Professional Documents
Culture Documents
BILANGAN BULAT
Gatot Muhsetyo
Pendahuluan
Dalam modul Bilangan Bulat ini diuraikan tentang awal pembahasan bilangan
sebagai kebutuhan hidup manusia, meliputi bilangan asli, bilangan cacah, dan
bilangan bulat. Sebagai obyek matematika, bilangan bulat dan operasinya dapat
membentuk suatu sistem atau struktur. Uraian berikutnya tentang prinsip induksi
matematika sebagai alat pembuktian teorema yang penggunaannya tersebar luas di
dalam berbagai topic matematika.
Sifat-sifat operasi bilangan bulat diuraikan kembali sebagai dasar pembicaraan
berikutnya, meliputi sifat komutatif, sifat asosiatif, sifat distributif, sifat unsur
identitas, sifat inversi, dan sifat kanselasi.
Pembahasan Induksi matematika dimulai dengan notasi jumlah dan notasi kali
beserta sifat-sifat dan penggunaannya, dan dilanjutkan penjelasan tentang konsep
induksi matematika beserta penerapannya untuk membuktikan hubungan-hubungan
tertentu.
Secara keseluruhan, materi pokok dalam modul ini meliputi bilangan asli,
bilangan cacah, bilangan bulat, operasi bilangan bulat dan sifat-sifatnya, prinsip
urutan yang rapi, bilangan bulat terbesar, sedikit uraian tentang bilangan rasional
dan bilangan irasional, notasi jumlah dan notasi kali, dan diakhiri dengan prinsip
induksi matematika.
Kompetensi Umum
Kompetensi Umum dalam mempelajari modul ini adalah mahasiswa mampu
memahami konsep bilangan bulat, operasi bilangan bulat, sistem bilangan bulat,
induksi matematikasifat, dan keterkaitan antara topik-topik bilangan bulat dan
induksi matematika.
Kompetensi Khusus
MODUL 1
KEGIATAN BELAJAR 1
BILANGAN BULAT
2
Uraian
Pembahasan tentang bilangan bulat (integers) tidak bisa dipisahkan dari uraian
tantang bilangan asli (natural numbers) dan bilangan cacah (whole members)
karena kreasi tentang bilangan-bilangan ini merupakan proses sosial dan budaya
yang berlangsung berurutan dalam waktu ribuan tahun.
Konsep tentang bilangan dan cara mencacah (menghitung, counting)
berkembang selama sekitar 15.000 tahun, mulai dari zaman prasejarah (poleolithic,
Old Stone Age) sampai dengan zaman sejarah (sekitar tahun 400 S.M.). Dalam
periode atau zaman ini, mereka diduga telah emmpelajari cara bertani atau
bercocok taman, cara berternak, cara menggunakankaleder, cara mengukur atau
menimbang berat, cara memindahkan barang dengan kereta atau gerobak, cara
membuat perahu, cara berburu, cara pengobatan tradisional, dan cara berhitung.
1. Bilangan Asli
Sejak periode sejarah, diduga dimulai sekitar tahun 400 S.M., orang melalui
memikirkan bilangan sebagai konsep abstrak. Misalnya, mereka menyebut tiga
kerikil dan tiga binatang mempunyai sifat persekutuan, yaitu suatu kuantitas yang
disebut tiga. Sifat persekutuan tiga ini bisa dimiliki oleh kelompok benda apa saja
sehingga sifat ini menjadi terbatas dari obyek atau sasaran pembicaraan. Dalam
istilah yang lebih sederhana, sifat-sifat persekutuan satuan (oneness), duaan
(twoness), atau tigaan (threeness) merupakan sifat persekutuan yang dimiliki oleh
sebarang kumpulan benda untuk menunjukkan kesamaan kuantitas.
Keperluan tentang kuantitas merupakan kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat, terutama untuk menghitung (mencacah) dan membandingkan jumlah barang atau benda.
