You are on page 1of 21

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Oleh
Anggrainy Treeseptiani Obiraga
NIM : 102009091
Fakultas Kedokteran Ukrida
Jalan Terusan Arjuna no. 6, Jakarta Barat
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sejarah ilmu kedokteran modern, disiplin ilmu kesehatan kerja merupakan perkembangan
yang relative baru. Bila ilmu kedokteran modern merupakan evolusi ilmu kedokteran sejak
zaman Hippocrates 2500 tahun yang lampau, maka ilmu kesehatan kerja mulai dikenal sejak
zaman Kamazzini pada abad ke-18. Beberapa ciri perkembangan sejarah spesialisasi ini
menjelaskan berbagai kesalahpahaman dalam konsep disiplin ilmu ini maupun alasan mengapa
pada keadaan tertentu ilmu ini bukan merupakan jalur utama kegiatan kesehatan.
Selanjutnya, ciri tertentu perkembangan ilmu kesehatan kerja memberi dampak nyata terhadap
disiplin ilmu ini. Pertama, kenyataan bahwa spesialisasi ini berhubungan erat dengan proses
legislative, seperti Undang-Undang tentang Pabrik dan Undang-Undang tentang Penggantian
Kerugian, mempengaruhi arah perkembangan spesialisasi ini. Kedua, pada tahap revolusi
industry, disiplin ilmu ini memfokuskan perhatian pada pekerja tambang dan selanjutnya pada

pekerja pabrik karena situasi tersebut jelas merupakan resiko kesehatan pada pekerja akibat
pekerjaan mereka.
Saat ini, Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
mendefinisikan kesehatan kerja sebagai peningkatan dan pemeliharaan keadaan kaum pekerja
dalam semua pekerjaan baik secara fisik, mental, social pada derajat tertinggi. Kesehatan kerja
adalah KESEHATAN TOTAL SETIAP PEKERJA. Pelayanan kesehatan kerja dipandang sebagai
mekanisme untuk mencapai tujuan.
Dimensi baru kesehatan kerja adalah pengenalan hubungan dua arah antara pekerjaan dan
kesehatan.1

BAB II
PEMBAHASAN
I.

Health Risk Assesment (Penilaian Resiko Kesehatan Kerja)


Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Menurut Sumamur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang
kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
4. Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas
emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah
suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,
perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja
tersebut.
6. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kepada
kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
7. Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya


kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan
tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga
kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang
ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilainilai agama.
Untuk

mengantisipasi

permasalahan

tersebut,

maka

dikeluarkanlah

peraturan

perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti


peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai
sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan,

pembuatan,

pengangkutan,

peredaran,

perdagangan,

pemasangan,

pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis


dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
4

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber
daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi
dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3
agar terjalan dengan baik.
Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah
keamanan fisik dari para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.2
HRA atau penilaian risiko kesehatan merupakan suatu prosedur yang tersistematis
untuk mengidentifikasi potensi dari bahaya kesehatan, meng-evaluasi dari paparan
secara subjective & atau objective, serta bertujuan untuk menentukan dan menilai
efektivitas dari pengendalian yang dibutuhkannya.
Selain itu HRA (Health Risk Assesment) pada pekerjaan bertujuan untuk membantu
monitoring dari program Occupational Hygiene, Program Surveillance Kesehatan dan
juga sebagai merupakan alat untuk edukasi kesehatan kerja dan program kesadaran
dari kesehatan kerja.3
1. Golongan Fisik
Suara: ketulian
Radiasi,Rontgen:
penyakit darah, kelainan kulit.
Infra merah: katarak.
Ultraviolet : konjungtivitis foto elektrik
Suhu, Panas: heat stroke, heat cramps. Dingin: frostbite
Tekanan udara : tinggi (caisson disease)
Cahaya : silau, asthenopia, myopia
2. Golongan kimia
Debu: silikosis, pneumoconosis, asbestosis
Uap: metal fume fever, dermatitis
5

Gas: H2S, CO
Larutan: dermatitis
Awan/kabut: insektisida, racun jamur
3. Golongan biologis
Anthrax
Brucella (kulit), dll
4. Golongan fisiologis (ergonomi)
Konstruksi mesin / tata letak / tata ruang
Sikap badan, dll
5. Golongan mental psikologis
Monotoni
Hubungan kerja (stress psikis), organisasi, dll3
II.

