Professional Documents
Culture Documents
LITERATUR REVIEW
Disusun Oleh :
Akhmad Mabruri
Angga Anggara
Fitriyati Kartika Sari
M. Hidayat
STIKes CIREBON
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan telaah jurnal ini dengan
judul
PENGGUNAAN
KOMPRES
DINGIN
DALAM
PENATALAKSANAAN NYERI PADA PASIEN POST ORIF 1/3 MEDIAL
FEMUR SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT WALED
KABUPATEN CIREBON .
Penulis menyadari bahwa dalam telaah jurnal ini masih banyak
kekurangannya, lebih dari sisi materi yang disajikan maupun dari cara penulisan.
Namun penulis selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mendekati
kesempurnaan dalam penyusunannya, oleh karena itu saran dan kritik sangat
penulis harapkan untuk perbaikan telaah jurnal ini.
Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan
telaah jurnal ini, khususnya kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
Semoga segala kebaikan serta amal baik yang telah diberikan menjadi
amal sholeh dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Akhir kata semoga ada
manfaatnya terutama bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Amin
Cirebon, Januari 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................
C. Tujuan ...................................................................................
E. Manfaat .................................................................................
3. Klasifikasi ......................................................................
12
4. Etiologi ...........................................................................
16
5. Patofisiologi ...................................................................
17
18
18
8. Komplikasi ....................................................................
18
9. Penatalaksanaan .............................................................
19
19
iii
21
21
22
24
25
26
26
27
28
30
2. Pembahasan ...................................................................
31
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ...............................................................................
34
B. Saran .....................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang
rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum,
fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap
atau tidak lengkap (Helmi, 2012). World Health Organization (WHO)
mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal
dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Kecelakaan memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden
fraktur ekstremitas bawah sekitar 40% (Depkes RI, 2011).
Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di
bawah penyakit jantung koroner dan tuberculosis. Menurut hasil data Riset
Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2011, di Indonesia terjadi fraktur yang
disebabkan oleh cidera seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma
tajam/tumpul. Riset Kesehatan Dasar (2011) menemukan ada sebanyak
45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8
%). Kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829 kasus, dan yang mengalami
fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda
tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %).
Salah satu manifestasi klinik pada penderita fraktur adalah nyeri.
Nyeri
merupakan
gejala
paling
sering
ditemukan
pada
gangguan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis
merumuskan masalah sebagai
berikut
: Bagaimanakah efektivitas
C. Tujuan
Tujuan dari telaah jurnal ini adalah mengidentifikasi efektifitas
kompres dingin dalam penatalaksanaan nyeri pada pasien fraktur tertutup di
ruang Anggrek RSUD Waled Kabupaten Cirebon.
D. Ruang Lingkup
Lingkup penerapannya yaitu keperawatan medikal bedah, terapi
komplementer. Telaah jurnal ini mengenai bagaimanakah efektivitas
penggunaan kompres dingin dalam penatalaksanaan nyeri pada pasien post
orif 1/3 medial femur sinistra di ruang perawatan bedah umum Anggrek
RSUD Waled tahun 2014 .
E. Manfaat
1. Bagi profesi keperawatan sebagai bahan masukan bagi bidang
keperawatan
dalam
melaksanakan
asuhan
keperawatan
untuk
BAB II
TINJAUAN JURNAL DAN TEORITIS
A. Tinjauan Jurnal
Dari hasil jurnal yang penulis telaah didapat 3 jurnal yang relevan
dengan penelitian yang kami amati yaitu tentang kompres dingin dengan
intensitas nyeri pada pasien fraktur.
1. Jurnal Review 1
Jurnal penelitian yang berjudul Efektivitas Kompres Dingin
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Fraktur di Rindu B RSUP
H. Adam Malik Medan oleh Siti Khodijah .
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang disebabkan
oleh rudapaksa. Nyeri adalah sensasi subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual dan potensial yang dirasakan dalam kejadiankejadian di mana terjadi kerusakan. Kompres dingin merupakan salah
satu intervensi yang dapat dipilih untuk mengurangi nyeri fraktur yang
dialami oleh pasien. Kompres dingin diberi dengan menggunakan
kantong karet yang diisi es batu dengan suhu awal 12oC selama 10 menit.
Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen yang
bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas kompres dingin terhadap
penurunan intensitas nyeri pasien fraktur di Rindu B RSUP. H. Adam
Malik
Medan.
Pengambilan
sampel
dilakukan
dengan
teknik
2. Jurnal Review 2
Jurnal penelitian yang berjudul Efektifitas Kompres Dingin
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Dahlia
RSUD Arifin Achmad oleh Andi Nurchairiah, Yesi Hasneli dan Ganis
Indriati.
The purpose of this research study to analized effectivity of cold
compress due to patients pain with closed fractures in Dahlia room at
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. This research used quasy experimental
design with non-equivalent control group that devided into experimental
group and control group. The samples are 30 patients which taken by
purposive sampling technique with concern to inclusion criteria. The
instrument tools that applied for both of group was observation form
such as Numeric Rating Scale (NRS). The experimental group was given
the cold compress for 5-10 minutes. The data was analysed used
univariate and bivariate with dependent sample t test and independent
sample test. The result of this research found that mean of intensity of
pain towards experimental group before the compress is 7.00 and after
compress is 5.47 was p value 0,000< (0,05). Its mean there was
significsnt differences about interisty of pain before and after giving cold
3. Jurnal Review 3
Jurnal penelitian Cold and compression in the Management of
musculoskeletal injuries and orthopedic operative procedures: a
narrative
review
(Kompres
Dingin
Dalam
Manajemen
Cedera
disebut
osteoblas.
Proses
mengerasnya
tulang akibat
yang
disebut
lempeng
epifisis
atau
lempeng
berfusi,
pertumbuhan,
dan
tulang
esterogen
berhenti
dan
tumbuh.
testosteron
Hormon
merangsang
(glukosaminoglikan,
asam
polisakarida
dan
10
kedalam
kanalikuli
yang
halus
(kanal
yang
Periosteum
memberi
nutrisi
ke
tulang
dan
11
12
13
dari
otot
otot
gastrocnemius,
biasanya
fraktur
fraktur
intercondular
diikuti
oleh
fraktur
14
Fraktur
intrakapsuler
umumnya
sulit
untuk
Pendarahan
kolum
yang
terletak
intraartikular
dan
15
4. Etiologi
Trauma dapat bersifat:
a. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang
dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.
b. Trauma tidak langsung
Disebut trauma tidak langsung bila trauma dihantarkan ke
daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur misalnya jatuh dengan
tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula.
c. Tekanan pada tulang dapat berupa:
1) Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau
spiral
2) Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal
3) Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan
fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi
16
misalnya
pada
badan
vertebra
talus
atau
5. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi terjadi karena benturan tubuh, jatuh
atau trauma. Baik itu karena trauma langsung maupun tidak langsung dan
juga bisa karena trauma akibat tarikan otot. Perdarahan patah tulang akan
terjadi disekitar tempat patahan dan kedalam jaringan lunak sekitar
tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan biasanya timbul setelah fraktur. Sel darah putih dan
sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa sisa sel mati akan
dimulai.ditempat patah tersebut akan terbentuk fibrin (hematoma fraktur)
dan berfungsi sebagai jala jala untuk melekatkan sel baru. Aktivitas
osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut
callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati .
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanann serabut syaraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan
asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer,
bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan rusaknya
serabut saraf maupun kompartemen
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan
dangaya pegas untuk menahan tekanan, tapi apabila tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang , maka terjadilah
17
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens
ginjal
8. Komplikasi
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak
seharusnya.
18
9.
