You are on page 1of 26

STATUS MAHASISWA

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus

: Vertigo

Nama Mahasiswa

: Iin Syafaat

NIM

: H2A009023

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny. S

Umur

: 41 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Menikah

Pendidikan

: SMP

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah tangga

Alamat

: Wonosari Rt 01/VIII Ngaliyan

Dikirim oleh

: Ny. S

No CM

Dirawat di ruang

: Alamanda

Tanggal masuk RS

: 07-08-2014

Tanggal keluar RS
Mengetahui,
Dokter Ruangan

Dokter Pembimbing

Koordinator Mahasiswa

DAFTAR MASALAH
No

1.

Daftar
masalah
aktif

Tanggal

Pusing
berputar

07/08/2014

No

Daftar
masalah
pasif

Tanggal

I. SUBTEKTIF
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara auto anamnesis pada tanggal 07 agustus 2014 di
Alamanda RSUD Tugurejo Semarang.
1. Keluhan Utama
: kepala pusing berputar
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset
: 3 hari SMRS
Lokasi
: Seluruh kepala
Kualitas : pusing yang dirasakan seperti berputar dan badan

sempoyongan.
Kuantitas : pusing saat berakitivitas dan tetap ada saat beristirahat
Kronologis : pasien datang dengan keluhan kepala pusing yang berputar.
Keluahan sudah dirasakan 3 SMRS. Sebelumnya pasien hanya minum
obat pusing yang dibeli diwarung dan istrahat untuk mengurangi
pusingnya. Pasien dibawa ke RS. Tugurejo Semarang karena pusing yang
bertambah berat ditambah dengan badan lemah dan sempoyongan disertai

muntah tanpa mual.


Faktor yang memperberat : pusing terasa terus-menerus tidak dipengaruhi

oleh perpidahan posisi.


Faktor yang memperingan : istirahat dan minum obat pusing
Gejala lain
: muntah (+), mual (-), demam (+), nyeri ulu
hati yang menembus sampai pinggang (+), nyeri yng menjalar ke ke dua

tungkai kaki kanan dan kiri (-), badan lemas (+), terasa berat untuk
membuka mata kanan (+), kiri (-), nyeri kepala (-), BAK dan BAB tidak
ada keluhan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit yang sama
Riwayat hipetensi
Riwayat diabetes melitus
Riwayat gastritis
Riwayat trauma kepala
Riwayat operasi

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: diakui
: disangkal
: diakui post operasi mengioma bulan

oktober 2013 di RSUP DR. KARIADI SEMARANG.


4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat sakit yang sama
Riwayat hipetensi
Riwayat diabetes melitus

: disangkal
: disangkal
: disangkal

5. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Pribadi


Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, suami bekerja wiraswata dirumah
tinggal dengan 2 anaknya : laki-laki, perempuan serta suaminya. Pembiayaan
menggunakan BPJS.

II. OBYEKTIF
Pemerikaan fisik dilakukan tanggal 07 agustus 2014 Pukul 15.30 WIB.
1. Status Praesent
KU
: tamapak lemah
Kesadaran
: composmentis
GCS
: E4 M6 V5
Tanda vital
:
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 79 x/menit, reguler, isi cukup
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 37,9 0C
Status Generalisata

Kepala

: Mesosephal,distribusi rambut merata, tanda

trauma (-),
Mata

konjungtiva:

anemis

(-/-),

hiperemis

(-/-),Reflek cahaya (+/+); Pupil isokor 3mm/3mm, nystagmus (-/-), ,


Ptosis OD (sejak post operasi mengioma).
Hidung

: Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)

Telinga

: Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), Nyeri


tragus (-/-), sekret (-/-)

Mulut

: Lembab (-), Sianosis (-),

Leher

:Limfonodi (-), pembesaran tiroid (-)


kaku kuduk (-), , deviasi trakea (-), otot bantu
pernafasan (-)

Thorax

: Pergerakan dinding thorax statis simetris,


dinamis simetris; Ictus cordis tidak tampak.