Program Peningkatan Kesehatan Pekerja


Upaya Kesehatan Kerja merupakan upaya penyesuaian antara kapasitas kerja, beban
kerja, dan lingkungan kerja agar semua pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal ( UU Kesehatan tahun 1992 pasal 23 ).
Konsep dasar dari Kesehatan Kerja ini adalah : Identifikasi permasalahan, evaluasi dan
dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.
1. Gizi
Pelbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia
menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang
akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan
kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, dimana
energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana

jumlah

makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari
cadangan tubuh.
Kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal menimbulkan
rasa lapar dalam jangka waktu tertentu berat badan menurun yang disertai dengan
kemampuan

(produktivitas)

kerja.

Kekurangan

yang

berlanjut

akan

mengakibatkan keadaan gizi kurang dan gizi buruk. Bila tidak ada perbaikan
konsumsi energi dan protein yang mencukupi akhirnya akan mudah terserang
infeksi (penyakit).
Telah banyak dilaporkan tentang defisiensi zat gizi besi dapat menimbulkan
gangguan pada fungsi ketahanan immunologis, menurunkan konsentrasi belajar,

kapasitas kerja dll. Dan De Maeyer (1993) menyebutkan bahwa akibat defisiensi
zat gizi besi pada orang dewasa pria dan wanita :
(a) Penurunan kerja fisik dan daya pendapatan; dan
(b) Penurunan daya tahan terhadap keletihan.4
Kecukupan Gizi menurut Kondisi Khusus Pekerja
Skema Kondisi Khusus Pekerja

Kondisi fisiologis
Selama Kehamilan : untuk perkembangan janin, pekerja perempuan yang hamil
membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya seperti zat besi dan asam
folat. Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat aktivitas ringan-sedang
membutuhkan kalori ekstra 180 kkal/hari pada

trimester 1, sedangkan pada

trimester 2 dan 3 dibutuhkan tambahan 300 kkal/ hari.


Selama

Menyusui: untuk

produksi

ASI,

pekerja

perempuan

yg

hamil

membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya. Selama enam bulan pertama,
seorang ibu menyusui membutuhkan energi tambahan 500 kkal/ hari dan 550
kkal/hari pada 6 bulan berikutnya.
Kondisi tertentu
Anemia Besi: untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet besi
dengan dosis 60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi. Selain itu, pekerja
dianjurkan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya zat besi seperti
hati, daging, ikan, ayam, telur dan sayuran hijau.

Khusus bagi pekerja

perempuan, untuk mencegah anemia dianjurkan pemberian tablet besi dengan


dosis 60 mg per minggu selama 16 minggu setiap tahun. Selama masa haid
diberikan 60 mg zat besi tiap hari.

