You are on page 1of 19

PASAR MODAL SYARIAH

Mata Kuliah:
Ilmu Ekonomi Syariah
Di susun oleh:
Astiti Pratiwi
Intan Fitriyani
Khoirunnisa Puspita Sari
May Rosa Zulfatus S.
Raden Eko Cahyo P.
Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015

PENDAHULUAN

PASAR MODAL SYARIAH


2

A. Sejarah Pasar Modal Syariah


Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam UU no 8 tahun 1995 tentang pasar
modal (UUPM). Undang-Undang Pasar Modal tidak membedakan apakah kegiatan pasar
modal tersebut dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak. Dengan demikian,
berdasarkan UUPM kegiatan pasar modal Indonesia dapat dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah dan dapat pula dilakukan tidak sesuai dengan prinsip syariah. Pasar
modal berbasis syariah di Indonesia secara resmi di luncurkan pada tanggal 14 Maret 2003
penandatangan MOU antara Bapepam-LK dengan dewan syariah nasional majelis ulama
Indonesia ( DSN-MUI). Pola hubungan kerja dengan cara bapepam-LK dengan DSN-MUI
adalah hubungan koordinasi, konsultasi, dan kerja sam untuk pengaturan yang efektif dan
efisien dalam rangka akselerasi pertumbuhan produk syariah, dalam bentuk1:

Penyusunan peraturan bapepam-LK dan fatwa DSN-MUI.


Penelaah pernyataan pendaftaran penerbitan efek syariah.
Pengawasan kepatuhan pemenuhan prinsip syariah.
Pengembangan produk.

Peningkatan kualitas SDM.

B. Pengertian Pasar Modal Syariah


Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Sedangkan pasar
modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai
emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.2
Karakter yang diperlukan dalam membentuk srtuktur pasar modal syariah adalah
sebagai berikut:3
a. Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek.
1 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, Malang: UIN Maliki Press,
2010: hlm. 2-3.
2 Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009:
111.
3 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, deskripsi dan ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, 2008: 187.
3

b. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat diperjual belikan
melalui pialang.
c. Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan pada bursa
efek diminta menyampaikan informasi tenang perhitungan keuntungan dan kerugian,
serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak
lebih dari tiga bulan.
d. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tip-tiap perusahaan
dengan interval tidak lebih dari tiap bulan sekali.
e. Saham tidak boleh diperdagangkan dengan harga lebih tinggi dari HST.
f. Saham dapat dijual dibawah harga HST.
Ada beberapa manfaat pasar modal seperti menyediakan sumber pembiayaan (jangka
panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal,
memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi,
menyediakan leading indicator bagi tren ekonomi suatu negara, penyebaran kepemilikan
perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah, memberikan kesempatan memiliki
perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek, dan lain sebagainya.4
Adapun fungsi dari pasar modal syariah menurut M.M. Metwally adalah sebagai
berikut:5
a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan
memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
b. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan
likuiditas.
c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan
mengembangkan lini produksinya.
d. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham.
e. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis
sebagaimana tercermin pada harga saham.
Secara struktural pasar modal di Indonesia terdiri dari:6

4 Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009:
113.
5 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, deskripsi dan ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, 2008: 193.
4

a. Pengelola pasar modal, yaitu Bapepam-LK, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
penjamin, Lembaga penyimpanan dan penyelesaian, penyelenggaraan perdagangan
Surat Utang Negara diluar Bursa Efek.
b. Pelaku pasar modal yaitu emiten, investor, perusahaan pengelola dana, dan reksa
dana.
c. Lembaga penunjang yang terdiri dari lembaga penunjang untuk emisi saham terdiri
dari penjamin emisi efek, akuntan publik, yang disahkan oleh BPKP, konsultan
hukum, notaris, agen penjual, dan perusahaan penilai, lembaga penunjang untuk emisi
obligasi terdiri dari wali amanat, penanggung, agen pembayaran, sedangkan lembaga
penunjang pasar sekunder terdiri dari perusahaan efek, pedagang efek, perantara
pedagang efek dan biro administrasi efek.
Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan
harga saham. Dipasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki fungsi seperti sebagai
indikator tren saham, sebagai indikator tingkat keuntungan, sebagai tolak ukur kinerja suatu
portofolio, memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, dan memfasilitasi
perkembangannya produk derivatif.7

