Professional Documents
Culture Documents
PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
ANALISA UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAERAH
GEJAWAN , GAMPING , SLEMAN , YOGYAKARTA
( FORMASI SENTOLO )
Disusun Oleh :
Nama
: ISKANDAR TUASAMU
No.Mhs
: 4100090
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
ANALISA UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAERAH
GEJAWAN , GAMPING , SLEMAN , YOGYAKARTA
( FORMASI SENTOLO )
OLEH :
LUKMAN CAHYANINGTYAS
410009020
Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan dorongan
kepada:
1.
2.
3.
4.
Menyadri tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan
penulisan laporan ini, apa yang terdapat di dalamnya masih banyak kekurangan.
Maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca.
Akhir kata, praktikan berharap laporan resmi ini dapat berguna bagi para
pembaca pada umumnya dan bagi praktikan sendiri pada khususnya.
( Lukman Cahyaningtyas )
KATA PENGANTAR
Sebagai prakata,puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT ,karena atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini di susun untuk melengkapi semua teori yang
telah diberikan dalam materi kuliah agar kami lebih mengerti dan dapat menerapkannya.
Disini,yang sangat ingin penulis sampaikan adalah ucapan terima kasih yang sangat mendalam
kepada bapak dosen,yang telah membimbing saya untuk dapat menyelesaikan tugas ini,serta
kepada pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu proses penulisan
tugas makalah Petrografi yangb LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLGI
ANALISISA UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN Akhirnya,penulis juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang tentunya selalu berdoa demi
kesuksesan putra-putrinya.
Harapan penulis,semoga tugas ini bermanfaat dalam materi perkuliahan , dan dijadikan referensi
sekaligus acuan bagi para pembaca untukdapat diterapkan dalam pembelajaran.
Sesuaidengan pepatah, Tak Ada Gading Yang Tak Dapat Retak,maka kritik dan saran yang
bersifat konstruksif sangat penulis harapkan demi kemajuan dan kualitas tugas ini,agar di
kesempatan lain saya dapat membuat yang lebih baik dari ini.
( Lukman Cahyaningtyas )
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan
untuk
melengkapi
MIKROPALEONTOLGI
menyelesaikan
LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
ANALISISA UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN pada
smester IV tahun 2011 Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional STTNAS
Yogyakarta.
Disusun oleh:
Nam : Iskandar Tuasamu
NIM : 410009033
Jurusan : T. Geologi
Disahkan oleh
Mahasiswa
(Asisten Mikropaleontologi)
(Iskandar Tuasamu)
HALAMAN PENGESAHAN
Lukman Cahyaningtyas
410009020
Di sahkan oleh :
Asisten Mikropaleontologi
LABORATORIUM SOFTROCK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2011
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
1
3
3
3
4
4
5
5
6
7
16
20
2.4.1
23
2.4.2
24
2.4.3
Aperture................................................................................................................
25
2.4.4
30
2.4.5
35
36
2.6
46
Aplikasi Foraminifera...............................................................................
47
49
78
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................................
53
SARAN ......
54
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
56
LAMPIRAN.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau
test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil,
setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari
kamar-kamar yang tersusun sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada
yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan
satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikelpartikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO 3 (kalsit atau aragonit)
tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100
mikrometer sampai 20 sentimeter.
Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus
berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera
bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas
bumi.
a. Biostratigrafi
Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada beberapa alasan
bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga khususnya untuk menentukan
umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada
di bumi sejak jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu.
Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies
yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai
populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua
lingkungan laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan
atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.
tempat foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan
posisi daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan
perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es.
Sebuah contoh kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih
hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut dapat
digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau - di tempat kumpulan fosil foraminifera
diperoleh - ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah perconto mengandung
kumpulan fosil foraminifera yang semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada
beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk
tersebut adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik
(prosentase foraminifera plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik dan bentonik),
rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia
material penyusun cangkang.
Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena mencerminkan sifat
kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai contoh, perban-dingan isotop oksigen
stabil tergantung dari suhu air. Sebab air bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih
banyak isotop yang lebih ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera
plangtonik dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia
telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa lampau. Data
tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut telah berubah di masa lampau
dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di masa yang akan datang (keakurasiannya
belum teruji).
1.2.
berdasarkan keterdapatan
berkelompok.
Palu Sedimen
Meteran
Larutan HCl
Kantong Plastik dan label
Buku lapangan
Kamera digital
Pada saat analisa fosil di Laboratorium Mikropaleontologi diperlukan alat dan bahan
seperti berikut ini :
a.
b.
c.
d.