Keperluan menghitung (mencacah, counting) mendorong orang untuk mencari cara
yang mudah, antara lain dengan membuat lambang bilangan (muneral) dan cara menggunakannya (sistem numerasi). Sistem numerasi membuat sekumpulan lambang
dasar dan sejumlah atauran untuk menghasilkan lambang-lambang bilangan yang
lain. Beberapa peradaban yang telah mengembangkan sistem numerasi antara lain
adalah Mesir (sekitar tahun 3000 S.M.), Babylonia (sekitar tahun 2000 S.M.),
Yunani atau Greek (sekitar tahun 600 S.M.), Mayan (sekitar tahun 300 S.M.),
Jepang China (sekitar tahun 200 S.M.), Romawi (sekitar tahun 100 M), dan
Sekarang kita telah menambahkan unsur baru 0 ke dalam sistem bilangan asli,
sehingga diperoleh himpunan baru yang disebut himpunan bilangan cacah,
dinyatakan dengan:
W = {0, 1, 2, 3, 4, }
3. Bilangan Bulat
Dengan berkembangnya masyarakat industri, manusia memerlukan bilangan
untuk keperluan pembukuan tingkat lanjut, antara lain untuk menghitung hutang
dan pihutang, serta tabungan dan pinjaman. Pertanyaan yang muncul serupa
dengan permasalahan:
6 7 = ?, 8 10 = ?, 3 10 = ?
Permasalahan ini serupa dengan usaha menambah bilangan-bilangan baru di dalam
W sehingga mereka dapat melakukan semua pengurangan, atau himpunan baru
yang diperoleh bersifat tertutup terhadap pengurangan.
Jawaban terhadap kesulitan mereka adalah tambahan bilangan-bilangan baru yang
diperoleh dari:
0 1, 0 2, 0 3, 0 4,
yang kemudian dilambangkan dengan:
-1, -2, -3, -4,
sehingga diperoleh himpunan baru yang disebut himpunan bilangan bulat, dan
dinyatakan dengan:
Z = {, -2, -1, 0, 1, 2, 3, }
Dengan digunakannya garis bilangan untuk menyatakan representasi bilangan, dan
memberi makna terhadap bilangan-bilangan di sebelah kanan nol sebagai bilangan
positif serta di sebelah kiri nol sebagai bilangan negatif, maka himpunan bilangan
bulat dapat dinyatakan sebagai:
Z = {, -2, -1, 0, 1, 2, 3, }
4. Sistem Bilangan Bulat
Untuk
keperluan menghitung,
orang
dapat
melakukan
penjumlahan,
pengurangan, perkalian, atau pembagian bilangan. Apa yang dilakukan oleh orang
itu kemudian disebut sebagai suatu operasi. Pada dasarnya suatu operasi adalah
mengambil sepasang bilangan untuk mendapatkan bilangan lain yang tunggal.
Bilangan yang diperoleh mungkin unsur atau bukan unsur dari himpunan tertentu.
Definisi 1.1
Suatu sistem matematika adalah suatu himpunan bersama-sama dengan satu
atau lebih operasi pada himpunan itu.
Notasi
Suatu sistem matematika yang terdiri dari himpunan S dan operasi *
ditunjukkan dengan (S, #)
Jika # adalah operasi kedua S, maka (S, *, #) adalah sistem matematika
yang terdiri dari himpunan S, operasi pertama *, dan operasi kedua #.
Berdasarkan pengetahuan yang telah kita pelajari sebelumnya, beberapa definisi
yang terkait dengan sifat operasi adalah:
Definisi 1.2
Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pada himpunan S.
Operasi * disebut bersifat:
a. tertutup jika p * q = r dan r S untuk setiap p, q S.
b. komutatif jika p * q = q * p untuk setiap p, q S
c. assosiatif jika p * (q * r) = (p * q)*r untuk setiap p, q, c S
d. mempunyai unsur identitas jika untuk semua p S, ada i S,
sehingga p * i = i * p = p . I disebut unsur identitas operasi *.
a. memenuhi sifat inversi (invertibel) jika untuk semua p S, ada x S,
sehingga p * x = x * p = i. x disebut inversi dari p, dan p disebut inversi
dari x.
Definisi 1.3
Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pertama dan adalah suatu operasi
kedua pada himpunan S.
Operasi * bersifat distributif terhadap # jika
P * (q #r) = (p * q) # (p * r) untuk semua p, q, r S.
