You are on page 1of 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN
DENGAN KISTA OVARI DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
(IBS)
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

disusun guna memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners


(P3N)
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Oleh
Rosalind Prihandini, S.Kep
092311101031

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN kISTA OVARI DI RUANG
INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS) RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Oleh : Rosalind Prihandini
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air,
dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam
(Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan
dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi,
2006).
Kista

ovarium

adalah

pertumbuhan

sel

yang

berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti


kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang
dapat

bertahan

dari

pengaruh

hormonal

mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005)


Kista ovarium adalah pertumbuhan

sel

dengan

siklus

berlebihan

atau

abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong


tumor. Tumor jinak dapat bersifat epitecal, atau berasal

dari

strauma gonat khusus. Secara klinis mereka dapat memberikan


gejala dan tanda yang sangat mirip sehingga diagnosa hanya
dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan histopatologi (Brunner
dan Suddarth, 2000).
Ovarium kista adalah ovarium yang mengandung kista folikular
kecil yang multiple yang terisi dengan cairan serosa encer,
berwarna kuning atau terwarnai oleh darah (Kamus Kedokteran
Dorland, 812)

2. Jenis - Jenis Kista Ovarium


Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
1) Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan
epitelium yang berkurang di dalam korteks.
2) Kista fungsional
a) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur
atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara
siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang
dari 12 tahun.
b) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone
setelah ovulasi.
c) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat
pada mola hidatidosa.
d) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
b. Kista neoplasma
1) Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
2) Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal
dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen
yang lain
3) Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
4) Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid
5) Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis
c. Menurut sumber yang lain Kista ovarium.dibedakan menjadi
Kista ovarium adalah suatu kantong yang berisi cairan yang terdapat pada
ovarium (Wiknjosatro Hanifa, 1999). Kista ovarium adalah suatu kantong

abnormal

yang

berisi

cairan

yang

tumbuh

dalam

indung

telur

(Marinan2007).www.google.com.
Ada beberapa macam jenis kista ovarium:
1) Kista fungsionaln: Kista yang terjadi karena adanya folikel atau sel telur
yang belum pecah hingga beberapa waktu tertentu. Kista ini biasanya
tidak memerlukan pengobatan atau operasi dalam waktu yang tidak lama
akan hilang dengan sendirinya.
2) Kista dermoid : Jenis kista yang dapat berasal dari jaringan eksoderm.
Mesoderm bahkan endoderm, kista ini berisi jaringan lemak, rambut, gigi,
tulang dan kulit.
3) Kista endomeriosis atau kista coklat : Terjadi karena adanya produksi
darah bersamaan dengan menstruasi yang dihasikan oleh sarang-sarang
endometriosis, darah ini tertampung di dalam ovarium selanjutnya
menjadi kista, darah yang lama warnanya berubah menjadi coklat karena
itu diberi nama kista coklat.

\
Gambar 1. Gambaran patologis pada kista ovari
3. Tanda dan Gejala
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala,
atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista
yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang
tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja
karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim)
atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala
atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang
serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai
kista ovarium :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat
menyebar ke punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti
pada saat hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan


kesehatan segera:
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah
4. Etiologi
Kista ovarium. disebabkan oleh berbagai penyebab, Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,tipe
folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk
oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah rongga cairan normal
yang terdapat di dalam ovarium, Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini
akan terbuka saat siklus menstruasiuntuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa
kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan
menjadi kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar
akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa
kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan
gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
Faktor resiko kista ovari:
a.
b.
c.
d.
e.

Keturunan.
Wanita yang keluarga dekatnya mengidap kanker ovarium.
Diet tinggi lemak.
Kegemukan.
Tidak pernah mengandung (hamil) paling beresiko kanker ovarium

5. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista

ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik
parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa
dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk
jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ
sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal

embrional;

ektodermal,

endodermal,

dan

mesodermal.

Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma
ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan
menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel
ini.

