You are on page 1of 21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

Makalah Mahasiswa
Lebih baik mandi keringat di medan latihan.dari pada mandi darah di medan tempur
Home
About

Type text to search here...

Archive
Posts Tagged lateks

Asal usul karet


January 9, 2012 kaffaitu Leave a comment
.

Proses Terbentuknya Lateks

Seperti yang telah dijelaskan lateks berasal dari partikel karet yang dilapisi protein dan fosfolipid.
Protein ini akan memberikan muatan negatif yang mengelilingi partikel karet sehingga mencegah
terjadinya interaksi antara sesama partikel karet, dengan demikian sistem koloid lateks akan tetap
stabil. Namun dengan adanya mikroorganisme maka protein yang terdapat dalam partikel karet akan
rusak dan terjadilah interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan. Pembekuan
atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan (merapatkan) butir-butir karet yang terdapat dalam
cairan lateks, supaya menjadi suatu gumpalan atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini, lateks
perlu dibubuhi bahan pembeku (koagulan) seperti asam semut atau asam cuka. Lateks segar yang
diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5. Agar dapat terjadi penggumpalan atau koagulasi, pH
yang mendekati netral tersebut harus diturunkan sampai pH 4,7.
Di dalam proses penggumpalan lateks, terjadi perubahan sol ke gel dengan pertolongan zat
penggumpal. Pada sol karet terdispersi di dalam serum, tetapi pada gel karet di dalam lateks.
Penggumpalan dapat terjadi dengan penambahan asam (menurunkan pH), sehingga koloid karet
mencapai titik isoelektrik dan terjadilah penggumpalan.
Peranan pH sangat menentukan mutu karet. Penggumpalan pada pH yang sangat rendah
mengakibatkan warna karet semakin gelap dan nilai modulus karet semakin rendah. Sebaliknya
keuntungannya, masa pemeraman singkat dan PRI dapat dipertahankan setinggi mungkin.
Penambahan elektrolit yang bermuatan positif juga dapat menetralkan muatan negatif dari partikel
karet dan menggumpalkan karet.
1. 3.

Klasifikasi Karet

Jenis Karet Alam


Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan
ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet
yang sudah jadi. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah :
1. a.

Bahan olah karet

https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

1/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet
hevea brasiliensis. Beberapa kalangan mengatakan bahwa bahan olah karet bukan produksi
perkebunan besar, melainkan merupakan bokar (bahan olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh
dari petani yang mengusahakan kebun karet.
Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 amacam :
1. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Cairan getah ini
belum mengalami penggunpalan entah itu dengan tambahan atau tanpa bahan pemantap (zat
antikoagulan).
2. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan
digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.
3. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan
asam semut
4. Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang
terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.
1. b.

Karet alam konvensional

Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. jenis ini pada dasarnya
hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Jenis-jenis karet alam yang tergolong konvensional
adalah sebagai berikut :
1. Ribbed smoked sheet (RSS) adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses
pengasapan dengan baik.
2. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau muda dan ada yang
tebal dan tipis.
3. Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna cokelat dan banyak dihasilkan oleh
perkebunan-perkebunan besar atau estate.
4. Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon, potongan-potongan
sisa dari RSS atau slab basah.
5. Thin brown crepe remilis adalah crepe coklat yang tipis karena digiling ulang.
6. Thick blanket crepes ambers adalah crepe blanket yang tebal dan berwarna coklat, biasanya
dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses pengasapan dan lump serta scrap dari perkebunan atau
kebun rakyat yang baik mutunya. Scrap tanah tidak boleh digunakan.
7. Flat bark crepe adalah karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari scrap
karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam

8. Pure smoked blanket crepe adalah crepe yang diperoleh dari penggilingan karet asap yang
khusus berasal dari RSS, termasuk juga block sheet atau sheet bongkah, atau dari sisa
pemotongan RSS. Jenis karet lain atau bahan bukan karet tidak boleh digunakan.
9. Off crepe adalah crepe yang tidak tergolong bentuk beku atau standar. Biasanya tidak dibuat
melelui proses pembekuan langsung dari bahan lateks yang masih segar, melainkan dari contohcontoh sisa penentuan kadar karet kering, lembaran-lembaran RSS yang tidak bagus
penggilingannya sebelum diasapi, busa-busa dari lateks, bekas air cucian yang banyak
mengandung lateks serta bahan-bahan lain yang jelek.
1. c.

Lateks Pekat

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan
lainnya. Lateks pekat dijual di pasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed
lateksdan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan
untuk pembuatan bahan- bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

2/21

1/26/2015

1. d.

lateks | Makalah Mahasiswa

Karet bongkah (block rubber)

Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela
denga ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya
mempunyai kode warna tersendiri.

1. e.

Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)

Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya.
Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual yang menjadi
dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku pada
jenis ini

1. f.

Tyre rubber

Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga
bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan
bahan baku karet alam lainnya.

1. g.

Karet reklim (reclaimed rubber)

Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas, terutama ban-ban
mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya boleh dibilang karet reklim dalah suatu hasil
pengolahan scrap yang sudah divulkanisir. Biasanya karet reklim banyak dipakai sebagai bahan
campuran sebab bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya
juga baik.
Jenis Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Biasanya karet
sintetis dibuat akan memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu
tinggi, minyak, pengaruh udara bahkan ada yang kedap gas. Jenis karet sintetis diantaranya adalah:
1. SBR (styrene butadiene rubber)
Jenis SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan digunakan. Jenis ini memiliki
ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang ditimbulkan juga rendah. Namun SBR yang
tidak diberi tambahan bahan penguat memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan vulkanisir
karet alam.
2. BR (butadiene rubber)
Dibanding dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah. Daya lekat lebih rendah, dan pengolahannya juga
tergolong sulit. Karet jenis ini jarang digunakan tersendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR
dicampur dengan karet alam atau SBR.
3. IR (isoprene rubber) atau polyisoprene rubber
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

Follow

3/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan
Follow
polimer isoprene. Dapat
Follow
dikatakan bahwa sifat IR yang mirip sekali dengan karet alam, walaupun tidak secara keseluruhan.
Jenis IR memiliki kelebihan lain dibanding karet
alam yaitu lebih murni dalam bahan dan
Makalah
viskositasnya lebih mantap.
Mahasiswa
4. IIR (isobutene isoprene rubber)

Get every new post delivered


to your Inbox.

IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya
tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR juga terkenal karena kedap gas. Dalam proses
Enter your email address
vulkanisasinya, jenis IIR lambat matang sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang.
Akibat jeleknya IIR tidak baik dicampur dengan karet alam atau karet sintetis lainnya bila akan diolah
menjadi suatu barang. IIR yang divulkanisir dengan damar
Signfenolik
me up menjadikan bahan tahan terhadap
suhu tinggi serta proses pelapukan/penuaan.
Build a website with WordPress.com
5. NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile
buatadiene rubber

NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak dibutuhkan. Sifatnya yang
sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sifat ini disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitril
didalamnya. Semakin besar kandungan akrilonitril yang dimiliki maka daya tahan terhadap minyak,
lemak dan bensin semakin tinggi tetapi elastisitasnya semakin berkurang. Kelemahan NBR adalah
sulit untuk diplastisasi. Cara mengatasinya dengan memilih NBR yang memiliki viskositas awal yang
sesuai dengan keinginan. NBR memerlukan pula penambahan bahan penguat serta bahan pelunak
senyawa ester.
6. CR (chloroprene rubber)
CR memiliki ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan NBR ketahanannya masih
kalah. CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon di udara, bahkan juga
terhadap panas atau nyala api. Pembuatan karet sintetis CR tidak divulkanisasi dengan belerang
melainkan menggunakan magnesium oksida, seng oksida dan bahan pemercepat tertentu. Minyak
bahan pelunak ditambahkan ke dalam CR untuk proses pengolahan yang baik.
7. EPR (ethylene propylene rubber)
Ethylene propylene rubber sering disebut EPDM karena tidak hanya menggunakan monomer etilen
dan propilen pada proses polimerisasinya melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. Pada proses
vulkanisasinya dapat ditambahkan belerang. Adapun bahan pengisi dan bahan pelunak yang
ditambahkan tidak memberikan pengaruh terhadap daya tahan. Keunggulan yang dimiliki EPR adalah
ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon serta pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan
kelemahannya pada daya lekat yang rendah.
1. 4.

Varietas Tanaman Karet

Jenis varietas yang dikembangkan untuk industri:


1. Klon IRR 5
Potensi keunggulan :
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Ratarata produksi 1,8 ton/ha/tahun.
Lilit batang 51,7 cm pada umur 5 tahun.
Kadar karet kering (KKK) 34,5%.
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

4/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

Lateks sangat sesuai diolah menjadi SIR 3 WF, SIR 5 dan SIR 10.
Resisten terhadap gangguan penyakit gugur daun Colletotrichum dan Corynespora.
Pada daerah beriklim basah, klon IRR 5 digolongkan moderat terhadap gangguan penyakit
cabang (jamur upas) dan mouldirot.

2. Klon IRR 42
Potensi keunggulan:
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Ratarata produksi 5,68 kg/pohon/tahun.
Lilit batang 51,4 cm pada umur 5 tahun.
Resisten terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, Corynespora dan Oidium.
Kadar karet kering (KKK) 36,5%.
Lateks dapat diproses menjadi SIR5.

3. Klon IRR 118


Potensi keunggulan:
Pertumbuhannya cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Ratarata produksi 2,1 ton/ha/tahun.
Lilit batang 48,9 cm pada umur 5 tahun.
Lateks dapat digunakan untuk produksi SIR 3 CV dan produk RSS, serta SIR 3L, SIR 5 dan
SIR 10/20.
Cukup tahan terhadap penyakit Corynespora dan Colletotrichum.

4. Karet Busa Alam


Potensi keunggulan:
Karet busa sintetis umumnya dibuat dari karet EVA/poliuretan karena ringan dan murah. Konsumsi
busa sintetis di dalam negeri setiap tahun berkisar 19 juta lembar (Rp47 miliar), busa plastik
722.000 m2 (Rp665 juta), dan busa jok mobil 4.500 unit (Rp186 juta).
Proses produksi busa sintetis berisiko tinggi karena bahan bakunya (isosianat) beracun dan
bersifat karsinogenik. Kondisi ini menyebabkan permintaan terhadap busa alam meningkat.
Busa alam lebih unggul dibanding busa sintetis dalam hal kenyamanan dan umur pakai. Untuk
memberikan nilai kepegasan yang sama, busa alam hanya memerlukan ketebalan sepertiga dari busa
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

5/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

sintetis.
1. 5.

Pengelompokkan Industri Karet Dan Barang Karet


1. Kelompok Industri Hulu

Bokar (bahan olahan karet)


Kayu karet
1. Kelompok Industri Antara
Crumb rubber ( karet lemah )
Sheet / RSS
Letak pekat
Thin pole crepe
Brown crepe
1. Kelompok Industri Hilir
Ban dan produk terkait serba ban dalam
Barang jadi karet untuk keperluan industri
Barang karet untuk keperluan
Alas kaki dan komponennya
Barang jadi karet untuk penggunaan umum
Alat kesehatan dan Laboratorium
1. 6.

Persiapan Bahan Baku Industri Karet dan Lateks

Hal yang pertama adalah pemilihan bahan baku. Untuk menghasilkan pohon karet yang baik perlu
diperhatikan:
Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman antara 2428 derajat C.
Kelembaban tinggi sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karet.
Curah hujan optimal antara 1.5002.000 mm/tahun.
Tanaman karet memerlukan lahan dengan penyinaran matahari antara 57 jam/hari.
Hasil karet maksimal didapatkan jika ditanam di tanah subur, berpasir, dapat melalukan air dan
tidak berpadas (kedalaman padas yang dapat ditolerir adalah 23 meter).
Tanah Ultisol yang kurang subur banyak ditanami tanaman karet dengan pemupukan dan
pengelolaan yang baik. Tanah latosol dan aluvial juga dapat ditanami karet.
Keasaman tanah yang baik antara pH 56 (batas toleransi 48)
Ketinggian Lahan, tanaman karet tumbuh dengan optimum pada ketinggian 200 m dpl.
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

6/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

Dalam pemilhan bahan baku dilakukan diagnosis lateks. Diagnosis lateks penting untuk
menggambarkan tingkat tekanan fisiologis dan pengaruhnya terhadap kesehatan tanaman. Dalam
diagnosis lateks diamati kadar sukrosa, kadar fosfat anorganik (FA), dan kadar tiol.
Kadar sukrosa lateks berkaitan erat dengan tingkat eksploitasi yang diterapkan. Kandungan Sukrosa
dalam pembuluh lateks semakin menurun dengan meningkatnya intensitas eksploitasi, ambang batas
nilai sukrosa adalah 4 mM, apabila intensitas eksploitasi ditingkatkan sehingga kadar sukrosa di
bawah 4 mM maka akan menimbulkan kekosongan bahan penyusun (perkusor) lateks (isoprena).

