You are on page 1of 20

BEDAH EKSISI

DISUSUN OLEH:
GLORIA KEMALA ATE

112013224

KHARISMA ALBERT PURWOKO

112013208

JOSE TYMOTHY

112012262

DWITA PERMATASARI

112013192

KEPANITERAAN KLINIK UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA JAKARTA
DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN
DESEMBER 2014
1

Pendahuluan
Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan (tumor)
dengan cara memotong. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan antara lain pemeriksan
penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun hanas dan memperbaiki penampilan secaa
kosmetis.1
Sebelum melakukan eksisi, anatomi daerah yang akan eksisi harus dikuasai lebih
dahulu. Pada badan dan anggota gerak, eksisi dapat dilakukan dengan mudah, tetapi pada
daerah tangan dan kaki harus hati-hati karena banyak pembuluh darah dan saraf superfivial
dan tendon. Eksisi banyak dilakukan pada muka dan leher, sehingga pengetahuan anatomi
daerah ini sangat penting.2
Irisan operasi yang sejajar dengan garis regangan kulit alami akan membuat jaringan
parut kurang terlihat. Arah garis ini biasanya tegak lurus terhadap otot dibawahnya. Juga bila
irisan searah dengan lipatan anatomis kulit seperti lipat nasolabial akan kurang tampak.
Tujuan operasi adalah mengangkat lesi kulit. Pada pengangkatan yang tidak sesuai dengan
garis atau lipatan kulit atau mempengaruhi organ sekitarnya dapat dilakukan peutupan dengan
macam-macam flap atau plasti. Penutupan yang lebih mudah adalah dengan menggunakan
tandur kulit.

Keuntungan eksisi3
1. Seluruh spesimen dapat diperiksa untuk diagnosis histologis dan sekaligus
melaksanakan eksisi total.
2. Pasien-pasien tidak memerlukn follow up yng berkepanjangan etelah eksisi karena
angka kekambuhan setelah eksisi total sangat rendah.
3. Hanya memerlukan satu terapi saja
4. Penyembuhan luka primer biasanya tercapai dengan memberikan hasil kosmetik yang
baik.
Kerugian eksisi3
1. Diperlukan anestesi lokal
2. Diperlukan tehnik aseptik dengan menggunakan instrumen-instrumen bedah, kain
penyeka dan lap-lap steril
3. Diperlukan sedikit waktu dan tingkat keahlian tertentu operatornya

Batas tepi eksisi3


1.
2.
3.
4.

Lesi-lesi jinak 1-2mm


Karsinoma sel basal noduler 2-3mm, sclerosing 6-8mm, multifokal 8-10mm
Penyakit bowen 3-4mm
Karsinoma sel skuamosa yangumbuh lambat 6-10 mm yang tumbuh cepat 10-15mm

Faktor-faktor untuk menghasilkan skar yang baik


Penampilan akhir dari sebuah skar setelah tindakan eksisi trgantung dari berbagai
faktor. Yang terpenting adalah tehnik atraumatik, penempatan skar sesuai dengan garis
tegangan kulit, usia pasien, lokasi pada badan, tipe kulit dan faktor komplikasi seperti
kelainan kulit dan infeksi.
1. Tehnik traumatik3,4
Merusak jaringan akan menyebabkan devitalisasi jaringan yang tak dapat dihindarkan,
menyebabkan penyembuhan yang jelek dan dengan demikian parut-parut luka akan
jelek. Tepi-tepi luka hendaknya ditangani dengan lembut. Hendaknya jangan pernah
merusak tepi luka itu dengan memegangnya dengan forsep, baik yang bergigi maupun
yang tidak. Forsep yang begigi tajam hendaknya digunakan untuk mencubit dermis
atau untuk menekan tepi kulit. Kaitan kulit dapat digunakan sebagai gantinya
2. Garis tegangan kulit3,4,5
Kontraksi otot, mobilitas sendi dan gravitasi merupakan kekuatan terpenting yang
mempengaruhi terbentuknya garis tegangan kulit. Garis langer selama bertahun-tahun
dipakai sebagai titik yang menunjukkan arah insisi, garis ini berasal dari penelitian
pada mayat. Bila ekstremitas dan tubuh digerakkan di luar posisi anatomis istirahat
maka garis tegangan kulit akan bergeser. Oleh karena itu garis tegangan kulit telah
digambarkan berhubungan dengan kerutan, garis kontur dan garis ketergantungan.
Garis kerutan pada kulit wajah meintasi sumbu panjang otot bawahnya saat
berkontraksi.
Garis kontur terbentuk pada tempat pertautan bidang tubuh, seperti pada pipi dan
daerah preaurikuler telinga. Garis ketergantungan berjalan sesuai dengan posisi
gravitasi kulit yang longgar dan jaringan subkutis (misalnya lemak dibawah dagu).
Sesuai aturan insisi yang dibuat sejajar dengan relaxed skin tension line (RSTL) yang
3