Selanjutnya, sifat-sifat operasi penjumlahan dan perkalian pada himpunan bilangan
bulat merupakan aksioma, yaitu:
1. tertutup
p+qZ
2. komutatif
3. assosiatif
p + (q + r) = (p + q) + r dan p x (q x r) = (p x q) x r untuk
semua p, q, r Z
Contoh 1.1
(a). 5 > 4 sebab ada bilangan bulat positif 1 sehingga 5 4 = 1
(b). 2 < 7 sebab ada bilangan bulat positif 5 sehingga 7 2 = 5
(c). p > 0 untuk setiap p {1, 2, 3, } sebab ada bilangan bulat positif p
sehingga p 0 = p
Dua sifat dasar tentang urutan bilangan bulat yang perlu untuk dipahami adalah:
(1) ketertutupan bilangan bulat positif:
p + q dan pq adalah bilangan-bilangan bulat positif untuk semua bilangan-
Contoh 1.2
Buktikan: Jika p < q dan r > 0, maka pr < qr
Bukti:
Diketahui bahwa p < q, maka menurut definisi 1.4, q p > 0. Selanjutnya, karena q
p > 0 dan r > 0, maka menurut sifat dasar ketertutupan perkalian urutan bilangan
bulat positif, r (q p) > 0. Menurut sifat distributif, r(q p) = rq rp, dengan
demikian r(q p) > 0 berakibat rq rp > 0.
rq rp > 0, menurut definisi 1.4, rp < rq, dan menurut sifat komutattif perkalian, pr
< qr.
Contoh 1.3
Buktikan: (1)p = p
Bukti:
Contoh 1.4
Sistem (Z, ), yaitu sistem bilangan bulat terhadap operasi penjumlahan, merupakan
suatu grup, dan juga merupakan grup Abel sebab operasi terhadap bilangan bulat
memenuhi sifat-sifat terhadap assosiatif, mempunyai unsur identitas, dan memenuhi
sifat inversi.
Prinsip Urutan Yang Rapi (Well Ordering Principle)
Suatu himpunan H disebut terurut rapi (well ordered) jika setiap himpunan
bagian dari H yang tidak kosong mempunyai unsur terkecil
Perlu diingat kembali bahwa k disebut unsur terkecil suatu himpunan S jika k
kurang dari atau sama dengan x untuk setiap x S.
Contoh 1.5
(a) S = {2,5,7} mempunyai unsur terkecil 2 sebab 2 x untuk setiap x
S, yaitu
2 2, 2 5, dan 2 7
(b) M = {3} mempunyai unsur terkecil 3 sebab 3 x untuk setiap x
M,
yaitu
33
Contoh 1.6
(a) S = {2,5,7} adalah himpunan yang terurut rapi sebab setiap himpunan bagian
dari S yang tidak kosong, yaitu {2}, {5}, {7}, {2,5}, {2,7}, {5,7} dan {2,5,7}
mempunyai unsur terkecil berturut-turut adalah 2,5,7,2,2,5, dan 2.
(b) Z+ adalah himpunan yang terurut rapi sebab tidak ada himpunan bagian dari Z+
yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil
(c) Z adalah himpunan yang tidak terurut rapi sebab ada himpunan bagian dari Z
yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil, misalnya {0,-1,-2,}
Definisi 1.5
Bilangan riil terbesar [x] adalah bilangan bulat terbesar kurang dari atau sama
dengan x, yaitu [x] adalah bilangan bulat yang memenuhi [x] x [x] + 1
Sebagai catatan perlu diingat kembali bahwa Fungsi f(x) = [x] disebut dengan
fungsi bilangan bulat terbesar, atau juga disebut dengan fungsi lantai (floor
function). Fungsi g(x) = x
adalah bilangan bulat terkecil lebih dari atau sama dengan x, misalnya
dan
2 / 3 1
7 / 3 2
Suatu bilangan riil x disebut rasional jika dan hanya jika ada bilangan-bilangan
(c) [1,3] = 1, [
]=1
10
2. Sistem numerasi disebut menggunakan nilai tempat jika nilai lambang bilangan
didasarkan pada tempat atau posisi lambang bilangan, artinya lambang yang
sama bernilai berbeda karena posisinya berbeda.
Contoh:
Babylonia:
Desimal :
Lambang
r< s
Nilai 71 :
(1 x 60) + 10 + 1
Lambang
555
)(
Lambang
Nilai
(b) Basis 20
(c) Basis 60
11
-1
1
ter-1
-1
Z,
12
2. Definisi 1.1
Suatu sistem matematika adalah suatu himpunan bersama-sama dengan
satu atau lebih operasi pada himpunan itu.