Fosfat anorganik (FA) adalah indikator bagi aktivitas metabolik, dalam hal ini menggambarkan
kemampuan tanaman mengubah bahan baku (sukrosa) menjadi partikel karet.
Kadar Tiol (R-SH) merupakan indikasi penting yang berhubungan dengan kerentanan fisiologis lateks
terutama pada kejadian kering alur sadap (KAS). Fungsi tiol adalah mengaktifkan enzim-enzim yang
berperan dalm kondisi cekaman lingkungan, dan status tiol menunjukkan respons tanaman terhadap
tekanan eksploitasi. Kadar tiol berbanding terbalik dengan intensitas eksploitasi. Semakin tinggi
intensitas eksploitasi, maka semakin rendah kadar tiol.
1. 7.

Proses Industri Karet dan Lateks

Tahap pengolahan Crumb Rubber meliputi :


1. Peremahan
Komponen yang telah mengalami penuntasan selama 10-15 hari diremahkan dalam granulator.
Peremahan bertujuan untuk mendapatkan remahan yang siap untuk dikeringkan. Sifat yang dihasilkan
oleh peremahan adalah mudah dikeringkan sehingga dicapai kapasitas produksi yang lebih tinggi dan
kematangan remah yang sempurna.
1. Pengeringan
Komponen yang terlah mengalami peremahan selanjutnya dikeringkan dalam dryer selama 3 jam.
Pemasukan kotak pengering kedalam dryer 12 menit sekali, suhu pengering 122oC untuk bahan baku
kompo dan 110oC untuk proses WF. Suhu produk yang keluar dari dryer dibawah 40oC. Pengeringan
bertujuan untuk menurunkan kadar air sampai batas aman simpan baik dari serangan serangga
maupun mikrobiologis, enzimatis dan hidrolis. Dalam pengeringan faktor yang dapat memepengaruhi
hasil adalah lamanya penuntasan, ketinggian remahan, suhu dan lama pengeringan.
1. Pengepresan
Pengepresan merupakan pembentukan bandela-bandela dari remah karet kering. Bahan yang keluar
dari pengering kemudian ditimbang seberat 35kg/bandela yang akan dikemas dalam kemasan SW dan
33,5kg/bandela untuk kemasan. Setelah itu produk dipress dengan menggunakan mesin press bandela.
Ukuran hasil pengepresan 60 x 30 x 17 cm.
1. Pembungkusan dan Pengepakan
Pembungkusan dimaksudkan untuk menghindari penyerapan uap air dari lingkungan serta bebas
kontaminan lain. Setelah produk dipress, kemudian disimpan diatas meja alumunium untuk
penyortiran dengan menggunakan pengutip. Setelah itu produk dibungkus dengan plastik transparan
tebal 0,03 mm dan titik leleh 108oC. Bandela yang telah dibungkus, kemudian dimasukkan dalam peti
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

7/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

kemas dengan susunan saling mengunci.


1. 8.

Prokoagulasi

Pada saat mulai keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih berupa cairan, tetapi setelah kirakira 8 jam lateks mulai mengental dan selanjutnya membentuk gumpalan karet. Penggumpalan
(prakoagulasi) dapat dibagi 2 yaitu :
1. Penggumpalan spontan
2. Penggumpalan buatan
Penggumpalan spontan biasanya disebabkan oleh pengaruh enzim dan bakteri, aromanya sangat
berbeda dari yang segar dan pada hari berikutnya akan tercium bau yang busuk. Sedangkan
penggumpalan buatan biasanya dilakukan dengan penambahan asam. Prakoagulasi terjadi karena
kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian-bagian koloidal ini
kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar.
Komponen koloidal yang lebih ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi.
Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidaldari air dan bahan-bahan kimia yang
terkandung didalamnya. Bagian- bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan
terpencar secara homogen atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan
halusnya sehingga dapat menembus saringan.
Penyebab terjadinya prakoagualasi antara lain sebagai berikut :
1. Penambahan asam
Penambahan asam organik ataupun anorganik mengakibatkan turunnya pH lateks titik isoelektriknya
sehingga lateks kebun membeku (pH lateks kebun 6,9).
2. Mikroorganisme
Lateks segar merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, mikroorganisme
banyak terdapat dilungkungan perkebunan karet (pepohonan, udara, tanah, air atau pada alat-alat yang
digunakan). Mikroorganisme ini menghasilkan asam-asam yang menurunkan pH mencapai titik
isoelektrik sehingga Lateks membeku serta menimbulkan rasa bau karena terbentuknya asam-asam
yang mudah menguap (volatile fatty acid). Bila banyak mikroorganisme maka senyawa asam yang
dihasilkan akan banyak pula.
3. Iklim
Air hujan akan membawa zat penyamak, kotoran dan garam yang larut dari kulit batang. Zat-zat ini
akan mengkatalisis terjadingan prakoagualasi. Lateks yang baru disadap juga mudah menggumpal jika
terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidnya rusak oleh panas yang terjadi.
4. Pengangkutan
Pengangkutan yang terlambat ataupun jarak yang jauh menyebabkan lateks baru tiba ditempat
pengolahan pada siang hari dan sempat terkena matahari sehingga mengganggu kestabilan lateks.
Jalan yang buruk atau angkutan yang terguncang-guncang mengakibatkan lateks yang diangkut
terkocok-kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloid.
5. Kotoran atau bahan-bahan lain yang tercampur
Lateks akan mengalami prakoagualasi bila dicampur dengan air kotor, terutama air yang mengandung
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