Cor:
Inspeksi

: Ictus cordis ttidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di SIC IV LMCS, tak


kuat angkat,
nyeri tekan (-/-), tidak teraba massa (-/-)

Perkusi

Batas atas jantung

: ICS II Linea parasternal


sinistra

Pinggang jantung

: ICS III Linea parasternal


sinistra

Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea


mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS V Linea sternalis
dextra
Auskultasi

: Bunyi jantung I & II normal &

murni, bising (-), gallop (-)


Suara mitral M1 & M2
Suara aorta A1 & A2

M1 > M2
A1 < A2

Suara pulmonal P1 & P2

P1 < P2

Pulmo
Dextra

Sinistra

Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Simetris statis &

Simetris

statis

&

dinamis, retraksi (-)

dinamis, retraksi (-)

Stem fremitus normal

Stem fremitus normal

kanan = kiri

kanan = kiri

Sonor seluruh lapang

Sonor seluruh lapang

paru

paru

SD paru vesikuler (+),

SD paru vesikuler (+),

suara tambahan paru:

suara tambahan paru:

wheezing (-), ronki (-)

wheezing (-), ronki (-)

Stem fremitus kanan =

Stem fremitus kanan =

kiri

kiri

Sonor seluruh lapang

Sonor seluruh lapang

paru

paru

SD paru vesikuler (+),

SD paru vesikuler (+),

suara tambahan paru :

suara tambahan paru:

wheezing (-), ronki (-)

wheezing (-), ronki (-)

Belakang
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Abdomen
Inspeksi

:
: Dinding abdomen datar, spider nevi (-),
massa (-),warna kulit sama dengan warna kulit
sekitar

Auskultasi

: Bising usus (+) normal (15x/menit)

Perkusi

: Timpani seluruh regio abdomen, pekak


hepar (+), ascites (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-), Hepar & Lien tak teraba

2. Status Psikis
Tingkah laku
: dalam batas normal
Perasaan Hati
: eutim
Cara Berpikir
: realistis
Daya Ingat
: baik
Kecerdasan
: baik
3. Status Neurologis
A. Kepala
Bentuk
: mesosepal
Nyri tekan
: (-)
Simetri
: dalam batas normal
B. Leher
Sikap
: dalam batas normal
Gerakan
: dalam batas normal
Kaku kuduk
: (-)
C. Saraf Kranial
N. I (Olfaktorius)
Subyektif
: dalam batas normal
Dengan Bahan
: dalam batas normal
N. II (Optikus)
Tajam Penglihatan: dalam batas normal
Penglihatan Warna
: dalam batas normal
Lapang Penglihatan
: dalam batas normal
P. Fundus Okuli
: dalam batas normal
N. III (Okulomotorius)
Palpebra
: dalam batas normal

Gerakan bola mata


Fungsi dan reaksi pupil

: dalam batas normal


: dalam batas normal

Ukuran pupil
: daimeter : 3 mm/3 mm
Bentuk pupil
: isokor /isokor
Reflek cahaya langsung : (+/+)
Reflek cahaya tak langsung : (+/+)
Reflek akomodatif
: dalam batas normal
Strabismus divergen
: (-)
Diplopia
: (-)
N. IV (Throklearis)
Gerakan mata ke lateral bawah : dalam batas normal
Strabismus konvergen
: (-)
Diplopia
: (-)
N. V (Trigeminus)
Menggigit
: dalam batas normal
Membuka mulut
: dalam batas normal
Sensibilitas
: dalam batas normal
Reflek Kornea
: dalam batas normal
Reflek bersin
: dalam batas normal
Reflek Masseter
: dalam batas normal
Reflek Zigomatikus
: dalam batas normal
Trismus
: (-)
N. VI (Abdusen)
Gerakan Mata ke lateral : dalam batas normal
Srabismus konvergen
: dalam batas normal
Diplopia
: (-)
N. VII (Fasialis)
Kerutan kulit dahi
: dalam batas normal
Kedipan mata
: Ptosis OD (post operasi mengioma