3. Definisi 1.2
Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pada himpunan S.
Operasi * disebut bersifat:
a. tertutup jika p * q = r dan r S untuk setiap p, q S.
b. komutatif jika p * q = q * p untuk setiap p, q S
c. assosiatif jika p * (q * r) = (p * q)*r untuk setiap p, q, c S
d. mempunyai unsur identitas jika untuk semua p S, ada i S,
sehingga p * i = i * p = p . I disebut unsur identitas operasi *.
4. Definisi 1.3
Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pertama dan adalah suatu
operasi kedua pada himpunan S.
Operasi * bersifat distributif terhadap # jika
P * (q #r) = (p * q) # (p * r) untuk semua p, q, r S.
4. Definisi 1.4
Ditentukan p, q, Z
p disebut kurang dari q (atau q disebut lebih dari p), ditulis p < q atau
q > p, jika ada suatu bilangan bulat positif r sehingga q p = r
5. Definisi 1.5
Bilangan riil terbesar [x] adalah bilangan bulat terbesar kurang dari atau
sama dengan x, yaitu [x] adalah bilangan bulat yang memenuhi
[x] x [x] + 1
6. Prinsip Urutan Yang Rapi (Well Ordering Principle)
Suatu himpunan H disebut terurut rapi (well ordered) jika setiap himpunan
bagian dari H yang tidak kosong mempunyai unsur terkecil
Tes Formatif 1
1. Skor 10
Jika a,b,c Z, maka buktikan bahwa ac < bc
2. Skor 10
Buktikan bahwa tidak ada bilangan bulat positif kurang dari 1
13
3. Skor 10
Tentukan apakah himpunan-himpunan berikut terurut rapi
(a) A = {-2,3,4}
(b) B = {2/3,2,
5}
2
]
3
(d) [-1
3
]
5
5. Skor 20
Jika k adalah suatu bilangan bulat, maka buktikan bahwa :
[x + k] = [x] + k untuk setiap bilangan riil x
6. Skor 10
Carilah nilai [x] + [-x] jika x adalah suatu bilangan riil
7. Skor 20
Buktikan bahwa [x] + [x +
1
] = [2x] jika x adalah suatu bilangan riil
2
8. Skor 10
Buktikan bahwa
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Rambu-Rambu Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian halaman akhir dari modul ini. Kemudian perkirakan skor jawaban yang Anda
kerjakan benar, dan gunakan kriteria berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap pemahaman materi Kegiatan Belajar 1.
Skor jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan = ------------------------------------- x 100 %
100
Tingkat penguasaan Anda dikelompokkan menjadi :
14
: 80 % - 89 %
Cukup
: 70 % - 79 %
Kurang
: < 70 %
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, maka Anda dapat meneruskan
ke Kegiatan Belajar 2. Prestasi Anda bagus sekali. Jika tingkat penguasaan Anda kurang dari
80% , maka sebaiknya Anda mengulangi materi Kegiatan Belajar 1 , terutama pada bagianbagian yang belum Anda kuasai dengan baik.
MODUL 1
KEGIATAN BELAJAR 2
Uraian
15
x
i 1
x 1 x 2 ... x r
x 1 x 1 . x 2 ... x r
i 1
Huruf i dari indeks jumlah notasi jumlah atau notasi kali disebut variabel dummy
karena dapat diganti oleh sebarang huruf, misalnya:
r
x
i 1
j1
x x
j
= xj =
xi
j1
i 1
k 1
x
k 1
i = 1 disebut batas bawah (lower limit) dan i = r disebut batas atas (upper limit).
Contoh 1.1
4
(a)
= 1 + 2 + 3 + 4 = 10
i 1
4
(b)
i = 1 . 2 . 3 . 4
(c)
f 1
= 24
k 1
= 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15
(d) 3 = 3 . 3 . 3 . 3 . 3 = 243
k 1
3
(e)
t
t 1
= 12 + 22 + 32 = 14
16
(f) t 2 = 12 . 22 . 32 = 36
t 1
Selanjutnya, indeks jumlah tidak harus dimulai dari 1, artinya dapat dimulai dari
bilangan bulat selain 1 asalkan batas bawah tidak melebihi batas atas.
