Professional Documents
Culture Documents
KLIEN
DENGAN KISTA OVARI DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
(IBS)
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Oleh
Rosalind Prihandini, S.Kep
092311101031
ovarium
adalah
pertumbuhan
sel
yang
bertahan
dari
pengaruh
hormonal
sel
dengan
siklus
berlebihan
atau
dari
abnormal
yang
berisi
cairan
yang
tumbuh
dalam
indung
telur
(Marinan2007).www.google.com.
Ada beberapa macam jenis kista ovarium:
1) Kista fungsionaln: Kista yang terjadi karena adanya folikel atau sel telur
yang belum pecah hingga beberapa waktu tertentu. Kista ini biasanya
tidak memerlukan pengobatan atau operasi dalam waktu yang tidak lama
akan hilang dengan sendirinya.
2) Kista dermoid : Jenis kista yang dapat berasal dari jaringan eksoderm.
Mesoderm bahkan endoderm, kista ini berisi jaringan lemak, rambut, gigi,
tulang dan kulit.
3) Kista endomeriosis atau kista coklat : Terjadi karena adanya produksi
darah bersamaan dengan menstruasi yang dihasikan oleh sarang-sarang
endometriosis, darah ini tertampung di dalam ovarium selanjutnya
menjadi kista, darah yang lama warnanya berubah menjadi coklat karena
itu diberi nama kista coklat.
\
Gambar 1. Gambaran patologis pada kista ovari
3. Tanda dan Gejala
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala,
atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista
yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang
tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja
karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim)
atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala
atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang
serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai
kista ovarium :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat
menyebar ke punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti
pada saat hamil.
Keturunan.
Wanita yang keluarga dekatnya mengidap kanker ovarium.
Diet tinggi lemak.
Kegemukan.
Tidak pernah mengandung (hamil) paling beresiko kanker ovarium
5. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik
parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa
dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk
jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ
sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal
embrional;
ektodermal,
endodermal,
dan
mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma
ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan
menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel
ini.
6. Komplikasi
a) Perdarahan intra tumor
Perdarahan dalam kista biasanya terjadi sedikit demi sedikit, sehingga
berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan
gejala klinik yang minimal. Namun jika perdarahan terjadi secara masif, akan
terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
b) Putaran tangkai
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter >5 cm
akan tetapi belum terlalu besar sehingga terbatas gerakkannya. Kehamilan
dapat mempermudah terjadinya torsi karena pada kehamilan uterus yang
membesar dapat mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan dapat
terjadi perubahan mendadak pada rongga perut. Putaran tangkai juga dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun jarang bersifat total. Karena vena
lebih mudah tertekan, terjadi pembendungan darah dalam tumor dengan
akibat pembesaran tumor dan terjadi perdarahan dalam tumor. Jika putaran
tangkai terjadi terus, maka dapat terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang
dapat menimbulkan robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal
atau peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan, tumor dapat
melekat pada omentum, yang dapat melepaskan diri dan menjadi tumor
parasit.
c) Infeksi pada tumor
Hal ini terjadi jika di sekitar tumor ada sumber patogen. Kista dermoid
cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
d) Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, trauma (seperti jatuh), pukulan pada perut, dan
lebih sering pada saat persetubuhan. Jika terjadi robekan pada kista disertai
hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas dapat berlangsung
terus ke dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan rasa nyeri terus-menerus
pemeriksaan
mikroskopis
untuk
mengetahui
kemungkinan
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba
(Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup
keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit
dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan.
Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap
eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran
menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih,
drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana
aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan
setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir
untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena
aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual
sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca
bedah sesuai anjuran. (Long, 1996)
B. TINJAUAN TINDAKAN
Laparatomi adalah insisi pembedahan melalui dinding perut atau abdomen.
(Sanusi, C. 1999). Laparatomi adalah operasi yang dilakukan untuk membuka
abdomen( bagian perut)..
a. Indikasi.
Tindakan laparatomi biasa dipertimbangkan atas indikasi: appendicitis, hernia,
kista ovarium, kanker serviks, kanker ovarium, kanker tuba falopi, kanker
uterus, kanker hati, kanker lambung, kanker kolon, kanker kandung kemih,
kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis dan pangkreas.
b. Jenis-jenis.
Laparatomi terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah:
dinding ovarium.
10) Sistektomi: operasi pengangkat kandung kemih.
