Professional Documents
Culture Documents
Biomasa berkayu memiliki 3 komponen dasar dan sejumlah bahan yang sangat sedikit.
Tiga komponen utama tersebut adalah struktur polimer organik alami, yakni : selulose,
hemiselulose dan lignin. Komponen paling penting untuk proses pemelletan adalah lignin,
karena lignin sebagai perekat alami yang membuat partikel berkayu dalam pellet lebih kuat.
Bahan baku kayu bisa dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yakni : softwood &
hardwood. Faktor pembedanya antara lain nilai kalor, kadar abu dan kandungan lignin. Hasil
terbaik untuk produksi pellet didapat dari bahan baku batang kayu. Pellet tersebut adalah pellet
kualitas premium (kadar abu terendah, mechanical durability tertinggi dan sebagainya)dan
masuk standar A1 Class Pellet. Produksi pellet tersebut bisa dicapai jika menggunakan bahan
baku serbuk gergaji.
Secara umum, pada semua pabrik wood pellet terdiri dari tahapan proses seperti berikut :
Persiapan bahan baku
Pemelletan
Treatment pasca pemelletan
A.
bahan baku maka akan semakin besar investasi dan biaya operasional untuk tahap persiapan
bahan baku ini. Jika serbuk gergaji digunakan sebagai bahan baku, persiapan bahan baku berupa
pengecilan ukuran (size reduction) menjadi seukuran serbuk gergaji tidak perlu dilakukan. Hal
inilah mengapa serbuk gergaji menjadi pilihan favorit untuk produksi wood pellet.
Untuk mendapatkan suplai jumlah besar dan kontinyu serbuk gergaji dari limbah-limbah
gergajian tidak bisa diandalkan. Untuk itulah sebagian produser pellet menggunakan batang kayu
sebagai bahan bakunya. Kondisi ini kurang disukai karena nilai investasi dan biaya
operasionalnya. Kondisinya akan semakin kompleks jika produsen akan memproduksi A1 Class
Pellet. Hal ini karena perlu pengelupasan kulit (debarking) ditambahkan diproses tersebut. Kulit
kayu (bark) tersebut selanjutnya bisa digunakan untuk bahan baku di tungku dengan gas dari
pembakarannya digunakan untuk media pemanas diproses pengeringan. Tetapi apabila kulit kayu
(bark) akan digunakan sebagai bahan baku pellet maka akan dihasilkan pellet dengan kadar abu
tinggi.
Kayu kaliandra dari jenis tanaman trubusan atau SRC (short rotation copicces) memiliki
kadar abu sekitar 2% dan masuk dalam A2 Class Pellet. Kayu kaliandra dengan menggunakan
batang kayunya sebagai bahan bakunya perlu dikecilkan ukurannya dan dikeringkan sebelum
pemelletan. Secara dimensi, kayu kalliandra berdiameter kurang dari 10 cm sehingga investasi
dan biaya operasional pada persiapan bahan baku tidak terlalu besar.
Chipping Coarse Grinding
Jika biomassa berkayu sebagai bahan baku yang digunakan beranekaragam ukurannya
maka alat pertama yang digunakan dalam process line wood pellet adalah chipper. Chipper
digunakan untuk tahap awal untuk penghancuran kasar dengan ukuran chip sekitar 1-3 cm. Saat
ini dipasaran tersedia sejumlah tipe chipper yakni: drum chipper, disc chipper, screw chipper, dan
wheel chipper. Drum chipper paling banyak digunakan karena ketahanan dan kehandalan. Drum
chipper besar bahkan dapat menghancurkan batang kayu hingga ukuran diameter 1 m. Dalam
drum chipper bahan dihancurkan dengan pisau-pisau yang dipasang melintang pada drum yang
berputar secara horizontal.
