Professional Documents
Culture Documents
(Daftar Isi)
DAFTAR ISI
ANATOMY
Tractus Digestivus ....................................................................................... 2
Dinding Abdomen Dan Peritoneum ............................................................. 10
Organa Digestiva Accessoria ....................................................................... 19
Histologi Sistem Gastrointestinal .................................................................... 30
The Physiology Of GIT ................................................................................. 40
Biokimia Pencernaan ....................................................................................... 61
Dispepsia, GERD, Intestinal Bleeding ........................................................ 66
Nonalcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) dan
Nonalcoholic Steatohepatitis (NASH) ........................................................ 78
Diare Pada Anak ............................................................................................ 84
Kuliah PK Gastroenterohepatologi ................................................................ 97
Radiologi Saluran Pencernaan ........................................................................ 120
BEDAH DIGESTIVE
Akut Abdomen ............................................................................................. 134
Hernia ........................................................................................................ 146
ii
(Daftar Isi)
ANATOMY OF GIT
Nanang Wiyono, dr., M.Kes
1. Tractus Digestivus (hal: 2 - 9)
2. Organa Digestiva Accessoria (hal: 10 - 18)
3. Dinding Abdomen Dan Peritoneum (hal: 19 -29)
Tractus digestivus
Cavitas oris
Merupakan
pintu
masuk
sistem
Mempunyai atap, dasar dan dinding lateral , membuka ke luar melalui rima oris dan berlanjut ke
oropharynx melalui isthmus oropharyngealis (isthmus faucium)
Cavum oris dibagi menjadi 2 yaitu vestibulum oris dan cavum oris proprium
Bibir
Terdiri dari otot skeletal (M. orbicularis oris) dan jaringan pengikat.
Permukaan luar terdiri kulit dengan folikel rambut, glandula sebacea dan sudorifera
Area transisional : epidermis transparan, terlihat merah karena banyak kapiler yang dapat terlihat
Permukaan dalam : membran mukosa, melekat pada gusi melalui frenulum labialis
Terdiri atas fascia dan M. buccinator yang terletak antara kulit dan mucosa oris
Bersama bibir, pipi berfungsi untuk membantu mengunyah, bersuara termasuk menghisap pada bayi
Pharynx
Membentang dari basis cranii sampai tepi bawah cartilago cricoideum (VC 6), yang akan berlanjut
menjadi oesophagus
Nasopharynx
Oropharynx
Laryngopharynx
Esophagus
Berupa tabung muscular, panjang 9-10 inchi (25 cm), diameter 2,54 cm
Berawal setinggi laryngopharynx, menembus diapraghma melalui hiatus oesopahgus setinggi VTh. X
dan bermuara ke dalam ventriculus
Esophagus mengikuti lengkung columna vertebralis saat berjalan descendens melalui regio cervical
dan mediastinum
Ventriculus
Fundus ventriculi ; bagian yang menonjol ke cranial di sebelah kiri ostium cardiacum
Corpus ventriculi : bagian dari tempat muara esophagus sampai tempat tercaudal, merupakan
bagian terbesar ventriculi
Pars pyloricum : terdiri atas anthrum pyloricum dan canalis pyloricum dan tempat akhir
ventriculus
Muara ventriculus (orificium pyloricum) ditandai di permukaan organ oleh penyempitan pylorus yang
dikelilingi penebalan M. circularis ventriculus yang disebut M. sphincter pylori
Orificium pyloricum terletak tepat di sebelah kanan midline, pada bidang yang melallui tepi bawah VL1
(bidang transpylorica)
Intestinum tenue
Intestinum tenue merupakan bagian dari tractus digestivus yang paling panjang, membentang dari
orificium pyloricum hingga plica ileocecalis
Berupa tabung, dengan diameter yang makin ke distal makin menyempit, panjangnya 6-7 m
Terdiri atas :
Duodenum
Jejunum
Ileum
Duodenum
Panjang 12 jari (20-25 cm), lumennya merupakan yang terbesar dari bagian intestinum tenue yang
lain
Dihubungkan dengan hepar melalui ligamentum hepatoduodenale, yang merupakan bagian dar
oemntum minus
Jejunum
Terletak sebagian besar di kuadran kiri atas, mempunyai diameter terbesar dan mempunyai dinding
lebih tebal dari ileum
Gambaran khas pada jejunum : arcade arteri pendek dan vasa recta yang panjang
Ileum
Dibandingkan jejunum, dinding ileum lebih tipis, vasa recta lebih pendek, lebih banyak arcade
arterinya dan lebih banyak lemak mesenteriumnya
Ileum bermuara ke intestinum crassum di pertemuan antara cecum dan colon ascendens
Terdapat dua lipatan yang menuju lumen intestinum crassum (ileocecal fold) yang bertemu pada
ujung-ujungnya membentuk peninggian
Otot dari ileum berlanjut hingga ke tiap lipatan berfungsi membentuk suatu sphincter untuk mencegah
refluks dari cecum ke ileum dan mengatur pasase isi ileum ke cecum
Tunica serosa : berupa peritoneum, terdiri atas mesothelium dan jaringan pengikat tipis
Tunica mucosa : membentuk lipatan-lipatan yang berjalan sirkuler, disebut plica circularis
Anatomi mikroskopik
o
Plicae circularis : lipatan mucosa sirkuler, besar dan permanen, terdapat di keseluruhan
lumen
Villi intestinalis : proyeksi seperti jari (0,2-1,0 mm) dari mucosa ke lumen, tiap villi
mengandung jaringan kapiler dan pembuluh limfe lacteal
Intestinum crassum
Berbentuk suatu pipa, panjang 1,5 meter, membentang dari distal ileum hingga ke anus
Intestinum crassum tidak mempunyai villi, tidak mempunyai plica circularis, diameter lebih lebar, lebih
pendek dan lebih distensibel dibanding intestinum tenue
Serabut otot longitudinal pada muscularis externa membentuk tiga pita yaitu taenia coli, membentuk
bagian yang mencembung disebut haustra dan cekung disebut incisura
Berfungsi untuk absorbsi air dan garam dari usus, membentuk faeces
Intestinum crassum terdiri atas : cecum, appendix vermiformis, colon, rectum dan canalis
analis
Cecum dan appendix berawal dari inguinalis dextra, berjalan ascendens sebagai colon ascendens
melalui regio lumbalis dextra dan menuju regio hypocondraca dextra.
Tepat di inferior hepar, membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra (flexura hepatica),
menyilang abdomen sebagai colon transversum menuju regio hypocondriaca sinistra
Tepat di inferior lien, membelok ke bawah membentuk flexura coli sinistra (flexura lienalis) dan
belanjut sebagai colon descendens menuju inguinalis sinistra
Kemudian masuk ke bagian superior pelvis sebagai colon sigoideum, berlanjut di dinding posterior
pelvis sebagai rectum dan berakhir sebagai canalis analis
Terletak intraperitonealis
Berlanjut menjadi colon ascendens pada masuknya ileum dan biasanya bersentuhan dengan
dinding abdomen anterior
Menggantung pada ileum terminalis melalui mesoapendix, yang mengandung vasa appendicularis
Titik perlekatannya pada cecum setinggi taenia libera, sebagai basis apendix tetapi posisi apendix bisa
bervariasi
Subcecal
Proyeksi permukaan basis apendix terdapat di 1/3 lateral garis dari SIAS dextra ke umbilicus (titik
McBurney)
Colon
Colon membentang ke superior dari cecum dan terdiri atas colon ascendens, transversum,
descendens dan sigmoideum
Colon ascendens dan descendens terletak retroperitonealis, sedangkan colon transersum dan
sigmoideum terletak intraperitonealis
Pertemuan colon ascendens dengan colon transversum membentuk flexura coli dextra, tepat di
inferior lobus dexter hepatis
Pertemuan colon transversum dan colon descendens membentuk flexura coli sinistra, tepat di
inferior lien, lebih tinggi dan lebih posterior daripada flexura coli dextra, melekat pada diaphragma
melalui phrenicocolica
Berawal di atas aditus pelvis dan membentang hingga setinggi VS III, yang kemudian berlanjut
menjadi rectum
Rectum
Canalis analis
Merupkan lanjutan dari intestinum crassum di inferior dari rectum, bermuara ke anus
10
Dentes
Lingua
Glandula salivarii
Hepar
Vesica fellea
Pancreas
Dentes (gigi)
Susunan gigi pada mandibula dan maxilla membentuk arcus dentalis; arcus dentalis mandibula lebih
besar dari arcus dentalis di maxilla
Gigi decidua : 20
Gigi permanen : 32
-----
11
Bagian gigi
Lapisan gigi
Email : bagian gigi yang paling luar dan keras, menutupi corona
Pulpa : ruang di dalam corona sampai radix, terisi pulpa dentin mengandung pembuluh darah dan
saraf
Membran periodontal : jaringan pengikat di dinding alveolus dan melekat pada cementum
Ginggiva
Merupakan regio khusus dari mukosa oris yang mengelilingi gigi dan menutupi regio terdekat dari
tulang alveolaris
12
13