6. Komplikasi
a) Perdarahan intra tumor
Perdarahan dalam kista biasanya terjadi sedikit demi sedikit, sehingga
berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan
gejala klinik yang minimal. Namun jika perdarahan terjadi secara masif, akan
terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
b) Putaran tangkai
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter >5 cm
akan tetapi belum terlalu besar sehingga terbatas gerakkannya. Kehamilan
dapat mempermudah terjadinya torsi karena pada kehamilan uterus yang
membesar dapat mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan dapat
terjadi perubahan mendadak pada rongga perut. Putaran tangkai juga dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun jarang bersifat total. Karena vena
lebih mudah tertekan, terjadi pembendungan darah dalam tumor dengan
akibat pembesaran tumor dan terjadi perdarahan dalam tumor. Jika putaran
tangkai terjadi terus, maka dapat terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang
dapat menimbulkan robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal
atau peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan, tumor dapat
melekat pada omentum, yang dapat melepaskan diri dan menjadi tumor
parasit.
c) Infeksi pada tumor
Hal ini terjadi jika di sekitar tumor ada sumber patogen. Kista dermoid
cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
d) Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, trauma (seperti jatuh), pukulan pada perut, dan
lebih sering pada saat persetubuhan. Jika terjadi robekan pada kista disertai
hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas dapat berlangsung
terus ke dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan rasa nyeri terus-menerus

disertai tanda abdomen akut. Robekan dinding pada kistadenoma musinosum


dapat menimbulkan suatu pseudomiksoma peritonii.
e) Perubahan keganasan.
Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti
kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista
dermoid. Sehingga setelah sel-sel tumor tersebut diangkat pada operasi, perlu
dilakukan

pemeriksaan

mikroskopis

untuk

mengetahui

kemungkinan

terjadinya keganasan. Adanya metastasis dapat memperkuat diagnosis


keganasan.
7. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
a. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang
bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur
barium dalam colon disebut di atas.
d. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites.
Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum
peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999).
8. Terapi yang dilakukan/ Penatalaksanaan
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang

mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba
(Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup
keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit
dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan.
Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap
eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran
menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih,
drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana
aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan
setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir
untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena
aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual
sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca
bedah sesuai anjuran. (Long, 1996)
B. TINJAUAN TINDAKAN
Laparatomi adalah insisi pembedahan melalui dinding perut atau abdomen.
(Sanusi, C. 1999). Laparatomi adalah operasi yang dilakukan untuk membuka
abdomen( bagian perut)..
a. Indikasi.
Tindakan laparatomi biasa dipertimbangkan atas indikasi: appendicitis, hernia,
kista ovarium, kanker serviks, kanker ovarium, kanker tuba falopi, kanker
uterus, kanker hati, kanker lambung, kanker kolon, kanker kandung kemih,
kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis dan pangkreas.
b. Jenis-jenis.
Laparatomi terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah:

1) Andrenalektomi: pengakatan salah satu atau kedua kelenjar adrenal.


2) Appendiktomi : oprasi pengangkatan apendiks.
3) Gastrektomi: pengangkatan sepertiga distal lambung (duodenum/jejunum,
4)
5)
6)
7)
8)
9)

mengangkat sel-sel penghasil gastrin dalam bagian sel priental).


Histerektomi: oprasi pengangkatan bagian uterus.
Kolektomi: seksisi bagian kolon atau seluruh kolon.
Nefrektomi: operasi pengangkatan ginjal.
Pankreatektomi: eksisi pangkreas.
Prostatektomi: operasi pengangkatan prostate.
Seksio sesaria: pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding ovarium.
10) Sistektomi: operasi pengangkat kandung kemih.
11) Salpingo oofarektomi: operasi pengangkat satu atau kedua tuba falopi dan
ovarium.
12) Vagotomi: pemotongan saraf vagus untuk menurunkan asam lambung dan
mengurangi stimulasi kolgenerik pada sel parietal dan membuatnya
kurung responsive terhadap gastric.