Ukuran partikel bahan baku yang dihasilkan dari chipper kurang kecil untuk produksi
pellet. Sehingga penghancuran tahap selanjutnya dilakukan untuk mendapatkan ukuran partikel
yang sesuai untuk produksi pellet. Semakin kecil ukuran partikel maka ongkos produksi untuk
penghancuran material tersebut, maka semakin mahal. Sebagai contoh untuk produksi pellet
dengan diameter 6 mm maka ukuran partikel bahan baku harus dibawah 4 mm.
yang paling mudah dan murah. Tetapi sejumlah percobaan membuktikan bahwa kadar air
optimum untuk skala industri tidak bisa dicapai dengan pengering alami ini. Sehingga pengering
buatan-lah yang bisa diandalkan. Saat ini ada beberapa dryer dipasaran, yakni :tube bundle dryer,
drum/rotary dryer, belt dryer, low temperature dryer, superheated steam dryer dan fluidized bed
dryer. Drum/rotary dryer-lah yang paling umum digunakan untuk industri wood pellet.
Proses pemanasan drum/rotary dryer dapat secara langsung (directly) atau tidak langsung
(Indirectly). Pada pemanasan langsung yakni menggunakan flue gas dengan suhu berkisar 350600 C yang dihasilkan dari tungku sebagai sumber panasnya. Sedangkan pada drum/rotary dryer
dengan pemanasan tidak langsung (indirect rotary dryer) proses pemanasan menggunakan alat
penukar panas (heat exchanger) untuk mengeringkan bahan baku. Indirect rotary dryer lebih
aman tetapi juga lebih mahal sehingga hampir semua pabrik pellet menggunakan direct rotary
dryer dengan dilengkapi sejumlah alat safety seperluanya.
Untuk menghasilkan gas panas, tungku digunakan. Berbagai bahan bakar bisa digunakan
untuk menjalankan tungku tersebut : seperti LPG, BBM, limbah biomasa dan sebagainya.
Limbah biomasa adalah pilihan sebagian besar pabrik pellet karena paling ekonomis. Drum dryer
berbentuk silindris dengan sejumlah sirip (flight) pada bagian dalam untuk membantu
pengeringan secara homogen dan mentransport bahan didalamnya. Cyclone umumnya dipasang
pada bagian akhir rotary dryer untuk memisahkan bahan yang kering dengan aliran udara panas.
Sewaktu proses pengeringan dalam pengering sejumlah senyawa organik diemisikan ke
atmosfer. Senyawa organik tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni volatile organic
compound (VOC) dan condensable compound.Selain itu juga terdapat particulate emission.Ada
sejumlah peralatan untuk menurunkan emisi tersebut.Hal tersebut tergantung dari kriteria emisi
gas yang diberlakukan dan peraturan lingkungan daerah yang bersangkutan, yang sangat
bervariasi dari berbagai wilayah.Particulate emission pada umumnya bisa diatasi secara efisien
dengan cyclone atau bag filter.
Proses conditioner yakni menambahkan kukus kering (superheated steam) sering
dilakukan pada pabrik skala besar. Proses ini umumnya akan menaikkan kadar air dari bahan
baku hingga 2%, yang nantinya juga akan dipisahkan lagi sewaktu di cooler. Selain
meningkatkan kualitas dan kuantias pellet yang dihasilkan, conditioning juga meningkatkan
keawetan dari ring die dan roller pada pelletiser. Proses produksi pellet dari kayu kaliandra
dengan kapasitas 1 ton/jam yang dilakukan di Bangklan, tidak melakukan conditioning, karena
akan meningkatkan investasi biaya peralatan dan biaya produksi.
B.
Pemelletan
C.
Cooling
Suhu pellet ketika keluar dari pelletiser biasanya berkisar antara 80-130 C. Selain sulit
handling-nya pada suhu tersebut, proses cooling juga meningkatkan mechanical
durabilitydanmengurangi kadar air hingga 2%. Counter flow cooler adalah tipe cooler yang
paling umum digunakan di industri pellet. Mekanisme pendinginannya yakni udara dingin masuk
melalui bagian bawah, sedangkan pellet masuk melalui bagian atas. Udara dingin ini mengambil
panas dan uap air yang keluar dari pellet dan meninggalkan cooler.Sejumlah particulate emission
terikut dalam udara yang keluar dari cooler.Untuk itu cyclone untuk mereduksi particulate
emission juga dipasang pada bagian pengeluaran cooler tersebut. Setelah cukup dingin lalu pellet
masuk ke bagian pengemasan.