2013)
Lakrimasi
: dalam batas normal
Sudut mulut
: (-)
Tik fasialis
: (-)
Lipatan nasolabial
: dalam batas normal
Pengecapan lidah 2/3 depan: dalam batas normal
Reflek visual palpebra
: dalam batas normal
Reflek glabela
: (-)

Reflek aurikulo palpebra : (-)


Tanda Myerson
: (-)
Tanda Chevostek
: (-)
N. VIII (Akustikus)
Tes suara berbisik
: dalam batas normal
Tes Rinne
: dalam batas normal
Tes Weber
: dalam batas normal
Tes Schwabach
: dalam batas normal
N. IX (Glossofaringeus)
Arcus faring
: dalam batas normal
Pengecapan lidah 1/3 belakang : dalam batas normal
Reflek muntah
: dalam batas normal
Sengau
: dalam batas normal
Tersedak
: dalam batas normal
N. X (Vagus)
Arcus faring
: dalam batas normal
Bersuara (fonasi)
: dalam batas normal
Menelan
: dalam batas normal
Denyut nadi
: dalam batas normal
N. XI (Accesorius)
Memalingkan kepala
: dalam batas normal
Sikap bahu
: dalam batas normal
Mengangkat bahu
: dalam batas normal
Trofi otot bahu
: dalam batas normal
N. XII (Hipoglossus)
Sikap lidah
: dalam batas normal
Tremor lidah
: (-)
Artikulasi
: dalam batas normal
Menjulurkan lidah
: dalam batas normal
Kekuatan lidah
: dalam batas normal
Trofi otot lidah
: (-)
Fasikulasi lidah
: (-)
BADAN DAN ANGGOTA GERAK
1. BADAN
Motorik
Respirasi
: dalam batas normal
Duduk
: dalam batas normal
Bentuk kolumna vertebra
: dalam batas normal

Pergerakan kolumna vertebra


: dalam batas normal
Sensibilitas
Taktil
: dalam batas normal
Nyeri
: (-)
Thermi
: dalam batas normal
Diskriminasi 2 titik : dalam batas normal
Sensibilitas posisi
: dalam batas normal
Reflek
Reflek kulit perut atas
: dalam batas normal
Reflek kulit perut tengah
: dalam batas normal
Reflek klit perut bawah
: dalam batas normal
Reflek kremaster
: dalam batas normal
2. ANGGOTA GERAK ATAS
Motorik
Inspeksi
Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Sensibilitas stereognosis
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas gramestesi
Sensibilitas barognosis
Sensibilitas posisi
Sensibilitas vibrasi
Reflek fidiologis
Biseps
Triceps
Radius
Ulna
Reflek Patologis

:
:
:

Kanan
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal

:
:
:

4 / 4
dalam batas normal
dalam batas normal

:
:
:
:
:
:
:
:
:

dalam batas normal


(-)
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal

:
:
:
:

dalam batas normal


dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal

Kiri

Reflek Trommer
Reflek Hoffman
3. ANGGOTA GERAK BAWAH
Motorik
Inspeksi
Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas posisi

:
:

(-)/(-)
(-)/(-)

:
:
:
:
:
:

dalam batas normal


dalam batas normal
dalam batas normal
4/4
dalam batas normal
dalam batas normal

:
:
:
:
:

dalam batas normal


dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal

Reflek Fisiologis
Patella
:
dalam batas normal
Achiles
:
dalam batas normal
Reflek Patologis
Babinski
:
(-)/(-)
Chaddock
:
(-)/(-)
Oppenheim
:
(-)/(-)
Gordon
:
(-)/(-)
Schaeffer
:
(-)/(-)
Gonda
:
(-)/(-)
Bing
:
(-)/(-)
Rossolimo
:
(-)/(-)
Mandel- Bechtrew
:
(-)/(-)
Pemeriksaan Klonus
Klonus paha/ lutut
:
(-)/(-)
Klonus kaki
:
(-)/(-)
Tes laseque
:
(-)/(-)
Tes Patrick
:
(-)/(-)
Tes kontra Patrick
:
(-)/(-)
PEMERIKSAAN OTONOM DAN FUNGSI VEGETATIF
Miksi
:
dalam batas normal