11) Salpingo oofarektomi: operasi pengangkat satu atau kedua tuba falopi dan
ovarium.
12) Vagotomi: pemotongan saraf vagus untuk menurunkan asam lambung dan
mengurangi stimulasi kolgenerik pada sel parietal dan membuatnya
kurung responsive terhadap gastric.
PATHWAY
yang
biasa
dilakukan,
yaitu operasi
yang
bertujuan
membuang massa tumor sebanyak mungkin dengan menggunakan alatalat operasi yang lazim seperti pisau, gunting, dan jarum jahit.
2) Sitoreduksi teknik baru Sitoreduksi teknik baru sangat berbeda dengan
sitoreduksi konvensional yang memakai pisau, gunting, dan jarum
jahit. Dengan teknik baru tersebut dapat dilakukan sitoreduksi dari
massa tumor yang berukuran beberapa milimeter sampai hilang sama
sekali.
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Argon beam coagulator, di mana alat electrosurgical ini mengalirkan arus
listrik ke
Keuntungan
jaringan
dengan
penggunaan alat
menggunakan
ini
adalah
berkas
distribusi
gas
argon.
energi
yang
a. SALPHINGO OOPHORECTOMY
1) Definisi
Oophorectomy adalah operasi pengangkatan ovarium atau indung telur. Operasi
juga disebut ovariektomi, namun istilah ini telah digunakan secara tradisional
dalam penelitian ilmu dasar yang menggambarkan operasi pengangkatan indung
telur pada hewan laboratorium. Pengangkatan indung telur pada wanita adalah
sama dengan biologis pengebirian pada laki-laki, namun pengebirian istilah
hanya sesekali digunakan dalam literatur medis untuk merujuk ooforektomi pada
manusia. Dalam ilmu kedokteran hewan, penghapusan lengkap dari indung telur,
saluran telur, rahim tanduk, dan rahim disebut spaying dan merupakan bentuk
sterilisasi.
Ooforektomi
parsial
adalah
istilah
kadang-kadang
digunakan
untuk
buncis, kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti
setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan meminum cukup
air akan membantu proses pemulihan.
6) Alat alat yang digunakan operasi laparatomy
1) Hand vad mess besar (1)
2) Hand vad mess kecil (1)
3) Pincet cirugris 14 cm (1)
4) Pincet cirugris 20 cm (2)
5) Pincet anantomis 14 cm (1)
6) Pincet anantomis 20 cm (1)
7) Gunting metzembaun (1)
8) Gunting kasar
(1)
9) Gunting benang (1)
10) Retengkle / klem siku (1)
11) Doek klem
(6)
12) Nald fouder
(1)
13) Haak tumpul gigi dua (1)
14) Langeen back
(1)
15) S hack besar
(1)
16) S Hack kecil
(1)
17) Erkartir double (1)
18) Blaas haak
(1)
19) Otomatis haak
(1)
20) Ring klem
(4)
21) Ellys klem
(4)
22) Back kok
(2)
23) Kokcer lurus 20 cm
(2)
24) Kocker lurus 14 cm
(4)
25) Kokcer bengkok(4)
26) Pean bengkok berbagai ukuran (7)
27) Pean lurus berbagai ukuran
(4)
28) Pean bengkok 14 cm (6)
29) Pean lurus 14 cm
(5)
30) Cucing
(2)
31) Bengkok
(1)
D. TINJAUAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai
tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
6) Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
7) Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium
sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara
pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini
akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya keturunan.
8) Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas,
dan tidur karena merasa nyeri
9) Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi
Untuk mengetahui letak batas kista.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Preoperasi
a) Nyeri kronis berhubungan dengan ageninjuri biologi
b) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
c) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
2) Intra operasi
a) Resiko syok faktor resiko : hipovolemia
b) Resiko cidera akibat posisi perioperatif faktor resiko : gangguan
sensorik atau persepsi akibat anesthesia, Imobilisasi, kelemahan otot
c) Resiko perdarahan faktor resiko: efek samping terkait dengan
pembedahan
3) Post operasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b) Resiko infeksi faktor resiko : pertahanan primer yang tidak adekuat
(dilaukan pembedahan)
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska
pembedahan)
d) Resiko konstipasi faktor resiko : farmakologis (pengaruh pembedahan
abdomen), kelemahan otot abdomen
c. Intervensi Keperawatan
No
1
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri biologi
dan agen cidera fisik
Intervensi Keperawatan
Pain Management
1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas)
Rasional : mengetahui skala nyeri yang dirasakan pasien
2. kontrol lingkungan pasien yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
Rasional : memberikan kenyamanan bagi pasien
3. ajarkan tentang tekhnik non farmakologi seperti teknik
relaksasi nafas dalam
Rasional : mengalihkan rasa nyeri yang dirasakan pasien
4. berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Rasional : mengurangi rasa nyeri pasien
5. tingkatkan istirahat
Rasional : manajemen energi pasien
6. evaluasi keefektifan control nyeri
Rasional : mengevaluasi hasil tindakan dan menentukan
intervensi lanjutan
5. Tanda
vital
rentang normal
2
Kecemasan berhubungan
dengan diagnosis dan
pembedahan
dalam
(toileting)
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas toileting
Rasional: Mengetahui kemampuan awal klien dalam aktivitas
keperawatan selama 6 x 24
toileting
jam pasien dapat mencapai
2.