Kelebihan Berat Badan: perlu melakukan perencanaan makan atau diet rendah
kalori seimbang. Pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan mengurangi
asupan lemak dan mencukupi komposisi bahan makanan dengan metode gizi
seimbang, yaitu cukup sumber karbohidrat, protein dan lemak serta cukup vitamin
dan mineral. Porsi kalori terbesar diusahakan dikonsumsi pagi dan siang hari.
Konsumsi sayuran dan buah perlu diperbanyak karena buah banyak mengandung
serat dan vitamin, namun sedikit kandungan kalorinya. Makanan selingan
sebaiknya diberikan berupa buah-buahan. Susu yang dikonsumsi sebaiknya
adalah susu rendah lemak. Olahraga secara teratur dan rutin perlu dilakukan. Olah
raga apapun baik namun jenis yang disarankan adalah olahraga aerobik karena
dapat membakar kalori lebih banyak. Sebaiknya olahraga dilakukan 4-5 kali
seminggu selama 20-30 menit karena dengan durasi tersebut pembakaran kalori
baru dapat terjadi.
Kondisi di tempat kerja
Lembur dan Shift Kerja : Bagi pekerja yang lembur selama 3 (tiga) jam atau lebih
diberikan makanan dan minuman tambahan, berupa makanan selingan yang padat
gizi. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang menjalani shift kerja malam,
termasuk pekerja perempuan yang bekerja antara pukul 23.00-07.00.
Risiko Lingkungan Kerja
Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap
gizi kerja adalah:
Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi
sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu diperhatikan
kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk
mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air, konsumsi sayur dan buah.
Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan
keracunan

kronis,

akibatnya:

menurunnya

nafsu

makan,

terganggunya

metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan


8

berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi
pada para pekerja yang mengalami gangguan psikologis.
Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan
protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.
Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering
terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan
kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.
Standar Penyediaan Makanan Bagi Pekerja
Setelah mengetahui kebutuhan energi (kalori), perlu dipikirkan cara memenuhi
kebutuhan tersebut dalam menu pekerja sehari-hari. Karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral, serta zat-zat lain dalam tubuh perlu diperhatikan proporsinya
agar seimbang (WNPG VIII, 2004), yaitu : Karbohidrat (50-65% dari total
energi), Protein (10-20% dari total energi), Lemak (20-30% dari total energi).
Kebutuhan energi diterjemahkan ke dalam porsi bahan makanan menggunakan
daftar bahan makanan penukar. Pemberian makanan utama di tempat kerja
dilakukan saat istirahat (4-5 jam setelah kerja) diselingi pemberian kudapan
(makanan selingan).
Berikut adalah standar porsi makanan bagi pekerja menurut usia dan kategori
aktivitas fisik :
Standar porsi makanan pekerja laki-laki dan perempuan selama bekerja (8 jam)
Contoh Menu Makanan Bagi Pekerja Selama Bekerja (8 jam)

2. Penyuluhan Kesehatan
Materi Penyuluhan :
a. Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Kategori PAK
c. Faktor-Faktor Yang Menjadi Sebab Penyakit Akibat Kerja
d. Beberapa Penyakit Akibat Kerja
e. Pencegahan PAK
f. Langkah-langkah Diagnosa PAK
Strategi Penyuluhan
Kegiatan
1. Pembukaan

Waktu

Penyuluh

Mahasiswa

a. Mengucapkan salam

a. Menjawab salam

b. Memperkenalkan diri

b. Memperhatikan

c. Apersepsi

c. Apersepsi

Penyuluh menjelaskan tentang :

Mahasiswa

Menit

2. Pelaksanaan 10
Menit

a. Pengertian pengertianPenyakit

menyimak

penjelasan dari penyuluh.

Akibat Kerja (PAK)


b.

Kategori PAK

c. Faktor-Faktor Yang Menjadi


Sebab Penyakit Akibat Kerja

10

d.

Beberapa

Penyakit

Akibat

Kerja
e. Pencegahan PAK
f.

Langkah-langkah

Diagnosa

PAK
3. Penutup:

10
Menit

a. Kesimpulan

a. Menyimak kesimpulan

b.

Evaluasi

b.

Tanya Jawab

c. Menjawab salam

Menjawab pertanyaan

c. Salam
5. Metode
Ceramah
6.

Alat

Laptop dan Infokus


7.

Media

Power Point
8.

Evaluasi

a.