Contoh 1.2
5
(a)
(b)
(2t 1)
= 3 + 4 + 5 = 12
i 3
6
t 1
(c) 2 k = 22 . 23 . 24 = 4 . 8 . 16 = 572
k 2
4
(d) ( t 1) = (2 1)(3 1) (4 1) = 1 . 2 . 3 = 6
t 2
(1)
tx
ir
= t x i
ir
(2)
(x
ir
= xi +
ir
(3)
ia
jc
y
ir
xi yj =
ia
(xi
jc
yj)
ia
17
(4)
ia
x y
j c
ia
ia
x i
=
=
x i
j c
d
j c
y j
j c
jc
ia
jc
ia
ia
y j
y j
x i
yj xi
xi yj
Contoh 1.3
5
(a)
(b)
i3
i2
(2ai + 3bi) =
(c)
i 1
j 1
i2
i2
2 ai + 3 bi
=
3
ij
i 1
(i . 12 + i . 22)
(d)
ij2 =
j 1
i 1
i 1
5i = 5 . 1 + 5 . 2 + 5 . 3 = 30
j 1
j 1
(i . j2 + 2 . j2 + 3 . j2)
6 j 2 = 6 . 12 + 6 . 22 = 6 . 1 + 6 . 4 = 30
18
(b) k S berakibat (k + 1) S
maka: S memuat semua bilangan asli, yaitu S = N
Bukti:
Misalkan S N dan unsur-unsur S memenuhi suatu hubungan, serta (a) dan
(b) dipenuhi oleh S. Harus dibuktikan bahwa S = N. Untuk membuktikan S =
N digunakan bukti tidak langsung.
Anggaplah S N, maka tentu ada F N dan F yang mana F = {t N| t
S}.
Karena F dan F N, maka menurut prinsip urutan rapi (Well Ordering
Principle), F mempunyai unsur terkecil k, yaitu k F tetapi k S.
k 1 sebab 1 S, berarti k > 1, dan akibatnya k 1 N.
k adalah unsur terkecil F, maka k 1 F sebab k 1 < k, berarti k 1 S.
k 1 S dan S memenuhi (b), maka
(k 1) + 1 S, atau k 1 + 1 S, yaitu k S.
Terjadi kontradiksi karena k S dan k S, jadi S = N
Dalam pernyataan lain, prinsip induksi matematika dapat ditulis dengan
S(n) adalah suatu pernyataan yang memenuhi hubungan untuk satu atau lebih n N.
Jika:
19
Contoh 1.4
Buktikan untuk sebarang n Z ,
+
Bukti: S(n) :
i = 1 + 2 + 3 + + n
i 1
1
n (n + 1)
2
1
n (n + 1)
2
i 1
i =
i 1
= 1 dan
i 1
1
1
1
n (n + 1) =
. 1 (1 + 1) =
.2
2
2
2
= 1
Misalkan S(k) benar, yaitu untuk n = k:
k
1
k (k + 1)
2
= 1+2++k =
i 1
1
1
(k +1)(k + 1 +1) = (k +1)
2
2
i = 1+ 2 + 1+ k+ k + 1 =
i 1
(k+ 2)
k 1
i = 1 + 2 + + k + k + 1 =
i 1
1
k(k + 1)
2
1
k(k + 1) + k + 1
2
= (k + 1) (
1
1
k + 1) =(k + 1) .