C. Konsep Pasar Modal Syariah


Pertama kali lembaga keuangan yang concern di dalam mengoperasikan portofolio
syariah di pasar modal adalah Amanah Income Fund yang didirikan pada bulan Juni 1986
oleh para anggota The North American Islamic Turst yang bermakas di Indiana, Amerika
Serikat. Tidak lama kemudian wacana membangun pasar modal berbasis syariah disambut
dengan antusias oleh pakar ekonomi Muslim di Kawasan Timur Tengah, Eropa, Asia, dan
juga wilayah AS yang lain. 8
Pasar syariah tidak hanya berkembang di negara-negara yang mayoritas muslim, tetapi
berkembang juga di negara-negara sekuler yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan
emas ini. Bursa dunia New York Stock Exchange meluncurkan produk yang bernama Dow
6 Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana,
2009:161-162.
7 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, deskripsi dan ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, 2008: 193.
8 Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2011: hlm. 29.
5

Jones Islamic Market Indev (DJIMI) pada bulan Februari 1999. Untuk menjaga agar investasi
yang dilakukan pasar modal syariah, maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah
(Supervisory Board). Perkembangan lembaga keuangan syariah dalam bentuk investasi di
pasar modal syariah di berbagai negara disambut baik oleh para pakar ekonomi muslim di
seluru dunia, termasuk Indonesi ditandai dengan Jakarta Islamic Indeks pada tahun 2000.9
Segala macam surat berharga dengan prinsip syariah dan tidak boleh adanya adanya
praktik investasi yang bersifat penipuan, kezaliman, unsur riba, insidertrading, window
dressing dan segala transaksi yang tidak jujur lainnya. IDB juga menerbitkan Trust
Investment Unit Funds dan Islamic Bank Portofolio for Trade Finance. Dalam pasar uang
syariah di Indonesia dikenal dengan Pasar Uang AntarBank berdasarkan prinsip syariah
(PUAS), sedangkan piranti yang dipergunakan dalam pasar uang syariah ini adalah dalam
bentuk Sertifikat Investasi Mudharabah (IMA) dan sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
Di jakarta dibentuk Jakarta Islamic Index (JII) yang dikeluarkan oleh PT Bursa Efek Jakarta
pada tanggal 3 Juli 2000. Perusahaan-perusahaan (emiten) yang kegiatan utamanya tidak
sesuai dengan syariah maka akan dikeluarkan dari kelompok JII. Bagi perusahaan yang telah
terdaftar di JII setidaknya harus memenuhi beberapa filter dan prinsip syariah dan sudah
terpenuhi kriteria untuk indeks yang telah ditetapkan.10

D. Prinsip Pasar Modal Syariah


Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan menurut syariah pada prinsipnya adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pemilik harta (investor) terhadap pemilik usaha (emiten) untuk
memberdayakan pemilik usaha dalam melakukan kegiatan usahanya yang pemilik harta
(investor) berharap dapat memperoleh manfaat tertentu. Secara umum prinsip syariah dalam
hal pembiayaan adalah sebagai berikut:11
a. Pembiayaan dan investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau kegiatan usaha yang
halal, yang kegiatan tersebut spesifik dan bermanfaat, sehingga atas manfaat yang
timbul dapat dilakukan bagi-hasil.

