Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Anggrainy Treeseptiani Obiraga
NIM : 102009091
Fakultas Kedokteran Ukrida
Jalan Terusan Arjuna no. 6, Jakarta Barat
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sejarah ilmu kedokteran modern, disiplin ilmu kesehatan kerja merupakan perkembangan
yang relative baru. Bila ilmu kedokteran modern merupakan evolusi ilmu kedokteran sejak
zaman Hippocrates 2500 tahun yang lampau, maka ilmu kesehatan kerja mulai dikenal sejak
zaman Kamazzini pada abad ke-18. Beberapa ciri perkembangan sejarah spesialisasi ini
menjelaskan berbagai kesalahpahaman dalam konsep disiplin ilmu ini maupun alasan mengapa
pada keadaan tertentu ilmu ini bukan merupakan jalur utama kegiatan kesehatan.
Selanjutnya, ciri tertentu perkembangan ilmu kesehatan kerja memberi dampak nyata terhadap
disiplin ilmu ini. Pertama, kenyataan bahwa spesialisasi ini berhubungan erat dengan proses
legislative, seperti Undang-Undang tentang Pabrik dan Undang-Undang tentang Penggantian
Kerugian, mempengaruhi arah perkembangan spesialisasi ini. Kedua, pada tahap revolusi
industry, disiplin ilmu ini memfokuskan perhatian pada pekerja tambang dan selanjutnya pada
pekerja pabrik karena situasi tersebut jelas merupakan resiko kesehatan pada pekerja akibat
pekerjaan mereka.
Saat ini, Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
mendefinisikan kesehatan kerja sebagai peningkatan dan pemeliharaan keadaan kaum pekerja
dalam semua pekerjaan baik secara fisik, mental, social pada derajat tertinggi. Kesehatan kerja
adalah KESEHATAN TOTAL SETIAP PEKERJA. Pelayanan kesehatan kerja dipandang sebagai
mekanisme untuk mencapai tujuan.
Dimensi baru kesehatan kerja adalah pengenalan hubungan dua arah antara pekerjaan dan
kesehatan.1
BAB II
PEMBAHASAN
I.
mengantisipasi
permasalahan
tersebut,
maka
dikeluarkanlah
peraturan
pembuatan,
pengangkutan,
peredaran,
perdagangan,
pemasangan,
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber
daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi
dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3
agar terjalan dengan baik.
Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah
keamanan fisik dari para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.2
HRA atau penilaian risiko kesehatan merupakan suatu prosedur yang tersistematis
untuk mengidentifikasi potensi dari bahaya kesehatan, meng-evaluasi dari paparan
secara subjective & atau objective, serta bertujuan untuk menentukan dan menilai
efektivitas dari pengendalian yang dibutuhkannya.
Selain itu HRA (Health Risk Assesment) pada pekerjaan bertujuan untuk membantu
monitoring dari program Occupational Hygiene, Program Surveillance Kesehatan dan
juga sebagai merupakan alat untuk edukasi kesehatan kerja dan program kesadaran
dari kesehatan kerja.3
1. Golongan Fisik
Suara: ketulian
Radiasi,Rontgen:
penyakit darah, kelainan kulit.
Infra merah: katarak.
Ultraviolet : konjungtivitis foto elektrik
Suhu, Panas: heat stroke, heat cramps. Dingin: frostbite
Tekanan udara : tinggi (caisson disease)
Cahaya : silau, asthenopia, myopia
2. Golongan kimia
Debu: silikosis, pneumoconosis, asbestosis
Uap: metal fume fever, dermatitis
5
Gas: H2S, CO
Larutan: dermatitis
Awan/kabut: insektisida, racun jamur
3. Golongan biologis
Anthrax
Brucella (kulit), dll
4. Golongan fisiologis (ergonomi)
Konstruksi mesin / tata letak / tata ruang
Sikap badan, dll
5. Golongan mental psikologis
Monotoni
Hubungan kerja (stress psikis), organisasi, dll3
II.
jumlah
makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari
cadangan tubuh.
Kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal menimbulkan
rasa lapar dalam jangka waktu tertentu berat badan menurun yang disertai dengan
kemampuan
(produktivitas)
kerja.
Kekurangan
yang
berlanjut
akan
mengakibatkan keadaan gizi kurang dan gizi buruk. Bila tidak ada perbaikan
konsumsi energi dan protein yang mencukupi akhirnya akan mudah terserang
infeksi (penyakit).
Telah banyak dilaporkan tentang defisiensi zat gizi besi dapat menimbulkan
gangguan pada fungsi ketahanan immunologis, menurunkan konsentrasi belajar,
kapasitas kerja dll. Dan De Maeyer (1993) menyebutkan bahwa akibat defisiensi
zat gizi besi pada orang dewasa pria dan wanita :
(a) Penurunan kerja fisik dan daya pendapatan; dan
(b) Penurunan daya tahan terhadap keletihan.4
Kecukupan Gizi menurut Kondisi Khusus Pekerja
Skema Kondisi Khusus Pekerja
Kondisi fisiologis
Selama Kehamilan : untuk perkembangan janin, pekerja perempuan yang hamil
membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya seperti zat besi dan asam
folat. Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat aktivitas ringan-sedang
membutuhkan kalori ekstra 180 kkal/hari pada
Menyusui: untuk
produksi
ASI,
pekerja
perempuan
yg
hamil
membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya. Selama enam bulan pertama,
seorang ibu menyusui membutuhkan energi tambahan 500 kkal/ hari dan 550
kkal/hari pada 6 bulan berikutnya.
Kondisi tertentu
Anemia Besi: untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet besi
dengan dosis 60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi. Selain itu, pekerja
dianjurkan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya zat besi seperti
hati, daging, ikan, ayam, telur dan sayuran hijau.
Kelebihan Berat Badan: perlu melakukan perencanaan makan atau diet rendah
kalori seimbang. Pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan mengurangi
asupan lemak dan mencukupi komposisi bahan makanan dengan metode gizi
seimbang, yaitu cukup sumber karbohidrat, protein dan lemak serta cukup vitamin
dan mineral. Porsi kalori terbesar diusahakan dikonsumsi pagi dan siang hari.
Konsumsi sayuran dan buah perlu diperbanyak karena buah banyak mengandung
serat dan vitamin, namun sedikit kandungan kalorinya. Makanan selingan
sebaiknya diberikan berupa buah-buahan. Susu yang dikonsumsi sebaiknya
adalah susu rendah lemak. Olahraga secara teratur dan rutin perlu dilakukan. Olah
raga apapun baik namun jenis yang disarankan adalah olahraga aerobik karena
dapat membakar kalori lebih banyak. Sebaiknya olahraga dilakukan 4-5 kali
seminggu selama 20-30 menit karena dengan durasi tersebut pembakaran kalori
baru dapat terjadi.
Kondisi di tempat kerja
Lembur dan Shift Kerja : Bagi pekerja yang lembur selama 3 (tiga) jam atau lebih
diberikan makanan dan minuman tambahan, berupa makanan selingan yang padat
gizi. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang menjalani shift kerja malam,
termasuk pekerja perempuan yang bekerja antara pukul 23.00-07.00.
Risiko Lingkungan Kerja
Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap
gizi kerja adalah:
Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi
sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu diperhatikan
kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk
mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air, konsumsi sayur dan buah.
Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan
keracunan
kronis,
akibatnya:
menurunnya
nafsu
makan,
terganggunya
berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi
pada para pekerja yang mengalami gangguan psikologis.
Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan
protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.
Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering
terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan
kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.
Standar Penyediaan Makanan Bagi Pekerja
Setelah mengetahui kebutuhan energi (kalori), perlu dipikirkan cara memenuhi
kebutuhan tersebut dalam menu pekerja sehari-hari. Karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral, serta zat-zat lain dalam tubuh perlu diperhatikan proporsinya
agar seimbang (WNPG VIII, 2004), yaitu : Karbohidrat (50-65% dari total
energi), Protein (10-20% dari total energi), Lemak (20-30% dari total energi).