Mikroskop binokuler
Kertas sample ( sebagai tempat mikrofosil yang akan di analisa )
Peralatan tulis ( kertas deskripsi, bolpen)
Wadah kecil sebagai tempat pencarian mikrofosil
digunakan metode residu, digunakan paling cocok karena batuannya berupa batuan
sedimen befraksi halus seperti: batulempung, serpih, batulanau, batupasir gampingan,
dan batugamping klastik halus
Langkah- langkah dalam preparasi mikrofosil (metode residu) yaitu :
1. Ambil + 100 - 300 gram sedimen kering.
2. Jika keras atau agak keras ditumbuk pelan-pelan dengan palu besi / porselen.
3. Larutkan sedimen tersebut dengan H2O2 (10 - 15%) agar mikrofosil
terpisah dari matrik pengikatnya.
4. Tunggu 2-5 jam sampai tidak ada reaksi lagi.
5. Cuci dengan air deras di atas saringan berukuran 30 - 60 - 100 mesh.
6. Ambil dan keringkan residu yang teringgal pada searingan 60 dan 100
mesh dengan menggunakan oven (+ 600 C).
7. Setelah kering masukkan kedalam kantong plastik dan diberi label sesuai
nomor sampel yang dipreparasi.
8. Sampel siap dideterminasi.
Jumlah sample ada 6 buah kantong sample yang berisi persample lapisan setiap
batuan sebesar genggaman tangan. Setiap dua sample mencirikan satu lapisan yang
nantinya mewakili dengan ukuran mesh yang berbeda (mesh 60 dan mesh 100). Ada 3
lapisan dan 6 sample.Ke enam sample tersebut cukup untuk mewakili bagian bawah,
tengah, dan atas.
1.8 Fosil yang Digunakan
Fosil yang digunakan dalam determinasi dan tahapan dalam penelitian umur dan
lingkungan pengendapan lebih lanjut adalah mikrofosil : Foraminifera Plangtonik dan
foraminifera benthonik, tetapi untuk lebih diutamakan Fosil Foraminifera plangtonik
karena akan dihubungkan dengan tujuan akhir penentuan umur batuan,sedangkan fosil
benthonik hanya untuk zone pengendapan (terbentuknya).
BAB II
DASAR TEORI
1.2.
besar sehingga
mengamainya menggunakan mikroskop serta sayatan tipis dari fosil-fosil, sifat fosil mikro dari
golongan
foraminifera
kenyataannya
foraminifera
mempunyai
fungsi/berguna
untuk
mempelajarinya.
Dari cara hidupnya dibagi menjadi 2 :
1. Pellagic (mengambang)
a. Nektonic (bergerak aktif)
b. Lanktonic (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya
2. Benthonic (pada dasar laut)
a. Secile (mikro fosil yang menambat/menepel)
b. Vagile (merayap pada dasar laut)
Dari dua bagian itu digunakan pada ilmu perminyakan dimana dari kedua fosil itu identik
dengan hidrokarbon yang terdapat pada trap (jebakan). Dalam geologi struktur dimana dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya sesar, kekar serta lipatana.
2.3.
1.
2.
3.
4.
melingkupi.
Membantu studi mengenai species.
Dapat memberikan keterangan-keterengan palenteologi yang penting dalam menyusun
5.
menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang dikenal dengan LAW OF PRIORITY,
1958 yang pada pokoknya menyebutkan bahwa nama yang telah dipergunakan pada suatu
individu tidak dipergunakan untuk individu yang lain.
Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata sedangkan tingkat spesies
terdiri dari dua kata, tingkat subspesies terdiri dari tiga kata. Nama-nama kehidupan selalu
diikuti oleh nama orang yang menemukannya. Contoh penamaan fosil sebagai berikut:
- Globorotalia menardi exilis Blow, 1998
Arti dari penamaan adalah fosil hingga subspesies diketemukan oleh BLOW pada tahun 1969
- Globorotalia ruber elogatus (D Orbigny), 1826
Arti dari n. sp adalah spesies baru.
- Pleurotoma carinata GRAY, Var Woodwardi MARTIN
Arti dari penamaan adalah GRAY memberikan nama spesies sedangkan MARTIN
memberikan nama varietas.
- Globorotalia acostaensis pseudopima n sbsp BLOW, 1969
Arti dari n.sbsp adalah subspecies.
- Dentalium (s.str) ruteni MARTIN
Arti dari penamaan adalah fosil tersebut sinonim dengan dentalium rutteni yang diketemukan
MARTIN.