8/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

logam atau elektrolit. Prakoagualasi juga sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan lain
yang mengandung kapur atau asam.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prakoagualasi antara lain sebagai
berikut :
Menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan dalam penyadapan, penampungan, maupun
pengangkutan. Selama pengangkutan dari kebun ke pabrik pengolahan, lateks dijaga agar tidak
mengalami banyak guncangan.
Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor, misalnya air sungai, air saluran atau air
got.
Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit untuk membantu agar lateks dapat
sampai ke pabrik atau tempat pengolahan sebelum udara menjadi panas.
Apabila langkah-langkah pencegahan diatas sudah dilakukan tetapi hasilnya belum seperti yang
diinginkan, maka zat antikoagulan dapat digunakan. Zat antikoagulan ada beberapa macam, tetapi
harus dipilih yang paling tepat. Pilihan disesuaikan dengan kondisi lokasi, harga, kadar bahaya zat
tersebut dan yang terpenting adalah kemampuan zat tersebut dalam mencegah prakoagualasi. Dalam
pemakaiannya zat antikoagulan bias digabung untuk menambah daya antikoagulasinya, bisa dua
macam menjadi satu atau tiga macam campuran sekaligus. Berikut ini contoh beberapa antikoagulan
yang banyak dipakai di perusahaan atau tempat- tempat pengolahan karet.
1. Soda atau natrium karbonat (Na2CO3)
Dibanding dengan zat antikoagulan yang lain, harga soda atau natrium karbonat memang lebih murah.
Karena itu soda banyak digunakan di pabrik-pabrik pengolahan yang sederhana. Akan tetapi zat ini
tidak dianjurkan digunakan pada pabrik yang akan mengolah lateks menjadi ribbed smoked sheets
(RSS) karena sheet kering yang dihasilkan akan bergelembung-gelembung atau bubbles. Pemakaian
soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi crepe. Dosis soda yang digunakan adalah 5-10 ml
larutan soda tanpa air kristal (soda ash) 10% setiap liter lateks.
2. Amonia (NH3)
Zat antikoagulan ini termasuk yang paling banyak digunakan karena :
Desinfektan sehingga dapat membunuh bakteri
Bersifat basa sehingga dapat mempertahankan/menaikkan pH lateks kebun
Lateks yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak diberi ammonia
secara berlebihan karena berpengaruh terhadap warna crepe yang jadi nantinya. Dosis ammonia yang
dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagualasi adalah 5-10 ml larutan ammonia 2,5% untuk setiap
liter lateks.
3. Formaldehid
Pemakaian formaldehid sebagai anti koagulan paling merepotkan dibanding zat lainnya, karena:
Kurang baik apabila digunakan di musim hujan
Apabila disimpan zat ini akan teroksidasi menjadi asam semut atau asam format (HCHO HCOOH)
yang dapat menyebabkan pembekuan apabila dicampur pada lateks. Oleh karena itu, formaldehid
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

9/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

yang akan digunakan terlebih dahulu harus diperiksa apakah larutan ini bereaksi asam atau tidak,
apabila bereaksi asam harus dinetralkan dengan zat yang bersifat basa seperti soda kaustik. Seteleh
formaldehid bereaksi netral baru digunakan. Dosis yang dapat dipakai adalah 5-10 ml larutan dengan
kadar 5% untuk setiap liter lateks yang akan dicegah prakoagualasinya.
4. Natrium sulfit (Na2SO3)
Pemakaian zat ini sebagai zat antikoagulan paling merepotkan, karena :
Bahan ini tidak tahan lama disimpan
Apabila ingin digunakan harus dibuat terlebih dahulu
Dalam jangka waktu sehari akan teroksidasi oleh udara menjadi natrium sulfat (Na2SO3 Na2SO4),
bila sudah teroksidasi maka sifatnya sebagai antikoagulan menjadi lenyap. Selain sebagai
antikoagulan natrium sulafit juga bias memperpanjang waktu pengeringan dan sebagai desinfektan.
Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan berkadar 10% untuk setiap liter lateks.
Pabrik atau tempat pengolahan karet yang membuat karet jenis ribbed smoked sheet (RSS) rata-rata
menggunakan ammonia dan natrium sulfit sebagai antikoagulan. Untuk membuat karet jenis crepe,
antikoagulan yang baiasa digunakan adalah soda atau natrium sulfit.
Untuk mendapatkan dosis antikoagulan yang paling tepat dapat dicoba dengan dosis rendah terlebih
dahulu. Apabila belum mencukupi, maka dosis dinaikkan sedikit demi sedikit. Untuk patokan dapat
digunakan dosis seperti yang telah disebutkan diatas. Zat antikoagulan harus diberikan secpat
mungkin setelah lateks disadap. Apabila mungkin penambahan antikoagulan pada mangkukmangkuk penampung lateks perlu dilakukan, kecuali untuk formaldehid. Dengan cara ini pencegahan
prakoagulasi berjalan lebih efektif. Cara ini membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk menaruh
antikoagulan, pada setiap mangkuk pada batang karet yang disadap, berarti juga penambahan biaya.
1. 9.

Permasalahan yang Dialami Industri Karet dan Lateks

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi industri karet dan lateks, diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Masih rendahnya produktivitas tanaman dan baru sekitar 40% yang menggunakan klon unggul
Belum terpenuhnya persediaan bibit unggul
Masih rendahnya kualitas bokar
Besarnya kapasitas terpasang pabrik crumb rubber jauh melebihi ketersediaan bahan olahkaret
Masih rendahnya kualitas SDM petani dan kemitraan usaha serta akses permodalan
Rendahnya posisi tawar petani dalam perolehan harga
Masih lemahnya dukungan prasarana dan sarana
10. Manfaat Hasil Olahan Karet dan Lateks

Hasil Olahan karet dan lateks memiliki banyak manfaat diantaranya :


1. Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang, antara lain:
1. Bahan mesin-mesin penggerak.
2. Ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet,
sabuk penggerak mesin besardan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan
pembungkus logam.
3. Bahan baku perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan
getaran, misalnya shock absorbers.
4. Bahan tahanan dudukan mesin.
5. Pembuatan lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain
membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air.
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

10/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

6. Pembuatan jembatan sebagai penahan getaran.


7. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil seals banyak juga
yang menggunakan bahan baku karet, walaupun kini ada yang menggunakan bahan
plastik.
8. Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang air, kasur
busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan jasa karet
sebagai bahan pembuat.
9. Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun peralatan permainan
10. Peralatan dan kendaraan perang banyak yang bagian-bagiannya di buat dari karet,
misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep.
11. Karet sintetis memiliki berbagai manfaat diantaranya:
1. Jenis NBR (Nytrile Butadiene Rubber) biasa digunakan dalam pembuatan pipa
karet untuk bensin dan minyak, membran, seal, gasket, serta barang lain yang
banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor atau industri gas
2. Jenis CR (Chloroprene Rubber) digunakan dalam pembuatan pipa karet,
pembungkus kabel, seal, gasket, dan sabuk pengangkut.
3. Jenis CR digunakan untuk perekat.
4. Jenis IIR dapat dimanfaatkan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor, juga
pembalut kawat listrik, serta pelapis bagian dalam tangki penyimpan lemak atau
minyak.
5. Jenis EPR dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kabel listrik.
Sebenarnya manfaat karet bagi kehidupan manusia jauh lebih banyak daripada
yang telah diuraikan di atas. Karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang
transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan banyak
bidang kehidupan lain yang vital bagi kehidupan manusia. Manfaat secara tak
langsung pun banyak yang dapat diperoleh dari barang yang dibuat dari bahan
karet.
1. 11.