Handling Pellet-Packing & Storage
Tumpukan pellet terbuka akan cenderung menyerap air yang menyebabkan pellet
menjadi rapuh dan mengundang aktivitas mikrobia. Mikrobia tersebut mengeluarkan emisi CO,
CO2 dan meningkatkan suhu pellet tersebut. Seandainya ada percikan api membuat mudah
terbakar, selain itu emisi CO khususnya membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan
manusia.Pastikan Sehingga handling pellet perlu dilakukan dengan cermat.
Biomasa pada umumnya memiliki volume yang besar sehingga tidak efisien dalam
pengangkutan dan penanganannya. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut volume biomasa
perlu dikecilkan dengan dimampatkan dengan alat press. Pengaplikasian tekanan apalagi dengan
suhu tinggi membuat biomasa tersebut akan mampat dan merekat kuat. Pemampatan tersebut
akan membuat bahan bakar padat yang memiliki densitas lebih tinggi dan energi tiap volumenya
sama. Pada umumnya dengan cara ini tidak dibutuhkan lagi tambahan perekat dari luar, karena
senyawa lignin dalam biomasa tersebut yang akan berperan sebagai perekat.
Pellet saat ini diproduksi hingga skala besar dan penggunanya besar sedangkan briket
umumnya diproduksi pada skala lebih kecil dan penggunanya tidak sebanyak pellet. Baik pellet
maupun briket dibuat dari kayu keras dan kayu lunak. Secara sepintas kita bisa membedakan
pellet dan briket berdasarkan dimensinya. Pellet berukuran lebih kecil dengan diameter sekitar
10 mm sedangkan briket berukuran lebih besar dengan ukuran sekitar 50 hingga 100 mm dengan
panjang biasanya 60 hingga 150 mm dan bahkan lebih besar. Bahan bakar biomasa semakin
mendapat perhatian dan diminati karena ramah lingkungan (kandungan sulfurnya hampir nol)
dan termasuk energi terbarukan. Aplikasi pellet dan briket biomasa ini untuk bahan bakar rumah
tangga hingga industri.
Kandungan energi adalah suatu poin kristis bagi sejumlah pemakai. Sebagai contoh
tingginya nilai kalor bisa membuat suhu pembakaran yang lebih tinggi dan berpotensi merusak
tungku (furnace). Pellet dan briket yang digunakan ekport perlu disampling dan di test untuk
meyakinkan terhadap standard yang berlaku. Briket kayu atau Synthetic Logs atauUncarbonized
Briquette berbeda dengan briket arang, karena bahan baku briket kayu ini adalah biomasa
(biasanya serbuk gergaji) yang tidak diarangkan/karbonisasi atau secara fisik menyerupai pellet
kayu hanya ukurannya lebih besar
Sebagai bahan bakar yang karbon netral karena berasal dari biomasa, pellet dan briket adalah
bahan bakar alternative untuk pemanas-pemanas batubara dan boiler yang bisa digunakan untuk
berbagai sistem pembakaran modern. Sebagai bahan bakar baik briket maupun pellet sebanding
dengan batubara dalam hal kandungan energi, dan menawarkan berbagai pengurangan emisi gas
NOx dan Sox dan juga kadar abu yang rendah. Di sejumlah negara di Eropa dan Amerika bahan
bakar pellet dan briket ini semakin popular akhir-akhir ini karena dorongan untuk menngunakan
yang ramah lingkungan dan terbarukan.
[1] Expert wood pellet pada proyek ICCTF-Mofor
[2] Communication staff proyek ICCTF-Mofor
114 COMMENTS
Heronny Bollu / April 19, 2014
We are looking for supplier for this wood pellet ( see photos )Our buyer is from Korea.