- Globorotalia of tumda
Arti dari penamaan ini adalah penemu tidak yakin apakah bentuk tersebut betul Globorotalia
tumida tetapi dapat dibandingkan dengan spesies ini.
- Spaeroidinella aff dehiscens
Arti dari penamaan tersebut adalah fosil ini berdekatan (berfamily) dengan sphaeroidinella
dehiscens. (aff = affiliation)
- Ammobaculites spp
Artinya mempunyai bermacam-macam spesies
- Recurvoides sp
Artinya spesies (nama spesies belum dijelaskan)
2.5.
Pengenalan Cangkang Foraminifera Plankton dan Bhentos
2.5.1. Susunan kamar
1. Susunan kamar foraminifera plankton
Susunan kamar foraminifera plankton dibagi menjadi :
Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat dan
pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh: Hastigerina
Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat,
pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama. Contohnya : Globigerina.
Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral menutupi
sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh: Pulleniatina.
a. Monothalamus yaitu susunan dan bentuk kamar-kamar akhir foraminifera yang hanya
terdiri dari satu kamar. Macam-macam dari bentuk monothalamus antara lain adalah :
Bentuk globular atau bola atau spherical, terdapat pada kebanyakan subfamily
saccaminidae. Contohnya: Saccammina
Dishotomously branched.
Milioline
Close coliled.
Seperti kerucut. Contohnya : Textularia cretoa.
Linear tanpa leher yaitu kamar tidak bulat dan satu sama lain tidak
dipisahkan leher-leher. Contohnya : Nodosaria.
cepat
menjadi
besar.
Terdapat
pada
subfamily
Suture yang mempunyhai hiasan. Contohnya: Elphidium incertum untuk hiasan berupa
bridge.
hanya dijumpai pada susunan kamar planispiral. Equator merupakan batas putaran
akhir dengan putaran sebelumnya pada peri-peri. Contohnya : Hestigerina.
2. Secondary aperture/supplementary aperture
Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau lubang tambahan dari aperture
utama.contoh : Globigerinoides.
3. Accessory aperture
Yaitu aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory atau aperture tambahan.
Contohnya : Catapsydrax.
Aperture foraminifera benthos
Golongan benthos memiliki bentuk aperture yang bervariasi dan aperture itu sendiri merupakan
bagian penting dari test foraminifera, karena merupakan lubang yang protoplasma organisme
tersebut bergerak keluar dan masuk. Macam-macam aperture foraminifera benthos antara laian :
1. Simple aperture
Open end of tube/at end of tabular chamber.
At base of aperture face.
In middle apertural face.
Aperture yang bulat dan sederhana, biasanya terletak diujung sebuah
test (terminal) lubangnya bulat. Contoh : Lagena, Frondioularia.. Falmula.
Aperture
Virgulina/Loop
shaped/comma
shaped,
mempunyai
koma/melengkung,
tetapi
tegak
lurus
pada
permukaan
foraminifera
yang
bertest
h ya l i n e .
umum
Contoh:
N o n i o n , F u l l e n i a , N o n i o n e l a , Tex t u l a r i a .
Lateral/Hooded, Subterminal.
Cruciform.
Aperture Crescentic, lubangnya berbentuk tapal kuda. Contoh: Nodosarella.
2. Apertural teeth
Sangle/With single tooth.
Apertural flap/with valvular tooth.
Pleurostomelline bifid /bifid tooth.
Umbilical teeth.
Modified tooth.
Lateral flanges .
3. Supplementary aperture
dari
pusat
lubang.
Contoh
Nodosaria, Folymorphina.
Radiate with apertural chamberlet.
Median and peripheral/peripheral and areal.
4. Multiple aperture
M ultiple sutural, aperture yan g terdiri dari ban ya k, lubang, terletak di
sepanjang suture.
Multiple equatorial, Interiomarginal at base of apertural face.
Aperture
cribrate/areal, cribrate/inapertural face cribrate. Bentuknya
seperti saringan, lubang umumnya halus dan terdapat pada permuk aan
5.
and
Beberapa ahli (Brady, Hubler, Chusman, Jones) berpendapat bahwa dinding silicon dihasilkan
oleh organisme itu sendiri. Menurut Glessner dinding silicon berasal dari zat primer (organisme
itu sendiri)maupun zat skunder. Tipe dinding ini jarang ditemukan, hanya dijumpai pada
beberapa golongan Ammodiscidae dan beberapa spesies dari Miliolidae.