Penyuluh menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

b. Pertanyaan :
1)

Sebutkan Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK)

2)

Sebutkan Kategori PAK

3)

Sebutkan Faktor-Faktor Yang Menjadi Sebab Penyakit Akibat Kerja

4)

Sebutkan Beberapa Penyakit Akibat Kerja

11

5)

Sebutkan Pencegahan PAK

6) Sebutkan Langkah-langkah Diagnosa PAK4


3. Tindakan Kuratif
Meskipun tindakan prevetif sudah dilakukan, namun kemungkinan terjadinya
kecelakaan masih tetap ada. Oleh karena itu perlu juga diketahui cara pertolongan
pertama bila terjadi hal-hal yang diinginkan.
Karena bahaya yang ditmbulkan bahan-bahan baku hampir sama, maka pada
dasarnya pertolongan yang akan diberikan apabila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan adalah sama :
Pertolongan-pertolongan tersebut antara lain :

Menghirup bahan baku berbahaya


Pertolongan yang diberikan apabila seseorang menghirup uap berbahaya
adalah dengan memindahkan korban ke ruangan terbuka. Korban

diberikan oksigen jika mengalami kesulitan bernapas.


Apabila cairan bahan baku terkena kulit
Pertolongan yang diberikan adalah dengan cepat-cepat dicuci dengan air

sabun.
Cairan terkena mata
Pertolongan yang diberikan adalah dengan mencuci mata korban dengan

cairan pencuci mata / boorwater.


Terdesak / terhirup ke dalam mulut
Pertolongan yang diberikan adalah dengan memberikan air bersih untuk

berkumur, lalu diberikan juga untuk diminum.


4. Lingkungan
Kebersihan Lingkungan
Kebersihan adalah pangkal kesehatan, dalam setiap perusahaan hendaknya
selalu menjaga kebersihan lingkungan sebab selain berpengaruh terhadap
kesehatan jasmani, kebersihan lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi
kesehatan jiwa seseorang. Bagi orang yang normal, lingkungan yang
bersih menimbulkan rasa senang. Dan rasa senang ini mempengaruhi
seseorang untuk lebih semangat lagi. Kebersihan disini bukannya bersih

12

untuk tempat mereka bekerja saja, tetapi juga kamar kecil yang selalu

dijaga kebersihannya yang dalam hal ini karyawan sendiri.


Pertukaran udara
Pertukaran udara sangat diperlukan, apalagi didalam ruangan yang banyak
orang. Karena pertukaran udara yang cukup ini menyebabkan kesegaran
fisik dan mendorong semangat kerja karyawan. Untuk menimbulkan
pertukaran udara yang baik, maka ruangan harus banyak ventilasinya.

Sehingga udara bebas masuk dan kesehatan fisik karyawan akan terjamin.
Penerangan
Seseorang yang bekerja membutuhkan penerangan yang cukup agar dapat
bekerja dengan baik. Untuk menghemat biaya, pada waktu siang hari
penerangan dapat diambil dari sinar matahari. Agar sinar matahari dapat
masuk hendaknya ruangan-ruangan tertentu diberikan plafon atau genting
kaca yang tembus cahaya. Selain itu apabila suatu penerangan yang
memakai penerangan dari lampu, hendaknya cahaya yang keluar tidak
menimbulkan kelelahan pada mata atau menyilaukan sehingga efektivitas

dapat terjamin
Keamanan
Rasa aman akan menimbulkan ketenangan dan ketentraman dalam
bekerja, sehingga dapat menciptakan semangat kerja karyawan.
Rasa aman disini adalah aman terhadap milik pribadi dan aman pada diri
sendiri, aman pada diri sendiri merupakan suatu hal yang diutamakan
karena seseorang akan merasa tenang bekerja apabila lingkungan tempat
ia bekerja dapat menjamin keselamatannya. Apabila saat pemerintah telah

menganjurkan tentang keselamatan kerja.