Lingua merupakan struktur muscular yang membentuk dasar cavitas oris dan bagian dinding anterior
oropharynx
Terdiri atas :
Apex linguae : bagian anterior lingua berbentuk triangular berujung tumpul. Apex linguae
menghadap ke anterior dan terletak tepat di posterior dentes incisivus
Corpus linguae : 2/3 anterior, facies superior oralis, mengarah dalam bidang horizontalis
Radix linguae melekat pada mandibula dan os hyoid, 1/3 posterior, menghadap ke oropharynx
Batas antara corpus dan radix linguae ditandai garis papilla valata yang berbentuk seperti huruf V,
tepat di belakangnya terdapat sulcus terminalis
Pada apex sulcus terminalis terdapat cekungan kecil disebut foramen cecum linguae, sisa ductus
thyroglossus
Fungsi lingua: manipulasi makanan untuk mengunyah dan menelan, merasakan(pengecap) dan untuk
bicara
Papila :
Papila foliata : lipatan mucosa linier di sisi lidah dekat sulcus terminalis
Papila circumvalata : paling besar, berbentuk silinder ujungnya tumpul, trdapat 8-12 papilla,
membentuk huruf V di anterior sulcus terminalis
*) Semua papilla kecuali papillae filiformis mengandung kuntum pengecap/taste buds pada
permukaannya
Musculi intrinsik
Musculi ekstrinsik
14
Glandulae salivarii
Glandula salivarii merupakan kelenjar air liur yang mensekresikan saliva ke dalam cavitas oris
Sebagian besar berupa kelenjar kecil (glandula salivarii minores) yang terdapat dalam lapisan
submucosa atau mucosa lingua, palatum, buccae dan labia, yang membuka langsung ke cavitas oris
atau melalui ductus
Selain itu terdapat kelenjar yang lebih besar (glandula salivarii majores) yaitu sepasang glandula
parotis, submandibularis dan sublingualis
Fungsi saliva:
Mencerna karbohidrat
Komposisi
Glandula parotis
Paling besar
15
Glandula submandibularis
Bermuara ke dasar mulut di samping frenulum lingualis, dekat gigi incisivus bawah, melalui
ductus Whartons
Glandula sublingualis
Hepar
Terletak sebagian besar di regio hypocondriaca dextra dan epigastrium hingga hypocondriaca sinistra
Terdiri 2 facies :
Facies diaphragmatica
Recessus hepatorenalis : bagian dari cavitas peritonealis di sisi kanan diantara hepar dan ren dan
glandula suprarenalis dextra
Facies visceralis
Ditutupi oleh peritoneum visceralis kecuali pada fossa vesica fellea dan di porta hepatis
Hampir sebagian besar hepar ditutupi oleh peritoneum visceralis kecuali area kecil yang menghadap
diaphragma (bare area)
Terdapat lipatan tambahan peritoneum yang menghungkan hepar dengan ventriculs (ligamen
hepatogastrica), dengan duodenum
16
Kedua ligamen tersebut ke lateral bergabung membentuk ligamen triangularis dextra et sinistra
Lobi hepatis
Hepar dibagi menjadi lobus dexter et sinister oleh fossa vesica fellea dan vena cava inferior
Lobus hepatis dexter, merupakan lobus terbesar dan terdiri atas lobus hepatica propria, lobus
quadratus dan lobus caudatus
Vesica fellea
Berupa kantong, berbentuk seperti buah peer, terletak di facies visceralis hepar di lobus dexter di
dalam fossa antara lobus hepatis dexter dan lobus quadratus
Terdiri :
Pancreas
Berbentuk oval
Membentang dari menyilang dinding abdomen posterior dari duodenum hingga ke lien
Terdiri :
Processus uncinatus : tonjolan dari bagian bawah caput, berjalan ke posterior menuju a/v
mesenterica superior
Collum pancreas
Corpus pancreas
Di bagian bawah caput pancreas, ductus pancreaticus bergabung dengan ductus choledocus
membentuk ampulla hepatopancreaticus(Vateri) yang masuk ke pars descendens duodeni di papila
duodeni major. Ampulla tersebut dikelilingi M. sphincter Oddi
17
Ductus pacreaticus accesorius menuju duodenum di pailla duodeni minor tepat di atas papilla duodeni
major
Ductus pancreaticus dan communis dan accesorius umumnya saling berhubungan satu sama lain
Kelenjar eksokrin (menghasilkan pancreatic juice : air, garam, sodium bicarbonat, enzim
pencernaan seperti amylase, trypsin, lipase)
18
Abdomen merupakan bagian dari truncus yang terletak antara thorax dan pelvis
Mempunyai dinding musculotendinosa kecuali dinding posterior yang terdiri vertebra lumbalis dan discus
intervertebralis
Dinding abdomen membungkus cavitas abdominalis yang mengandung cavitas peritonealis dan viscera
abdominis
Fungsi abdomen :
Membantu respirasi
Secara topografi abdomen dibagi menjadi regio atau kuadran yang dipakai untuk menggambarkan lokasi
organ dan nyeri yang berhubungan dengan masalah abdomen
4 kuadran (dibagi oleh garis transumbilical/setinggi DIV LIII-IV dan garis di linea mediana)
9 regio (dibagi oleh bidang subcostal/intertubercularis dan bidang midclavicularis dextra et sinistra)
Secara klinis penting untuk mengetahui letak organ di berbagai regio atau kuadran, sehingga kita dapat
melakukan pemerikaan baik ausculatasi, perkusi dan palpasi (tabel)
Pengetahuan mengenai lokasi organ penting untuk memukan hal penting saat pemeriksaan fisik
19
----
Dinding anterior
Dinding posterior
Batas antara dinding anterior dan lateral tidak jelas sehingga istilah dinding anterolateral yang
umumnya dipakai
Saat pemeriksaan fisik, dinding anterolateral dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
Pada orang dengan obesitas, tebal lemak mencapai beberapa inchi, membentuk satu atau lebih
lipatan yang disebut panniculus adiposus
20
Umumnya berupa satu lapis yang sama dan berlanjut dengan fascia superficialis bagian tubuh
yang lain
Akan tetapi di bagian bawah dinding abdomen, di bawah umbilicus, fascia superficialis terdiri
2 lapis, yaitu :
Berlanjut pada ligamen inguinalis menjadi fascia superficilalis femur dan perineum
Pada laki-laki, berlanjut ke penis dan setelah kehilangan lemaknya dan bergabung
dengan lamina profunda fascia superficialis berlanjut ke scrotum yang kemudian
membentuk fascia khusus yang mengandun otot polos (fascia dartos)
Pada wanita lamina ini tetap mengandung lemak dan merupakan bagian dari labia
majora
Di linea mediana, lamina ini melekat ke linea alba dan symphisis osseum pubis
c. Musculi
d. Fascia profunda (fascia transversalis)
menembus M. obliquus externus dan sulit dipisahkan dari otot
Fascia ini menutupi permukaan dalam M. transversus abdominis dan apponeurosisnya; sisi kanan
kiri fascia melanjutkan ke bagian dalam linea alba
Peritoneum parietalis
Peritoneum parietalis terletak di sebelah dalam fascia transversalis dan dipisahkan dari fascia
transversalis oleh fascia endoabdominalis (extraperitoneal fat)
M. transversus abdominis
21
M. rectus abdominis
M. pyramidalis
M. iliacus
M. quadratum lumborum
M. erector trunci
M. latissimus dorsi
3 otot pipih yang serabutnya mulai dari posterolateral berjalan ke anterior dan menjadi apponeurosis
ketika musculi berlanjut ke linea mediana yaitu M. obliquus externus abdominis, M. obliquus internus
abdominis dan M. transversus abdominis
2 otot vertikal, dekat linea mediana terbungkus dalam sarung tendon yang dibentuk oleh apponeurosis
ketiga otot pipih tadi
22
Di linea mediana apponeuorosis melipat membentuk linea alba yang membentang dari processus
xiphoideus hingga symphisis osseum pubis
Penebalan ini memperkuat tepi bebas apponeurosis yang berjalan dari SIAS ke tuberculum pubicum
Ligamen inguinalis melipat membentuk lembang yang penting dalam pembentukan canalis inguinalis
Beberapa ligamen juga dibentuk dari perluasan serabut di medial ligamen inguinalis, yaitu :
Ligamen lacunaris : perluasan serabut berbentuk bulan sabit di ujung medial ligamen inguinalis
yang berkalan ke posterior melekat ke peten ossis pubis di ramus suoerior ossis pubis
Ligamen pectinealis (ligamen Cooper) : serabut tambahan yang membentang dari ligamen
lacunaris di sepanjang pecten ossis pubis pada tepi aditus pelvis
Musculus ini lebih kecil dan lebih tipis daripada M. obliquus externus abdominis
Komponen muscularnya berakhir di anterior sebagai apponeurosis yang bergabung menjadi linea alba
M. Transversus abdominis
Berakhir di anterior sebagai apponeurosis juga yang bergabung dengan linea alba
M. rectus abdominis
Berupa otot panjang, pipih dan membentang di sepanjang dinding anterior abdomen
Makin lebar dan tipis ascendens dai SOP hingga ke margo costalis
Di sepanjang musculi ini, dipisahkan oleh 3 atau 4 intersentiones tendinea, yang mudah dilihat pada
individu yang musculi ini tumbuh baik
M. pyramidalis
23
Terletak di anterior M. rectus abdominis, basisnya di atas pubis dan apexnya melekat ke superior dan
medial menuju ke linea alba
Terdiri atas 2 lembar : lamina anterior dan posterior, langsung membungkus M. rectus abdominis
Lamina anterior dibentuk 2/3 oleh bagian atas apponeurosis M. obliquus internus abdominis dan M.