Defekasi
Ereksi

:
:

dalam batas normal


dalam batas normal

KOORDINASI, LANGKAH DAN KESEIMBANGAN


Tes Romberg
: (+)
Tes romberg dipertajam : (+)
Tes tandem gaind
: (+)
Tes disdiadokhokinesis : (+)
Tes Dismetria
: (+)
Point test
: (+)
Tes knee to heels
: (+)
GERAKAN-GERAKAN ABNORMAL
Tremor
: (-)
Atetosis
: (-)
Mioklonus
: (-)
Khorea
: (-)
TES TAMBAHAN
Tes manuver Hallpix
: (-)
III.

RINGKASAN
Pasien datang dengan keluhan pusing berputar, seluruh kepala. Pusing terjadi

secara mendadak saat pasien beraktivitas sejak 3 hari yang lalu. Pusing berputar
terjadi secara tiba-tiba saat pasiena akan beraktivitas seperti biasa dan pasien merasa
badannya sempoyongan. Pusing saat berakitivitas dan tetap ada saat beristirahat.
Pusing terjadi secara terus-menerus tidak dipengaruhi oleh perpidahan posisi. Untuk
memperingan keluhan biasanya pasien istirahat dan minum obat pusing. Gejala lain
yang dikeluhkan: muntah (+), demam (+), nyeri ulu hati yang menembus sampai
pinggang (+), badan lemas (+), terasa berat untuk membuka mata kanan (+).
Riwayat penyakit dahulu didapatkan : gastritis : diakui, riwayat operasi : diakui post
operasi mengioma bulan oktober 2013 di RSUP DR. KARIADI SEMARANG.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
- keadaan umum : tamapak lemah,
- Kesadaran : composmentis,

G C S : E4 M6 V5.
Tanda vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg, Nadi : 79 x/menit, reguler,

isi cukup, RR : 24 x/menit, Suhu : 37,9 0C.


- Status generalisata : mata: Ptosis OD (sejak post operasi.
Pemeriksaan neurologi didapatkan :
Motorik : 4 4
kesan kelemahan umum
4 4
Reflek fisisologis : +
+
+
+
Reflek patologis : Pemeriksaan Nervus kranial : N. VII (Fasialis) : Ptosis OD (post operasi mengioma
2013)
Koordinasi, langkah dan keseimbangan :
- Tes Romberg
: (+)
- Tes romberg dipertajam
: (+)
- Tes tandem gaind
: (+)
- Tes disdiadokhokinesis
: (+)
- Tes Dismetria
: (+)
- Point test
: (+)
- Tes knee to heels
: (+)
Tes tambahan (provokasi)
Tes manuver Hallpix
: (-)
IV.

DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : vertigo
DD : vertigo sentral
Vertigo perifer
Diagnosis Topis : sistem vestibuler

V.

Diagnosis Etiologi : vertigo sentral


RENCANA AWAL (PLANNING)
Masalah :
Vertigo
Ptosis OD
Rencana Terapi
Betahistin 3x 6 mg
Flunarizin 2x 5 mg
Dimenhidrinat 3x50 mg

Rencana Penegakan Diagnosis (Pemeriksaan yang dibutuhkan)


Pemeriksaan laboratorium darah rutin, Gula darah, ureum, kreatinin,
Na+, K+, Cl+
Konsul Sp. M
Monitoring
Keadaan umum
Tanda vital
Edukasi
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit pasien
Sarankan pasien agar patuh dalam pengobatan yang sudah diberikan
Lakukan perubahan posisi secara pela-pelan.