Penatalaksanaan
a. Pembedahan Ortopedi.
b. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmenfragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti
letak semula.
c. Imobilisasi fraktur, dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna
d. Graf tulang : penggantian tulang patah untuk memperbaiki
penyembuhan, menstabilisasikan atau mengganti tulang yang patah.
e. Mempertahankan
dan
mengembalikan
fungsi,
reduksi
dan
10. DAMPAK
PENYAKIT
TERHADAP
MANUSIA
a. Kebutuhan oksigenasi
1) Sesak nafas
2) Lemas
3) Pucat
4) CRT > 3 detik
b. Kebutuhan nutrisi
1) Mual muntah
19
KEBUTUHAN
DASAR
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Tempat
1. Identitas Klien
Nama
: Tn. H
No. RM
: 754384
Umur
: 31 Th
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tanggal masuk
: 11 Desember 2014
Tanggal Pemeriksaan
: 12 Desember 2014
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dirawat di RSUD Waled dengan keluhan kaki sebelah kiri, nyeri
dirasakan pada saat kaki coba untuk di gerakkan, nyeri dirasakan seperti di
sayat sayat dengan skala nyeri 6, nyeri hilang timbul 10 menit sekali,
klien mengatakan mengalami patah tulang setelah bus yang di tumpangi
mengalami kecelakaan. Setelah sampai di IGD RSUD Waled klien di
berikan terapi infus RL dan di pindahkan ke ruang Anggrek akhirnya
dilakukan operasi, klien kemudian dilakukan perawatan.
21
keluarga
yang
menderita
penyakit seperti yang di derita klien, tidak ada penyakit menular maupun
penyakit keturunan yang ada di keluarga tersebut.
3.
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Vital Sign
Tekanan Darah
: 130/ 80 mmHg
Nadi
: 89 x / menit
RR
: 22 x /menit
: 36.5 C
4. Kepala
Normochepal, tidak ada lesi atau oedema, tidak ada perdarahan, tidak ada
nyeri tekan di area kepala,
5. Mata
Conjunctiva
: An anemis
Sklera
: An Ikterik
Pupil
: Bulat isokor
22
8. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, ada refleks menelan, tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid
9. Thorax
Pergerakan paru kanan dan kiri simetris, tidak ada krepitasi, Sonor di
seluruh lapang paru, BJ I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada galop,
bunyi nafas vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada weezing.
10. Abdomen
Permukaan datar, tidak ada massa, tidak nyeri tekan, tidak lesi / luka, tidak
ada memar, Timpani saat di perkusi, Bising usus 7 x / menit.
11. Ekstrimitas
Atas kanan dan kiri
Tonus Otot
5
5
5
2
23
Saat Sakit
b. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Saat Sakit
d. Personal Higine
Sebelum Sakit
Saat Sakit
e. Aspek psikologi
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang karena jauh dari
keluarga, sehingga hanya istri yang menungguinya, sedangkan keluarga
lain tidak ada.
24
5. DATA PENUNJANG
a. Terapi
Cefotaxime
1 gr/12 jam IV
Ketorolac
30 gr/8 jam IV
Ranitidin
20 gr/12 jam IV
Infus RL
20 tts/menit
IV
b. Hasil Laboratorium
No
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
4,0
Ilematokrit
31
Basofil
01
Eosinofil
14
Netrofil batang
35
Netrofil segmen
75
35 70
10
Limfosit
23
20 40
11
Monosit
2 10
12
Golongan darah
13
Albumin
4,0
4,0 5,7
14
Bilirubin total
0,6
< 1 (mg/dl)
15
SPGT
L : < 22 P : < 17
16
SGOT
14
L : <18
17
Natrium
138
135 155
18
Kalium
4,2
3,6 5,5
19
Klorida
100
97 111
11
Nilai Normal
L : 14
P : 12 (gr%)
8700
230.000
25
L:4,66,2
P :4,25,4 (mm3)
P : <15
6. ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Problem
1.