obliquus externus abdominis, sedang 1/3 bagian bawah dibentuk oleh apponeurosis M. obliquus
internus abdominis, M. obliquus externus abdominis dan M. transversus abdominis
Lamina posterior, dibentuk oleh apponeurosis M. obliquus internus abdominis dan M. transversus
abdominis, mulai dari cartilago costae dan berakhir sebagai membran yang kuat di bawah umbilicus
disebut linea arcuata atau linea semilunaris (Douglasi) di kanan kiri linea laba. Bagian bawah
linea semicircularis lamina posterior dibentuk oleh lapisan tipis apponeurosis M. transversus abdominis
Linea alba
Merupakan suatu garis dibentuk oleh jaringan pengikat kasar, meluas dari processus xiphoideus ke
SOP diantara kedua Mm. recti abdominis
24
Setiap musculus pipih tadi permukaan anterior dan posteriornya ditutupi oleh selapis fascia
abdominalis
Umumnya lapisan ini tidak jelas kecuali lapisan di sebelah dalam dari M. transversus abdominis yang
berkembang baik
Fascia transversalis merupakan lapisan fascia yang membatasi dinding abdomen dan berlanjut ke
cavitas pelvis
Menyilang linea mediana di anterior, bersambung dengan fascia sisi berlawanan dan berlanjut dengan
fascia di facies inferior diaphragma
Berlanjut ke posterior dengan fascia profunda yang menutupi musculi dinding abdomen posterior dan
melekat ke fascia thoracolumbaris
Setelah melekat ke crista iliaca, fascia transveralis bergabung dengan fascia yang menutupi musculi
di regio superior pelvis dan sama dengan fascia cavitas pelvis, disebut fascia pelvica parietalis (fascia
endopelvica)
Fascia extraperitonealis
Terdapat lebih banyak lemak di dinding posterior abdomen, terutama yang mengelilingi ren
Dinding posterior
Terdiri atas :
25
Musculi membentuk batas medial, lateral, inferior dan superior dari regio abdomen posterior, mengisi
skeleton dinding abdomen posterior
Paling medial : M. psoas major et minor, di lateral : M. quadratus lumborum, inferior : M. iliacus
Regio Inguinalis
Regio inguinalis adalah area pertemuan antara dinding anterior abdomen dan regio femoralis
Di daerah ini, dinding abdomen lemah karena perubahan selama masa perkembangan
26
Kantong peritoneum atau diverticulum dengan atau tanpa isi abdomen dapat melalui bagian yang
lemah ini menyebabkan terjadinya hernia
Canalis inguinalis
Canalis inguinalis adalah saluran sempit yang membentang ke caudomedial, tepat di atas dan pararel
dengan ligamen inguninalis
Berawal dari annulus inguinalis internus, berjalan 4 cm berakhir di annulus inguinalis externus
Funiculus spermaticus ()
Funiculus Spermaticus
Isi funiculus spermaticus
Ductus defferens
A. ductus defferens
A. testicularis
A/V cremasterica
Vasa limphatica
Peritoneum
Peritoneum merupakan membrana serosa yang transparan, licin dan bersambung yang membatasi
cavitas abdominalis dan membungkus organ viscera
Terdiri atas :
Kedua lapis peritoneum terdiri atas mesothelium, yaitu satu lapis sel epithel squamous simpleks
27
Cavitas peritonealis adalah ruang potensial yang terletak antara peritoneum parietalis dan peritoneum
visceralis
Cavitas peritonealis : merupakan sebagian besar dari cavitas peritonealis, berawal dari bawah
diaphragma dan berlanjut hingga ke pelvis
Bursa omentalis : bagian cavitas peritonealis yang lebih kecil, di posterior ventriculus dan hepar dan
berlanjut dengan peritoneum mayor melalui fomamen omentalis (foramen epiploicum Winslowi)
Di sekitar foramen omentalis terdapat struktur yang ditutupi oleh peritoneum, meliputi vena porta, a.
hepatica propria dan ductus choledocus di anterior, v. cava inferior di posterior, lobus caudatus hepar
di superior dan pars descendens duodeni di inferior
Dalam cavitas peritonealis terdapat lipatan yang menghubungkan organ dengan yang lainnya atau ke
dinding abdomen
Lipatan ini (omentum, mesenterium dan ligamen) berkembang dari mesogastrium dorsalis dan ventralis
yang menggantung tractus gastrointestinalis di dalam cavitas coelom embrional
Sebagian mengandung vasa darah darah dan nervi yang menuju viscera
Omentum terdiri atas 2 lapis peritoneum, yang berjalan dari ventriculus dan pars superior duodeni menuju
ke organ lainnya
Terdapat 2 omentum :
Omentum majus
Berukuran besar, seperti apron, merupakan lipatan peritoneum yang melekat ke curvatura mayor
ventriculi dn pars superior duodeni
Terbentang ke inferior di atas colon transversum dan gulungan jejunum dan ileum
Memutar ke posterior, berjalan ascendens untuk bergabung dengan peritoneum pada permukaan
superior colon transversum dan mesocolon transversum sebelum mencapai dinding abdomen
posterior
Terdapat 2 arteri yang menyertai vena yaitu a/v gastroomentalis dextra et sinistra, terletak di kedua
lapisan omentum tepat di inferior curvatura mayor ventriculi
28
Membentang dari curvatura minor ventriculi dan pars descendens duodeni menuju facies inferior hepar
Omentum minus berlanjut dengan peritoneum yang menutupi facies anterior et posterior ventriculi
dan pars descendens duodeni
Ligamen hepatoduodenalis berakhir ke lateral sebagai tepi bebas dan membentuk tepi
anterior foramen omentalis
Tertutup di tepi bebas ini adalah A. hepatica propria, ductus choledocus dan V.porta
A/V gastrica dextra et sinistra terletak diantara kedua lapis oemntum minus dekat
curvatura minor ventriculi
Mesenterium
Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang melekatkan viscera ke dinding abdomen posterior
Mesenterium ini memungkinkan gerakan dan sebagai jalan/saluran vasa darah, nervi dan vasa
lymphatica untuk menuju viscera
Terdiri atas :
Mesenterium
Mesocolon transversum
Mesocolon sigmoideum
Mesenterium
Berbentuk seperti kipas, besar, terdiri 2 lapis peritoneum yang menghubungkan jejunum dan ileum
ke dinding posterior abdomen
Di superior melekat pada duodenojejunal junction, tepat di kiri VL bagian atas. Kemudian berjalan
oblique ke caudal dan ke dexter, berakhir di ilieocecal junction ekat dengan tepi atas articulatio
sacroilaca dextra
Di dalam lemak diantara kedua lapisan peritneum terdapat vasa darah, nevi dan vasa lymphatica yang
menuju jejunum dan ileum
Mesocolon transversum
Merupakan lipatan peritoneum yang menghubungkan colon transversum dengan dinding posterior
abdomen
kedua lapisan pertoneum meninggalkan dinding abdomen posterior menyilang facies anterior caput
dan corpus pacreas dan berjalan keluar mengelilingi colon transversum
29
Mesocolon sigmoideum
Lipatan periotneum berbentuk seperti huruf V terbalik yang melekatkan colon sigmoideu ke dinding
abdomen
Apex bentukan V dekat dengan percabangan A.iliaca communis sinistra, bagian lengan kiri V
descendens di sepanjang tepi medial M. psoas major sedangkan bagian lengan kanan descendens ke
pelvis dan berakhir setinggi VSIII
a/v/n dan vasa lymphatica colon sigmoideum melewati lapisan mesocolon ini
Ligamen peritonealis
Ligamen peritonealis terdiri atas 2 lapis peritoneum yang menghubungkan 2 organ satu dengan yang
lain atau melekatkan organ ke dinding abdomen dan bisa merupakan bagian dari omentum
Diberi nama sesuai yang dihubungkannya, misalnya ligamen splenorenalis dan ligamen gastrophrenica
Aliran lymphe dari dinding abdomen anterolateral mengikuti aliran lymphe umumnya
Vasa lymphatica superficialis di atas umbilicus menuju ke atas menuju Nl. Axillaris, sedangkan yang dari
bawah umbilicus menuju ke Nl. Inguinalis
Vasa lymphatica profunda menuju ke Nl. Parasternalis, Nl. Lumbalis dan Nl. Iliaca externa
30
Penampang sagital bibir bagian bawah, otot skelet tersusun secara circumoral dilapisi oleh kulit di
bagian luar yang dihubungkan oleh zone transisi (vermilion border) dengan mukosa mulut dibagian
dalam. pada submukosa terdapat banyak kelenjar saliva aksesoris (serous, mukous dan campuran).
Ginggiva dilapisi epithel squamous kompleks dengan keratinisasi dan gigi dengan komponen
strukturalnya yang tertanam pada tulang rahang.
Dens (gigi)
Lapisan-lapisan penyusun gigi. email, dentin, sementum gigi, membran periodontal dan pulpa dentis.
Enamel, merupakan bagian paling keras terbentuk oleh mineralisasi protein amelogenin dan enamelin yg
disekresikan oleh ameloblast
material organik dan 3% air. Mengapa email gigi tidak bisa recovery secara cepat jika mengalami
kerusakan? Karena enamelin dan amilogenin yang menyusun email gigi hanya ada pada calon gigi ketika
masih dalam pertumbuhan. Ketika email gigi terbentuk, enamelin akan rusak dengan sendirinya sehingga
31
32
(1) Papilla fungiformis (Fg) dan papilla filiformis (FL). Epithel squamous kompleks nonkeratinisasi melapisi
Fg, epithel squamous kompleks keratinisasi melapisi FL. Tersebar dibagian anterior lidah dari linea
medialis pararel dengan sulcus terminalis. Pada Fg terdapat taste bud.
(2) Papilla circumvalata (CV) jumlahnya 7-12, ukuran sangat besar dilapisi epithel squamous kompleks
tanpa keratinisasi dan banyak terdapat taste bud diantara sel-sel epithel pada dinding papilla.
Tersusun pada sulcus terminalis
Sebagai indra pengecap, reseptor kimia di lidah dibawa oleh taste bud (organon gustus) dan sel-sel
penyokong (sel sustentakuler) yang ada pada papila lidah dan berhubungan dengan serabut saraf aferen.
. Dengan teknik pengecatan imunoperokside,Taste bud (B) terlihat diantara epithel papilla dan
berhubungan dengan axon syaraf pencecap pada lamina propria (warna coklat ).
b. Tractus Digestivus
Struktur umum tractus digestivus :
(1) Mukosa dibentuk oleh lapisan epithel, lamina propria dari
jaringan pengikat longgar, dan muskularis mukosa
(2) Submukosa tersusun oleh jaringan pengikat padat ireguler
yang kaya pembuluh darah dan vasa limfatika serta jaringan
saraf yang disebut plexus Meissners
(3) Tunika muskularis tersusun oleh otot polos yang membentuk
bundel berjalan secara cirkuler (interna) dan longitudinal
(eksterna). Mengandung pleksus myenterikus Auerbachs.