Solusi Limbah Lateks

Inovasi menawarkan kemungkinan untuk mengubah masalah yang dilematik menjadi berkah besar.
Sejak lama pabrik lateks sinonim dengan bau busuk dan pencemaran. Dengan teknologi bio konversi,
bau dan pencemaran ditukar dengan produk-produk sampingan yang bernilai tinggi.
Limbah lateks pekat merupakan polutan yang potensial jika tidak ditangani dengan baik. Pengolahan
limbah lateks untuk memenuhi persyaratan lingkungan semata, akan membutuhkan biaya yang cukup
besar.
Kini limbah lateks dapat dikonversi secara mikrobiologis untuk menghasilkan berbagai produk yang
bernilai tambah ekonomis tinggi seperti: IAA (hormon tumbuhan), pupuk bio organik, dan biomassa
mikroalga.
Proses biokonversi dapat dibuat berlangsung simultan dengan pengolahan limbah, sehingga bisa
mengurangi volume limbah dan sekaligus menghilangkan bau busuk. Pupuk bio organik yang
dihasilkan terbukti dapat menghemat sampai 50% pupuk kimia pada tanaman pangan, tanaman
perkebunan, serta tanaman penutup tanah.
1. B.
2. 1.

Industri Kulit
Pengertian Industri Kulit

Industri kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides atau skins) menjadi kulit jadi atau
kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak. Pada proses penyamakan, semua
bagian kulit mentah yang bukan colagen saja yang dapat mengadakan reaksi dengan zat penyamak.
Kulit jadi sangat berbeda dengan kulit mentah dalam sifat organoleptis, fisis, maupun kimiawi.
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

11/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

1. 2.

Proses Industri Kulit

Dalam industri kulit, ada tiga pokok tahapan penyamakan kulit,yaitu:


Proses Pengerjaan basah (beam house).
Proses Penyamakan (tanning).
Penyelesaian akhir (Finishing).
Masing- masing tahapan ini terdiri dari beberapa macam proses, setiap proses memerlukan tambahan
bahan kimia dan pada umumnya memerlukan banyak air, tergantung jenis kulit mentah yang dignakan
serta jenis kulit jadi yang dikehendaki.
Secara prinsip, ditinjau dari bahan penyamak yang digunakan, maka ada beberapa macam
penyamakan yaitu:
1. Penyamakan Nabati.
Penyamakan dengan bahan penyamakan nabati yang berasal dari tumbuhan yang mengandung bahan
penyamak misalnya kulit akasia, sagawe , tengguli, mahoni, dan kayu quebracho, eiken, gambir, the,
buah pinang, manggis, dll. Kulit jadi yang dihasilkan misalnya kulit tas koper, kulit sol, kulit pelana
kuda, kulit ban mesin, kulit sabuk dll.
2. Penyamakan mineral.
Penyamak dengan bahan penyamak mineral, misalnya bahan penyamak krom. Kulit yang dihasilkan
misalnya kulit boks, kulit jaket, kulit glase, kulit suede, dll. Disamping itu ada pula bahan penyamak
aluminium yang biasanya untuk menghasilkan kulit berwarna putih ( misalnya kulit shuttle cock).
c. Penyamakan minyak.
Penyamak dengan bahan penyamak yang berasal dari minyak ikan hiu atau ikan lain, biasanya disebut
minyak kasar. Kulit yang dihasilkan misalnya: kulit berbulu tersamak, kulit chamois ( kulit untuk lap
kaca) dll.
Dalam prakteknya untuk mendapatkan sifat fisis tertentu yang lebih baik, misalnya tahan gosok, tahan
terhadap keringat dan basah, tahan bengkuk, dll, biasanya dilakukan dengan cara kombinasi.
Ada kalanya suatu pabrik penyamkan kulit hanya melaksanakan proses basah saja, proses
penyamakan saja, proses penyelesaian akhir atau melakukan 2 tahapan atau ketiga- tiganya sekaligus.
Secara garis besar bagab tahapan proses industri penyamakan kulit sebagai berikut:
1)

Tahapan proses pengerjaan basah ( beam house)

Urutan proses pada tahap proses basah beserta bahan kimia yang ditambahkan dan limbah yang
dikeluarkan diantaranya:
1. Perendaman ( Soaking)
Maksud perendaman ini adalah untuk mengembalikan sifat- sifat kulit mentah menjadi seperti semula,
lemas, lunak dan sebagainya. Kulit mentah kering setelah ditimbang, kemudian direndam dalam 8001000 % air yang mengandung 1 gram/ liter obat pembasah dan antiseptic, misalnya tepol, molescal,
cysmolan dan sebagainya selama 1- 2 hari. Kulit dikerok pada bagian dalam kemudian diputar dengan
drum tanpa air selama 1/ 5 jam, agar serat kulit menjadi longgar sehingga mudah dimasuki air dan
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

12/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

kulit lekas menjadi basah kembali. Pekerjaan perendaman diangap cukup apabila kulit menjadi lemas,
lunak, tidak memberikan perlawanan dalam pegangan atau bila berat kulit telah menjadi 220- 250%
dari berat kulit mentah kering, yang berarti kadar airnya mendekati kulit segar (60-65 %). Pada proses
perendaman ini, penyebab pencemarannya ialah sisa desinfektan dan kotoran- kotoran yang berasal
dari kulit.

2. Pengapuran ( Liming)
Maksud proses pengapuran ialah untuk:
Menghilangkan epidermis dan bulu.
Menghilangkan kelenjar keringat dan kelenjar lemak.
Menghilangkan semua zat-zat yang bukan collagen yang aktif menghadapi zat-zat penyamak.
Cara mengerjakan pengapuran, kulit direndam dalam larutan yang terdiri dari 300-400 % air (semua
dihitung dari berat kulit setelah direndam), 6-10 % Kapur Tohor Ca (OH)2, 3-6 % Natrium Sulphida
(Na2S). Perendaman ini memakan waktu 2-3 hari.
Dalam proses pengapuran ini mengakibatkan pencemaran yaitu sisa- sisa Ca (OH)2, Na2S, zat-zat
kulit yang larut, dan bulu yang terepas.

3. Pembelahan (Splitting)
Untuk pembuatan kulit atasan dari kulit mentah yang tebal (kerbau-sapi) kulit harus ditipiskan
menurut tebal yang dikehendaki dengan jalan membelah kulit tersebut menjadi beberapa lembaran
dan dikerjakan dengan mesin belah (Splinting Machine). Belahan kulit yang teratas disebut bagian
rajah (nerf), digunakan untuk kulit atasan yang terbaik. Belahan kulit dibawahnya disebut split, yang
dapat pula digunakan sebagai kulit atasan, dengan diberi nerf palsu secara dicetak dengan mesin press
(Emboshing machine), pada tahap penyelesaian akhir. Selain itu kulit split juga dapat digunakan
untuk kulit sol dalam, krupuk kulit, lem kayu dll. Untuk pembuatan kulit sol, tidak dikerjakan proses
pembelahan karena diperlukan seluruh tebal kulit.