Kebisingan
Kebisingan atau kegaduhan dapat mengganggu konsentrasi kerja. Apabila
bagi pekerja yang membutuhkan ketenangan seperti pekerja arsitektur,
editing, apoteker, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang membutuhkan
konsentrasi. Untuk itu perusahaan harus dapat mengurangi kebisingan
tersebut agar karyawannya dapat bekerja dengan tenang, tetapi bila
perusahaan tidak bisa mengurangi kebisingan yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin produksi, apabila memungkinkan hendaknya ruangan kerja
yang membutuhkan konsentrasi tersebut ditempatkan di lokasi yang jauh
13

dari sumber suara, namun apabila tidak memungkinkan dapat dilakukan


dengan cara memberi sekat dan peredam suara sehingga suara yang
ditimbulkan mesin-mesin produksi tersebut tidak mengganggu konsentrasi
bekerja. Dari pendapat di atas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja dapat diambil kesimpulan bahwa suatu perusahaan dalam
melaksanakan aktifitasnya tidak lepas dari masalah terutama didalamnya
menjaga dan mengatur lingkungan kerja yang baik.oleh karena itu adalah
tugas seorang pimpinan perusahaan untuk mengatur keadaan lingkungan
kerja;

karena

dalam

pengaturan

lingkungan

kerja

yang

baik

akan berpengaruh terhadap kegairahan kerja karyawannya.5


5. Surveilans (Medical Check Up)
Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) Yaitu upaya untuk
menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition)
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis
pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang
sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat,
mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas
masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan
diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment).
Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja
yang meliputi :
Pemeriksaan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai
melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah
calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan
yang akan ditugaskan kepadanya. Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:
a.

Anamnese pekerjaan

14

b.

Penyakit yang pernah diderita

c.

Alrergi

d.

Imunisasi yang pernah didapat

e.

Pemeriksaan badan

f.

Pemeriksaan laboratorium rutin

g.

Pemeriksaan tertentu :
-

Tuberkulin test

Psiko test

Pemeriksaan Berkala Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara


berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko
kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu
antar pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal
dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan
resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada
khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau
diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit
di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern laboratorium
kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah
dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya
pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar
tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya,
meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition
agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.6
III.

Kontrol Resiko K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

15

Menurut safety enginer career workshop (2003), hirarki pengendalian risiko K3 terdiri dari:
Eliminasi
Adalah menghilangkan suatu bahan / tahapan suatu proses berbahaya yang ada dalam
perusahaan.
Substitusi
Adalah mengganti suatu bahan / peralatan untuk pengendalian proses berbahaya yang ada
dalam perusahaan.
Contoh:
Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
Rekayasa / engineering
Adalah pemasangan atau pembuatan alat untuk pengendalian proses berbahaya demi
keselamatan kerja karyawan.
Contoh:
Pemasangan alat pelindung mesin ( mechine guarding)
Pemasangan alat sensor otomatis.
Pengendalian Administratif
Adalah cara yang administratif digunakan untuk pengendalian risiko berbahaya.
Contoh:
16

1. Pemisahan lokasi
2. Penggantian shift kerja
3. Pembentukan sistem kerja
4. Pelatihan karyawan
Alat Pelindung Diri
Adalah cara yang digunakan personal untuk pengendalian risiko berbahaya.
APD yang efektif harus :
Sesuai dengan bahaya yang dihadapi
Terbuat dafri material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut
Cocok bagi orang yang menggunakannya
Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas
Memiliki konstruksi yang sangat kuat
Tidak memiliki APD lain yang sedang dipergunakan secara bersamaan
Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya
APD harus :
Disediakan secara gratis
Diberikan satu per orang atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan
Hanya digunakan sesuai peruntukannya
Dijaga dalam kondisi baik.
Diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan
Disimpan di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan
Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh :
Informasi tentang bahaya yang dihadapi
Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil
Pelatihan tentang penggunaan peralatan dengan benar
Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada kecocokannya.
Pelatihan cara memilih dan menyimpan APD dengan rapi
Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan.
Contoh-contoh perlindungan yang disediakan oleh beberapa jenis APD
Bagian Tubuh
Kepala