Berperan dalam proses pasase makanan.
(4) Otot polos pada muskularis mukosa dan tunika muskularis
merupakan sinsitium. Di antara sel-sel otot polos terdapat
33
34
lambung
dapat
bertahan
dari
terbentuknya ulkus
35
enzym
carbonic
menhasilkan asam
carbonat
anhydrase
dari
CO2
darah.
Asam carbonat selanjutnya dipecah menjadi
ion bicarbonat dan H+.
Ion H+ dipompakan secara aktif ke dalam
lumen
gaster
digantikan
melalui
dengan
H+/K+
masuknya
pump
ion
K+
bekerja
melalui
hambatan
proses ini)
Konsentrasi K+ intrasel dipertahankan oleh
Na+,K+ ATPase, sedangkan ion HCO3diganti oleh ion Cl Secara fisiologis aktifitas sintesis ion H+ distimulasi oleh hormon Gastrin dan dan histamin.
Sintesis hormon gastrin oleh sel Gastrin pada kelenjar pylorici, distimuli oleh senyawa protein dalam
makanan.
Gastrin memicu enterochromafin like cell untuk menyekresikan histamin yg selanjutnya bekerja
melalui ikatan pada reseptor H2 pada sel parietal (obat H2 blocker: cimetidin, ranitidin. Bekerja
memblokir reseptor H2)
Perbedaan susunan mikroskopis mukosa kardia, fundus dan pilorus
Kardia
Mukosa terdiri dari kelenjar tubuler sederhana atau bercabang.
Kelenjar mensekresikan mucous dan lysozyme yang melisiskan dinding bakteri.
Juga terdapat sedikit sel parietal yang menghasilkan HCl.
Fundus
Lamina propria ditembus oleh glandula fundica yang berbentuk tubular dan bercabang.
Pada bagian leher kelenjar ditemukan sel-sel: sel mukous, sel parietal, dan stem sel
Pada bagian basal kelenjar ditemukan sel-sel: chief sel, dan sel enteroendokrin.
Pylorus
Kelenjar Pylori dengan karakterisitik: tubuler bercabang yang membentuk lekukan lekukan yang lebih
dalam dengan pars sekretoris yang lebih pendek dibanding kelenjar di cardia dan fundus.
Kelenjar pylori tersusun oleh sel-sel kelenjar yang menghasilkan mukous, lysozyme, gastrin, dan
somatostatin, tidak terdapat sel parietal maupun zimogenik.
Proses Regenerasi sel-sel mukosa dan penyokong lambung
36
37
38
o Gambaran mikroskopis usus besar dengan perbesaran lemah memperlihatkan struktur penyusun
dengan kekhasan pada tunika muskularis yang tebal.
o Perbesaran kuat pada mukosa usus besar. Tampak sel-sel goblet dalam jumlah banyak melapisi
mukosa yang membentuk kelenjar tubuler simplek tanpa percabangan.
f) Rectum dan anus
Rektum merupakan bagian akhir dari usus besar (intestinum crasum). Secara struktural mempunyai
susunan yang sama dengan usus besar.
Anus merupakan bagian akhir dari traktus
digestivus.
Terdapat
beberapa
perubahan
struktural.
Mukosa anus tersusun atas epithel squamous
kompleks tanpa keratinisasi yang kemudian
bertransisi
menjadi
kulit
dengan
epithel
39
40
Dr. Balqis
Fungsi Sistem Pencernaan
Memperoleh nutrisi dari lingkungan
Anabolime:
mengubah
material
mentah untuk disintesis menjadi
komponen essential
Katabolisme:
mendekomposisi
substansi material yang digunakan
untuk energy sel.
Reaksi katabolisme memerlukan 2
bahan essential:
- Oksigen
- Molekul organic yang dpecah oleh
enzim intraseluler: karbohidrat,
lemak, protein.
Sistem pencernaan
Dikenal
dengan
nama
traktus
gastrointestinal
Tabung berongga yang panjang, yang
terdiri
dari
mulut,
esophagus,lambung, usus halus, usus
besar dan anus.
Organ accesoria
: kelenjar, liver,
kandung empedu, dan pancreas.
Struktur
The upper tract( bag. Atas)
Terdiri
dari
mulut,
esophagus,
lambung.
The lower tract(bag.bawah)
Terdiri dari usus.
Fungsi GIT
Proses
menelan:
memasukkan
makanan melalui mulut(sbg sistem
digestive)
Pengunyahan: gerakan mengunyah
untuk
menghancurkan
dan
mencampur makanan dengan saliva.
Penelanan:
menelan
makanan,
bergerak dari mulut ke lambung.
41
42
Pengaruh SSP.
Emosi & psikis --> SSO pengaruhi GIT.
Contoh : nyeri, takut, excitemen -->
simpatis-->osbtipasi.
Susah, kesal, cemas -->parasimpatis -->
aktifitas GIT meningkat.
43
Motility
Segmentation Contraction
- Circular muscle contracts sending
chyme in both orad and caudad
directions
- Intestine then relaxes allowing chyme
to merge back together
Peristaltic Contractions
- Longitudinal muscle contracts orad to
bolus propeling chyme along small
intestine
- Simultaneously, portion of intestine
caudad to bolus relaxes
Peristalsis
44
Segmental
Mixing
45
46
Esophagus
A hollow muscular tube
About 25 cm (10 in.) long and 2 cm
(0.80 in.) wide
Conveys solid food and liquids to
the stomach
Begins posterior to cricoid cart ilage
Food passes through quickly
because of peristalsis
47
Stomach
Specialized for accumulation of food
Capable of considerable expansion
(can hold 2-3L)
Gastric juice converts food into
semiliquid called chyme
4 Parts
Cardia
Fundus
Body
Pylorus
Functions of Stomach
Temporary store of ingested material
Dissolve food particles and initiate
digestive process
Control delivery of contents to small
intestine
Absorption of water and lipid-soluble
substances (alcohol and drugs)
Sterilise ingested material
Produce intrinsic factor (Vitamin B12
absorption)
Stomach
Gastric mucosa has numerous
openings called gastric pits
- Gastric glands empty into
bottom of pits
4 functionally different cell types
compose glands
- Parietal cells
most distinctive cells in stomach
(HCl & intrinsic factor)
- Chief cells
pepsinogen
- Mucus neck cells:
o HCO3o Mucus
- Enteroendocrine cells
Types of Enteroendocrine Cells
G Cells: Gastrin (hormone) ---> HCl
secretion
D Cells: Somatostatin (antrum)
48
Enterochromaffin
Histamine
Stomach
like
cell
49
Histamine
Gastrin
50
Adaptive relaxation
- triggered by stretch receptors
(vago-vagal reflex)
- lost in vagotomy
threshold of fullness and pain
Feedback relaxation
- triggered by chyme in small
intestine
Gerakan
retropulsif
merupakan
mekanisme pencampuran yang penting
di lambung .
Berupa gabungan gerakan kontraksi
konstriktif dan peristaltik
Setiap gelombang peristaltik yang
kuat mendorong beberapa mililiter
kimus ke duodenum melewati
pilorus yang berkontraksi tonik.
Menimbulkan
mekanisme
pemompaan , disebut Pompa
Pilorus.
Mixing & emptying of gastric contents
51
Kontraksi Lapar.
Terjadi bila lambung kosong selama
beberapa jam.
Merupakan kontraksi peristaltik yg
ritmis di korpus lambung.
- Ketika kontraksi tsb sangat kuat,
kontraksi2 ini bersatu menimbulkan
kontraksi tetanik yg kontinue
selama 2 3 mnt.
Kontraksi lapar paling kuat pada terjadi
orang muda yg sehat, dan sangat
meningkat pada kadar gula darah yg
rendah.
Kontraksi lapar menimbulkan sensasi
nyeri di bagian bawah lambung disebut
Hunger pangs.
- Hunger pangs intensitas terbesar
pada hari 3-4 masa kelaparan,
setelah itu melemah pada hari2
berikutnya.