4. Pembuangan Kapur (Deliming).


Oleh karena semua proses penyamakan dapat dikatakan berlangsung dalam lingkungan asam maka
kapur didalam kulit harus dibersihkan sama sekali. Kapur yang masih ketinggalan akan mengganggu
proses- proses penyamakan. Misalnya :
Untuk kulit yang disamak nabati, kapur akan bereaksi dengan zat penyamak menjadi Kalsium Tannat
yang berwarna gelap dan keras mengakibatkan kulit mudah pecah.
Untuk kulit yang akan disamak krom, bahkan kemungkinan akan menimbulkan pengendapan Krom
Hidroksida yang sangat merugikan.

https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

13/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

5. Pengikisan Protein ( Bating)


Proses ini menggunakan enzim protese untuk melanjutkan pembuangan semua zat- zat bukan collagen
yang belum terhilangkan dalam proses pengapuran antara lain:
Sisa- sisa akar bulu dan pigment.
Sisa- sisa lemak yang tak tersabunkan.
Sedikit atau banyak zat- zat kulit yang tidak diperlukan artinya untuk kulit atasan yang lebih lemas
membutuhkan waktu proses bating yang lebih lama.
Sisa kapur yang masih ketingglan.

6. Pengasaman (Pickling)
Proses ini dikerjakan untuk kulit samak dan krom atau kulit samak sintetis dan tidak dikerjakan untuk
kulit samak nabati atau kulit samak minyak. Maksud proses pengasaman untuk mengasamkan kulit
pada pH 3- 3,5 tetapi kulit kulit dalam keadaan tidak bengkak, agar kulit dapat menyesuaikan dengan
pH bahan penyamak yang akan dipakai nanti. Selain itu pengasaman juga berguna untuk:
Menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal.
Menghilangkan noda- noda besi yang diakibatkan oleh Na2gS, dalam pengapuran agar kulit menjadi
putih bersih.

2)

Tahapan Proses Penyamakan (Tanning)

Proses penyamakan dimulai dari kulit pikel untuk kulit yang akan disamakkrom dan sintan, sedangkan
untuk kulit yang akan disamak nabati dan disamak minyak tidak melalui proses pickling (
pengasaman).
Proses penyamakan diantaranya:
1. Penyamakan
Pada tahap penyamakan ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni:
1)

Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Nabati, diantaranya:

Cara Counter Current


Kulit direndam dalam bak penyamakan yang berisis larutan ekstrak nabati + 0,50. Be selama 2 hari,
kemudian kepekatan cairan penyamakan dinaikkan secara bertahap sampai kulit menjadi masak yaitu
3- 4 0Be untuk kulit yang tipis seperti kulit lapis, kulit tas, kuli pakaian kuda, dll sedang untuk kulitkulit yang tebal seperti kulit sol, ban mesin dll a pada kepekatan 6-8 0 be. Untuk kulit sol yang keras
dan baik biasanya setelah kulit tersanak masak dengan larutan ekstrak, penyamakan masih dilanjutkan
lagi dengan cara kulit ditanam dalam babakan dan diberi larutan ekstrak pekat selama 2-5 minggu.
Sistem samak cepat.
Didahului dengan penyamakan awal menggunakan 200% air, 3% ekstrak mimosa (Sintan) putar
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

14/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

dalam drum selam 4 jam. Putar terus tambahkan zat peyamak hingga masak diamkan 1 malam dalam
drum.

2)

Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Mineral, diantaranya:

Menggunakan bahan penyamak krom


Zat penyamak krom yang biasa digunakan adalah bentuk kromium sulphat basa. Basisitas dari garam
krom dalam larutan menunjukkan berapa banyak total velensi kroom diikat oleh hidriksil sangat
penting dalam penyamakan kulit. Pada basisitas total antara 0-33,33%, molekul krom terdispersi
dalam ukuran partikel yang kecil ( partikel optimun untuk penyamakan). Zat penyamak komersial
yang paling banyak digunakan memunyai basisitas 33,33%. Jika zat penyamak krom ini ingin
difiksasikan didalam substansi kulit, maka basisitas dari cairan krom harus dinaikkan sehingga
mengakibatkan bertambah besarnya ukuran partikel zat penyamak krom. Dalam penyamakan
diperlukan 2,5- 3,0% Cr2O3 hanya 25 %, maka dalam pemakainnya diperlukan 100/25 x 2,5 %
Cromosol B= 10% Cromosol B. Obat ini dilautkan dengan 2-3 kali cair, dan direndam selama 1
malam.

Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Minyak.


Kulit yang akan dimasak minyak biasanya telah disamak pendahuluan dengan formalin. Kulit dicuci
untuk menghilangkan kelebihan formalin kemudian dierah unuk mengurangi airnya, diputar dengan
20-30 % minyak ikan, selama 2-3 jam, tumpuk 1 malam selanjutnya digantung dan diangin- anginkan
selam 7-10 hari. Tanda-tanda kulit yang masak kulit bila ditarikmudah mulur dan bkas tarikan
kelihatan putih. Kulit yang telah masak dicuci dengan larutan Na2CO3 1%.

2. Pengetaman (Shaving).
Kulit yang telah masak ditumpuk selama 1-2 hari kemudian diperah dengan mesin atau tangan untuk
menghilangkan sebagian besar airnya, lalu diketam dengan mesin ketam pada bagian daging guna
mengatur tebal kulit agar rata. Kulit ditimbang guna menentukan jumlah khemikalia yang akan
diperlukan untuk proses- proses selanjutnya, selanutnya dicuci dengan air mengalir jam.

3. Pemucatan ( Bleaching).
Hanya dikerjakan untuk kulit samak nabati dan biasanya digunakan asam- asam organik dengan
tujuan:
1) Menghilangkan lek- flek bsi dari mesin ketam.
2) Menurunkan pH kulit yang berarti memudahkan warna klit.
Cara mengerjakan proses pemucatan, kulit diputar dengan 150-2005 air hangat (36- 40 0C ). 0,5-1,0
% asam oksalat selama - 1 jam.

4. Penetralan (Neutralizing).
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

15/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

Hanya dikerjakan untuk kulit samak krom. Kulit samak krom dilingkungannya sangat asam (pH 3-4)
maka kulit perlu dinetralkan kembali agar tidak mengganggu dalam proses selanjutnya. Penetralan
biasanya mempergunakan garam alkali misalnya NaHCO3, Neutrigan dll. Cara melakukan penetralan,
kulit diputar dengan 200% air hangat 40-600C. 1-2 % NaHCO3 atau Neutrigan. Putar selama - 1
jam.Penetralan dianggap cukup bila - penampang kulit bagian tengah berwarna kunung terhadap
Bromo Cresol Green (BCG) indikator, sedangkan kulit bagian tepi berwarna biru. Kulit kemudian
dicuci kembali.