Malaysia source preferred.
please give us your best price
Thanks And Best Regards,
admin / May 30, 2014
Dear Bollu,
Thanks for your kind offer. we will note this for our selling plan.
Best regards,
Daru
Eka Deni / December 4, 2014
Dear Admin,
Apakah anda tau dimana saja ada Perusahaan Besar Penjual Wood Pellet di Indonesia ? Soalnya
perusahaan saya kerjasama dengan perusahaan korea dan membutuhkan 20.000 Ton Wood Pellet
perbulan
admin / December 7, 2014
Dear Eka, memang kebanyakan produsen wood pellet yang besar di Indonesia sdh langsung
kontrak dengan pembeli terutama Korea.
Tks, Salam
oktavian / December 16, 2014
Dear Pak Eka,
Kebetulan kami sedang persiapan untuk produksi wood pellet dari serbuk gergaji, dan akan
mulai beroperasi di akhir januari 15.
Kalau berminat silahkan hubungi email saya di :irwan.oktavian@yahoo.co.id
terima kasih
oktavian / December 16, 2014
Dear Bolu,
Please contact my email : irwan.oktavian@yahoo.co.id for wood pellet supply
Thanks,
Regards,
Irwan
Rafif / April 21, 2014
Saya Rafif berasal dari BSD City Tangerang Selatan. Saya ingin belajar mengenai proses
pembuatan pellet kayu ini, kira-kira dimana saya bisa belajar mengenai hal ini?
Kalau dalam 1 ton bentuk Serbuk kering menghasilkan 0,8-0,9 ton Wood Pelletnya yang mau saya tanyakan kalau
dalam 1 kubik kayu keras (Mahoni, Jati, Karet) berapa Berat Serbuk yang di hasilkan ? dan kalau untuk kayu lunak
(Pinus, Cemara) berapa perbandingannya ?
Thanks
Best Regards,
Hamid Raditya
Dear Pak Hamid,
Mohon maaf kami belum melakukan perbandingan berat secara khusus antara serbuk kayu keras dan serbuk kayu
lunak dalam ukuran kubikasi yang sama dan MC yang sama. Namun perkiraan saya dalam ukuran 1 m3, berat
serbuk kayu keras akan lebih berat mengingat BJnya lebih tinggi. Mohon maaf jika saya keliru.
terimakasih,
Salam,
Daru
Terima kasih,
Abi Yazid
Wood pellet kami tersedia di bangkalan, Madura, dikelola oleh masyarakat dan para petani. Kalau dikirim dengan
kapasitas kecil tentunya tidak ekonomis. Kompor wood pellet bisa didapatkan di Malang. Coba browsing dgn kata
kunci kompor biomasa nurhuda salam
cukup tinggi. Menurut saya ini sangat potensial apalagi bila ketersediaan bahan baku batok kelapa di tempat Anda
cukup melimpah.
Salam, Daru
terima kasih
terimakasih,
Salam,
Daru
email: urad007@yahoo.com
Menyambung informasi dari bapak, adakah mesin produksi dalam negeri untuk Wood Pellets tersebut? Perkiraan
nilai investasi untuk mesin produksi skala kecil-menengah berapa dan untuk wilayah banten potensi dikecamatan
mana ya pak?
Terima kasih
Salam,
M.Alfian
Mohon bantuannya.
Terima kasih
sekitar 3 bulan. Mengguanakan serbuk kayu sebagai bahan baku wood pellet lebih mudah prosesnya. dalam 1 kg
wood pellet biasanya memerlukan lebih dari 1 kg tergantung pada kadar air dan ukuran material serbuknya.
Salam
dear admin
saya lagi coba product wood pellet bahan baku serbuk limbah pabrik plywood,sampai sekarang masih gagal ,mesin
yang saya pakai jenis flat die (roll berputar),mohon solusinya agar percobaan saya berhasil
trimakasi
Salam,
Daru