Fraktur
Nyeri
Pergeseran
fragmen tulang
Tindakan
pembedahan
Post orif
Trauma jaringan
Stimulasi
neurotransmiter
nyeri
Pelepasan
mediator
prostaglandin
Nociceptor
Medula spinal
Korteks serebri
Nyeri
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang insisi post Orif
26
8. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan
Nyeri
berhubungan
dengan
pergeseran
fragmen tulang,
insisi post orif
Intervensi
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam di
harapkan nyeri yang
dirasakan
dapat
berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil :
1. klien
men- 1. Kaji
skala
nyatakan
nyeri
nyeri,
berkurang / hilang
intensitas dan
kualitas nyeri
2. tampak rileks.
2. Pertahankan
immobilisasi
bagian
yang
sakit
dengan
tirah baring
3. skala
berkurang
4. TTV normal
4. Pantau
vital
sigi
sebelum
dan
sesudah
dilakukan
kompres dingin
27
Rasional
Mengidentifikasi
nyeri
Mengurangi
nyeri
dan
mencegah posisi
tulang
dan
tegangan
dari
jaringan
yang
cidera.
Mempertahankan
kekuatan
otot
serta
memberikan
efek
relaksasi
dan mengurangi
nyeri
memantau
keefektifan
tindakan
pada
klien .
Diagnosa
Tindakan
keperawatan
keperawatan
14/12 Nyeri berhubungan 1. Mengkaji skala S :
Tgl
2014
dengan
fragmen
pergeseran
tulang,
Evaluasi
mengatakan
nyeri, intensitas pasien
nyeri berkurang
dan
kualitas
O:
nyeri
2. Mempertahankan 1. klien tampak rileks
2. klien
merasa
immobilisasi
nyaman
bagian yang sakit
3. skala nyeri 4
dengan
tirah
4. TD : 130/80
baring.
N : 80 x/ mnt
3. Melakukan terapi
R : 19 x / mnt
komplementer
S : 36,5oC
kompres
dingin
28
A:
masalah
sebagian
teratasi
vital P :
lanjutkan intervensi
dengan
fragmen
pergeseran
tulang,
skala S :
mengatakan
nyeri, intensitas pasien
nyeri berkurang
dan
kualitas
O:
nyeri
2. Mempertahankan 1. klien tampak rileks
immobilisasi
bagian yang sakit
dengan
2. klien
nyaman
merasa
4. TD : 120/80
N : 80 x/ mnt
3. Melakukan terapi
R : 20 x / mnt
komplementer
S : 36 oC
kompres dingin
A:
pada sekitar area
masalah
teratasi
yang sakit
sebagian
4. Memantau vital
P:
sigin
Intervensi dihentikan
baring.
29
Hasil Pengamatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien post orif
femur penulis mencoba menggunakan kompres dingin
untuk
Tanggal
Jam
08.00 / 13.00
16.00 / 22.00
22.00 / 06.00
Intensitas
Menurun
Tetap
Menurun
Intensitas
Menurun
Menurun
Tetap
30
2.
Pembahasan
Nyeri merupakan gejala paling sering ditemukan pada gangguan
muskuloskletal. Nyeri pada penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk.
Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot
atau penekanan pada saraf sensoris (Helmi, 2012). Nyeri merupakan
suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan
oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat
individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan
atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau
pada fungsi ego seseorang individu (Potter & Perry 2006, h.1502). Nyeri
dapat diatasi dengan penatalaksanaan nyeri yaitu cara meringankan nyeri
atau mengurangi nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat diterima
klien. Penatalaksanaan nyeri meliputi dua tipe dasar intervensi
keperawatan yaitu intervensi farmakologi dan nonfarmakologi (Kozier &
Berman 2009, h.426).
Salah satu manajemen non farmakologi untuk menurunkan nyeri
yang dirasakan pada pasien fraktur adalah dengan kompres dingin (Potter
&
Perry,
2005).