Small Intestine
3 Parts
Duodenum
Jejunum
Ileum
52
projections
of
the
Tiny
projections
on
luminal
membrane of each intestinal cell
Give the apical region striated
appearance called brush border
Small Intestine
The Jejunum
Enteropeptidase
Small Intestine
The Duodenum
Microvilli
Activates
trypsinogen
The Ileum
Enteroendocrine cells
Produce intestinal hormones such as
gastrin, cholecystokinin, and secretin
Duodenal Glands
Also called submucosal glands or Brunner
glands
Produce copious quantities of mucus
53
Moisten chyme
Assist in buffering acids
Keep digestive enzymes and
products of digestion in solution
Intestinal Movements
Digestive enzymes
Disaccharidases:
Break
down
disaccharides to monosaccharides
Peptidases:
Hydrolyze
peptide
bonds
Nucleases: Break down nucleic
acids
Duodenal glands
CCK
Neuronal regulation
Vagus nerve excitatory
Sympathetic nerve - inhibitory
Large Intestine
Extends from ileocecal junction to
anus
Consists of cecum, colon, rectum, anal
canal
Movements sluggish (18-24 hours
Reabsorbs water and electrolytes
Bacterial fermentation: Vit. K , lactate
& butyrate
Eliminates waste
NO Villi
Mucosa contains numerous tubular
glands called crypts
- Responsible for mucus secretion
Parts of Large Intestine
The Cecum
Is an expanded pouch
Receives material arriving from the ileum
Stores materials and begins compaction
Appendix
54
The Colon
- Has a larger diameter and
thinner wall than small intestine
- The wall of the colon
Transverse Colon
Anus
- Also called anal orifice
- Is exit of the anal canal
- Has keratinized epidermis like skin
Physiology of the Large Intestine
Absorption in the Large Intestine
- Reabsorption of water
- Reabsorption of bile salts
In the cecum
55
Bacteria
convert
bilirubin
to
urobilinogens and stercobilinogens
Bacteria break down peptides in feces
and generate
Bacteria
feed
carbohydrates
polysaccharides)
on
indigestible
(complex
Pumps
Mass movements
Defecation reflex
Defecation
Usually
accompanied
by
voluntary
movements to expel feces through
abdominal cavity pressure caused by
inspiration
Reflexes in Colon and Rectum:
56
pancreatic duct
in pancreatic secretions
Innervation
sympathetic: from celiac & superior
mesenteric ganglia
inhibitory
parasympathetic: vagus
stimulatory
vagotomy: major decrease
Secretions
acinar cells: small volume rich in
enzymes
pancreatic amylase & lipase secreted
in active form
pancreatic proteases
secreted as zymogen granules
converted to active form in intestinal
lumen
centroacinar & ductule cells: large
volume isotonic fluid high in Na &
HCO3
Na & K concentrations similar to
plasma
at very low flow rates: Cl & HCO3
similar to plasma
at higher rates: Cl & HCO3
concentrations invert
Pancreatic Secretion
Exocrine pancreas secretes ~1 L/day
into duodenum
- Fluid consists of HCO3- and enzymes
HCO3- neutralizes H+
duodenum from stomach
schematic
Anatomy
acinar cells
centracinar cells
intralobular ducts
interlobular ducts
delivered
to
Enzymatic
portion
digests
carbohydrates, proteins, and lipids into
absorbable molecules
57
Acinar Cells
Ductal Cells
HCO3- Secretion
Apical membrane of ductal cells contains
a Cl--HCO3- exchanger
Basolateral membrane contains Na+-K+
ATPase and a Na+-H+ exchanger
1. CO2 and H2O combine in cells to form
H+ and HCO32. HCO3- is secreted into pancreatic juice
by Cl--HCO3- exchanger
3. H+ is transported into blood by Na+-H+
exchanger
Absorption of H+ causes acidification of
pancreatic venous blood
58
Many
Kupffer
cells
(stellate
reticuloendothelial cells) are located in
sinusoidal lining
As blood flows through sinusoids
- Hepatocytes absorb solutes from
plasma
- And secrete materials such as plasma
proteins
Liver Function
The Physiology of the Liver
1. Metabolic regulation
2. Hematological regulation
3. Bile production
Liver Function
Metabolic Regulation
The liver regulates:
Liver
Is the largest visceral organ (1.5 kg;
3.3 lb)
Lies in right hypochondriac and
epigastric regions
Extends to left hypochondriac and
umbilical regions
Performs essential metabolic and
synthetic functions
Anatomy of the Liver
Is wrapped in tough fibrous capsule
Is covered by visceral peritoneum
Is divided into lobes
Hepatocytes
Are liver cells
Adjust circulating levels of nutrients
Through selective absorption and
secretion
In a liver lobule form a series of irregular
plates arranged like wheel spokes
59
Functions
of
Hematological
Regulation
1. Phagocytosis
and
antigen
presentation
2. Synthesis of plasma proteins
3. Removal of circulating hormones
4. Removal of antibodies
5. Removal or storage of toxins
6. Synthesis and secretion of bile
Removes damaged / old red blood cells
Plasma proteins: albumin contrbutes to
osmotic concentration
Reabsorped Epinephrine, norepinephrine,
insulin, thyroid & steroid hormones
Removes antibodies and converts to
amino acids
Traps some lipid-soluble toxins (DDT) or
breaks down and removes from blood
Bile production
The Functions of Bile
Dietary lipids are not water soluble
Mechanical processing in stomach
creates large drops containing lipids
Pancreatic lipase is not lipid soluble
Interacts only at surface of lipid droplet
Bile salts break droplets apart
(emulsification)
- Increases surface area exposed to
enzymatic attack
- Creates tiny emulsion droplets coated
with bile salts
Liver
The Bile Duct System
Liver secretes bile fluid
Into a network of narrow channels (bile
canaliculi)
Between opposing membranes of
adjacent liver cells
Right and Left Hepatic Ducts
Collect bile from all bile ducts of liver
lobes
60
61
Kerja enzim spesifik : memecah 1 macam substrat, mis: lipase, ingat teori lock and key , fenomena
reseptorologi.
Kerjanya dipengaruhi oleh : PH, suhu, kadar substrat, oksidator, penggojokan, penyinaran
Enzim Biomol mis EcoR1, memotong, ligasi, hasil Jerpaya, kapas transgenik, tomat, kloning, human
insulin
62
PENCERNAAN DI MULUT
Mekanis/mengunyah :
Biokimiawi/enzimatis
63
HCL
Sel ep. kel. mukosa lambung : musin (seperti musin saliva) pelumas makanan dan proteksi mukosa lambung
dari HCl.
Amilase mulut atau Ptialin ada yang tertelan masuk ke lambung, tetapi tidak dapat melanjutkan pencernaan,
karena Phnya tidak sesuai
Sekresi getah lambung dipengaruhi oleh :
-
fase gaster : rangsang mak. Di lambung mis : daging pepton dan peptin pilorus : gastrin
merangsang klj di mukosa lambung
KH/amilum
Protein :
Lipid
64
Getah pancreas
PH : 7 8 ok ion HCO3
Tripsin & kimotripsin dikeluarkan kelenjar pancreas dalam bentuk zimogennya.
Empedu
Merupakan produk hati yang mempunyai peranan penting pada pencernaan makanan terutama
lemak.
empedu bersifat
Di Usus halus ini makromolekul sudah menjadi mikromolekul dan sudah siap diserap PD usus:
-
agak alkalis
65
energi, serta
menggunakan pengembanatau carrier spesifik. Salah satu contoh, proses pendorongan Na+
bagian luar sel atau sodium
ke
energi yang diperlukan untuk itu diperoleh dari hidrolisis ATP misalnya pada absorbsi glukosa.
Tempat absoprsi
Nutrien
Jejunum
Glukosa
dan
monosakarida
monoasilgliserol, asam
lain
beberapa
disakarida,
PENCERNAAN DI COLON
-
Di colon : terjadi absorpsi air dalam jumlah besar : isi usus yang cair perlahan lahan menjadi lebih
padat
66
EPIDEMIOLOGI :
- 5 - 30 % ORANG DEWASA PERNAH ALAMI
INGGRIS & SKANDINAVIA : 7 - 41 %
( HANYA 10 - 20 % - NYA CARI PERTOLONGAN MEDIS )
Dispepsia telah diklasifikasikan menjadi beberapa subgroup berdasarkan riwayat medis.
67
Ulcer-like
dyspepsia
dyspepsia
11
(5%)
27
(13%)
51
(24%)
36
(17%)
Unspecified
dyspepsia
n=50 (23%)
7 (3%)
10
(5%)
Reflux-like
dyspepsia
Talley et al 1992
DISPEPSIA KLINIS
DIKELOMPOKAN TERUTAMA UNTUK TERAPI
KLASIFIKASI :
1 . ULCER LIKE DYSPEPSIA
NYERI ULU HATI
NYERI MALAM HARI
2 . DISMOTILITY LIKE DYSPEPSIA
KEMBUNG , MUAL
CEPAT KEJANG
3 . DISPEPSIA NON SPESIFIK
DYSPEPSIA FUNGSIONAL adlh Syndrome dyspepsia tanpa kelainan organik/ penyakit lain yang
mendasarinya
DIAGNOSIS BERDASAR KRITERIA ROME III
Diagnostic Criteria* for Functional Dyspepsia
Harus mencakup satu atau lebih kriteria berikut:
Bothersome postprandial fullness
Early satiation
Epigastric pain
Epigastric burning
Tidak ada penyakit kelainan struktural (termasuk pada upper endoscopy) yang mungkin
menjelaskan terjadinya symptoms.
*criteria dipenuhi selama 3 bulan dengan onset symptom paling tidak 6 bulan prior to diagnosis
#jika onset < 3 bulan cek penyakit yg mendasari dan obati symptoms
68
Pathogenesis of GERD
LES
Decreased Salivation
Impaired Tissue Resistance
Hiatal Hernia
Impaired Esophageal
Clearance
Bile
Reflux
Pathogenesis of GERD
Decreased Salivation
Impaired Tissue Resistance
Impaired Esophageal Clearance
Decreased LES Resting Tone
Hiatal Hernia
Delayed Gastric Emptying
Bile Reflux
Risk factors
obesity
pregnancy
hiatal hernia
trauma
Symptoms:
HEARTBURN
- retrosternal burning pain
- dimulai dari abdomen dan meluas ke leher
69
Extraesophageal manifestations of gastroesophageal reflux disorder (GERD) are frequent, and consist
broadly of
pulmonary diseases
Asthma
chronic cough
recurrent bronchitis
sleep apnea
pulmonary fibrosis
laryngeal diseases
Laryngitis
subglottic stenosis
laryngeal cancer
Sinusitis
Otitis media
Pharyngitis
dental erosion
32%
EE
(n = 316)
68%
NERD
(n = 677)
Symptoms tidak memprediksi adanya esophagitis erosif karena non esophagitis memiliki symptoms yg sama
dengan esophagitis, yang membedakan hanya endoscopy pada non esophagitis hasilnya negatif.