PATHWAY

C. TEKNIK OPERASI DAN TEKNIK INSTRUMENTASI


Tindakan operasi dilakukan sangat tergantung dari kondisi kesehatan pasien
dan sejauh mana kanker itu telah menyebar dalam tubuh. Di bawah ini ada
contoh-contoh operasi yang kerap dilakukan untuk menghentikan penyebaran
kanker ovarium, yaitu :
a. Unilateral oophorectomy
b. Bilateral oophorectomy
c. Bilateral salpingectomy
d. Unilateral dan bilateral salpingo-oophorectomy
e. Radical hysterectomy
f. Cytoreduction
Ada dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu :
1) Sitoreduksi konvensionalSitoreduksi
konvensional
ini
adalah
sitoreduksi

yang

biasa

dilakukan,

yaitu operasi

yang

bertujuan

membuang massa tumor sebanyak mungkin dengan menggunakan alatalat operasi yang lazim seperti pisau, gunting, dan jarum jahit.
2) Sitoreduksi teknik baru Sitoreduksi teknik baru sangat berbeda dengan
sitoreduksi konvensional yang memakai pisau, gunting, dan jarum
jahit. Dengan teknik baru tersebut dapat dilakukan sitoreduksi dari
massa tumor yang berukuran beberapa milimeter sampai hilang sama
sekali.
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Argon beam coagulator, di mana alat electrosurgical ini mengalirkan arus
listrik ke
Keuntungan

jaringan

dengan

penggunaan alat

menggunakan
ini

adalah

berkas
distribusi

gas

argon.

energi

yang

dihasilkan merata terhadap jaringan dan lebih sedikit mengakibatkan


trauma panas dan nekrosis jaringan.
2) Cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA), di mana alat ini
menggabungkan tiga mekanisme kerja dalam satu hand-set, yaitu: alat
fragmentasi jaringan (vibrating tip), alat irrigator untuk daerah yang
difragmentasi dan alat aspirator jaringan yang difragmentasi. CUSA
bekerja sebagai akustik fibrator dengan frekuensi 23.000 HZ, yang
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
3) Teknik laser.

a. SALPHINGO OOPHORECTOMY
1) Definisi
Oophorectomy adalah operasi pengangkatan ovarium atau indung telur. Operasi
juga disebut ovariektomi, namun istilah ini telah digunakan secara tradisional
dalam penelitian ilmu dasar yang menggambarkan operasi pengangkatan indung
telur pada hewan laboratorium. Pengangkatan indung telur pada wanita adalah
sama dengan biologis pengebirian pada laki-laki, namun pengebirian istilah
hanya sesekali digunakan dalam literatur medis untuk merujuk ooforektomi pada
manusia. Dalam ilmu kedokteran hewan, penghapusan lengkap dari indung telur,
saluran telur, rahim tanduk, dan rahim disebut spaying dan merupakan bentuk
sterilisasi.
Ooforektomi

parsial

adalah

istilah

kadang-kadang

digunakan

untuk

menggambarkan berbagai macam operasi seperti penghapusan kista ovarium atau


reseksi bagian dari ovarium. Operasi semacam ini adalah mempertahankan
kesuburan meskipun kerusakan ovarium mungkin relatif sering terjadi. Sebagian
besar risiko jangka panjang dan konsekuensi dari ooforektomi tidak atau hanya
sebagian hadir dengan ooforektomi parsial.
Penghapusan ovarium bersama-sama dengan tuba fallopi disebut salpingoooforektomi unilateral atau salpingo-ooforektomi (USO). Ketika kedua ovarium
dan kedua saluran telur yang dihapus, bilateral salpingo-ooforektomi istilah
(BSO) digunakan. Ooforektomi dan salpingo-ooforektomi bukan bentuk umum
dari alat kontrasepsi pada manusia, lebih biasa adalah ligasi tuba, di mana saluran
telur tersumbat tetapi ovarium tetap utuh. Dalam banyak kasus, operasi
pengangkatan indung telur dilakukan bersamaan dengan histerektomi. Nama
medis formal untuk menghilangkan seluruh sistem reproduksi wanita (ovarium,
saluran telur, rahim) adalah "Histerektomi perut Total dengan Bilateral salpingoooforektomi (TAH-BSO), istilah yang lebih kasual untuk seperti operasi adalah"
ovariohysterectomy. Istilah "histerektomi" sering digunakan untuk merujuk pada
penghapusan dari setiap bagian dari sistem reproduksi wanita, termasuk hanya