4. Dinding calcareous/gampingan
Dinding yang terbuat dari zat gampingan dijumpai pada sebagian besar foraminifera. Dinding
gampingan dapat dikelompokkan menjadi :
Gampingan porselen : adalah dinding gampingan yang tidak berpori, mempunyai
kenampakan seperti pada porselen, bila kena sinar berwarna putih opaque. Contohnya
Quingueloculina, Pyrgo.
(P18-N13).
Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar, aperture dan keel, maka family ini dapat dibagi atas dua
genus, yaitu :
1. Genus Globorotalia
Cirri-ciri morphologi dengan test hyaline, bentuk test biconvex, bentuk kamar subglobular, atau
angular conical. Aparture memanjang dari umbilicus ke pinggir test. Pada pinggir test terdapat
keel dan ada yang tidak. Berdasarkan ada tidaknya keel maka genus ini dapat dibagi menjadi
dua sub genus, yaitu :
- Subgenus Globorotalia
Subgenus ini mencakup seluruh glabarotalia yang mempunyai keel. Membedakan subgenus ini
dengan yang lainnya maka dalam penulisan spesiesnya, biasanya diberi kode sebagai berikut :
Contoh: Globorotalia (G) tumida (N18-N23)
A
b
c
a. Menrangkan genus.
B. Menerangkan subgenus.
C. Menerangkan species.
- Suibgenus Turborotalia
Subgenus mencakup seluruh globorotalia yang tidak memiliki keel. Membedakannya, maka
subgenus turborotalia dalam penulisan spesiesnya diberi kode :
Contoh : Globorotalia (ST) Siakensis (N2- N14)
2. Genus truncorotaloides
Cirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline bentuk test truncate , bentuk kamar angular
truncate. Susunan kamar umbilical convex trochospiral dengan deeply umbilicus. Aperture
terbuka lebar yang memanjang dari umbilicus ke pinggir test. Cirri-ciri khasnya dari genus ini
ialah terdapatnya sutural supplementary aperture dan dinding test yang kasar (seperti berduri)
yang pada genus globorotalia hal ini tidak akan dijumpai. Subgenus ini tidak dibahas lebih
lanjut, karena terdapat pada lapisan tua Eosen Tengah.
Contoh: Truncorotaloides rahri
(P13- P14)
2.7.1.3.
Family Globigeriniidae
Family ini pada umumnya mempunyai bentuk test sperichal atau hemispherical, bentuk kamar
glubolar dan susunan kamar trochospiral rendah atau tinggi. Apaerture pada umumnya terbuka
lebar dengan posisi yang terletak pada umbilicus dan juga pada sutura atau pada apertural face.
Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar, bentuk aperture dan susunan kamar maka family ini
dapat dibagi atas 14 genus yaitu:
1. Genus Globigerina
Cirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test speroical, bentuk kamar globural,
susunan kamar trochospiral. Aperture terbuka lebar dengan bentuk parabol dan terletak pada
umbilicus. Aperture ini disebut umbilical aperture.
2. Genus Globigerinoides
Ciri-ciri morphologi sama dengan Globigerina tetapi mempunyai supplementary aperture,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa globigerinoides ini adalah Globigerina yang
mempunyai supplementary aperture. Contohnya: Globigerinoides primordius. (N4)
3. Genus globoquadina
Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural, dan
susunan kamar trochoid. Aperture terbuka lebar dan terletak pada umbilicus dengan segi empat
yang kadang-kadang mempunyai bibir. Contohya: Globoquadrina alrispira
4. Genus Globorotaloides
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Globorotalia tetapi umbilicusnya tertutup oleh Bulla
(bentuk segi enam yang tertutup).
5. Genus Pulleniatina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural,
susunan kamar trochospiral terpuntir. Aperture terbuka lebar memanjang dari umbilicus ke arah
dorsal dan terletak di dasar apertural face. Contohnya: Pulleniatina obliquiloculate (N19 N23)
6. Genus Sphaeroidinella
Cirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical atau oval, bentuk kamar
globural dengan jumlah kamar tiga buah yang saling berangkuman (embracing). Aperture
terbuka lebar dan memanjang didasar sutura. Pada dorsal terdapat supplementary aperture.
Salah satu spesies yang termasuk genus ini beserta gambar dan keterangan. Spaeroidinella
dehiscens (N19 N23)
Test trochospiral, equatorial peri-peri lobulate sangat ramping, sumbu peri-peri membulat.
Dinding berlubang kasar, permukaan licin. Kamar subglobular menjadi bertambah melingkupi
pada saat dewasa, tersusun dalam tiga putaran, tiga kamar dari putaran terakhir bertambah
ukurannya secara cepat. Suture tidak jelas tertekan radial. Aperture primer interiomarginal
umbirical, atau 2 aperture skunder pada sisi belakang terdapat pada kamar terakhir.