2
2
(k + 2)
=
1
(k + 1)( k + 2)
2
Bukti: S(n) =
i 1
i 1
i2 =
i 1
i
i 1
= 12 = 1 dan
1
1
n(n + 1)(2n + 1) =
.1.2.3 = 1
6
6
20
= 12 + 2 2 + + k 2 =
i 1
1
k(k + 1)(2k + 1)
6
= 12 + 22 + +k2 + (k + 1)2 =
1
(k + 1)(k + 2)(2k + 3)
6
= 12 + 22 + +k2 + (k + 1)2 =
1
k(k + 1) (2k + 1) + (k + 1)2
6
i 1
k 1
i 1
1
k(k + 1) (2k + 1)
6
= (k + 1) {
1
k (2k + 1) + (k + 1)}
6
1
(k + 1) {k(2k + 1) +6 (k + 1)}
6
1
k (k + 1) + (2k2 + k + 6k +6)
6
1
(k + 1) (2k2 + 7k + 6)
6
1
(k + 1)(k + 2) (2k +3)
6
: S(n): 4n < n2 7, n 6
S(6) benar sebab untuk n = 6
4n = 4 . 6 = 24, n2 7 = 62 7 = 36 7 = 31, dan 24 < 31
Misalkan S(k) benar, yaitu untuk n = k:
4k < k2 7
Harus dibuktikan bahwa S(k + 1) benar, yaitu untuk n = k + 1,
4(k + 1) < (k + 1)2 7
4(k + 1) = 4k + 4 < (k2 7) + 4
4k + 4 < (k2 7) + 13, sebab 4 < 13
4k + 4 < (k2 7) + (2k + 1), sebab 2k + 1 13 untuk
n6
4k + 4 < (k2 + 2k + 1) 7
21
4k + 4 < (k + 1)2 7
Jadi: 4n < n2 7 untuk semua bilangan bulat n 6
Contoh 1.7
Buktikan: 6n + 2 + 72n + 1 habis dibagi oleh 43 untuk semua n Z+
Bukti
6k + 2 (6 1) + 72k + 1 (72 1)
5 . 6k + 2 + 48 . 72k + 1
5 . 43x + 43 . 72k + 1
22
1
1
1
+
+
+
2
3
4
berlaku
H 2n 1 +
2.
dx n
dx
n
3.
k 1
r
4.
t 1
s
5.
r 2
n
, untuk setiap bilangan bulat n 0
2
2s(s 1)
3
8
15
24
r 1
s 1 4
2
=
2 s 1 s 1
s 1
2
23
2n = 21 = 2, dan 1 < 2
24
2k+1 < (k + 1) !
Jadi : 2k+1 < (k + 1)! untuk setiap bilangan asli n
Rambu-Rambu Jawaban Latihan
H 2n 1 +
1. S(n) :
n
untuk setiap bilangan bulat n 0
2
Ht = 1 +
1
1
1
+
++
2
3
t
H4 = 1 +
1
1
1
+
+
= 25/12
2
3
4
n
= 1 + 0, dan 1 0
2
H2k 1 +
k
2
Harus dibuktikan H 2
k 1
H 2k 1 1 + (k + 1)/2
H 2k 1 = 1 +
1
1
1
1
1
+
+ + k + k 1 + + k 1
3
2
2
2
2
H 2k +
1
2
k 1
++
1
2 k 1
(1 +
1
1
k
)+ k
+ + k 1
2
2 1
2
(1 +
1
1
k
) + 2k . k 1 + + k 1 sebab terdapat 2n suku masing2
2
2
k
)+
2
1
2
H 2k 1 1 + (k + 1)/2
Jadi H 2
n 1
25
1
2 k 1
2. S(n) :
dx n
dx
dx n
dx
dx 0
dx
dx k
dx
dx 1
dx
= 0, nxn-1 = 0 . x-1 = 0
= kxk-1
dx k 1
dx
= (k + 1)xk
( x x ) k x k
, maka
x
x 0
( x x ) k 1 x k 1
dx k 1
= lim
dx
x
x 0
( x x ) k .( x x ) x k 1
= lim
x
x 0
( x x ) k x ( x x ) k . x x k .x
= lim
x
x 0
dx k
dx
= lim
= lim x
x 0
( x x ) k x k ( x x ) k . x
x
x
= xk xk-1 + xk
= kxk + xk
= (k + 1) xk
3. Cara 1: Gunakan hubungan:
1
1
1
=
t ( t 1)
t t 1
4. Tunjukkan bahwa
k(k + 1)(2k + 1)/6 + (k + 1)2 = (k + 1)(k + 2)(2k + 3)/6
s
5.
r 2
1
=
2
r 1
1 1
1
r 1
r 2 2 r 1
s
1 s 1
1 1
1
=
2 r 2 r 1 r r r 1
26
1 s 1
1 1
1
=
2 r 2 r 1 r r r 1
1 s 1
1 1 s 1
1
2 r 2 r 1 r 2 r 2 r r 1
1
1
1 1
1
1
2
s
2 2 s 1
3
2s 1
4 2s(s 1)
Rangkuman
Berdasarkan seluruh paparan pada Kegiatan Belajar 2 ini, maka garis besar bahan
yang dibahas meliputi Definisi, Teorema, Contoh, dan Latihan tentang induksi
matematika, terutama tentang notasi jumlah dan sifat-sifatnya, notasi kali dan sifatsifatnya, prinsip pertama induksi matematika, dan pernyataan lain induksi
matematika. Permasalahan yang ditampilkan berkaitan dengan hubungan jumlah
deret, hubungan pertidaksamaan, hubungan keterbagian, dan hubungan diferensial.