akan sembuh dengan parut scara kosmetik lebih baik dari pada insisi yang dibuat
tangensial atau memotong RSTL. Pada anak dan dewasa muda garis ini tidak mudah
ditentukan letaknya. Untuk membantu menilai RSTL dapat dengan mencabut kulit
dalam beberapa arah atau pasien d isuruh melakukan ekspresi wajah (senyum,
menyeringai, mengerutkan bibir).
Pada ekstremitas aspek-aspek fleksor sendi-sendi dikerjakan paling baik dengan insisi
melintang. Lesi-lesi pada permukaan ekstensor sendi dapat juga dieksisi dengan pola
horizontal atau miring kalau cukup kecil lesinya. Tes cubitan dengan sendi difleksikan
penuh akan menentukan lesi mana yang memerlukan eksisi longitudinal. Insisi-insisi
longitudinal paling baik untuk ekstremitas di bagian lainnya.
Garis-garis Langer akan bertindak sebagai garis-garis penunjuk arah luka di badan.
Kalau tidak yakin akan arah mana yang paling baik, lakukan eksisi melingkar dengan
kulit direnggangkan dan perhatikan bahwa lingkaran tersebut akan cenderung
membentuk sebuah elips kalau kulit dikendorkan.
3. Usia pasien
Skar pada anak-anak yang eritem dan hipertropik akan menetap untuk waktu yang
lama akan menyebabkan penampilan akhir yang tidak memuaskan. Untuk proses
maturasi skar dari skar yang merah dan meninggi menjadi tipis dan berwarna putih
membutuhkan waktu sekitar 2 bulan.4
4. Lokasi
Skar yang berasal dari eksisi atau insisi pada telapak tangan, telapak kaki dan mukus
membran biasanya baik dan tidak terlalu terlihat. Hal ini terlihat kontras dengan skar
pada area sternal, pundak atau punggung. Sebelum melakukan eksisi pada daerah
tersebut pasien perlu dijelaskan kemungkinan timbulnya skar hipertropik.4,6
5. Tipe kulit
Ada pasien yang mempunyai kuit tebal, berminyak dengan kelenjar sebaseus yang
hipertropik dan over aktif. Skar pada jenis kulit ini dapat menyembuh dengan skar
yang depress
6. Kelainan kulit
Pasien dengan kelainan pada jaringan fibrous dan elastin akan menyebabkan skar yag
luas. Pasien dengan kelainan ini dapat dilihat dengan cara melakukan hiperekstensi
jari tangan atau mencubit kulit kulit punggung tangan untuk melihat peningkatan
elastisitas. Penyakit Ehlers-Danloss syndrome adalah bentuk kelainan fibroelastik