9 Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2011: 30.
10 Ibid., hlm. 30-31.
11 Ibid., hlm. 43-44.
6

b. Uang adalah alat bantu pertukaran nilai dan pemilik harta akan menerima bagi hasil
dari manfaat yang timbul dari kegiatan usaha maka pembiayaan dan investasi harus
pada mata uang yang sama dengan pembukuan kegiatan usaha.
c. Akad yang terjadi antara investor dan emiten, dan tindakan maupun investasi yang
diberikan emiten serta mekanisme pasar (bursa dan self regulating organization
lainnya) tidak boleh menimbulkan kondisi keraguan yang dapat menyebabkan
kerugian.
d. Investor dan emiten tidak boleh mengambil resiko yang melebihi kemampuan
(maysir) yang dapat menimbulkan kerugian yang sebenarnya dapat dihindari.
e. Investor, emiten, bursa dan self regulating organization lainnya tidak boleh melakukan
hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan yang disengaja atas mekanisme pasar,
baik dari segi penawaran (supply) maupun dari segi permintaan (demand).
Seperti diketahui, bentuk ideal dari pasar modal dapat dicapai dengan terpenuhinya
empat pilar pasar modal, yaitu sebagai berikut:12
a. Emiten dan efek yang diterbitkannya memenuhi kaidah keadilan, kehati-hatian, dan
transparansi.
b. Investor yang telah memiliki pemahaman yang baik tentang resiko dan manfaat
transaksi di pasar modal.
c. Insfratuktur dan transparansi bursa efek dan tepat waktu yang merata di publik, yang
ditunjang oleh mekanisme pasar yang wajar.
d. Pengawasan dan penegakan hukum oleh otoritas pasar modal dapat diselenggarakan
dengan efisien, efektif dan ekonomis.

E. Perbedaan Pasar Modal Syariah dengan Konvensional


Ada dua hal utama dalam pasar modal syariah yaitu indeks Islam dan pasar modal
syariah itu sendiri. Indeks Islam menunjukkan harga-harga saham dari emiten yang di
kategorikan sesuai syariah, sedangkan pasar modal syariah merupakan institusi pasar modal
sebagaimana lazimnya yang diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
a. Indeks Saham Konvensional dan Indeks Saham Islam
Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dan indeks islam adalah indeks
konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat di bursa dengan mengabaikan
12 Ibid., hlm. 49-50.
7

aspek halal dan haram, yang penting saham emiten yang terdaftar (listing) sesudah aturan
yang berlaku (legal). Akibatnya, bukanlah suatu persoalan jika ada emiten yang menjual
sahamnya di bursa bergerak di sektor usaha yang bertentangan dengan Islam atau yang
memiliki sifat merusak kehidupan masyarakat. Misalnya pada awal tahun 2003 di
Australia ada rumah bordir (pelacuran) yang masuk ke bursa efek setempat.13
b. Mekanisme Transaksi
Dalam monteks pasar modal syariah, menurut Alhabshi, idealnya pasar modal syariah itu
tidak mengandung transaksi ribawi, transaksi yang meragukan (gharar), dan saham
perusahaan yang bergerak pada bidang yang diharamkan. Pasar modal syariah harus
bebas dari transaksi yang tidak beretika dan amoral, seperti manipulasi pasar, menjual
saham yang belum dimiliki, dan transaksi yang memanfaatkan orang dalam (insider
trading).14

F. Fungsi Keberadaan Pasar Modal Syariah


Fungsi dari keberadan pasar modal syariah adalah:
a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan
memperoleh keuntungan dan resikonya.
b. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan
mengembangkan link produksinya.
c. Harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.
d. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis
sebagaimana tercermin dalam harga saham.
Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan umat
Islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di produk-produk pasar modal yang sesuai
dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin beragamnya sarana dan produk investasi di
Indonesia, diharapkan masyarakat akan memillki alternatif berinvestasi yang di anggap sesuai
dengan keinginannya, di samping investsi yang selama ini sudah dikenal dan berkembang di
sektor perbankan.15

13 Ibid., hlm. 52-60.


14 Ibid., hlm. 52-60.
8

G. Produk-produk Pasar Modal Syariah


1. Saham Syariah
Pengertian Saham Syariah
Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki
karakteristik khusus yang berupa contoh yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup
kegiatan usaha. Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN), saham adalah suatu bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria syariah dan tidak termasuk saham
yang memiliki hak-hak istimewa. Bagi perusahaan yang modalnya diperoleh dari saham
merupakan modal sendiri.16