1. Notasi Jumlah dan Kali
r
x
i 1
x 1 x 2 ... x r
x 1 x 1 . x 2 ... x r
i 1
2. Sifat-sifat :
s
ir
ir
(a) tx i = t x i
s
(b) ( x i y i ) =
ir
(c)
ia
jc
j c
ir
xi yj =
x y
i a
xi +
(d)
ia
y
ir
x i
jc
ia
j c
y j
xi yj
27
Jika: (a) 1 S
(b) k S berakibat (k + 1) S
maka: S memuat semua bilangan asli, yaitu S = N
4. Pernyataan Lain Induksi Matematika
S(n) adalah suatu pernyataan yang memenuhi hubungan untuk satu atau lebih nN
Jika:
Tes Formatif 2
1. Skor 10
5
Carilah
3
t 2
2. Skor 10
6
Carilah
k 3
3. Skor 15
Carilah
r 1
s 1
rs
4. Skor 15
3
s 1
t 1
Carilah
st
5. Skor 20
Berdasarkan identitas
t
s 1
1
1
1
=
, maka dapat ditentukan bahwa
s(s 1)
s s 1
1
=
s(s 1)
6 Skor 10
r
Carilah
= 12 + 22 + 32 + + r 2
k 1
7. Skor 10
n
Carilah
m 1
28
8. Skor 5
10
Carilah
(-2)r
r 0
9. Skor 5
Carilah 1.2 + 2.3 + 3.4 + + k(k + 1)
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Rambu-Rambu Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian halaman akhir dari modul ini. Kemudian perkirakan skor jawaban yang Anda
kerjakan benar, dan gunakan kriteria berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap pemahaman materi Kegiatan Belajar 2.
Skor jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan = ------------------------------------- x 100 %
100
Tingkat penguasaan Anda dikelompokkan menjadi :
Baik sekali : 90 % - 100 %
Baik
: 80 % - 89 %
Cukup
: 70 % - 79 %
Kurang
: < 70 %
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, maka Anda dapat meneruskan
ke Modul 2. Prestasi Anda bagus sekali. Jika tingkat penguasaan Anda kurang dari 80% ,
maka sebaiknya Anda mengulangi materi Kegiatan Belajar 2 , terutama pada bagian-bagian
yang belum Anda kuasai dengan baik.
29
1.
3 3 3 3 3 12
t 2
6
2.
2 2.2.2.2 16
k 2
3.
r 1
s 1
r 1
r 1
r 1
rs (r 2r 3r 4r 5r 6r ) 21r 21 r
30
4.
s 1
t 1
s 1
s 1
s 1
st (s.2s.3s.4s) 24s 4 24 s 4
t
1
1
1
1
1 1
1
1
(
) (1 ) ( ) ... (
)
5.
s 1
2
2 3
t t 1
s 1 s ( s 1)
s 1 s
50
6.
k 1
7.
1
(50)(50 1)(100 1) 425425
6
m 1
m 1
m 1
m 1
m(m 1) (m 2 m) m 2 m
=
10
8.
(2)
1
1
n( n 1)(2n 1) n(n 1)
6
2
1
n( n 1)(n 2)
3
r 0
1
.10.11.12 440
3
Daftar Kepustakaan
Agnew, J. (1972). Exploration in Number Theory. Belmont : Brooks/Cole
Anderson, J.A., & Bell, J.M. (1977). Number Theory With Applications. New
Jersey:
Prentice-Hall
Niven, I., Zuckerman, H.S., dan Montgomery, H.L. (1991). An Introduction to
The
Theory of Numbers. New York : John Wiley & Sons.
Ore, O. (1948). Number Theory and Its History. New York : McGraw-Hill
Redmond, D. (1996). Number Theory. New York : Marcel Dekker.
Rosen, K.H. (1993). Elementary Number Theory And Its Applications.
Massachusetts : Addison-Wesley.
31