yang berat dimana penyembuhan luka berlangsung sangat lambat dengan skar yang
luas.6
Tehnik eksisi
Tehnik eksisi ada beberapa macam yatu eksisi elips simpel, eksisi wedge, eksisi sirkular dan
eksisi multipel.
1. Eksisi elips (fusiform)
Merupakan bentuk eksisi dasar, dengan arah yang sejajar dengan garis dan lipatan
kulit. Perbandingan panjang dan lebar minimal 3:1 dengan sudut 30 derajat. Irisan
tegak lurus atau lebih meluas ke dalam sampai ke subkutis. Bila perlu dapat dilakukan
undermining yang kalau dimuka tepat dibawah dermis dan kalau di skalp di daerah
subgaleal. Pendarahan yang terjadi di kulit dapat ditekan beberapa saat dan bila perlu
dilakukan hemostasis dengan elektrokoagulasi, tetapi jangan berlebihan terutama pada
pendarahan

dermis.

Pendarahan

dari

pembuluh

darah

kecil

dapat

dielektrokoagulasikan tetapi yang besar harus diikat.


Lesi-lesi yang dieksisi berbentuk elips akan menghasilkan parut yang lebih panjang
dari lesi aslinya. Tujuan utama mengeksisi lesi bebentuk elips adalah mengurangi
terbentuknya sisa kulit/telinga anjing (dog ear). Dog ears dapat diperbaiki dengan
memanjangkan elips atau membuang jaringan berlebih dan menutupnya dengan
bentuk L atau Y
2. Eksisi wedge
Lesi-lesi yang terletak pada area bebas seperti bibir, sudut mata, cupng hidung, dan
telinga dapat dieksisi dengan eksisi wedge. Karsinoma sel skuamosa pada bibir
disarankan untuk dilakukan eksisi V sehingga dapat mengangkat jaringan yang sama
kelenjar limfenya.4
Jika dilakukan eksisi wedge pada cuping hidung yang terlalu luas untuk ditutup secara
primer, maka dapat dilkukan graft dengan ukuran yang sama dari telinga.
Sepertiga dari bibir bawah dan sepertempat dari bibir atas dan kelopak mata dapat
dilakukan eksisi wedge dan dilakukan penutupan primer.6
3. Eksisi sirkular
Pada kulit wajah yang terletak diatas jaringan kartilago seperti batang hidung atau
permukaan anterior telinga, lesi-lesi dapat diksisi dengan bentu sirkular dan defek
ditutup dengan skin graft full thickness. Tehnik ini dapat juga digunakan pada bagian
tubuh lain dengan lesi yang sangat luas.4

Jika terdapat keraguan dalam merencanakan eksisi elips makan dapatdilaukan eksisi
sirkular dengan kulit direnggangkan dan perhatikan lingkaran tersebut akan
cenderung membentuk elips kalau kulitnya dikendorkan.
4. Eksisi multipel4,5,6
Eksisi serial atau ekspansi jaringan kadang diperukan untuk lesi-lesi yang luas seperti
congenital nevi. Tehnik ini memungkinkan luka ditutup dengan skar yang lebih
pendek dibanding dengan eksisi elips satu langkah.

Eksisi tumor7,8
Definisi
Suatu tindakan pembedahan onkologis pada kanker kulit yaitu melakukan eksisi luas dengan
free margin (bebas tumor secara patologi) yang telah ditentukan yaitu 0,5 cm-1cm dari tepi
tumor pada kanker kulit non melanoma dan 2 cm pada kanker kulit melanoma maligna