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar,
atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang
biasanya disertai kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya
beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
2. ANATOMI dan FISIOLOGI
Vestibulum memonitor pergerakan dan posisi kepala dengan
mendeteksi akselerasi linier dan angular. Bagian vestibular dari labirin terdiri
dari tiga kanal semisirkular, yakni kanal anterior, posterior, dan horisontal.
Ketiga kanal semisirkularis ini mendeteksi akselerasi angular. Setiap kanal

semisirkular terisi oleh endolimfe dan pada bagian dasarnya terdapat


penggelembungan yang disebut sebagai ampula. Ampula mengandung kupula,
suatu masa gelatin yang memiliki densitas yang sama dengan endolimfe, serta
melekat pada sel rambut.
Labirin juga terdiri dari dua struktur otolit, yakni utrikulus dan sakulus
yang mendeteksi akselerasi linear, termasuk deteksi terhadap gravitasi. Organ
reseptornya adalah makula. Makula utrikulus terletak pada dasar utrikulus kira
kira di bidang kanalis semisirkularis horisontal. Makula sakulus terletak pada
dinding medial sakulus dan terutama terletak di bidang vertikal. Pada setiap
makula terdapat sel rambut yang mengandung endapan kalsium yang disebut
otolith (otokonia). Makula pada utrikulus diperkirakan sebagai sumber dari
partikel kalsium yang menjadi penyebab BPPV. Kupula adalah sensor gerak
untuk kanal semisirkular dan ini teraktivasi oleh defleksi yang disebabkan
oleh aliran endolimfe. Pergerakan kupula oleh karena endolimfe dapat
menyebabkan respon, baik berupa rangsangan atau hambatan, tergantung pada
arah dari gerakan dan kanal semisirkular yang terkena. Kupula membentuk
barier yang impermeabel yang melintasi lumen dari ampula, sehingga partikel
dalam kanal semisirkular hanya dapat masuk atau keluar kanal melalui ujung
yang tidak mengandung ampula.
Ampulofugal berarti pergerakan yang menjauhi ampula, sedangkan
ampulapetal berarti gerakan mendekati ampula. Pada kanal semisirkular
posterior dan superior, defleksi utrikulofugal dari kupula bersifat merangsang
(stimulatory) dan defleksi utrikulopetal bersifat menghambat (inhibitory).
Pada kanal semisirkular lateral, terjadi yang sebaliknya.
Gambar anatomi telinga :

Nistagmus mengacu pada gerakan osilasi yang ritmik dan berulang


dari bola
mata. Stimulasi pada kanal semisirkular paling sering menyebabkan jerk
nystagmus, yang memiliki karakteristik fase lambat (gerakan lambat pada
satu arah) diikuti oleh fase cepat (kembali dengan cepat ke posisi semula).
Nistagmu dinamakan sesuai arah dari fase cepat. Nistagmus dapat bersifat
horizontal, vertikal, oblik rotatori, atau kombinasi.

3. ETIOLOGI
Penyebab umum dari vertigo :
1) Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2) Obat-obatan
Alkohol
Gentamisin
3) Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
4) Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri.
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga).
Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
5) Kelainan neurologis
Sklerosis multipel

Patah

tulang

tengkorak

yang

disertai

cedera

pada

labirin,

persarafannya atau keduanya


Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.
4. PATOFIOLOGI
Keseimbangan dan kemampuan menyadari posisi dan kedudukan terhadap
ruangan sekitarnya diatur oleh integrasi berbagai sistem yaitu :
a) Sistem vestibular. Impuls pada labirin yang berfungsi

sebagai

proprioseptor spasial spesifik sangat sesitif terhadap perubahan kecepatan


pergerakan dan posisi tubuh.
b) Sistem visual, impuls visual yang berasal dari retina dan impuls
proprioseptif yang berasal dari otot bola mata berguna dalam menetapkan
jarak suatu objek dari tubuh. Impuls ini judikoordinasikan dengan impuls
dari sistem vestibuler.
c) Sistem proprioseptif. Impuls proprioseptif yang berasal dari otot dan
tendon berhubungan dengan reflek postural dan gerakan yang disadari.
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya vertigo antara lain :
1) Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses
tranduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia yang
terdiri dari reseptor mekanis di vestibulum, reseptor cahaya di retina,
reseptor mekanik di kulit.
2) Saraf aferen yang berperan dalam proses transmisi menghantarkan
impuls ke pusat keseimbangan di otak. Terdiri dari : Nervus
vestibularis, nervus optikus dan spinovestibuloserebelaris pathway.
3) Pusat keseimbangan yang berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi / koordinasi dan presepsi.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
reseptor vestibuler, visual dan proprioseptif. Dari ketiga reseptor tersebut
informasi terbesar masuk melalui reseptor vestibuler (lebih dari 50%).2,7
Arus informasi berlangsung intensif apabila terjadi gerakan atau perubahan