7. Genus Sphaeroidinellopsis
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Spaeroidinella tetapi tidak mempunyai supplementary
aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Spaeroidiniellopsis itu adalah Spearoidinella
yang tidak mempunyai supplementary aperture.
8. Genus Orbulina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline dan bentuk test spherical, serta aperture tidak
kelihatan (small opening). Aperture ini adalah akibat dari terselumbungnya seluruh kamar-kamar
sebelumnya oleh kamar terakhir. Beberapa speies yang termasuk pada genus ini beserta gambar.
Urbulina universa
Orbulina bilobata
9. Genus Biorbulina
Cirri-ciri morphologi sama dengan genus orbulina, tetapi gandeng dua.
10. Genus Praeorbulina
Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical atau agak lonjong. Bentuk
lonjong ini diakibatkan oleh kamar-kamar terakhir yang menyelumbungi kamar-kamar
sebelumnya. Aperture utama tidak terlihat lagi, yang terlihat hanya supplementary aperture saja
yang berbentuk strip-strip.
11. Genus Candeina
Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural. Jumlah
kamar tiga buah dan di sepanjang sutura terdapat sutural supplementary aperture. Contohnya:
Candeina nitida
12. Genus Globigerinatheca
Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, dan bentuk kamar globular.
Susunan kamar pada permulaan trochospiral dan kemudian berangkuman (embracing).
Umbilicus tertutup dan terdapat secondary aperture yang berbentuk parabol dan kadang-kadang
tertutup bulla.
13. Genus Globigerinita
Cirri-ciri morphologi sama dengan genus globigerina tetapi dengan bulla.
14. Genus Globigerinatella
Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, susunan kamar pada permulaan
trochospiral dan kemudian berangkuman. Umbilicus samar-samar karena tertutup bulla. Terdapat
sutural secondary aperture bullae dengan infralaminal aperture.
15. Genus Catapsydrax
Cirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical, susunan kamar
trochospiral. Memiliki hiasan pada aperture yaitu berupa bulla pada catapsydrax dissimilis dan
tegilla pada catapsydrax stainforthi. Dengan memiliki accessory aperture yaitu infralaminal
accessory aperture pada tepi hiasan aperturenya. Contohnya: Catapsydrax dissimilis (N1 N8)
2.7.2. Pengenalan genus dan spesies foraminifera benthonik
Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup secara vagile
(merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alat yang digunakan untuk merayap pada benthos
yang vagile adalah pseudopodia. Terdapat yang semula sesile dan berkembang menjadi vagile
serta hidup sampai kedalaman 3000 meter di bawah permukaan laut. Material penyusun test
merupakan agglutinin, arenaceous, khitin, gampingan.
Foraminifera benthonik sangat baik digunakan untuk indikator paleoecology dan bathymetri,
karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ekologi dari foraminifera benthonic ini adalah :
Kedalaman laut
Suhu/temperature
Salinitas dan kimia air
Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis
Pengaruh gelombang dan arus (turbidit, turbulen)
Makanan yang tersedia
Tekanan hidrostatik dan lain-lain.
Faktor salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe dari lautan yang
mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblus biccarii adalah tipe yang hidup pada
daerah lagoon dan daerah dekat pantai. Lagoon mempunyai salinitas yang sedang karena
merupakan percampuran antara air laut dengan air sungai.
Foraminafera benthos yang dapat digunakan sebagai indikator lingkungan laut secara umum
(Tipsword 1966) adalah :
Pada kedalaman 0 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius, banyak dijumpai genusgenus Elphidium, Potalia, Quingueloculina, Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk
lain yang dinding cangkangnya dibuat dari pasiran.
Pada kedalaman 15 90 m (3-16 C), dijumpai genus Cilicides, Proteonina, Ephidium,
Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina dan Triloculina.
Pada kedalaman 90 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna, Robulus, Nonion,
Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan Textularia.
Pada kedalaman 300 1000 m (5-8 C), dijumpai Listellera, Bulimina, Nonion,
Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina
Macam-macam genus dari foraminifera benthos yang sering dijumpai :
Genus Ammobaculites Chusman 1910
Termasuk famili Lituolidae, dengan cirri-ciri test pada awalnya terputar, kemudian menjadi
uniserial lurus, komposisi test pasiran, aperture bulat dan terletak pada puncak kamar akhir.
Muncul pada karbon resen.
Genus Amondiscus Reuses 1861
Termasuk famili Ammodiscidae dan ciri ciri test monothalamus, terputar palnispiral, kompisisi
test pasiran, aperture pada ujung lingkaran. Muncul Silur Resent.