Kebutuhan energi diterjemahkan ke dalam porsi bahan makanan menggunakan
daftar bahan makanan penukar. Pemberian makanan utama di tempat kerja
dilakukan saat istirahat (4-5 jam setelah kerja) diselingi pemberian kudapan
(makanan selingan).
Berikut adalah standar porsi makanan bagi pekerja menurut usia dan kategori
aktivitas fisik :
Standar porsi makanan pekerja laki-laki dan perempuan selama bekerja (8 jam)
Contoh Menu Makanan Bagi Pekerja Selama Bekerja (8 jam)
2. Penyuluhan Kesehatan
Materi Penyuluhan :
a. Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Kategori PAK
c. Faktor-Faktor Yang Menjadi Sebab Penyakit Akibat Kerja
d. Beberapa Penyakit Akibat Kerja
e. Pencegahan PAK
f. Langkah-langkah Diagnosa PAK
Strategi Penyuluhan
Kegiatan
1. Pembukaan
Waktu
Penyuluh
Mahasiswa
a. Mengucapkan salam
a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri
b. Memperhatikan
c. Apersepsi
c. Apersepsi
Mahasiswa
Menit
2. Pelaksanaan 10
Menit
a. Pengertian pengertianPenyakit
menyimak
Kategori PAK
10
d.
Beberapa
Penyakit
Akibat
Kerja
e. Pencegahan PAK
f.
Langkah-langkah
Diagnosa
PAK
3. Penutup:
10
Menit
a. Kesimpulan
a. Menyimak kesimpulan
b.
Evaluasi
b.
Tanya Jawab
c. Menjawab salam
Menjawab pertanyaan
c. Salam
5. Metode
Ceramah
6.
Alat
Media
Power Point
8.
Evaluasi
a.
b. Pertanyaan :
1)
2)
3)
4)
11
5)
sabun.
Cairan terkena mata
Pertolongan yang diberikan adalah dengan mencuci mata korban dengan
12
untuk tempat mereka bekerja saja, tetapi juga kamar kecil yang selalu
Sehingga udara bebas masuk dan kesehatan fisik karyawan akan terjamin.
Penerangan
Seseorang yang bekerja membutuhkan penerangan yang cukup agar dapat
bekerja dengan baik. Untuk menghemat biaya, pada waktu siang hari
penerangan dapat diambil dari sinar matahari. Agar sinar matahari dapat
masuk hendaknya ruangan-ruangan tertentu diberikan plafon atau genting
kaca yang tembus cahaya. Selain itu apabila suatu penerangan yang
memakai penerangan dari lampu, hendaknya cahaya yang keluar tidak
menimbulkan kelelahan pada mata atau menyilaukan sehingga efektivitas
dapat terjamin
Keamanan
Rasa aman akan menimbulkan ketenangan dan ketentraman dalam
bekerja, sehingga dapat menciptakan semangat kerja karyawan.
Rasa aman disini adalah aman terhadap milik pribadi dan aman pada diri
sendiri, aman pada diri sendiri merupakan suatu hal yang diutamakan
karena seseorang akan merasa tenang bekerja apabila lingkungan tempat
ia bekerja dapat menjamin keselamatannya. Apabila saat pemerintah telah
karena
dalam
pengaturan
lingkungan
kerja
yang
baik
Anamnese pekerjaan
14
b.
c.
Alrergi
d.
e.
Pemeriksaan badan
f.
g.
Pemeriksaan tertentu :
-
Tuberkulin test
Psiko test
15
Menurut safety enginer career workshop (2003), hirarki pengendalian risiko K3 terdiri dari:
Eliminasi
Adalah menghilangkan suatu bahan / tahapan suatu proses berbahaya yang ada dalam
perusahaan.
Substitusi
Adalah mengganti suatu bahan / peralatan untuk pengendalian proses berbahaya yang ada
dalam perusahaan.
Contoh:
Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
Rekayasa / engineering
Adalah pemasangan atau pembuatan alat untuk pengendalian proses berbahaya demi
keselamatan kerja karyawan.