posisi kepala atau tubuh. Gerakan ini akan menyebabkan perpindahan cairan
endolimfe di labirin dan selanjutnya silia dari sel rambut akan menekuk.
Tekukan ini akan menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel yang
mengakibatkan depolarisasi sel saraf yang selanjutnya berjalan sebagai impuls
sensorik melalui nervus vestubularis ke pusat keseimbangan di otak. Impuls
tersebut selanjutnya dihantarkan ke serebelum, kortek serebri, hipothalamus
dan pusat otonomik di formasio retikularis.
Neurotransmitter yang berperan dalam impuls aferen vestibuler adalah
bersifat eksitator, antara lain glutamate, aspartat, asetilkolin, histamine dan
substansi P. Sedangkan neurotransmiter yang berperan dalam impuls eferen
vestibuler adalah bersifat inhibitor,

yaitu GABA, glisin, noradrenalin,

dopamine, dan serotonin. Pengetahuan mengenai neurotransmitter ini berguna


dalam prinsip terapi medikamentosa dari vertigo. Rasa pusing atau vertigo
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat.
5. KLASIFIKASI
Vertigo yang terjadi oleh karena kelainan pada sistem vestibular disebut
vertigo vestibular, dan yang timbul pada kelainan sistem somatosensori dan
visual disebut vertigo nonvestibular. Perbedaan klinis Vertigo vestibular dan
nonvestibular adalah sebagai berikut :
Gejala

Vestibular

Non vestibelar

Sifat

Rasa berputar

Melayang,
keseimbangan

Serangan

Episodic

Kontinu

Mual/muntah

Gangguan

+/-

hilang

pendengaran
Gerakan pencetus

Gerakan kepala

Gerakan obyek visual

Situasi pencetus

Keramaian, lalu lintas

Perbedaan vertigo vestibular sentral dan perifer


Gejala

Vestibular perifer

Vestibelar sentral

Sifat

Lebih mendadak

Lebih lambat

Bangkitan vertigo

Berat

Ringan

Derajat vertigo

++

+/-

Pengaruh gerakan kepala

++

Gejala otonom (mual,muntah, +

berkeringant)
Gangguan

pendengaran -

(tinitus, tuli)
Tanda fokal otak

Keramaian,

lalu

lintas
-

Berdasarkan etiologi , maka vertigo dibagi atas :


1. Vertigo perifer : jika kelainan di sistem vestibular, labirin
2. Vertigo sentral : jika kelainan di batang otak, serebellum, korteks serebri.
6. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh sebaiknya difokuskan pada
evaluasi neurologis terhadap saraf-saraf kranial dan fungsi serebelum,
misalnya dengan melihat modalitas motorik dan sensorik. Penilaian terhadap
fungsi serebelum dilakukan dengan menilai fiksasi gerakan bola mata; adanya
nistagmus(horizontal) menunjukkan adanya gangguan vestibuler sentral.
Pemeriksaan kanalis auditorius dan membran timpani juga harus dilakukan