ovarium, namun, definisi yang benar "histerektomi" adalah pengangkatan rahim


(dari hystera Yunani "rahim" dan ektomia "yang memotong
keluar dari") tanpa pengangkatan indung telur atau saluran telur.
2) Indikasi
Sebuah bilateral salpingo-ooforektomi adalah operasi di mana ovarium seorang
wanita baik itu dihapus, bersama dengan saluran tuba. Operasi ini digunakan
terutama untuk mengobati kanker ginekologi seperti ovarium, tuba, dan kanker
rahim, meskipun digunakan dalam pengobatan beberapa kondisi ginekologi
lainnya juga.
Kista, endometriosis, tumor jinak , peradangan, dll, dan lebih jarang bersamaan
dengan histerektomi (61%). Indikasi khusus termasuk beberapa kelompok wanita
dengan risiko substansial peningkatan kanker ovarium, seperti tinggi pembawa
risiko BRCA mutasi dan wanita dengan endometriosis yang juga menderita kista
ovarium sering.
3) Teknik Operasi
Tergantung pada ahli bedah, bilateral salpingo-ooforektomi dapat dilakukan
laproscopically, atau sebagai operasi terbuka. Dalam kedua kasus, pasien
diberikan anestesi umum untuk prosedur ini, dan sayatan dibuat di perut bagian
bawah setelah sterilisasi daerah. Dokter bedah harus berhati-hati untuk
menghapus setiap bagian dari ovarium dan tuba, terutama dalam kasus kanker,
dan kemudian sayatan akan ditutup dan pasien akan dipindahkan ke pemulihan.
4) Komplikasi.
Salah satu konsekuensi utama dari operasi salpingo-ooforektomi bilateral adalah
bahwa wanita subur juga menghentikan memproduksi berbagai hormon, yang
memicu timbulnya menopause.
5) Pemulihan pasca operasi
Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam
minggu. Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak
yang dapat memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan,
disarankan untuk menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang

buncis, kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti
setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan meminum cukup
air akan membantu proses pemulihan.
6) Alat alat yang digunakan operasi laparatomy
1) Hand vad mess besar (1)
2) Hand vad mess kecil (1)
3) Pincet cirugris 14 cm (1)
4) Pincet cirugris 20 cm (2)
5) Pincet anantomis 14 cm (1)
6) Pincet anantomis 20 cm (1)
7) Gunting metzembaun (1)
8) Gunting kasar
(1)
9) Gunting benang (1)
10) Retengkle / klem siku (1)
11) Doek klem
(6)
12) Nald fouder
(1)
13) Haak tumpul gigi dua (1)
14) Langeen back
(1)
15) S hack besar
(1)
16) S Hack kecil
(1)
17) Erkartir double (1)
18) Blaas haak
(1)
19) Otomatis haak
(1)
20) Ring klem
(4)
21) Ellys klem
(4)
22) Back kok
(2)
23) Kokcer lurus 20 cm
(2)
24) Kocker lurus 14 cm
(4)
25) Kokcer bengkok(4)
26) Pean bengkok berbagai ukuran (7)
27) Pean lurus berbagai ukuran
(4)
28) Pean bengkok 14 cm (6)
29) Pean lurus 14 cm
(5)
30) Cucing
(2)
31) Bengkok
(1)
D. TINJAUAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab

2) Keluhan klien saat masuk rumah sakit


Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah,
ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti,
rasa mual dan muntah.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d) Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista
ovarium.
e) Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi
untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
f) Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan
bahkan sampai amenorhea.
4) Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a) Kepala
b) Mata
c) Leher
d) Dada
e) Pernapasan
f) Abdomen
1)
Teraba massa pada abdomen.
2)
Nyeri tekan pada abdomen.
g) Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
h) Eliminasi, urinasi
1)
Adanya konstipasi
2)
Susah BAK
5) Data Sosial Ekonomi

Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai
tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
6) Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
7) Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium
sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara
pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini
akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya keturunan.
8) Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas,
dan tidur karena merasa nyeri
9) Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi
Untuk mengetahui letak batas kista.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Preoperasi
a) Nyeri kronis berhubungan dengan ageninjuri biologi
b) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
c) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
2) Intra operasi
a) Resiko syok faktor resiko : hipovolemia
b) Resiko cidera akibat posisi perioperatif faktor resiko : gangguan
sensorik atau persepsi akibat anesthesia, Imobilisasi, kelemahan otot
c) Resiko perdarahan faktor resiko: efek samping terkait dengan
pembedahan
3) Post operasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b) Resiko infeksi faktor resiko : pertahanan primer yang tidak adekuat
(dilaukan pembedahan)
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska
pembedahan)
d) Resiko konstipasi faktor resiko : farmakologis (pengaruh pembedahan
abdomen), kelemahan otot abdomen

c. Intervensi Keperawatan
No
1

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri biologi
dan agen cidera fisik

Tujuan Dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nyeri pasien
berkurang
NOC :
1. Pain Level,
2. Pain control,
3. Comfort level
Kriteria Hasil :
1. Mampu
mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan
bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu
mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

Intervensi Keperawatan
Pain Management
1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas)
Rasional : mengetahui skala nyeri yang dirasakan pasien
2. kontrol lingkungan pasien yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
Rasional : memberikan kenyamanan bagi pasien
3. ajarkan tentang tekhnik non farmakologi seperti teknik
relaksasi nafas dalam
Rasional : mengalihkan rasa nyeri yang dirasakan pasien
4. berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Rasional : mengurangi rasa nyeri pasien
5. tingkatkan istirahat
Rasional : manajemen energi pasien
6. evaluasi keefektifan control nyeri
Rasional : mengevaluasi hasil tindakan dan menentukan
intervensi lanjutan

5. Tanda
vital
rentang normal
2

Kecemasan berhubungan
dengan diagnosis dan
pembedahan

Defisit perawatan diri

dalam

Setelah dilakukan asuhan NIC :


keperawatan selama 3x 24 Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
jam diharapakan cemasi NIC :
terkontrol
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
NOC :
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Anxiety control
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Coping
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
Kriteria Hasil :
prosedur
a. Klien
mampu
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengidentifikasi dan
mengurangi takut
mengungkapkan gejala
5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
cemas
prognosis
b. Mengidentifikasi,
6. Dorong keluarga untuk menemani anak
mengungkapkan
dan
7. Lakukan back / neck rub
menunjukkan
tehnik
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
untuk mengontol cemas
9. Identifikasi tingkat kecemasan
c. Vital sign dalam batas
10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
normal
kecemasan
d. Postur tubuh, ekspresi
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
wajah, bahasa tubuh
ketakutan, persepsi
dan tingkat aktivitas
12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
Tujuan

NIC : Self Care Asistance (toileting)

(toileting)

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas toileting
Rasional: Mengetahui kemampuan awal klien dalam aktivitas
keperawatan selama 6 x 24
toileting
jam pasien dapat mencapai
2.
Bantu pasien dalam kegiatan toileting dengan memasang DK
kriteria hasil dibawah ini:
(dower kateter) dan penggunaan pampers
NOC
Rasional: Pemasangan DC membantu dalam kegiatan eliminasi
Self care : Toileting
urine dan pemasangan pampers membantu dalam kegiatan
Perawatan diri: toileting
eliminasi alvi
1. Respon terhadap bladder 3. Jaga privasi klien saat pemasangan DK dan pampers
penuh
Rasional: menjaga privasi klien saat dilakukan tindakan
2. Respon terhadap
pergerakan bowel
Membersihkan diri
setelah BAK
3. Membersihkan diri
setelah BAB

1. Resiko infeksi

NOC:
1. imune status
2. Knowledge
:
infection control
3. Risk control
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 6 x dalam 24
pasien terbebas dari
infeksi, dengan
kriteria hasil:

4. Libatkan keluarga dalam perawatan klien


Rasional: Keluarga mempunyai tanggung jawab dan peran aktif
dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas klien
5. Bersihkan peralatan eliminasi (urinebag) tiap 6 jam
Rasional: Mencegah penyebaran infeksi dan mempertahankan
kebersihan klien
6. Bantu membersihkan diri pasien setelah eliminasi
Rasional: Mempertahankan kebersihan klien