Ruang lingkup
Kulit permukaan tubuh dan jaringan sekitar tumor.
Faktor resiko kanker kulit
Tipe kulit: fairy skin (rambut pirang, mata biru) mempunyai resiko 10x lebih besar
Usia: insidens meningkat dengan bertambahnya umur
Jaringan parut (pasca luka bakar, fistula kronis)
Previous melanoma
Paparan sinar matahari
Benign nevi: > 50 dengan diameter 2 mm resiko antara 5-17 kali
Predisposisi genetic: xeroderma pigmentosum, albino
Atypical mole and melanoma syndrome
Imunosupresi
Intoksikasi arsen kronis dan tar
Sindroma nevus basal (autosomal dominan)
Diagnosa kanker kulit ditegakkan dengan:
Diagnosa konfirmasi keganasan: pemeriksaan klinis, sitologi atau histopatologi &
6

pencitraan (foto polos kepala atau ekstremitas, CT scan atau MRI) (tripple diagnostic)
Diagnosa stadium kanker kulit: pemeriksaan klinis- laboratorium dan pencitraan serta
sitologi atau histopatologi dari metastase regionalnya (foto toraks/paru- USG
liver/abdomen).

Indikasi operasi
Kanker kulit yang masih terlokalisir (I,II)
Kanker kulit dengan infiltrasi lokal yang masih operabel dengan persyaratan tertentu
Kontra indikasi operasi
Kanker kulit dengan infiltrasi pada struktur vaskuler dan saraf
Komorbiditas yang berat
e. Diagnosa banding
Keganasan jaringan lunak yang menginfiltrasi kulit
Lesi premaligna kulit
Keratosis senilis
f. Pemeriksaan penunjang

Mandatory:
Foto toraks
Sitologi atau histopatologi tumor primer
USG liver/abdomen
Pemeriksaan kimia darah lengkap untuk persiapan operasi

Optional:
Foto polos: kepala, ekstremitas
Pemeriksaan kimia darah/tumor maker: CEA,Ca 15-3,CA 125

Faktor prognostik dan faktor prediktif kanker kulit

Faktor prognostik: pengukuran klinis atau biologis yang berhubungan dengan disease free
survival atau overall survival tanpa pemberian adjuvant systemic therapy
Faktor prognostik tersebut saling memiliki keterkaitan yaitu:
Yang berhubungan dengan penderita: usia, ras, kadar LDH
Yang berhubungan dengan tumor: jenis histopatologi, grading, ukuran tumor, metastase
KGB, dalamnya infiltrasi (Clark-Breslow), adanya ulkus
Yang berhubungan dengan modalitas terapi
Faktor prediktif adalah setiap pengukuran yang berhubungan dengan berespon atau kurang
beresponnya terhadap pengobatan tertentu.
Yang termasuk faktor prediktif adalah:
Status reseptor hormonal (ER/PR)
Over ekspresi gen HER-2/neu
Over ekspresi gen topoisomerase 2 alfa
Teknik operasi
1. Penderita dalam general atau regional anesthesia tergantung dari lokasi tumor kulit berada
di tubuh.
2. Desinfeksi lapangan operasi dilanjutkan dengan mempersempit lapangan operasi dengan
doek steril.
3. Untuk lebar safety margin pada tindakan eksisi luas tergantung dari jenis tumor kulit
seperti dibawah ini:
.
A. Melanoma Maligna
- Bila masih In Situ - Safety margin 0,5 cm
- Bila 0,76 mm - Safety margin 1 cm
- Bila 0,76 1,5 mm Safety margin 1,5 cm
- Bila > 1,5 mm Safety margin 2 cm
- Bila Subungual - Amputasi proksimal dari interphalangeal joint
- Bila telah infiltrasi ke tulang tindakan terpilih adalah Amputasi
8

- Untuk metastasis regional tindakan tergantung lokasi primer:


* Bila di ekstremitas bawah Diseksi inguinal superfisial
* Bila di ekstremitas atas Diseksi aksila sampai level II
* Bila di leher - Diseksi leher radikal
Bila kelenjar getah bening teraba secara klinis dan terbukti metastasis secara PA (patologi
anatomi), dilakukan tindakan limfadenektomi atau diseksi radikal sebagai berikut:
* Bila lesi primer 0,76 1,5 mm dianjurkan diseksi KGB regional
* Bila fasilitas memungkinkan, dapat dilakukan diseksi KGB selektif dengan bantuan sentinel
node mapping.
* Untuk kasus rekuren pada lesi primer bila operabel > Re-eksisi; bila inoperabel >Radiasi ; bila ada metastasis regional maka dilakukan Radiasi. Adjuvant terapi pada stadium
III dapat diberikan: Radioterapi, Kemoterapi, atau Imunoterapi. Bila ada metastasis jauh
diberikan terapi Paliatif.
* Untuk In Transit Metastasis, terapi yang dianjurkan:
- Soliter > Eksisi Luas
- Multiple -> Isolated Limb Perfusion / Intra-arterial Therapy / Local Ablation / Local
Immunotherapy / Radiotherapy
* Untuk Metastasis Jauh, terapi tergantung dari tempat metastasis:
- Paru-paru > Reseksi
- Gastrointestinal >Operasi Paliatif
- Tulang > Radioterapi
- Otak > Kotikosteroid
* Bila tindakan diatas tidak memungkinkan, dapat diberi terapi berupa Kemoterapi dan atau
Imunoterapi sebagai berikut:
1. Dacarbazine / Dacarbazine + Tamoxifen / Dacarbazine + IFN- 2b / Cisplatin
9

2. IL-2 / IFN-2b /Vaksinasi MelanosomalProteins


.
B. BASALIOMA
* Dalam penatalaksanaaan Basalioma, kita harus mencapai eksisi lesi yang radikal dan
rekonstruksi dengan mempertahankan fungsi yang baik.
* Terapi yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Eksisi luas dengan safety margin 0,5-1 cm, bila radikalitas tidak tercapai dilakukan
radioterapi
2. Untuk lesi <2 cm dan tipe superfisial dapat dilakukan radioterapi
3. Untuk lesi rekuren, bila masih operabel dilakukan eksisi luas, bila inoperabel dilakukan
radioterapi
Penutupan defek akibat eksisi luas dapat berupa:
- jahitan primer,
- transplantasi kulit baik secara STSG / FTSG
- pembuatan flap kulit, bila radikalitas operasi tercapai.
* Apabila fasilitas memungkinkan, terapi terbaik untuk Basalioma adalah dengan Mohs
Micrographic Surgery (MMS).
.
C. KARSINOMA SEL SKUAMOSA
* Terapi sama seperti Basalioma, dalam melaksanakan tindakan operasi pada karsinoma sel
skuamosa haruslah tercapai radikalitas operasi dan rekonstruksi penutupan defek yang baik.
* Dianjurkan untuk melakukan tindakan:
1. Eksisi luas dengan safety margin 1-2 cm, bila radikalitas tidak tercapai dilakukan
radioterapi
2. Untuk lesi rekuren, bila masih operabel dilakukan eksisi luas, bila inoperabel dilakukan
10

radioterapi
3. Untuk lesi yang inoperabel dapat diberikan pemberian radioterapi pra operatif atau
dilakukan operasi de-bulking dilanjutkan dengan radioterapi pasca operatif.
* Bila terdapat metastasis ke KGB regional > dilakukan diseksi.
* Penutupan defek akibat eksisi luas dapat berupa:
- jahitan primer,
- transplantasi kulit baik secara STSG / FTSG
- pembuatan flap kulit, bila radikalitas operasi tercapai
* Apabila fasilitas memungkinkan, terapi terbaik untuk karsinoma kulit adalah dengan Mohs
Micrographic Surgery (MMS).
g. Komplikasi operasi
Dini:
- Pendarahan,
- Lesi n. Thoracalis longus wing scapula
- Lesi n. Thoracalis dorsalis.
Lambat:
- infeksi
- nekrosis flap
- wound dehiscence
- seroma
- edema lengan
- kekakuan sendi bahu kontraktur
h. Mortalitas