Pemberian
kompres
dingin
dipercaya
dapat
31
32
33
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Pemberian kompres khususnya kompres dingin terbukti efektif
mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien dengan post operasi orif.
Dengan. Pemberian kompres dingin dipercaya dapat meningkatkan
pelepasan 2 endorfin yang memblok transmisi stimulus nyeri dan juga
menstimulasi serabut saraf berdiameter besar A-Beta sehingga menurunkan
transmisi implus nyeri melalui serabut kecil A-delta dan serabut saraf C.
tindakan kompres dingin selain memberikan efek menurunkan sensasi nyeri,
kompres dingin juga memberikan efek fisiologis seperti menurunkan respon
inflamasi jaringan, menurunkan aliran darah dan mengurangi edema. Dari
hasil penelitian selama 2 hari membuktikan kompres dingin berpengaruh
terhadap penurunan intensitas nyeri intensitas nyeri.
B. Saran
1. Bagi Profesi Perawat
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan dapat
mengidentifikasi masalah, menerapkan prinsip dan metode serta
memenfaatkan hasil penerapan ini untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan atau pelayanan terhadap klien
2. Bagi RSUD Waled
Dengan adanya penelitian ini diharapkan agar teknik kompres
dingin dapat diaplikasikan di Rumah Sakit sebagai terapi non
farmakologi untuk mengatasi nyeri pada pasien fraktur.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
A.
Persiapan Alat
1. Kirbat Es/ eskap dengan sarungnya
2. Kom berisi potongan potongan kecil es dan satu sendok garam agar es
tidak cepat mencair
3. Air dalam kom
4. Lap kerja
5. Perlak pengalas
B.
Prosedur Tindakan
1. Bawa alat alat ke dekat klien
2. Cuci tangan
3. Masukan batang es ke dalam kom air agar pinggir es tidak tajam
4. Isi eskap dengan potongan es kurang lebih setengah bagian eskap
tersebut
5. Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu
ditutup rapat.
6. Periksa eskap, adakah kebocoran atau tidak
7. Keringkan eskap dengan lap, lalu masukan ke dalam sarungnya.
8. Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di kompres
9. Letakkan eskap pada bagian yang akan di kompres dan atur posisi yang
nyaman pada klien
10. Kaji setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa dan suhu tubuh
11. Angkat eskap bila sudah selesai
12. Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman
13. Bereskan alat setelah selesai
36
C.
D.
Evaluasi
1. Klien mengatakan nyeri berkurang
2. Klien merasa relaks, tenang, dan nyaman
37
LEMBAR OBSERVASI
PENGGUNAAN KOMPRES DINGIN DALAM
PENATALAKSANAAN NYERI PADA PASIEN POST ORIF
FRAKTUR FEMUR
Nama Klien
: Tn. H
No Medrek
: 754384
Tanggal
Jam
Pre dan
Post
11.00
Pre
11.20
Post
11.30
Pre
11.50
Post
12.00
Pre
12.20
Post
Tanggal
Ket.
menurun
tetap
menurun
Jam
Pre dan
Post
08.00
Pre
08.20
Post
08.30
Pre
08.50
Post
09.00
Pre
09.20
Post
Skala Nyeri
4
5
Ket.
Menurun
Menurun
Tetap
38
Keterangan
Skala Nyeri :
0
1
2
3
4
5
6
7-9
10
: Tidak Nyeri
: seperti Gatal, kesemutan atau Nyut-nyut
: Seperti Melilit,/terpukul
: Seperti Perih
: Seperti Keram
: Seperti tertekan/tersesak
: Seperti Terbakar/tertusuk-tusuk
: Sangat nyeri tapi bisa dikontrol dengan aktivitas yang biasa
dilakukan
: Sangat Nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh klien
Kriteria Nyeri :
0-3
4-6
7-9
10
: Nyeri Ringan
: Nyeri Sedang
: Nyeri Berat
: Nyeri Berat Sekali
39