Genus Amphistegerina d Orbigny 1826
Famili berbentuk lensa, trochoid, terputar involut, pada ventral terlihat surture bercabang tak
teratur, komposisi test gampingan, berpori halus, aperture kecil pada bagian ventral kecil pada
bagian ventral
Genus Bathysiphon Sars 1972
Termasuk famili Rhizamminidae dengan test silindris, kadang kadang lurus, monothalamus,
komposisi test pasiran, aperture di puncak berbentuk pipa. Muncul Silur Resent.
Genus Bolivina
Termasuk famili Buliminidae dengan test memanjang, pipih agak runcing, beserial, komposisi
gampingan, berposi aperture pada kamar akhir, kadang berbentuk lope, muncul Kapur Resent.
Genus d Orbigny 1826
Termasuk famili Buliminidae, test memanjang, umunya triserial, berbentuk kamar sub globular,
komoposisi gampingan berpori.
Genus Cibicides Monfort 1808
Termasuk famili Amonalidae, dengan cirri cirri test planoconvex rotaloid, bagian dari dorsal
lebih rata, komposisi gampingan berpori kasar, aperture di bagian ventral, pemukaan akhir
sempit dan memanjang.
Genus Decalina d Orbigny 1826
Termasuk famili Lageridae, dengan ciri ciri test pilythalamus, uniserial, curvilinier, suture
menyudut, komposisi test gampingan berpori halus, aperture memancar, terletak pada ujung
kamar akhir.
Genus Elphidium Monfort 1808
Termasuk famili Nonionidae dengan ciri cirri test planispiral, bilateral simetris, hampir
seluruhnya involute, hiasan suture bridge dan umbilical, komposisi test gampingan berpori,
aperture merupakan sebuah lubang/lebih pada dasar pemukaan kamar akhir.
Genus Nodogerina Chusman 1927
Termasuk famili Heterolicidae, degan test memanjang, kamar tersusun uniserial lurus, kompisi
test gampingan berpori halus, aperture terletak di puncak membulat mempunyai leher dan bibir.
Muncul Kapur Resen.
Genus Nodosaria Lamark 1812
Termasuk famili Lagenidae degan test lurus memajang, kamar tersusun uniserial, suturenya tegak
lurus, terhadap sumbu, pada pemulaaan agak bengkok kemudian lurus, komposisi gampingan
berpori, aperture di puncak berbentuk radier, muncul Karbon Resent.
Genus Nonion Monfort 1888
Termasuk famili Nonionidae dengan test cenderung involute, bagian tepi membulat, umumnya
dijumpai umbilical yang dalam, komposisi gampingan berpori , aperture melengkung pada
kamar akhir. Muncul Yura Resent.
Genus Rotalia Lanmark 1804
Umumnya suture menebal pada bagian dorsal, bagian ventral suturenya tertekan ke dalam,
komposisi test gampingan berpori, aperture pada bagian ventral membuka dari umbilical pinggir.
Genus Saccamina M. Sars 1869
Termasuk famili Sacanidae degan test globular, komposisi test dari material kasar, biasanya oleh
khitin berwarna coklat, aperture di puncak umumnya degan leher. Muncul Silur Resent.
Genus Textularia Derance 1824
Termasuk famili Textularidae test memanjang kamar tersusun biserial, morfologi kasar,
komposisi pasiran, aperture sempit memanjang pada permukaan kamar akhir. Muncul Devon
Resent.
Genus Uvigerina d Obigny 1826
Termasuk famili uvigeridae degan test fusiform, kamar triserial, komposisi berpori, aperture di
ujung dengan leher dan bibir. Muncul Eosen Resent.
2.7.3. Foraminifera Besar Bhentonik
Ordo foraminifera ini memiliki bentuk yang lebih besar di bandingkan degan yang lainnya.
Sebagian besar hidup didasar laut degan kaki semu dan type Letuculose, juga ada yang hidup di
air tawar, seperti family Allogromidae. Memiliki satu kamar atau lebih yang dipisahkan oleh
sekat atau septa yang disebut suture . aperture terletak pada permukaan septum kamar terakhir.
Hiasan pada permukaan test ikut menentukan perbedaan tiaptiap jenis. Foraminifera besar
benthonik baik digunakan untuk penentu umur.
Pengamatan dilakukan degan mengunakan sayatan tipis vertical, horizontal, atau, miring di
bawah miroskop. Pemberiam sitematik foraminifera benthonik besar yang umum ( A. Chusman
1927).
2.7.3.1.