5. Pengecetan Dasar ( Dyeing).


Tujuan pengecetan dasar ialah untuk memnberikan warna dasar pada kulit agar pemakaian cat tutup
nantinya tidak terlalu tebal sehingga cat tidak mudah pecah.
Cat dasar yang dipakai untuk kulit ada 3 macam:
1). Cat direct, untuk kulit samak krom.
2). Cat asam, untuk kulit samak krom dan nabati.
3). Cat basa, untuk kulit samak nabati.

6. Peminyakan (Fat liguoring).


Tujuan proses peminyakan pada kulit antara lain sebagai berikut:
1). Untuk pelumas serat- serat kulit ag kulit menjadi tahan tarik dan tahan getar.
2). Menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang lainnya.
3). Membuat kulit tahan air.
Cara mengerjakan peminyakan, kulit setelah dicat dasar, diputar selama 1jam dengan 150 %200% air 40- 60 0C, 4-15% emulsi minyak. Ditambahkan 0,2- 0,5% asam formiat untuk memecahkan
emulsi minyak. Minyak akan tertinggal dalam kulit dan airnya dibuang. Kulit ditumpuk pada kudakuda selama 1 malam.

7. Pelumasan ( Oiling).
Pelumasan hanya dikerjakan untuk kulit sol samak nabati. Tujuan pelumasan ialah untuk menjaga
agar bahan penyamak tidak keluar kepermukaan kulit sebelum kulit menjadi kering, yang berakibat
kulit menjadi gelap warnanya dan mudah pecah nerfnya bila ditekuk.
Cara pelumasan, kulit sol sebagian airnya diperah kemudian kulit diulas dengan campuran:
1). 1 bagian minyak parafine.
2). 1 bagian minyak sulfonir.
3). 3 bagian air.
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

16/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

Kulit diulas tipis tetapi rata kedua permukaannya, kemudian dikeringkan.

8. Pengeringan.
Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan kemudian dikeringkan. Proses ini bertujuan untuk
menghentikan semua reaksi kimia didalam kulit. Kadar air pada kulit menjadi 3-14%.

9. Kelembaban.
Kulit setelah dikeringkan dibiarkan 1-3 hari pada udara biasa agar kulit menyesuaikan dengan
kelembaban udara sekitarnya. Kulit kemudian dilembabkan dengan ditanam dalam serbuk kayu yang
mengandung air 50- 55 % selama 1 malam, Kulit akan mengambil air dan menjadi basah dengan
merata. Kulit kemudian dikeluarkan dan dibersihkan serbuknya.

10. Peregangan dan Pementangan.


Kulit diregang dengan tangan atau mesin regang. Tujuan peregangan ini ialah untuk menarik kulit
sampai mendekati batas kemulurannya, agar jika dibuat barang kerajinan tidak terlalu mulur, tidak
merubah bentuk ukuran. Setelah diregang sampai lemas kulit kemudian dipentang dan setelah kering
kulit dilepas dari pentangnya, digunting dibagian tepinya sampai lubang-lubang dan keriputkeriputnya hilang.
3)

Tahapan Penyelesaian Akhir ( finishing)

Penyelesaian akhir bertujuan untuk memperindah penampilan kulit jadinya, memperkuat warna dasar
kulit, mengkilapkan, menghaluskan penampakan rajah kulit serta menutup cacat-cacat atau warna cat
dasar yang tidak rata.
1. 3.

Limbah Industri Kulit

Limbah Cair
Dilihat dari asal bahan pencemar, maka sumber dan sifat air limbah industri penyamakan kulit dapat
dibedakan pertahapan proses sebagai berikut:
1. Perendaman ( Soaking).
Air limbah soaking mengandung sisa daging, darah, bulu, garam, mineral, debu, dan kotoran lain atau
bahkan bakteri antrax. Pada proses perendaman air limbah cairnya berbau busuk, kotor, dengan
kandungan suspended solid 0,05- 0,1%. Menurut UNEP 1991 menambahkan bahwa air limbah
soaking juga mengandung garam dan bahan organic lain yang akan mempengaruhi BOD,COD,SS.
Sumber limbahnya antara lain:
2. Buang bulu dan pengapuran (Unhairing dan liming).
Air pada proses ini berwarna putih kehijauan dan kotor, berbau menyengat, pH air limbah pada proses
ini berkisar antara 9-10, mengandung kalsium , natrium, sulfide, albunin, bulu sisa daging, dan lemak.
Suspended solid 36%. Dampak yang ditimbulkan akibat buangan dalam proses tersebut adalah bahwa
air limbah berpengaruh tehadap air, tanah, dan udara. Pengaruh terhadap air terutama pada BOD,
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

17/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

COD,SS, alkalinitas, sulphida, N-Organik, N- ammonia. Adanya gas H2S pada pencemaran ini
menyebabkan terjadinya pencemaran udara.
3. Air limbah buanagan kapur (Deliming).
Air limbah pada proses deliming mempunyai beban polutan yang lebih kecil dibanding dengan
unhairing dan liming. Menurut UNEP bahwa air limbah tersebut akan menyebabkan pencemaran air
berupa BOD,COD, DS, dan N- ammonia. Kemudian adanya ammonia akan menimbulkan
pencemaran udara.
4. Air limbah pengikisan Protein (Degreasing).
Pada proses ini air limbah yang dihasilkan pencemaran air yang ditunjukkan dengan tingginya nilai
COD,BOD,DS dan lemak.
5. Air limbah Pikel (Pickling) dan Krom (Tanning).
Air limbah dari proses ini akan mengandung bahan protein, sisa garam, sejumlah kecil mineral dan
crome velensi 3 yang apabila tercampur dengan alkali akan terbentuk chrome hidroksida, pH berkisar
antara 3,5-4, suspendid solid 0,01-0,02 %

6. Air limbah Gabungan Termasuk Pencucian.


Pada buangan air limbah gabungan ini ESCAP menjelaskan untuk volume air 30-35 l/kg, pH berkisar
antara 7.5-10, total solid 10- 25 mg/l, suspended solid 1.250- 6.000 mg/l dan BOD 2.000- 3.000 mg/l.

Sumber dan Karateristik Limbah Padat.


Didalam proses penyamakan disamping limbah cair juga menghasilkan limbah padat sebagai hasil
samping. Dikatakan hasil samping karena dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnyasebagai
bahan makanan,obat-obatan, kosmetik, pupuk, kerajinan, dan bahan bangunan lainnya. Bahan padat
yang dimaksud antara lainbulu, sisa trimming,fleshing, sisa split,shaving, buffing, dan lumpur.
1. 4.