untuk menilai ada tidaknya infeksi telinga tengah, malformasi, kolesteatoma,


atau fi stula perilimfatik. Dapat juga dilakukan pemeriksaan tajam
pendengaran.
1) Tes keseimbangan
Pemeriksaan klinis, baik yang dilakukan unit gawat darurat maupun di
ruang pemeriksaan lainnya, mungkin akan memberikan banyak informasi
tentang keluhan vertigo. Beberapa pemeriksaan klinis yang mudah
dilakukan untuk melihat dan menilai gangguan keseimbangan diantaranya
adalah: Tes Romberg. Pada tes ini, penderita berdiri dengan kaki yang satu
di depan kaki yang lain, tumit yang satu berada di depan jari-jari kaki
yang lain (tandem). Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap
Romberg ini selama 30 detik atau lebih. Berdiri dengan satu kaki dengan
mata terbuka dankemudian dengan mata tertutup merupakan skrining yang
sensitif untuk kelainan keseimbangan. Bila pasien mampu berdiri dengan
satu kaki dalam keadaan mata tertutup, dianggap normal.
2) Tes melangkah di tempat (stepping test)
Penderita harus berjalan di tempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa dan tidak diperbolehkan
beranjak dari tempat semula. Tes ini dapat mendeteksi ada tidaknya
gangguan sistem vestibuler. Bila penderita beranjak lebih dari 1 meter dari
tempat semula atau badannya berputar lebih dari 30 derajat dari keadaan
semula, dapat diperkirakan penderita mengalami gangguan sistem
vestibuler.
3) Tes salah tunjuk (past-pointing)
Penderita diperintahkan untuk merentangkan lengannya dan telunjuk
penderita diperintahkan menyentuh telunjuk pemeriksa. Selanjutnya,
penderita diminta untuk menutup mata, mengangkat lengannya tinggi
(vertikal) dan kemudian kembali pada posisi semula. Pada ganggua
vestibuler, akan didapatkan salah tunjuk.

4) Tes Tandem Gait


Pasien kaki saling menyilang dan tangan menyilang didada. Pasien di
suruh berjalan lurus, pada saat melangkah tumit kaki kiri djiletakkan pada
ujung jari kaki kanan dan seterusnya. Adanya gangguan vestibuler akan
menyebabkan arah jalanannya menyimpang.
5) Finger to finger test
Bila kelainan labirin satu / dua sisi maka kelainan test ini selalu pada
kedua jari kiri dan kanan, bila sumber kelainannya dari serebelum satu sisi
maka jari yang menunjukkan kelainan hanya pada sisi maka jari yang
menunjukkan kelainan hanya pada sisi yang sesuai dengan sisi kelainan
serebelum.
6) Manuver Nylen-Barany atau Hallpike
Untuk menimbulkan vertigo pada penderita dengan gangguan sistem
vertibuler, dapat dilakukan manuver Nylen-Barany atau Hallpike. Pada tes
ini, penderita duduk di pinggir ranjang pemeriksaan, kemudian direbahkan
sampai kepala bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30
derajat di bawah horizon, lalu kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian
diulangi dengan kepala melihat lurus dan diulangi lagi dengan kepala
menoleh ke kanan. Penderita harus tetap membuka matanya agar
pemeriksa dapat melihat muncul/tidaknya nistagmus. Kepada penderita
ditanyakan apakah merasakan timbulnya gejala vertigo.

7. DIAGNOSIS
Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab
dari vertigo. Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan
fungsi telingan bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan
otak. Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari
atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita
secara tiba-tiba atau meneteskan air dingin ke dalam telinga. Untuk menguji
keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam satu
garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.

Tes pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan telinga yang


mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran.
Pemeriksaan lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa
menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika di duga
suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari
tulang belakang. Jika di duga terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka
dilakukan pemeriksaan angiogram, untuk melihat adanya sumbatan pada
pembuluh darah yang menuju ke otak.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medikamentosa mempunyai tujuan utama : (i) mengeliminasi
keluhan vertigo, (ii) memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler, dan
(iii) mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapa
golongan obat yang dapat digunakan untuk penanganan vertigo di antaranya
adalah:
1) Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan
vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin.
Kedua preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam satu sediaan
antivertigo. Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui
reseptor muskarinik. Pemberian antikolinergik per oral memberikan efek ratarata 4 jam, sedangkan gejala efek samping yang timbul terutama berupa
gejala-gejala penghambatan reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan
memori dan kebingungan (terutama pada populasi lanjut usia), ataupun gejalagejala penghambatan muskarinik perifer, seperti gangguan visual, mulut
kering, konstipasi, dan gangguan berkemih.
Obat: skopolamin, atropin.
2) Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan antivertigo
yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan termasuk di antaranya
adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan prometazin.
Mekanisme antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui,

tetapi diperkirakan juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral.