70
LA Classification of Esophagitis
Grade D esophagitis : awasi periksa jika ada Barret Oesophagus (tanda metastasis) endoscopy
PENGOBATAN :
NON MEDIKAMENTOSA
MEDIKAMENTOSA :
OMEPRAZOLE,
ISOMEPRAZOLE,
LANZOPRAZOLE,
PANTOPRAZOLE
RABEPRAZOLE
H2 BLOCKER
Cimetidine
Ranitidin
Famotidin
ANTASID
PROKINETIK
Metochlopramide
ondancetron
CYTOPROTECTOR
Rebamipide
sucralfat
71
Age 55 and
No Alarm Features
EGD
Alarm Features
Age > 55 with new onset
Family history of upper GI cancer
Previous GI malignancy or peptic ulcer
Unintended/unexplained weight loss
(>10%)
GI Bleeding, persistent vomiting, jaundice
Dysphagia, odynophagia, early satiety
Unexplained Iron deficiency anemia
Palpable mass/lymphadenopathy
Positive
Negative
PPI Trial 4-6 Weeks
Fails
Fails
Esophagogast
72
AGGRESSIVE FACTORS
Acidic
Aspirin
H. pylori
environment and other Gastric Pepsin
Mucus layer
NSAIDs
acid
Ionic gradient
Bicarbonate layer
Neutral environment
Prostaglandins
Surface epithelial
cells
Mucosal blood
supply
Aspirin and
other NSAIDs
Bicarbonate Mucus
production production
Prostaglandin
production
Acidic
environment
Aspirin/
NSAIDs
Gastric
acid
H. pylori
Pepsin
Neutral environment
Aspirin/
NSAIDs
Prostaglandin
production
Bicarbonate Mucus
production production
Defensive layer:
mucus layer
bicarbonate layer
PG
Supply mucosal blood yg cukup
Agresif layer:
Acidic environment
NSAID & aspirin bekerja langsung ke mukosa, mem-blok COX 1 & 2, PG, dan mengurangi pembentukan
lapisan bicarbonate. NSAIDs dapat menyebabkan lesi gastorduodenal
H. pylori
EDEMA
MUCOSAL FRIABILITY
HISTOLOGIC EXAMINATION of the G.M. reveals infiltration of the lamina propria with:
mononuclear cells
PMN leukocytes
extravasations of blood in the mucosa
CHRONIC GASTRITIS
Definition: Chronic inflammatory cells, predominately lymphocytes and plasma cells.
HISTOLOGIC CLASSIFICATION
I. SUPERFICIAL GASTRITIS
- ada inflamasi pada lamina propia mucosa permukaan upper half (bagian atas) G.M dan pada kelenjar
II. ATROPHIC GASTRITIS
-infiltrat inflamasi meluas ke dalam mucosa
- ditemukan hilangnya struktur glandular yang dipisahkan oleh jaringan ikat, dengan reduksi/tidak ada
infiltrat inflamasi
- lapisan mucosa tipis, menunjukkan prominent vasa darah dengan px.endoscopy
Progress gastritis perubaan morfologi elemen kelenjar gastric.
Intestinal metaplasia konversi kelenjar gastric menjadi kelenjar mucosa small-intestine dengan sel goblet
CHRONIC GASTRITIS TYPES A & B
Type A meliputi corpus dan fundus lambung
bisa mengara ke anemia perniciosa
Antibodies to parietal cells, intrinsec factor in serum immuno / autoimmuno pathogenesis
Parietal cell Antibodies
73
74
Variceal bleeding
Non-variceal bleeding
Level of bleeding-Upper/Low
DIAGNOSTIC TESTS
CBC
PT, PTT
Colonoscopy
Variceal Bleeding
EGD finding:
F1-4
Ls-m-i
Cb / Cw
Red color sign
Salah stau penyebab hematemesis adalah hipertensi vena portae.
Kausa Hipertensi Porta
1. Jantung : peningkatan tekanan atrial; pericarditive konstriktif
2. Vena cava inferior : invasi tumor, thrombosis
3. Vena hepatika
4. Liver :
a. Post sinusoidal; veno-occlusive disease, alcoholic central hyaline sclerosis
b. Sinusoidal : sirosis dan non sirosis (acute alcoholic, hepatitis, obat sitotoksis, intoksikasi vit.A
c.
Pre sinusoidal: schistosomiasis, hepatitis kronik aktif, fibrosis hepatic kongenital, sarcoidosis,
early primary biliary sirosis, toxin (vinil chloride, arsenic), hipertensi portal idiopati
75
76
TREATMENT
ABC RESUSITASI
DRUG :
PPI
VIT K
mononitrat.
suplement.
TECHNICAL TREATMENT
GIT ENDOSCOPY
SURGERY
SENGSTAKEN BLAKEMORE
Mallory-Weiss
77
78
0.2%
Simple Steatosis
NASH
Cardiac
7.5%
0%
1.66.8%
8.6%
12.636%
Identifikasi klinis syndrome metabolik (( scientific statement by the American Heart Association and National
Heart, Lung, and Blood Institute in the United States)
Faktor2 risiko- 3 dari 5 menetapkan diagnosis sindrome metabolik defining levels
obesitas abdominal:
Pria > 102 cm (>40 inchi) (lingkar pinggang)
Wanita > 88 cm (>35 inchi)
Peningkatan triglesride 150 mg/dL
Penurunan HDL
Pria < 40 mg/dL
Wanita < 50 mg/dL
79
80
81
82
83
84
Diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita.
Diare : Buang air besar dengan konsistensi yang lebih lunak atau cair dengan frekuensi 3 kali atau
lebih dalam 24 jam
Klasifikasi
1. Diare cair akut,
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari)
Pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan
panas.
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
2. Disentri,
Diare yang disertai darah dengan atau tanpa lendir dalam tinjanya.
Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan mukosa
usus karena bakteri invasif.
3. Diare persisten
Diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari 14 hari.
Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit
lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya.
Tatalaksana penderita diare ini berdasarkan acuan baku diare dan tergantung juga pada
penyakit yang menyertainya.
85
dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa, Lemak, P
86
87
Keadaan gizi
Malnutrisi korelasi positif dengan lama dan beratnya diare, menurunnya aktifitas enzim usus &
hilangnya integrasi usus
Sosial budaya
Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dan tidak tepat ( faktor penting ) . diare
88
Kepadatan penduduk
Sosial ekonomi
Risk factors :
1. Host (child) factors
Malnourished children/infants
2. Maternal factors
3. Feeding practices
Enteroadherent
Escherichia
coli
(EAEC),
Enteroaggregative
Shigella
Cryptosporidium
Antimicrobial
E.
coli
(EaggEC),
89
90
91
92
93
94
PRINSIP TERAPI
1. Cairan: RINGAN->HF,
SEDANG-> ORS,
BERAT->RL-ASR (NaCl 0,9%)
Cairan RESUSITASI: RL, Asering, NaCl 0,9%
2. Diit: harus segera deberikan, kl pdt mau
3. Zn (10 MG/ < 6 BULAN. > 6 BULAN;20 mg/hari-s/d 10 hari-
95
9-12
Shigella
: Trimetoprim 5-l0mg/kg/hari
Sulfametoksasol 7.5-50mg/kg/hari. Dibagi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
Amubiasis
KOMPLIKASI
Kehilangan air dan elektrolit Dehidrasi, Hipokalemia, Asidosis metabolik, Kejang, Alkalosis metabolik
Gangguan sirkulasi darah Syok hipovolemik
Gangguan gizi Hipoglikemia, Malnutrisi energi protein, Intolerasi laktosa sekunder (akibat kerusakan villi dan
defisiensi enzim lactase)
96
97
Definisi diarrhea :
-
Peningkatan volume
Penyebab diare :
Dibedakan berdasarkan :
Penyebab utama : sekretori diare (infeksi, neoplasma, infeksi yang disebabkan karena endotoksin,
penggunaan laksatif berlebihan), osmotik diare, penyakit eksudatif, malabsorbsi, gangguan
motilitas ( intestinal transit time, motilitas/ intestinal transit time)
Etiologi :
ANAK
DEWASA
Gastroenteritis
Gastroenteritis
Gastroenteritis
Infeksi sistemiik
Keracunan makanan
Keracunan makanan
Pemberian antibiotik
Infeksi sistemik
Pemberian antibiotic
Overfeeding
Pemberian antibiotik
Hyperthyroidism
ANAK
DEWASA
Defisiensi laktosa
Defisiensi laktosa
Inflammatory bowel
disease
98
Intoleran laktosa
gluten)
Intoleran laktosa
Giardiasis
Giardiasis
Anorexia nervosa
AIDS enteropathy
AIDS enteropathy
gluten)
Cystic fibrosis (enzim
pankreas)
AIDS enteropathy
Penyebab Diare
ORGANISME
Clostridium difficile
FAKTOR VIRULENSI
Sitotoksin, enterotoksin
E.Coli
Enteropathogenic (EPEC)
Perlekatan, effacement
Enterotoxigenic (ETEC)
Enteroinvasive (EIEC)
Invasi
Enteroadherent (EAEC)
Shigella
Salmonella
Invasi. enterotoksin
Vibrio cholerae
Enterotoksin
Giardia lamblia
Entamoeba histolytica
Sekretori diare tetap tidak membaik sekalipun pasien dipuasakan, sedangkan osmotik diare
akan membaik dengan puasa
99
Pemeriksaaan Laboratorium
Pemeriksaan Mikroskopik
a.
Warna feses
-
Coklat : normal
b.
c.
d.
Adanya cacing seperti Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides atau segmen dari
cacing pita
Pemeriksaan Mikroskopik
-
Pemeriksaan menggunakan NaCl 0.85% 1 tetes NaCl + feses dicampur, ditutup cover
glass
2.
Eritrosit
3.
Amoeba, flagellate
4.
5.
100
Pemeriksaan Biokimia
a. pH feses (normal : 6,5 7,5)
-
penyebab false positif : pengaruh diet (daging merah) atau obat-obatan (NSAID,
kortikosteroid, antikoagulan, obat kemoterapi kanker)
FOB test tidak dapat digunakan untuk sampel dari lambung, krn pH lambung
yang rendah mempengaruhi hasil pemeriksaan
Pembacaan hasil FOB test dipengaruhi oleh orang yg membaca. Tdk boleh buta
warna
c. Pemeriksaan Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
-
Clinitest mengukur gula yang tdk diserap dalam feses (kemampuan tubuh
mencerna karbohidrat)
-
Sukrosa tidak dideteksi pada metode ini krn tidak termasuk reducing sugar
Sampel feses harus segera diperiksa (maksimal 1 jam), karena laktosa & gula lain
dirusak oleh proses kimiawi 2-4 jam setelah sampel diproduksi
2. Malabsorbsi lemak
Neutral fat stain
101
ethanol
Campur dan tutup dengan coverslip
HPF
a.
b.