Telinga / Pendengaran

Bahaya
o Benda-benda jatuh
o Ruang yang sempit
o Rambut terjerat

o Suara bising

Alat Pelindung Diri


o Helm keras (hard hats)
o Helm empuk (bump
caps)
o Topi,

harnet,

atau

pemangkasan rambut.
o Tutup telinga (ear
17

muff)
Mata

Paru

(goggles),

berterbangan
Radiasi, laser
Bunga api las
Debu
Asap
Gas
beracun

o Tepi-tepi

dan

o Masker
dan

Kulit

o
o
o
o
o

ujung

korosif ringan
o Korosi kuat dan zat
Torso dan Tubuh
Keseluruhan Tubuh

kelembaban
o Atmosfer

pelarut

penyerap
terbatas)
o Alat bantu pernapasan
o Sarung
tangan

kimia
o Sarung tangan insulasi
o Sepatu pengaman
o Selubung kaki (gaiter)
+ sepatu pengaman
o Krim pelindung
o Pelindung yang kedap
seperti sarung tangan
dan celemek
o Celemek, overall

yang Pakaian

bertekanan

(uap (pressurized suits)

berbahaya
beracun

respirator dengan filter

pelindung
o Sarung tangan bahan

rendah
Terpeleset
Benda tajam di lantai
Benda jatuh
Percikan logam cair
Kotoran dan bahan

pelarut
o Zat

wajah,

(keefektifaknnya

yang tajam
o Zat kimia korosif
o Temperature tinggi
Kaki

pelindung

wajah.
o Goggle khusus

atmosfer miskin O2

Tangan

sumbat

telinga (ear plug)


o Kaca mata pelindung

o Debu kersik
o Partikel-partikel
o
o
o
o
o

atau

debu

radioaktif)
Sedangkan dalam risiko ada 3 hal uatama dalam analisa risiko:
Perkiraan seberapa besar dampak yang ditimbulkan bila suatu risiko tersebut menjadi
kenyataan (consequence analysis)

18

udara

Seberapa lama /sering (frequency analysis ) suatu risiko, dan


Seberapa besar kemungkinan (probability analysis) terjadinya suatu risiko tersebut.
Dalam pelaksanaan analisa risiko ada dua pendekatan yang umum digunakan, yaitu:
Kualitatif
Metode ini menganalisa dan menilai suatu risiko dengan cara membandingkan terhadap
suatu diskripsi / uraian dari parameter (peluang dan akibat) yang dgunakan. Umumnya
metode matriks dipakai.
Semi kuantitatif
Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan analisa kualitatif, perbedaannya pada
metode ini uaraian / deskripsi dari parameter yang ada dinyatakan dengan nilai / skore
tertentu.
Kuantitatif
Metode ini dilakukan dengan menentukan nilai dari masing-masing parameter yang
didapat dari hasil analisa data- data yang representative.7

19

BAB III
PENUTUP
I.

Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan
dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja.
Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi
hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya
perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi
melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja
yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan
penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

II.

Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunankarena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan
atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal
bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Harrington J.M, Gill, F.S. Kesehatan dan keselamatan kerja. Buku Saku Kesehatan Kerja.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005
2. Yoga Tj, Hastuti T. Health and Work Safety Indonesia. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2004
3. Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja. Diunduh dari http://id.scribd.com, tanggal
10 Oktober 2012.
4. Roelofs C. Preventing Hazards at the Source. AIHA Press . 2007.
5. Lautenbach E, Woeltje K, Malani P. Practical Healthcare Epidemiology. The Society for
Healtcare Epidemiology of America. 2007
6. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. Diunduh dari http://jurnalk3.com/, tanggal 13 Oktober
2012.
7. Hazard Manajemen. Diunduh dari http://www.safework.sa.gov.au, tanggal, 13 Oktober 2012.

21

You might also like