Proses Pengolahan Limbah Industri Kulit

Proses pengolahan limbah industri kulit diantaranya adalah:


1. a.

Pemisahan Padatan Kasar

Sebelum diolah air limbah perlu disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan padatan kasar yang
dapat menutup pipa, pompa-pompa dan saluran-saluran. Pada proses ini lebih dari 30% padatan
tersuspensi total dalam cairan air limbah dapat dihilangkan dengan saringan.

1. b. Segresi
Pada tahap ini dilakukan pemisahan cairan-cairan limbah yang mempunyai sifat khas dan memerlukan
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

18/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

perlakuan tertentu untuk menangani zat pencemar agar nanti setelah dicampur dengan cairan limbah
yang lain tidak menimbulkan kontradiksi yang merugikan.
1. c.

Ekualisasi

Proses pengolahan pada bak ekualisasi bertujuan untuk penghilangan sulfida dan krom agar dapat
menghemat air yang dapat mengencerkan limbah kapran dan cairan limbah krom sebelum diolah lebih
lanjut.
Pada tahapan ini juga meningkatkan efisiensi pengolahan dan untuk menghindari rancangan baik yang
diantisipasi untuk aliran puncak ( peak Flow) maka dilakukan sistem pengaturan laju aliran dan
pencampuran seluruh air limbah.
1. d. Koagulasi
Pada tahapan ini dilakukan perlakuan fisiko kimiawi untuk menghilangkan BOD dan padatan. Dengan
perlakuan fisiko kimiawi yang relatif mudah dan sederhana dapat menghilangkan > 95 % padatan
tersuspensi dan BOD sekitar 70%. Untuk menghilangkan BOD sepenuhnya dapat dilakukan dalam
pengolahan proses biologis selanjutnya.
Perlakuan fisiko kimia terhadap air limbah penyamakan kulit terdiri dari perlakuan awal dengan
pemberian penggumpal yang dilanjutkan dengan pemberian pengendap sampai dengan pemisahan
lumpurannya untuk dibuang.
1. e.

Pengolahan Limbah Cair dengan Proses Biologis

Dalam persyaratan baku mutu air limbah, maka perlu adanya pengolahan sekunder. Pilihan cara
pengolahan sekunder untuk air limbah penyamakan kulit Sebagai berikut:
1. Filter biologis
Filter biologis dalam pengolahan limbah penyamakan kulit sering tidak dipertimbangkan.
2. Lumpur aktif (kolam oksidasi)
Pengolahan lumpur aktif pada prinsipnya adalah mempertemukan antara air limbah yang mengandung
bahan pengencer organik dengan sejumlah besar bakteri aerob dan mokroorganisme lain yang
terkandung dalam lumpur biologis (lumpur aktif).
3. Lumpur aktif konvensional
Jika dibandingkan dengan cara konvensional yang berbeban berat, maka waktu yang diperlukan
adalah 2-4 hari dan beban organik yang ringan lebih mudah menahan variasi keadaan air limbah dan
beban mendadak yang menjadi proses penyamakan kulit, dengan demikian lumpur yang dihasilkan
berkurang.
4. Lagun (kolam)
Ada pendekatan lain bagi daerah pedesaan atau yang memiliki lahan luas, yaitu kolam dapat dibuat
dengan biaya rendah dan perawatan pengolahan juga sangat mudah.
1. 5.

Dampak Industri Kulit Bagi Kesehatan

Didalam industri kulit menggunakan bahan-bahan pembantu yang tersusun dari senyawa-senyawa
kimia. Ada yang berwujud bubuk, kristal, maupun cair, semi liguid yang berbahaya terhadap
kesehatan manusia. Bahan-bahan kimia tersebut akan kontak dengan pekerja Industri Penyamakan
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

19/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

Kulit dengan berbagai macam cara, yaitu melalui kontak dengan kulit atau dengan cara penghirupan
dalam bentuk gas atau uap. Bahanbahan yang bersifat korosif dapat menyebabkan kerusakan pada
bagian tubuh yang terkena tumpahan ke kulit, mata atau juga bisa terminum, tertelan, maupun terhirup
ke paru- paru.
Dibawah ini akan dijelaskan akibat yang ditimbulkan apabila kontak dengan bahan- bahan yang
bersifat korosif/ beracun.
Natrium Sulfida (Na2S), berfungsi pada buangan bulu pada industri penyamakan kulit. Berupa kristal
putih atau kekuningan. Bereaksi dengan karbon. Bersifat tidak stabil, sehingga dalam proses
penyimpanannya harus dijaga agar terhindar dari pemanasan karena dapat meledak.
Asam Sulfida (H2SO4), bersifat korosif dan bersifat racun terhadap jaringan kulit. Kontak dengan
kulit menyebabkan terbakar, sehingga merusak jaringan. Penghisapan kabut/ uap asam sulfat dapat
menyebabkan inflamasi pada tenggorokan bagian atas sehingga menyebabkan bronkitis, dan bila
kontak dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kolaps.
Asam Klorida (HCl), bahan ini merupakan bahan pengoksidasi yang sangat kuat.Berbahaya jika
terkena panas. Pengaruhnya terhadap kesehatan manusia yang akan menghasilkan methemoglobin
dalam darah serta akan merusak butir-butir darah merah pada akhirnya akan merusak buah ginjal juga
otot- otot hati.
Asam Format ( HCCOH), bahan mudah terbakar dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata,
membran mukosa.
Amonium Hidroksida (NH4OH), suatu bahan apabila dipanaskan akan mengeluarkan racun yang
berbahaya bagi kesehata, uapnya bersifat racun.
Natrium Hidroksida (NaOH), berbentuk padat atau larutan bersifat korosif pada kulit manusia apabila
kontak terlalu lama, dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh manusia. Penghisapan pada hidung
dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa.

Categories: Uncategorized Tags: asam cuka, karet alam, lateks, mikroorganisme, sistem koloid
RSS feed

Search

Recent Posts
https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

20/21

1/26/2015

lateks | Makalah Mahasiswa

Visi dan misi Program studi Bahasa Arab


Susu dan Pengolahannya
Penanganan Limbah B3
Cat mewarnai hidup
Kerusakan Lapisan Ozon di Kutub Utara Makin Parah

Archives
January 2012

Categories
Uncategorized

Meta
Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
Create a free website or blog at WordPress.com.

Makalah Mahasiswa

https://kaffaitu.wordpress.com/tag/lateks/

Blog at WordPress.com. The INove Theme.

21/21

You might also like