Antihistamin mungkin juga mempunyai potensi dalam mencegah dan
memperbaiki motion sickness. Efek sedasi merupakan efek samping utama
dari pemberian penghambat histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral,
dengan lama kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12
jam.
Obat: sinarisin (STUGERON), dimenhidrinat (Dramamine), prometasin
(Phenergan), meclizine, cyclizine.
3) Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo
di beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri
merupakan prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin diperkirakan
berasal dari efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi
di daerah telinga tengah dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral,
betahistin diserap dengan baik, dengan kadar puncak tercapai dalam waktu
sekitar 4 jam. efek samping relatif jarang, termasuk di antaranya keluhan
nyeri kepala dan mual.
4) Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual
pada pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik
merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan
antihistaminik (H1) berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama
kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam. Beberapa
antagonis dopamin digunakan sebagai antiemetik, seperti domperidon dan
metoklopramid. Efek samping dari antagonis dopamin ini terutama adalah
hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan yang berhubungan
dengan gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif, parkinsonisme,
distonia akut, dan sebagainya.
5) Benzodiazepin

Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di


tempat khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler
diperkirakan terjadi melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya
obat-obat sedatif, akan memengaruhi kompensasi vestibuler. Efek
farmakologis utama dari benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan
kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd, serta antikonvulsan.
Beberapa obat golongan ini yang sering digunakan adalah lorazepam,
diazepam, dan klonazepam.
6) Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di
dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium
intrasel. Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan
vestibuler. Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium
yang diindikasikan
untuk penatalaksanaan vertigo; kedua obat ini juga digunakan sebagai obat
migren. Selain sebagai penghambat kanal kalsium, ternyata flunarizin dan
sinarizin mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta antihistamin-1.
Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin mempunyai
waktu paruh
yang panjang, dengan kadar mantap tercapai setelah 2 bulan, tetapi kadar
obat dalam darah masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan setelah
pengobatan dihentikan. Efek samping jangka pendek dari penggunaan
obat ini terutama adalah efek sedasi dan peningkatan berat badan. Efek
jangka panjang yang pernah
dilaporkan ialah depresi dan gejala parkinsonisme, tetapi efek samping ini
lebih banyak terjadi pada populasi lanjut usia.
7) Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara
hati-hati karena adanya efek adiksi.
8) Asetilleusin

Obat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme kerja obat ini sebagai
antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bekerja
sebagai prekrusor neuromediator yang memengaruhi aktivasi vestibuler
aferen, serta diperkirakan mempunyai efek sebagai antikalsium pada
neurotransmisi. Beberapa efek samping penggunaan asetilleusin ini
diantaranya adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi) dan nyeri di
tempat injeksi.
9) Lain-lain
Beberapa preparat ataupun bahan yang diperkirakan mempunyai efek
antivertigo di antaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (agonis
dopaminergik), dan ondansetron.
Terapi rehabilitatif
Tujuan terapi adalah untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi
sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular.
Mekanisme kerja terapi ini adalah melalui: Substitusi sentral oleh sistem visual dan
somatosensori untuk fungsi vestibular yang terganggu. Mengaktifkan kendali pada
tonus inti vestibular oleh serebelum, sistem visual, dan somatosensori Menimbulkan
habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimuli sensorik yang diberikan
berulang-ulang.

DAFTAR PUSTAKA
-

R. Cody D., Thane, dkk. (1991). Penyakit THT. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jillid 2. Jakarta : Media

Aesculapius
-

Dr. Med. Ahmed Ramali & K. St. Pamoentjak. (2003). Kamus Kedokteran.

Jakarta : Penerbit Djambatan.

You might also like