11

Tergantung berat ringannya penyakit


i. Perawatan pasca bedah
Pasca bedah penderita dirawat di ruangan dengan mengobservasi produksi drain, memeriksa
Hb pasca bedah. Rehabilitasi dilakukan sesegera mungkin dengan melatih pergerakan sendi
bahu. Drain dilepas bila produksi masing-masing drain <20 cc/24 jam. Umumnya drain
sebelah medial dilepad lebih awal, karena produksinya lebih sedikit. Jahitan dilepas
umumnya hari ke 10 s/d 14.
j. Follow up
Tahun 1 dan 2

: kontrol tiap 2 bulan

Tahun 3 s/d 5

: kontrol tiap 3 bulan

Setelah tahun 5

: kontrol tiap 6 bulan

Pemeriksaan fisik

: tiap kali kontrol

Thorax foto

: tiap 6 bulan

Lab. Marker

: tiap 2-3 bulan

Mammografi kontralateral : tiap tahun atau ada indikasi


USG abdomen

: tiap 6 bulan atau ada indikasi

Bone scanning

: tiap 2 tahun atau ada indikasi

Kista Aterom9
Definisi
Tumor jinak di kulit yang terbentuk sebagai akibat tersumbatnya muara kelenjar sebasea.

Patofisiologi
Terbentuk akibat sumbatan pada muara kelenjar sebasea, oleh karena itu ditemukan puncta
12

berbentuk titik kehitaman sebagai muara kelenjar di kulit yang tersumbat.Sekret kelenjar
sebacea yaitu sebum dan sel-sel mati tertimbun dan berkumpul dalam kantung kelenjar. Lama
kelamaan membesar dan terlihat sebagai masa tumor yang berbetuk lonjong sampai bulat,
berbatas tegas, berdinding tipis, tidak terfiksir ke dasar, tetapi melekat pada dermis di
atasnya. Isi kista adalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau asam.

Diagnosa
Tampak bulat atau oval, superficial-subkutan, batas tegas, ada puncta berupa titik kehitaman
yang letaknya biasanya dipermukaan kulit tepat ditengah masa.Batas tegas, konsistensi lunak
sampai kenyal, umumnya tidak nyeri, Predileksi di bagian tubuh yang berambut (kepala,
wajah, belakang telinga, leher, punggung, dan daerah genital).

Epidemiologi
Sering terjadi pada usia 20 sampai 30 -an, predileksi pada pria dua kali lebih banyak
dibanding pada wanita.

Terapi
Terapi Antibiotik diberikan jika terdapat tanda adanya infeksi yaitu kemerahan dan inflamasi,
seringnya adalah infeksi bakteri staphylococci.
13

Eksisi menyertakan kulit dan puncta untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga

ke dindingnya secara utuh.


Bila terjadi infeksi sekunder dan terbentuk abses, dilakukan insisi, evakuasi dan
drainase. Setelah tenang (3-6 bulan) dapat dilakukan operasi definitif

Teknik operasi
Lakukan tindakan aseptik.
Tutup dengan duk bolong
Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrate) dengan lidocaine 2%
Tandai batas insisi yang akan dilakukan, berbentuk elips, dengan panjang sejajar dengan
garis Langers

Insisi kulit sampai subkutis.


Pegang ujung insisi dengan klem dan angkat

Lakukan diseksi tajam dengan gunting menelusuri masa kesekelilingnya


Usahakan kista tidak pecah
Jika masa sudah terangkat, potonglah jaringan bagian bawah

14

Perdarahan dirawat
Jahit luka operasi lapis demi lapis.
Masa dibelah dan dilihat isinya kemudian dikirim ke patologi anatomi

Insisi elips, angkat kulit dengan klem, mulai diseksi tajam

Lanjutkan diseksi ke segala arah dan mepet ke kapsul

15

Setelah kista terangkat , lakukan pencucian kemudian jahitan subkutis dan kutis

EKSISI HEMANGIOMA10
Definisi
Eksisi Hemangioma merupakan prosedur pembedahan untuk mengambil tumor jinak
pembuluh darah yang biasanya terlentak di kulit.
Pembedahan meliputi pengambilan hemangioma dengan meminimalisasi efek samping fisik
berupa jaringan parut dan efek psikologi yang timbul.