Bantu pasien dalam kegiatan toileting dengan memasang DK
kriteria hasil dibawah ini:
(dower kateter) dan penggunaan pampers
NOC
Rasional: Pemasangan DC membantu dalam kegiatan eliminasi
Self care : Toileting
urine dan pemasangan pampers membantu dalam kegiatan
Perawatan diri: toileting
eliminasi alvi
1. Respon terhadap bladder 3. Jaga privasi klien saat pemasangan DK dan pampers
penuh
Rasional: menjaga privasi klien saat dilakukan tindakan
2. Respon terhadap
pergerakan bowel
Membersihkan diri
setelah BAK
3. Membersihkan diri
setelah BAB
1. Resiko infeksi
NOC:
1. imune status
2. Knowledge
:
infection control
3. Risk control
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 6 x dalam 24
pasien terbebas dari
infeksi, dengan
kriteria hasil:
Kriteria hasil:
1. Pasien terbebas
dari tanda dan
gejala infeksi
tindakan
Rasional: mencegah terjadinya infeksi
4. Pertahankan keadekuatan intake nutrisi dan
istirahat
Rasional: mempertahankan status imunitas
pasien.
2. Lingkungan
terbebas dari faktor 5. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
Rasional: antibiotik berguna untuk mengatasi
penyebab infeksi
dan mencegah infeksi
3. Keadaan umum
pasien baik
d. Evaluasi Keperawatan
1) Mengalami penurunan ansietas
2) Menerima perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pembedahan
a) Membicarakan perubahan yang dihasilkan dari pembedahan dengan
pasangannya
b) Mengugkapkan pemahaman tentang gangguan yang ia alami dan rencana
pengobatannya.
c) Menunjukkan kesedihan atau depresi minimal
3) Mengalami nyeri dan ketidaknyamanan minimal
a) Melaporkan peredaan nyeri dan ketidaknyamanan abdomen
b) Melakukan ambulasi tanpa rasa nyeri.
4) Mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman tentang perawatan diri
a) Melakukan praktik napas dalam, berbalik dan latihan tungkai sesuai yang
diinstruksikan
b) Meningkatkan aktivitas dan ambulasi setiap hari.
c) Melaporkan masukan cairan yang adekuat dan haluaran urin yang
adekuat
d) Mengidentifikasi gejala-gejala yang dapat dilaporkan
e) Menjadwalkan dan menepati perjanjian tindak lanjut.
5) Tidak mengalami komplikasi
a) Mengalami perdarahan vaginal minimal dan menunjukkan tanda-tanda
vital normal
b) Melakukan ambulasi secara dini
c) Melaporkan tidak adanya nyeri betis dan tidak adanya kemerahan, nyeri
tekan, atau pembengkakan pada ekstremitas.
d) Melaporkan tidak adanya masalah perkemihan atau distensi abdomen.
e.
f.
g. Discharge Planning
h.
Discharge planning yang dapat diberikan perawat kepada pasien dan
keluarga adalah mengenai nutrisi dan perawatan luka. Perawat perlu mengkaji
kebutuhan pasien dan keluarga mengenai pengetahuan tentang nutrisi yang tepat
bagi pasien yang telah menjalani operasi pengangkatan ovarium. Nutrisi yang
baik diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan luka akibat operasi.
Selain itu, perawat perlu mengajarkan pasien mengenai perawatan luka operasi
supaya tetap steril dan terhindar dari infeksi.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.
DAFTAR PUSTAKA
Seventh edit.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.
ak.