Split fat stain jika didapatkan > 100 droplet warna orange-merah/HPF,
menunjukkan adanya steatorrhea
Pemeriksaan Mikrobiologi
a. Pengambilan sampel
-
Sampel feses segar dalam wadah steril/ transport media mucus, pus, darah
Jika butuh waktu > 1 jam sampai laboratorium sampel diambil dengan
swab dimasukkan dalam media transport Cary-Blair
b. Penolakan sampel
c.
MEDIA
Salmonella
Shigella
E.Coli (O157:H7)
102
Warna Koloni
Salmonella
Shigella
E. Coli
Kuning
Proteus
KUMAN
Warna Koloni
Salmonella &
Shigella
E. Coli
Kuning ke salmon
103
104
Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lutin leukosit
b. Elektrolit
c.
Kreatinine
d. Urine rutin
b.
Kolestasis :
-
c.
d.
FUNGSI HATI
a. Ekskresi : Bilirubin, NH3
b. Biosintesis : Albumin, factor pembekuan (PT-INR)
c.
2.
bilirubin : hemolysis
3.
105
WAKTU PARUH
ANALIT
WAKTU PARUH
ANALIT
WAKTU PARUH
Unconjugated bilirubin
4 jam
Conjugated bilirubin
12-14 hari
ALT/ SGPT
47 10 jam
AST/ SGOT
17 5 jam
Alkali Fosfatase
3 7 hari
AFP
Gamma GT
3 4 hari
LDH
10-100 jam
CK skeletal
15-18 jam
CRP
19 jam
lipase
7-13 jam
NT
228 jam
albumin
2 minggu
Faktor VII
8 jam
Faktor II
50-72 jam
Faktor IX
24 jam
Faktor X
36 jam
Protein C
8-14 jam
Protein S
30-42 jam
106
SGPT Ditemukan terutama di hepatosit, Dilepaskan pada saat terjadi kerusakan sel hepatosit
SGOT ditemukan di hepatosit, jantung, ginjal, sel darah merah, usus, pancreas. Tidak spesifik
untuk penyakit liver
Ko enzim untuk AST dan ALT adalah vit B6 OT/PT diasumsikan terjadi def vit. B6
drug hepatotoxicity (eg, acetaminophen overdose), hypoxia/ shock, and viral hepatitis.
tdk punya nilai prognostik
Berguna untuk menilai progress klinis SGOT/SGPT pada pasien infeksi HAV menunjukkan
ada perbaikan fungsi liver
Sebaliknya SGOT/SGPT disertai dengan pengecilan liver, PT & APTT menunjukkan tanda
yang tidak baik (klinis) fungsi liver krn nekrosis hepatosit jumlah enzim
Konsentrasinya naik pada kasus-kasus obstruksi dan penyakit infiltrative (mis; batu atau tumor)
AP normal ditemukan pada anak2 fase pertumbuhan. kecurigaan keadaan tdk normal
(mis. Rickets) tanpa GGT
Zinc adalah koenzyme dari AP-catalyzed reactions kronis dari AP, kemungkinan dpt
disebabkan krn kadar zinc
GGT didapatkan terutama di small bile ductule epithelium of the liver dan hepatocytes.
Namun juga ditemukan di pancreas, lien, otak, mammae, usus halus, prostat dan ginjal
107
GGT tidak spesifik menunjukkan adanya liver disease. GGT dan AP mengetahui penyebab
kenaikan AP
Aktivitas GGT berubah sejalan dengan pertambahan usia pada neonates nilainya 8x dewasa
Albumin
-
kadar albumin produksi liver pada penyakit hati stadium akhir (kronik)
Amonia
-
Pemeriksaan lab sulit karena ammonia mudah menguap harus segera dikirim ke lab dalam
es (suhu 40C)
Lactate Dehydrogenase
-
5-Nucleotidase / 5-NT
-
GAMBARAN KLINIS
a. Spider nevi
Disebut juga spider telengiektasis lesi vaskuler non-neoplastic yg terdiri dari arteri/ arteriol
melebar, radial, sering berdenyut & mengelilingi suati sentral. Bila ditekan pucat. Diduga krn
peningkatan rasio estradiol / testoteron bebas
b. Ascites
c.
108
HEPATITIS A
C.
HEPATITIS B
109
110
D.
HEPATITIS C
111
E.
HEPATITID D
F.
HEPATITIS E
112
113
PANKREAS
1. INFECTION
Incidence: 1990 2000 increase 10 times.
Mortality: 2 -9 percent.
a.
b.
2. CARCINOMA
Pemeriksaan Laboratorium
a. Serum amylase
-
Uncomplicated
b. Serum lipase
c.
Trypsinogen / elatase
Getah pankreas manusia :
-
3 isoenzim tripsinogen
114
IU/L
trypsin
amyl
ase
lipase
2
h
SIMPTO
r
MS s
4 8 12
h hr hr
r s s
s
72
hr
s
3
day
s
7
14
day days
s
Adenokarsinoma pankreas
Mucin like antigen yang menggambarkan adanya epitel musin juga dapat digunakan
untuk diagnosis lesi musin dan kanker
115
Penerimaan FPP
Kelengkapan data FPP
PERMINTAAN Pengiriman FPP
PEMERISAAN Tingkat kedaruratan
VARIABEL
PASIEN
Pemilihan vena
Penggunaan turniquet
Penggunaan kapas alkohol
PENGAMBILAN Order of draw
Correct volume draw
SAMPEL
Correct additive/ anticoagulan
Accurate additive mixing
TRANSPORT
Nama pasien
Alamat/ ruangan
116
Diagnosis
Tindakan yang dilakukan (jenis transfusi, berapa banyak, jenis tindakan, perdarahan setelah
atau sebelum tindakan)
Sampel yang tidak dilabel dengan lengkap, minimal ada nama, usia dan nomor rekam
medik. Sampel yang tidak dilabel dengan baik akan dikembalikan atau pengirim sampel diminta
untuk melengkapi
Sampel tanpa Formulir Permintaan Pemeriksaan (FPP), atau FPP tidak sesuai dengan label
pasien, atau FPP tidak diisi lengkap. Sampel dengan kondisi demikian tidak akan dikerjakan
sampai FPP dilengkapi
Apabila ada ketidak cocokan antara label, FPP dan nomor rekam medik, maka laboratorium
berhak menolak dan meminta sampel baru dari pasien tersebut
Semua sampel yang datang ke laboratorium dan Bank Darah harus terlabel dengan baik.
Kesalahan melabel, atau label tidak ada atau sampel yang meragukan, tidak dapat diterima.
Sampel hemolisis, sampel beku, perbandingan darah dan antikoagulan tidak sesuai, tidak dapat
diterima dan harus diulang pengambilan sampel baru
WRONG - RIGHT
117
PENYEBAB HEMOLISIS
-
Menuangkan sampel darah yang sudah beku dari spuit ke tabung melalui bagian depan spuit
Pemusingan sampel darah yang dilakukan sebelum darah benar-benar beku (butuh waktu 2030 menit untuk membuat darah beku sebelum dipusingkan)
Menggunakan tabung vacuum dengan ukuran besar (misal untuk pasien pediatric)
PENGARUH HEMOLISIS
ANALIT
LDH
160 : 1
+ 272.0
AST / GOT
40 : 1
+ 220.0
Kalium
23 : 1
+ 24.4
118
6,7 : 1
+ 55.0
Glukosa
0,82 : 1
Fosfat organic
0,78 : 1
+ 9,1
Natrium
0,11 : 1
Kalsium
0,10 : 1
+ 2,9
5,0
0,1
MEAN
08,00 TOTAL
14,00 TOTAL
VARIASI (%)
VARIASI (%)
Natrium
141
1,9
1,8
Kalium
4,4
7,1
2,8
Klorida
102
3,8
3,4
Kalsium
10,8
3,2
2,7
Urea
14
22,5
2,5
Kreatinin
1,0
14,5
6,3
Asam urat
5,6
11,5
2,6
Besi
116
36,6
3,4
Kolesterol
193
14,8
5,7
Albumin
4,5
5,5
3,9
Protein total
7,3
4,8
1,7
Lipid total
5,3
25
3,6
AST / GOT
25
ALT / GPT
56
17
Acid Fosfatase
15
Alkali fosfatase
63
20
Laktat dehidrogenase
195
16
12
ANALIT
Acid Fosfatase
11
Albumin
SGPT / ALT
41
Bilirubin
Alkali Fosfatase
Iron / Fe
11
SGOT / AST
31
Laktat dehydrogenase
Kalsium
Kalium
Klorida
natrium
119
NKreatinine
17
Fosfor
12
Protein total
Urea N
Asam urat
Lipid total
12
-
120
Esofagus
Gaster
Duodenum
Yeyunum
Ileum
b. Bawah
ESOFAGUS
121
b. Diverticel
c.
Reflux Esofag
Akibat ketidakmampuan sfingter gastroesofageal sehingga terjadi aliran balik asam lambung
menuju ke esofagus dan menyebabkan erosi.
122
e. Strictura esofag
f.
Ca esofagus
Esofagus
terdesak ke
rongga thoraks
akibat tekanan
intraabdomen
yang meningkat
123
i.
Achalasia
124
Spasme esofagus
l.
Atresia esofagus
125
a.
Ulkus
Timbul akibat asam lambung yang tinggi, sedangkan mukosa lambung tidak tahan
asam
gastrolic fistel
126
Gastritis
Klasifikasi gastritis :
Gastritis acuta
Menetriers disease
127
Ca (polypoid)
d.