Ruang Lingkup
Hemangioma merupakan tumor jinak yang berasal dari pembuluh darah.Sekitar 30% timbul
pada saat lahir, sisanya timbul sekitar beberapa minggu pasca lahir.Biasanya berupa titik
berwarna pucat dengan batas tegas, dan semakin jelas apabila bayi menangis.Bentuk
hemangioma sangat sangat bervariasi, mulai dari yang berbentuk datar, kemerahan yang
dikenal sebagai hemangioma superficial, sampai dengan bentuk hemangioma yang terletak
dilapisan dalam kulit dan berwarna biru yang dikenal sebagai hemangioma profunda. Selama
usia 6-18 bulan, hemangioma mengalami pertumbuhan ukuran yang pesat, hal ini disebabkan
karena pembelahan abnormal sel-sel. Bentuk akhir hemangioma sangat bervariasi. Hampir
semua hemangioma, membutuhkan waktu lambat dan panjang untuk menyelesaikan proses
involusi. Proses ini terjadi setelah proses proliferasi. Tanda awal proses involusi adalah warna
merah tumor yang semakin dalam, permukaan tumor tampak abu-abu, dan timbulnya titik
putih. Pada umumnya, 50% dari semua hemangioma menyelesaikan tahap involusi pada
umur 5 tahun, dan 50% 75% sisanya selesai umur 7 tahun.
c. Indikasi operasi
1. Pertumbuhan tumor mengancam nyawa
2. Pertumbuhan tumor menimbulkan masalah medis atau psikososial

16

3. Tumor yang mengalami ulserasi

d. Kontra indikasi operasi


Perlu dipertimbangkan apabila letak kelainan pada organ vital.

e. Diagnosis banding untuk hemangioma


Lymphangioma, AV malformasi

f. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah lengkap
Radiografi
CT Scan
MRI
Angiografi
Biopsi

Teknik Operasi
Lakukan aseptik dan antiseptik pada daerah operasi lalu berikan anestesi lokal jika
hemangioma tidak terlalu besar. Anestesi dilakukan blok atau infiltrasi.
Jika hemangioma tidak terlalu besar maka eksisi dilakukan secara lentikular atau bentuk
seperti lensa/elips dengan sumbu panjang searah dengan arah ketegangan kulit
sehingga akan menghasilkan jaringan parut yang minimal berupa garis lurus.
Angkat semua jaringan vaskular yang abnormal.
Hentikan perdarahan yang terjadi baik dengan ligasi ataupun diatermi.
Tutup luka operasi lapis demi lapis.
Pada hemangioma yang luas mungkin diperlukan angiografi untuk mengetahui detil
vaskular yang memperdarahi lesi tersebut dan juga tehnik embolisasi untuk memblok
pembuluh darah tersebut.
17

Kemudian dilanjutkan pengangkatan seluruh lesi vaskular abnormal tersebut.

Komplikasi operasi
Komplikasi tersering adalah perdarahan durante operasi. Hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan

thermoscapels

(scapel

dengan

tenaga

panas

listrik)

atau

diatermi/elektrokoagulan.
Kista aterom
Hemangioma
Perdarahan
Hipertrofi skar
Infeksi

Mortalitas
Angka morbiditas dan mortalitas pasca pembedahan hampir mendekati nol, hal ini
disebabkan oleh adanya tehnik pembedahan yang baru dan instrumen pembedahan yang
mencegah perdarahan intra operatif.

Perawatan Pasca Operasi


Pasca operasi, tempat dimana dilakukan pembedahan, ditutup secara steril, dan rawat luka
dang anti penutup luka secara rutin. Penderita melakukan level aktifitas minimal.Tujuan
perawatan ini untuk mencegah hematoma pasca operasi.