NIC: Infection control


1. Bersihkan peralatan setelah digunakan pada
pasien
Rasional:
mencegah
tumbuhnya
mikroorganisme pada peralatan medis yang
digunakan
2. Lakukan
tindakan
keperawatan
sesuai
dengan SOP
Rasional:
memastikan
tindakan
yang
dilakukan sesuai dengan prosedur
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

Kriteria hasil:
1. Pasien terbebas
dari tanda dan
gejala infeksi

tindakan
Rasional: mencegah terjadinya infeksi
4. Pertahankan keadekuatan intake nutrisi dan
istirahat
Rasional: mempertahankan status imunitas
pasien.
2. Lingkungan
terbebas dari faktor 5. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
Rasional: antibiotik berguna untuk mengatasi
penyebab infeksi
dan mencegah infeksi
3. Keadaan umum
pasien baik

2. Resiko perdarahan faktor


resiko: efek samping terkait
dengan pembedahan

Setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama 3x24
jam diharapakan pasien
menunjukkan perdarahan
dapat diminimalkan

NIC: Infection Protection


1.
Inspeksi kulit dan membran
mukosa dari tanda kemerahan, peningkatan
suhu, dan kelembapan
Rasional: mengevaluasi tanda awal terjadinya
infeksi
2.
Ajarkan pada keluarga tentang
tanda gejala infeksi
Rasional:
meningkatkan
pemahaman
keluarga tentang tanda gejala infeksi pada
pasien
1. Monitor tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
2. Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan dari suatu tempat
3. Monitor vital sign
4. Catat perubahan mental
5. Hindari aspirin
6. Awasi HB dan factor pembekuan

d. Evaluasi Keperawatan
1) Mengalami penurunan ansietas
2) Menerima perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pembedahan
a) Membicarakan perubahan yang dihasilkan dari pembedahan dengan
pasangannya
b) Mengugkapkan pemahaman tentang gangguan yang ia alami dan rencana
pengobatannya.
c) Menunjukkan kesedihan atau depresi minimal
3) Mengalami nyeri dan ketidaknyamanan minimal
a) Melaporkan peredaan nyeri dan ketidaknyamanan abdomen
b) Melakukan ambulasi tanpa rasa nyeri.
4) Mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman tentang perawatan diri
a) Melakukan praktik napas dalam, berbalik dan latihan tungkai sesuai yang
diinstruksikan
b) Meningkatkan aktivitas dan ambulasi setiap hari.
c) Melaporkan masukan cairan yang adekuat dan haluaran urin yang
adekuat
d) Mengidentifikasi gejala-gejala yang dapat dilaporkan
e) Menjadwalkan dan menepati perjanjian tindak lanjut.
5) Tidak mengalami komplikasi
a) Mengalami perdarahan vaginal minimal dan menunjukkan tanda-tanda
vital normal
b) Melakukan ambulasi secara dini
c) Melaporkan tidak adanya nyeri betis dan tidak adanya kemerahan, nyeri
tekan, atau pembengkakan pada ekstremitas.
d) Melaporkan tidak adanya masalah perkemihan atau distensi abdomen.
e.
f.
g. Discharge Planning
h.
Discharge planning yang dapat diberikan perawat kepada pasien dan
keluarga adalah mengenai nutrisi dan perawatan luka. Perawat perlu mengkaji
kebutuhan pasien dan keluarga mengenai pengetahuan tentang nutrisi yang tepat
bagi pasien yang telah menjalani operasi pengangkatan ovarium. Nutrisi yang
baik diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan luka akibat operasi.
Selain itu, perawat perlu mengajarkan pasien mengenai perawatan luka operasi
supaya tetap steril dan terhindar dari infeksi.

i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit.


Jakarta : EGC.
ae.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Womens Health Care.

Seventh edit.
af.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapus.

ag.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification


(NIC). United States of America:Mosby.

ah.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United


States of America:Mosby.

ai.

Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

aj.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of


Obstetricians and Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available
at http://emedicine.com

ak.

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka
al.

You might also like