Contoh:
Pemasangan alat pelindung mesin ( mechine guarding)
Pemasangan alat sensor otomatis.
Pengendalian Administratif
Adalah cara yang administratif digunakan untuk pengendalian risiko berbahaya.
Contoh:
16
1. Pemisahan lokasi
2. Penggantian shift kerja
3. Pembentukan sistem kerja
4. Pelatihan karyawan
Alat Pelindung Diri
Adalah cara yang digunakan personal untuk pengendalian risiko berbahaya.
APD yang efektif harus :
Sesuai dengan bahaya yang dihadapi
Terbuat dafri material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut
Cocok bagi orang yang menggunakannya
Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas
Memiliki konstruksi yang sangat kuat
Tidak memiliki APD lain yang sedang dipergunakan secara bersamaan
Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya
APD harus :
Disediakan secara gratis
Diberikan satu per orang atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan
Hanya digunakan sesuai peruntukannya
Dijaga dalam kondisi baik.
Diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan
Disimpan di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan
Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh :
Informasi tentang bahaya yang dihadapi
Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil
Pelatihan tentang penggunaan peralatan dengan benar
Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada kecocokannya.
Pelatihan cara memilih dan menyimpan APD dengan rapi
Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan.
Contoh-contoh perlindungan yang disediakan oleh beberapa jenis APD
Bagian Tubuh
Kepala
Telinga / Pendengaran
Bahaya
o Benda-benda jatuh
o Ruang yang sempit
o Rambut terjerat
o Suara bising
harnet,
atau
pemangkasan rambut.
o Tutup telinga (ear
17
muff)
Mata
Paru
(goggles),
berterbangan
Radiasi, laser
Bunga api las
Debu
Asap
Gas
beracun
o Tepi-tepi
dan
o Masker
dan
Kulit
o
o
o
o
o
ujung
korosif ringan
o Korosi kuat dan zat
Torso dan Tubuh
Keseluruhan Tubuh
kelembaban
o Atmosfer
pelarut
penyerap
terbatas)
o Alat bantu pernapasan
o Sarung
tangan
kimia
o Sarung tangan insulasi
o Sepatu pengaman
o Selubung kaki (gaiter)
+ sepatu pengaman
o Krim pelindung
o Pelindung yang kedap
seperti sarung tangan
dan celemek
o Celemek, overall
yang Pakaian
bertekanan
berbahaya
beracun
pelindung
o Sarung tangan bahan
rendah
Terpeleset
Benda tajam di lantai
Benda jatuh
Percikan logam cair
Kotoran dan bahan
pelarut
o Zat
wajah,
(keefektifaknnya
yang tajam
o Zat kimia korosif
o Temperature tinggi
Kaki
pelindung
wajah.
o Goggle khusus
atmosfer miskin O2
Tangan
sumbat
o Debu kersik
o Partikel-partikel
o
o
o
o
o
atau
debu
radioaktif)
Sedangkan dalam risiko ada 3 hal uatama dalam analisa risiko:
Perkiraan seberapa besar dampak yang ditimbulkan bila suatu risiko tersebut menjadi
kenyataan (consequence analysis)
18
udara
19
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan
dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja.
Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi
hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya
perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi
melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja
yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan
penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
II.
Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunankarena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan
atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal
bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Harrington J.M, Gill, F.S. Kesehatan dan keselamatan kerja. Buku Saku Kesehatan Kerja.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005
2. Yoga Tj, Hastuti T. Health and Work Safety Indonesia. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2004
3. Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja. Diunduh dari http://id.scribd.com, tanggal
10 Oktober 2012.
4. Roelofs C. Preventing Hazards at the Source. AIHA Press . 2007.
5. Lautenbach E, Woeltje K, Malani P. Practical Healthcare Epidemiology. The Society for
Healtcare Epidemiology of America. 2007
6. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. Diunduh dari http://jurnalk3.com/, tanggal 13 Oktober
2012.
7. Hazard Manajemen. Diunduh dari http://www.safework.sa.gov.au, tanggal, 13 Oktober 2012.
21