889

2.5773

0.79

0.1998

5.7952

2.49

0.2763

8.0126

0.12

0.2350

6.8144

0.10

0.1229

3.5641

1.84

0.0395

1.1456

0.64

Tabel

0.5938

58-66
66.5

0.3175

49-57
57.5

Luas Z

0.95

0.8288

67-75
75.5

1.66

0.9517

84.5

2.37

0.9912

76-84
2 hitung

5.97

2tabel

7,82

Kesimpulan: data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Uji normalitas yang di gunakan adalah uji Chi Kuadrat, dengan rumus:
2
k ( f f ei )
2 oi
f ei
i 1

Langkah-langkahnya :
1. Menentukan Hipotesis
H0 = data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = data sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

183

2. Menentukan nilai 2 hitung


2
k ( f oi f ei )
f ei
i 1
5,97

3. Menentukan 2 tabel
Selanjutnya menentukan 2 tabel dengan = 3 = 6 3 = 3 dengan
menyatakan banyak kelas interval, dan taraf signifikan 0,05 , diperoleh
nilai 2 tabel

(1- , dk)

= 2 tabel

(0,95;3) =

7,82 .

4. Menentukan kriteria pengujian


Jika 2 hitung 2 tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika 2 hitung 2 tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak
Karena 2 hitung 2 tabel (5,97 7,82), maka H0 diterima, artinya data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

184

Lampiran 17

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

Kelompok

Varians
(S2)

Eksperimen

189,90

Kontrol

Fhitung

Ftabel

Kesimpulan

1,19

2,26

Kedua varians populasi


homogen

159,65

Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan rumus:

S1

S2

var ians terbesar

var ians terkecil

n f i xi f i xi
2

dengan Varians ( S )
2

n(n 1)

Langkah-langkahnya :
1. Menentukan hipotesis
H0 = data sampel berasal dari populasi yang homogen
H1 = data sampel tidak berasal dari populasi yang homogen
2. Menentukan nilai Fhitung

S1

S2

189,90
159,65
1,19

3. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians


terkecil).
db pembilang = n -1 = 29 1 = 28
db penyebut = n 1 = 24 1 = 23

185

4. Menentukan Ftabel
Selanjutnya menentukan Ftabel , dengan db pembilang 28, db penyebut 23 dan
taraf signifikan 0,05 , diperoleh nilai Ftabel (/2 , n-1, n-1) = Ftabel(0,025;28;23) =
2,26
5. Menentukan kriteria pengujian hipotesis

Jika < maka 0 diterima dan 1 ditolak


Jika > maka 0 ditolak dan 1 diterima
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh Fhitung = 1,19 dan Ftabel = 2,26
karena Fhitung < Ftabel (1,19 < 2,26), maka H0 diterima, artinya kedua varians
populasi homogen.

186

Lampiran 18

PERHITUNGAN PENGUJIAN HIPOTESIS STATISTIK

Statistik

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

61,02

54,50

189,90

159,65

Rata-rata
2

Varians (S )
Sgabungan

13,28

thitung

1,78

ttabel

1,68

Kesimpulan

Tolak H0 dan terima H1

Langkah-langkahnya:
1. Menentukan nilai Sgabungan
(n1 1) S1 (n2 1) S 2
n1 n2 2
2

S gab

(29 1)(189,90) (24 1)(159,65)


29 24 2
13,28

2. Menentukan nilai

t hit

X1 X 2
S gab

hitung

1
1

n1 n 2

61,02 54,50
(13,28)

1,78

1
1

29 24

187

3. Menentukan nilai
Selanjutnya mencari dengan = 1 + 2 2 = 29 + 24 2 = 51
dan taraf signifikan 0,05 , didapat nilai = 1,68.
4. Menentukan kriteria pengujian
Jika maka 0 diterima dan 1 ditolak
Jika > maka 0 ditolak dan 1 diterima
Dari hasil perhitungan di atas didapat = 1,78 dan =
1,68. Karena > (1,78 > 1,68, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya, Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen
(yang diajarkan dengan Pembelajaran Terpadu Model Connected) lebih tinggi
daripada rata-rata pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol (yang
menggunakan pembelajaran konvensional).

189

Lampiran 20

190

Lampiran 21

TABEL CHI-SQUARE

191

Lampiran 22

TABEL UJI-F

Lanjutan Tabel Uji F

192

LANJUTAN TABEL UJI-F

193

Lampiran 23

TABEL UJI-T

You might also like