Famili Discocyclidae
Genus Aktinocyclina : kenampakan luar bulat, tidak berbentuk bintang, di jumpai rusak
rusak yang memancar.
Genus Asterocyclina : kenampakan luar seperti bintang polygonal, dijumpai rusak rusak
radier.
Genus Discocyclina : kenampakam luar merupakan lensa, kadang bengkok menyerupai
lensa, kadang bengkok menyerupai pelana, kelilingnya bulat degan/ tanpa tonggak
tonggak.
2.7.3.2.
Famili Camerinidae
Genus Asslina : kenampakan luar pipih (lentukuler) discoidal, test besar ukuran 2 50
mm, di jumpai tonggak tonggak.
Genus Cycloclypeus : kenampakan luar seperti lensa dan kamar sekunder yang siku
siku terlihat dari luar.
Genus Nummulites : kenampakan luar seperti lensa, terputar secara planispiral, hanya
putaran terluar yang terlihat, pada umumnya licin.
2.7.3.3.
Famili Alveolinelliadae
Genus Alveolina : kenampakan luar berbentuk telur/slllips (fusiform), panjang kurang
lebih 1 cm.
Genus Alveolinella : bentuk sama degan Alveolina panjang sumbunya 0,5 1,5 cm serta
ada suatu kanal (pre septa). Celah celahnya tersusun menjadi 3 baris dan tersusun
bergantian, tetapi sambung menyambung.
2.7.3.4.
Famili Miogpsinidae
Genus Miogypsian : kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong hingga bulat, kadang
seperti bintang/pligonal, permukaan papilliate, sering di jumpai tongkak.
Genus Miogypsinoides ; kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong dan kulit luarnya
datar.
2.7.3.5.
Famili Calcarinidae
Genus Biplanispira : kenampakan luar pipih hingga seperti lensa, discoidal, hampir
bilateral simetri dengan/tanpa tonggak.
Genus Pellatispira : kenampakan luar seperti lensa (lentikuler) dan bulat sering dijumpai
tonggak.
2.7.3.6.
Famili Orbitoididae
Genus Lepidocyclina : kenampakan seperti lensa (lentiluler) pipih cembung, discoidal,
permukaan test papilate, halus reticulate, pinggirnya bisa bulat, kadang seperti batang
atau polygonal.
2.8. Aplikasi Foraminifera
Masalah masalah Geologi yang menghubungkan dengan umur suatu batuan sampai sekarang
masih mempergunakan foraminifera planktonik di samping juga mengunakan metode metode
lain yang lebih teruji dan lebih tepat.
Penentuan kisaran umur dengan mengunakan foraminifera planktonik, dilakukan degan langkah
langkah sebagai berikut :
a. Mengenalisa fosil foraminifera palakton dari suatu batuan sampai ke tingkat spesiesnya.
b. Mempergunakan acuan Blow (1969) dalam penetuan kisaran umum dari fosil foram
plankton yang telah diamati dan dianalisa.
c. Menetukan kisaran umur fosil foram plankton yang muncul akhir dan umur yang punah
awal.
d. Maka umur batuan yang didapatkan merupakan suatu range dari hasil nomor C
BAB III
PEMBAHASAN
Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil. Mikrofosil
adalah fosil yang umumnya berukuran tidak lebih besar dari empat millimeter, dan umumnya
lebih kecil dari satu milimeter, sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan mikroskop cahaya
ataupun elektron. Fosil yang dapat dipelajari dengan mata telanjang atau dengan alat berdaya
pembesaran kecil, seperti kaca pembesar, dapat dikelompokkan sebagai makrofosil. Secara tegas,
sulit untuk menentukan apakah suatu organisme dapat digolongkan sebagai mikrofosil atau tidak,
sehingga tidak ada batas ukuran yang jelas.
3.1. Pendeskripsian Foraminifera
Mempelajari mikrofosil (foraminifera) ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya
adalah :
1. Susunan kamar
Fosil b N5 N7
Fosil c N6 N11
No Fosil
1
2
3
Umur
N1
N2
N3
N4
N5
N6
N7
N8
N9
N10
N11
N12
a
b
c
Umur
N1
N2
N3
N4
N5
N6
N7
N8
N9
N10
N11
N12
d
e
f
Umur
N6
N7
N8
N9
N10
N11
N12
N13
N14
N15
N16
g
h
i
lapisan batuan yang paling tua dan lapisan yang paling muda berada di paling atas.