Fatwa MUI tentang Jual Beli Saham


Jual beli saham dalam Islam pada dasarnya adalah bentuk syirkah mudharabah,

diantara pengusaha dan pemilik modal sama-sama berusaha yang nantinya hasilnya bisa
dibagi bersama. Mudharabah merupakan teknik pendanaan dimana pemilik modal
menyediakan dana untuk digunakan oleh unit defisit dalam kegiatan produktif dengan dasar
loss profit sharing.17 Mudharabah berasal dari kara al-Darb yang berarti secara harfiah
adalah berpergian atau berjalan. Menurut para fuqaha, mudharabah ialah akada antara dua
pihak yang saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain
untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan.18
Hal yang perlu diperhatikan dalam jual beli saham adalah kehalalan usahanya. Bila
menggunkan sistem ribawi, sehingga seorang muslim tersebut tidak boleh mendukung jenis
usaha tersebut. Pada dasarnya saham merupakan bukti kepemilikan seseorang atas suatu
perusahaan (emiten) dan berfungsi sebagai sarana penyertaan modal. Saham maupun
15 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, Malang: UIN Maliki Press,
2010: hlm. 46.
16 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, Malang: UIN Maliki Press,
2010: 71.
17 Iggi H. Achsein dalam Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah,
Malang: UIN Maliki Press, 2010: 78.
18 Hendi Suhendi dalam Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah,
Malang: UIN Maliki Press, 2010: 79.
9

investasi pada dasarnya bersifat mubah dalam Islam. Dengan demikian, saham merupakan
barang yang sah diperjualbelikan dengan ketentuan usaha yang dilakukan oleh emiten adalah
usaha yang halal bukan yang haram. Dilihat dari sini, dapat diambil dua kesimpulan,
pertama, jual beli saham diperbolehkan menurut syariat jika saham tersebut berada dalam
kepemilikan penjual. Kedua, jual beli saham berbasis bunga dilarang menurut syariat Islam
karena termasuk praktik riba.
2. Obligasi Syariah atau Sukuk
Pengertian Obligasi Syariah atau Sukuk
Obligasi syariah atau sukuk sebenarnya bukanlah hal yang baru di dalam sejarah Islam.
Istilah tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan, dimana umat Islam menggunakannya
dalam konteks perdagangan internasional. Sukuk merupakan bentuk jamak dari kata sakk
yang memiliki arti sama dengan sertifikat atau note. Ia dipergunakan oleh para pedagang
pada masa itu sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari
usaha perdagangan dan aktivitas komersial lainnya.
Menurut Tim Studi Investasi Syariah di pasar modal, obligasi syariah adalah suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.19
Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada konvergensi
pendapat bahwa bunga bank adalah riba, maka instrumen-instrumen yang punya komponen
bunga ini keluar dari daftar investasi syariah. Sebenarnya obligasi yang tidak dibenarkan itu
adalah obligasi yang bersifat utang dengan kewajiban membayar bunga (sistem riba). Di
dalam Islam, istilah obligasi lebih dikenal dengan istilah sukuk. Terdapat beberapa
persyaratan untuk menerbitkan obligasi syariah, yakni aktivitas utama (core business) yang
halal dan tidak bertentangan dengan substansi fatwa DSN.
Perihal obligasi syariah sendiri, sebenarnya telah ada fatwa yang dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yaitu fatwa No.32/DSNMUI/IX/2002 tentang obligasi syariah dan fatwa No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi
19 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, Malang: UIN Maliki Press,
2010: 152.
10

syariah Mudharabah.20 Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan papa pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.21

Karakteristik Sukuk
Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki karakteristik yang berbeda dengan

obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan bukti kepemilikan bersama atas
suatu aset/proyek. Setiap sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar
penerbitan (underlying asset ). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada aset/proyek
yang spesifik. Penggunaan dana sukuk harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal.
Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau marjin, sesuai dengan
jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.22
3. Reksadana Syariah
Reksa Dana Syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya merupakan salah satu
alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang
tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki
waktu dan pengetahuan yang terbatas.23
Sebagai salah satu instrumen investasi, Reksa Dana Syariah memiliki kriteria yang
berbeda dengan reksa dana konvensional pada umumnya. Perbedaan ini terletak pada
20 Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan,
Lembaga Pembiayaan, Pembiayaan Perusahaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000: 55.
21 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, Malang: UIN Maliki Press,
2010: 147.
22 http://www.ojk.go.id/sharia-capital-id
23 Ibid.
11

pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang tidak boleh bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah. Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses manajemen
portofolio, screeninng (penyaringan), dan cleansing (pembersihan). 24
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang
keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:
Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, sukuk, dan surat berharga
syariah lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. Ini berkaitan dengan
kemampuan manajer investasi reksadana dalam mengelola dananya.
Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar
pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas sebagian besar unit
penyertaan yang dipegangnya kepada Manajer Investasi secara bersamaan. dapat
menyulitkan manajemen perusahaan dalam menyediakan dana tunai. Risiko ini hanya
terjadi pada perusahaan reksadana yang sifatnya terbuka (open-end funds). Risiko ini
dikenal juga sebagai redemption effect.
Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya kekayaan reksa dana
diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Risiko ini dapat timbul ketika perusahaan
asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tersebut tidak segera membayar
ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Selain itu, wanprestasi dimungkinkan akibat dari pihak-pihak yang
terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana
alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.
Risiko politik dan ekonomi
Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang berpengaruh
pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga akhirnya membawa efek pada
portofolio yang dimiliki suatu reksadana.25

H. Perbedaan Obligasi Konvensional dengan Obligasi Syariah


No

Berdasarkan

Obligasi Konvensional

Obligasi Syariah

24 Ibid.
25 Ibid.,
12

.
1

Kepemilikan

Atas unjuk atau obligasi yang Atas


pelunassanya

nama

(nama

dilakukan pemiliknya

tertera

kepada pembawanya (bearer disertifikasi obligasi)


bond) dan siapa saja yang
membawanya dapat mengaku
2

Return

dan sah menjadi pemilik


Interest bersifat tetap/ fixed Bagi

hasil

bersifat

ditentukan lebih dulu besarnya mengembang (floating) dan


pada saat perjanjian dan sudah feel/sewa

bersifat

pasti dapat dihitung secara (fixed)yang


matematika

tetap
tidak

ditentukan diawal (hanya


disepakati

proporsi

pembagian hasil apabila


memperoleh keuntungan di
3

Risiko

masa datang)
Sulit diketahui dan dibaca jika Mudah diketahui, karena
terjadi default (gagal serah)

tingkat

return

dipengaruhi
4

Mekanisme jual beli

kondisi

perusahaan
Dapat diperjualbelikan secara Menggunakan
langsung karena siapapun yang hawalah
membawa

berhak dan

untuk memilikinya

sah hutang
pihak

sangat

konsep
(peengalihan

piutang

kepada

lain

dengan

tanggungan bagi hasil)26

I. Perkembangan Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia


Sejak diluncurkannya reksa dana syariah pertama kali, yaitu reksa dana reksa dana
syariah 25 Juni 1997, perkembangan instrumen syariah terus mengalami perkembangan
walaupun lambat tapi pasti, terlebih di era tahun 2002 sampai dengan pertengahan tahun
2004, instrumen syariah baik reksa dana maupun obligasi mengalami pertumbuhan yang
cukup signifikan, yaitu reksa dana sampai saat ini berjumlah 10 reksa dana (termasuk 2 reksa
26 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, Malang: UIN Maliki Press,
2010: 196-170.
13