Diverticel
e.
Bezoar
Bahan-bahan yang tidak dapat dicerna oleh lambung
f.
Post OP gaster
128
Gambaran : bizzare
Tes radiologi perlu diberi injeksi buskopan/ zat yang melumpuhkan gerak peristaltik
sehingga duodenum bisa mengembang
a. Ulcus duodenum
b. Diverticel duodenum
-
129
Adenoma
d. Hyperplasi lymphoid
lymphoma
Atresia : tersumbat
semuanya
Stenosis : tersumbat
sebagian jadi masih bisa
dilewati
130
b. Colitis kronik
-
Fibrosis
Retraksi
Amoeboma
Amoeboma : proses
neoplasma jinak bukan
karena amoeba, biasanya
terjadi pada colon ascendens
131
Stricture
c.
132
Cytomegalo virus
pneumatosis coli
Kontraindikasi pemeriksaan radiologi GIT : : ileus, obstruksi total, perforasi saluran pencernaan
mutlak tdak boleh diberi barium, menimbulkan bahaya keluar usus dan mengering jadi batu
Foto polos abdomen : PX. perforasi usus, saluran kemih, sistema tulang BNO,
LLD -> penilaian perforasi
BEDAH DIGESTIVE
Ida Bagus Budi
1. Acute Abdomen Basic (hal: 134)
2. Hernia (hal: 146)
3. Gallstones Disease (hal: 156)
4. Colorectal Cancer Management (Surgical Approach) (hal: 163)
5. Bedah Saluran Pencernaan (hal: 169)
133
134
Istilah Lain
Gawat Abdomen (Buku Ajar Ilmu Bedah, 1997): keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang
biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama
Nyeri abdomen akut: karena keluhan utama nyeri akut (Nyhus, Vitello, Condon, 1995)
Mengapa Nyeri Abdomen Akut istimewa?
Pasien dengan nyeri abdomen akut:
-
Semua perdarahan masif trauma & non-trauma dengan respons transien atau tanpa respons terhadap
resusitasi
Perforasi tifus
Ileus strangulasi
Perforasi kolon
Appendicitis gangrenosa
Colitis fulminans
135
136
137
pada abdomen
138
Apendisitis (dini)
Pankreatitis
Gastroenteritis
Emboli mesenterium/thrombosis
Diseksi aorta
Adenitis mesenterik
Infark usus
Ruptur KET
139
140
berongga
141
o Obturator sign
142
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
-
Radiologi
-
Polos
Kontras
Ultrasonografi
Abdominal tap / Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Laparoskopi
CT-Scan /MRI
7 Pertanyaan wajib untuk nyeri abdomen akut sesuai dengan ujian OSCA
1. Onset of pain
2. Lokasi nyeri
3. Sifat nyeri
4. Penjalaran nyeri dan nyeri referal
5. Keadaan yang memperberat rasa nyeri
6. Keadaan yang memperingan rasa nyeri
7. Gejala gastrointestinal dan sistemik yang menyertai nyeri perut
Tips & Trick dalam menilai Abdomen Akut
Berlangsung > 6 jam & sebelumnya baik2 saja: Kasus Bedah !!!
Nyeri abdomen dan shock kasus bedah !!
Diam tak bergerak: peritonitis / iskemi
Tidak hilang dengan morfin: iskemi
Harus Peka thd Bahaya Mengancam - Sense of Crisis
1. Crampy pain
2. Obstipation
3. Distention
4. Vomiting
143
144
Obstetri
Ginekologi
Kehamilan Ektopik
Kehamilan Abdominal
Ruptura Uteri
Ruptura Abses
Mola Destruen
Perforasi Uterus
145
146
147
Coughing
Ascites
Upright position
Obesity
Straining
Constipation
Prostatism
Arterial aneurysms
Pregnancy
Cigarette smoking
Birthweight <1500 g
Heavy lifting
Valsalva's maneuvers
C. Moderately patent
B. Minimally patent PV
D. Scrotal Hernia
148
Retroperitoneal view of major inguinal nerves and their courses: ilioinguinal, iliohypogastric,
genitofemoral, lateral femoral cutaneous,and femoral.
149
150
Classification
-
Diagnosis - History
-
These range from incidental findings to symptomatic hernias to surgical emergencies such as
incarceration and strangulation
151
Asymptomatic inguinal hernias are frequently diagnosed incidentally on physical examination or may
be brought to the patient's attention as an abnormal bulge
Physical Examination
-
Digital Examination
o Valsavas maneuver
o Examination of the contralateral side
o Identification of femoral hernia
o Finger test
o Thumb test
o Ziemann test
Differential Diagnosis
-
Malignancy
o Undescended testicle
o Lymphoma
o Retroperitoneal sarcoma
o Metastasis
Lymph node
o Testicular tumor
Sebaceous cyst
Primary testicular
Hidradenitis
o Varicocele
o Epididymitis
Saphenous varix
o Testicular torsion
Psoas abscess
o Hydrocele
Hematoma
o Ectopic testicle
Ascites
Imaging
The most common radiologic modalities include :
-
Ultrasonography (US),
152
Bassini Repair
Shouldice Repair
McVay Repair
Treatment - Laparoscopy
2 types :
-
153
154
155
Recurrence
o Vascular injury
o Nociceptive
Intra-abdominal
Somatic
Retroperitoneal
Visceral
Abdominal wall
o Neuropathic
Gas embolism
Iliohypogastric
o Visceral injury
Ilioinguinal
Bowel perforation
Genitofemoral
Bladder perforation
Lateral cutaneous
Femoral
-
Laparoscopic
Hematoma
Hernia
Hematoma
Wound infection
Ischemic orchitis
Keloid
Testicular atrophy
o Bowel obstruction
Dysejaculation
Adhesions
Hydrocele
o Miscellaneous
Testicular descent
Diaphragmatic dysfunction
Bladder injury
Hypercapnia
Wound infection
Seroma
Urinary
Hematoma
Paralytic ileus
Wound
Scrotal
Aspiration pneumonia
Retroperitoneal
Osteitis pubis
Prosthetic complications
General
Contraction
Erosion
Infection
Rejection
Fracture
156
157
GALLSTONES
Common (20% population)
Clinical Manifestations
Asymptomatic
Cholecystitis
Risk factors
Biliary colic
Obesity
Complications
Oestrogen
Jaundice
Hypercholesterolaemia
Pancreatitis
Increasing age
Cholangitis
5 Fs
Gallstone ileus
Carcinoma of gallbladder
ACUTE CHOLECYSTITIS
Acute inflammation of the gallbladder
Post-prandial
RUQaround to back
Constant
Signs
Pyrexia (37.5-38.5)
Clinical Features
Pain
Sudden onset
158
BILIARY COLIC
Pain associated with passage of stone
Courvoisiers Law
Complications
Empyema/ mucocele
Obstructive jaundice
Ascending cholangitis
Pancreatitis
Charcots Triad- Ascending cholangitis
1. Pain
2. Fever
3. Jaundice
159
Bloods
FBC (WCC)
Intravenous fluids
Amylase
Analgesia
Imaging
Morphine
CXR
Intravenous antibiotics
Ultrasound
CT
(co-amoxiclavgentamicinpiperacillin)
Special tests
-
(ERCP)
Analgesia
o Intra-operative
Elective cholecystectomy
ASCENDING CHOLANGITIS
Charcots Triad
Definitive management
Investigations
Management
GALLSTONE PANCREATITIS
Commonest cause of Pancreatitis
Supportive
Fluid resuscitation
Antibiotics
Analgesia
Definitive
ERCP & stone retrieval
Elective cholecystectomy
160
161
Complications
Late Complications
Trauma
Rare
Intestine
Pain
Liver
Haemorrhage
tree
Vessel injury
Liver injury
Umbilical
Infection
Biliary peritonitis
162
Cholecystitis
Biliary colic
Complications
Treatment
Laparoscopic cholecystectomy
ERCP
163
Indonesia ??
(2010)
Sex ??
Early diagnosis
women
Cancer prevention
Vascular supply
164
CRC Pathogenesis
165
166
167
Colorectal Anastomosis
NCCN, 2011
168
Case
Female, 38 yo
History of right hemicolectomy for right
colon cancer 3 years before
Diarhea in the last 6 months
No chemotx
No Follow up
Colonoscopy ..........
Colonoscopy reccurency at the
anastomotic site
Conclusion
Early diagnose !!!
Prevention !!!!
Staging
Surgical
Chemotx
Radiotx
Algoritm
169
170
Barium swallow
Esofagoscopy
Treatment :
-
Esofageal manometry
Esofagoscopy
Treatment :
-
Volume replacement
Nasogastric suction
Endoscopic sclerotherapy
Ballon tamponade
Liver transplant
Iatrogenic
Signs & Symptoms : severe constant pain, dysphagia, dyspnea, subcutaneous emphysema,
mediastinal emphysema
Dx :
-
Treatments :
-
171
172
Gradual dysphagia
Anorexia
Dx :
-
Barium swallow
Endoscopy
Treatment :
-
Gastrostomy / Jejunostomy
Signs & Symptomps : dysphagia, halitosis, regurgitation, choking, aspiration (mostly found in Zenkers)
Dx : Barium Swallow
Treatment :
173
174
Barium swallow
Treatment :
-
Endoscopy dilatation
Complication
-
Bleeding
Perforation
Burning epigastric pain (with an empty stomach, relieved within 30 min by foods)
Nausea, vomiting
Diagnosis :
-
Endoscopy + Biopsy
Treatment (Medical)
-
Antacids
175
176
Symptoms :
-
Vomiting
Surgical options :
H. Pylori infection
Pernicious anemia
Cigarette smoking
Symptoms :
-
Mostly asymptomatic
Dx :
-
Upper GI Endoscopy
Abdominal CT Scan
Endoscopy US
Treatment :
-
177