Follow Up
Penilaian penanganan lebih lanjut dari pemulihan gejala dan kejadian berulang dari
hemangioma sangat diperlukan
18

Yang dievaluasi:

Gejala Klinis

Pertumbuhan Tumor

Penutup
Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan (tumor)
dengan cara memotong. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan antara lain pemeriksan
penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun hanas dan memperbaiki penampilan secaa
kosmetis.
Pentingnya pengetahuan akan anatomi daerah yang akan eksisi adalah hal yang harus
dilakukan, karena pada badan dan anggota gerak, eksisi dapat dilakukan dengan mudah,
tetapi pada daerah tangan dan kaki harus hati-hati karena banyak pembuluh darah dan saraf
superfivial dan tendon
Irisan operasi yang sjajar dengan garis regangan kulit alami akan membuat jaringan
parut kurang terlihat. Arah garis ini biasanya tegak lurus terhadap otot dibawahnya. Juga bila
irisan searah dengan lipatan anatomis kulit seperti lipat nasolabial akan kurang tampak.
Tujuan operasi adalah mengangkat lesi kulit. Pada pengangkatan yang tidak sesuai dengan
garis atau lipatan kulit atau mempengaruhi organ sekitarnya dapat dilakukan penutupan
dengan macam-macam flap atau plasti. Penutupan yang lebih mudah adalah dengan
menggunakan tandur kulit.
Bedah eksisi adalah salah satu cabang ilmu yang perlu dikembangkan mengingat banyaknya
kasus yang memerlukan bedah eksisi sebagai salah satu terapinya.

Daftar Pustaka
1. Soedarwoto AD. Kombinasi bedah eksisi, skin flaps dan injeksi triamsinolo asetonid
pada intra lesi pada keloid di cuping telinga. Dalam: Perkembangan onkologi dan
19

bedah kulit di Indonesia. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2005.h:


317-20.
2. Cipto H, Wasitaatmadja SM. Bedah kult. Dalam: Djuanda A. Hamzah , Aisah S,
editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI. Jakarta. 2005:351-4.
3. Urge S, Reymen R. Bedah kulit praktis. Jakarta: Widya Medika. 2009:18-66.
4. Grabb WC. Basic techniqu of plastic surgery. Dalam: Grabb WC, Smith JW, editor.
Plastic Surgery. 3rd edition. Little Brown Company. Boston. 1979:3-11.
5. Dahlan. Dasar-dasar bedah kulit. Dalam: Yogyartono P, Jayanata K, Prawito, Ernawati
D, editor. Buku panduan bedah kulit. FK Universitas Diponegoro RSUP Kariadi.
Semarang. 2000. H.1-6.
6. Place MJ, Herber SC, Hardesty RA. Bas

ic technique and principles in plastic

surgery. Dalam: Aston SJ, Beasley RW, Thorne CM, editor. Grabb and Smiths.
Plastic Surgery. 8th edition. Lippincot- Raven. Philadelphia. 2009. 13-7.
7. Foster ME, Stiff GM. Basic Surgical Operation. London: Harcourt Publishers
Limited. 2010.p. 16-8.
8. Brunicardi F, Andersen D, Billiar T. Schwartzs principles of surgery. New York:
McGraw-Hill Education.2009.p. 798-95
9. Perdanakusuma DS, Halimun EM,

Prasetyono

TOH.

Kulit.

Dalam:

R.

Syamsuhidajat., Warko Karnadihardja, Thedeus O.H. Prasetyono, Reno Budiman,


editor. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. 2010. H. 4013.
10. Perdanakusuma

DS,

Halimun

EM,

Prasetyono

TOH.

Kulit.

Dalam:

R.

Syamsuhidajat., Warko Karnadihardja, Thedeus O.H. Prasetyono, Reno Budiman,


editor. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. 2010. H. 40911.

20

You might also like