dana yang tidak aktif/bubar) dan sebanyak 10 (sepuluh) emiten yang telah menerbitkan
obligasi berbasis syariah.
Hal-hal yang memengaruhi perkembangan pasar modal syariah, antara lain pertama,
perkembangan macam instrumen pasar modal sesuai dengan syariah yang dikuatkan dengan
fatwa DSN-MUI; kedua, perkembangan transaksi sesuai syariah atas instrumen pasar modal
syariah; dan ketiga, perkembangan kelembagaan yang memantau macam dan transaksi pasar
modal syariah (termasuk Bapepam Syariah, Lembaga Pemeringkat Efek Syariah dan Dewan
Pengawas Islamic Market/Index).
Di lihat dari sisi syariah Islam, pasar modal adalah salah satu produk muamalah.
Transaksi di dalam pasar modal menurut syariah tidak dilarang (dibolehkan) sepanjang tidak
terdapat transaksi yang bertentangan dengan ketentuan yang telah digariskan oleh syariah
Islam. Di antara yang di larang oleh syariah Islam dalam melakukan transaksi bisnis adalah
transaksi yang mengandung riba sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah
ayat 275 yang menyatakan bahwa Allah SWT menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Oleh karena itu semua transaksi di pasar modal yang terdapat di dalamnya unsur riba
maka transaksi itu di larang.
Syariah Islam juga melarang transaksi yang di dalamnya terdapat spekulasi dan
mengandung gharar atau ketidakjelasan, yaitu transaksi yang di dalamnya dimungkinkan
terjadi penipuan. Oleh karena itu, gharar termasuk dalam pengertian memakan harta orang
lain secara batil atau tidak sah. Sementara itu, transaksi yang di larang adalah transaksi yang
di dapatkan melalui informasi yang menyesatkan atau memakai informasi orang dalam
bentuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Oleh karena itu, investasi di pasar modal
tidak selalu sesuai dengan ketentuan syariah Islam maka berinvestasi di pasar modal harus
dilakukan dengan sangat selektif dan dengan sangat hati-hati sehingga tidak masuk dalam
investasi yang bertentangan dengan syariah.27
Menurut Pontjowinoto28 ada beberapa prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam
melaksanakan investasi keuangan, antara lain:
27 Habib Nazir, dkk dalam Adrian Sutedi. Pasar Modal Syariah. Jakarta: Sinar
Grafika. 2011. Hlm. 116.
28 Pontjowinoto dalam Adrian Sutedi. Pasar Modal Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
2011. Hlm. 117.
14

a. Transaksi hendaknya atas harta yang memberikan nilai manfaat dan menghindari
setiap transaksi yang dzalim. Setiap transaksi yang memberikan manfaat akan
dilakukan bagi hasil atau hasil usaha.
b. Uang sebagai alat pertukaran, bahan komoditas perdagangan dimana fungsinya adalah
sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau harta.
Sementara itu, manfaat atau keuntungan yang ditimbulkannya berdasarkan atas
pemakaian barang atau harta yang telah di beli dengan uang tersebut.
c. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan karugian atau unsur penipuan di
salah satu pihak, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Diharamkan praktik
insider trading.
d. Risiko yang mungkin timbul harus di kelola secara hati-hati sehingga tidak
menimbulkan risiko yang lebih besar atau melebihi kemampuan menanggung risiko
(maysir).
e. Transaksi dalam syariah Islam yang mengharapkan hasil, setiap pelaku harus bersedia
menanggung risiko.
f. Manajemen yang di harapkan adalah manajemen Islami yang tidak mengandung
unsur soekulatif dan menghormati hak asasi manusia, serta menjaga lestarinya
lingkungan hidup.
Dari kriteria investasi yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa tidak
semua orang atau perusahaan dapat berinvestasi di pasar uang atau pasar modal syariah.
Transaksi investasi baru dapat dilaksanakan kalau kriteria sebagaimana tersebut diatas dapat
dipenuhi. Kriteria yang dikemukakan oleh fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk
melaksanakan investasi syariah sebagai berikut: pertama, perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri yang halal, tidak dibenarkan perusahaan yang bergerak dalam industri yang
memproduksi alkohol, jasa keuangan ribawi, judi, perusahaan senjata gelap, pornografi dan
sebagainya. Kedua, perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dananya
dari utang tidak lebih dari 30% dari rasio modalnya, ketiga, pendapatan bunga yang diperoleh
perusahaan tidak lebih dari 15 % keempat, perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang
yang jumlah piutang dagangnya atau total piutangnya tidak lebih dari 50 %.
Instrumen pasar modal syariah dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu pertama,
sekuritas asset/ proyek aset (asset seceritisation) yang merupakan bukti penyertaan baik
dalam bentuk penyertaan musyarakah (management share). Penyertaan musyarakah adalah
yang mewakili modal tetap (fixed capital) dengan hak pengelola, mengawasi manajemen dan
hak suara dalam mengambil keputusan. Sementara itu, penyertaan mudharabah (participation
15