Satuan batuannya selaras karena susunan lapisan batuannya dari yang tua sampai yang
muda berurutan
NO
Nama Foraminifera
Umur
Clavigerinella jarvisi
P13 P15
Cribrohantkenina bermudesi
P16
Hastigerina aequilateralis
N14 N23
Cassigerinella chipolensis
P18 N13
N18 N23
N2 N14
Truncorotaloides rahri
P13 P14
Globigerinoides primordius
N4
Pulleniatina obliquiloculate
N19 N23
10
Spaeroidinella dehiscens
N19 N23
11
Orbulina universa
N9 N23
12
Orbulina bilobata
N9 N23
13
Candeina nitida
N17 N23
14
Catapsydrax dissimilis
N1 N8
15
Karbon - resent
16
Silur - resent
17
Silur - resent
18
Genus Bolivina
Kapur - resent
19
Kapur - resen
20
Karbon - resen
21
Yura - resent
22
Silur - resent
23
Devon - resent
24
Eosin - resent
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau
test (istilah untuk cangkang internal).
2. Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus
berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil
foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan
eksplorasi minyak dan gas bumi.
3. Fosil ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang berukuran sampai 19 mm seperti genus
fusulina yang memiliki cangkang- cangkang yang dimiliki organisme, embrio dari foilfosil makro serta bagian-bagian tubuh.
4. Dalam membedakan foraminifera yang satu dengan yang lainnya harus memperhatikan
bentuk test, susunan kamar, bentuk kamar, ornament , suture dan aperturenya.
5. Dlam menentukan suatu umur batuan menggunakan fosil dapat dilaukan dengan melihat
fosil muncul akhir dan punah awal.
6. Masalah masalah Geologi yang menghubungkan dengan umur suatu batuan sampai
sekarang masih mempergunakan foraminifera planktonik di samping juga mengunakan
metode metode lain yang lebih teruji dan lebih tepat.
4.2. Saran
Praktikum yang akan datang diharapkan lebih ditingkatkan lagi dalam penyajian materi serta
literatur yang disediakan agar mahasiswa lebih paham sehingga tujun dari dilaksanaknnya
prktikum dapat tercapai secara.
BAB IV
KESIMPULAN
Lokasi sampling terletak di desa Gejawan jalan Wates km 17. Lokasi sampling termasuk
dalam formasi Sentolo.Pada lokasi ini terdapat suatu singkapan yang secara umum merupakan
batupasir Karbonatan (kalkarenit).Ketebalan lapisan secara keseluruhan dari bawah sampai atas
kira kira 10 meter.Batupasir Karbonatan yang terdapat pada lokasi ini sangat bervariatif dari
wama yang berbeda ukuran butir yang berbeda dengan porositas dalam permeabilitas yang relatif
berbeda, struktur masif, dan ada yang berlapis, dan umunnya mempunyai komposisi yang sama
dan mengandung karbonat.
Dari hasil analisis mikropaleontologi, dapat disimpulkan bahwa data yang diambil dari
lapangan atau dari hasil analisa sampel mikrofosil yang telah diamati dilaboratorium banyak
terdapat fosil plankgtonik dengan genus berupa Hastigerinella, Globigerina, Orbulina,
Globigerinoides dan Globoquadrina. Dengan menggunakan fosil foraminifera plantonik
tersebut maka dapat diketahui bahwa umur singkapan batuan tersebut adalah dari Miosen akhir
sampai Plistosen atau umur singkapan batuan tersebut dari lapisan bawah sampai lapisan atas
adalah N16 N19 (Miosen awal - Plistosen) atau sekitar 23 juta tahun yang lalu untuk lapisan
yang paling bawah (yang paling tua), dan lapisan teratas yang paling muda berumur 5,3 juta
tahun yang lalu.
Untuk mengetahui lingkungan pengendapan digunakan foraminifera bentonik dan
diperoleh banyak fosil dengan genus Nodosaria, Bolivina, Bigerina,Bathysiphon dimana
lingkungan pengendapannya yakni Neritik tengah Neritik akhir (untuk lapisan teratas) dan
sampai dengan Bathyal dengan kedalaman
kira- kira
Lokasi penelitian dulunya adalah daerah laut. Singkapan batupasir karbonatan pada
lokasi ini merupakan hasil sedimentasi normal yang diendapkan di lingkungan laut bersamasama organisme foraminifera yang mencirikan kondisi laut selain unsur karbonat dan kemudian
mengalami pengangkatan dan tersingkap di permukaan sehingga tampak seperti sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Pandita Hita, 2010.Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi.Jurusan Teknik
www.alfonsussimalango.blogspot. /mikropaleontologi-biostratigafi.com
www.ceritageologi.blogspot.com/pegunungan selatan/pegunungan kulon progo.com
www.foraminifera.ac.uk
LAMPIRAN