share) adalah mewakili modal kerja dengan hak atas modal dan keuangan tersebut, tetapi
tanpa hak suara, hak pengawasan atau pengelolaan. Kedua, sekuritas uang (debt securation)
atau penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli atau merupakan sumber
pendanaan bagi perusahaan, ketiga, sekuritas modal, sekuritas ini merupakan emisi surat
berharga oleh perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah dalam
bentuk saham. Sekuritas modal ini juga dapat dilakukan oleh perusahaan yang sahamnya
dimiliki secara terbatas (non go publik) dengan mengeluarkan saham atau membeli saham.
Sehubungan dengan hal di atas, maka efek-efek yang di perdagangkan dalam pasar
modal syariah hanya yang memenuhi kriteria syariah seperti saham syariah, obligasi syariah,
dan reksa dana syariah. Untuk menghasilkan instrumen yang benar-benar sesuai dengan
syariah, telah dilakukan upaya-upaya rekontruksi terhadap surat berharga, diantaranya,
pertama, penghapusan bunga yang tetap dan mengalihkannya ke surat investasi yang ikut
serta dalam keuntungan dan dalam kerugian serta tunduk pada kaidah al-ghummu bi alghumn (keuntungan/ penghasilan itu berimbang dengan kerugian yang di tanggung), kedua,
penghapusan syarat jaminan atas kembalinya harga obligasi dan bunganya sehingga menjadi
seperti saham biasa, ketiga, pengalihan obligasi ke saham biasa.
Instrumen yang diharamkan dalam pasar modal syariah sebagai berikut:
a. Prefered Stock (saham istimewa).
Saham istimewa adalah saham yang memberikan hak lebih besar daripada saham biasa dalam
dividen pada waktu perseroan dilikuidasi. Karakteristik saham preference: hak utama atas
dividen, hak utama atas aktiva, penghasilan tetap, jangka waktu tidak terbatas, dan tidak
punya hak suara. Alasan di haramkannya saham ini karena 29 adanya keuntungan yang bersifat
tetap (pre-determined revenue), hal ini termasuk dalam kategori riba dan pemilik saham
preference dipelakukan secara istimewa terutama pada saat likuiditasi, hal ini bertentangan
dengan prinsip keadilan.30
b. Forward Contract.

29 Dr. Muhammad Firdaus NH. Dalam Adrian Sutedi. Pasar Modal Syariah.
Jakarta: Sinar Grafika. 2011. Hlm. 121.
30 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, Malang: UIN Maliki Press,
2010: 49.
16

Forward Contract merupakan salah satu jenis transaksi yang diharamkan karena
bertentangan dengan syariah. Forward Contract merupakan bentuk jual beli utang (dayn bi
daynl debt to debt) yang di dalamnya terdapat unsur riba, sedangkan transaksinya (jual beli)
dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo.31
c. Option
Option merupakan transaksi yang tidak disertai dengan underlying asset atau real asset, atau
dengan kata lain objek yang ditransaksikan tidak dimiliki oleh pejual. Option termasuk dalam
kategori gharar (penipuan/ spekulasi) dan maysir (judi). Akan tetapi, transaksi option sebagai
nilai dari real asset dan dapat dibenarkan menurut syariah. Karakteristik transaksi option
adalah Akad yang terjadi pada hak milik saja dan objeknya bukan surat harga; Pada
umumnya kesepakatan jual beli tersebut tidak terlaksanakan tapi diselesaikan dengan
perolehan pembeli atas option-nya atau penjual atas perbedaan harga; Transaksinya disertai
spekulasi atas naiknya harga pada keadaan ia membeli dan spekulasi atas turunnya harga
pada saat ia menjual; Berlangsungnya peredaran hak mamilih/ transaksi option kembali
dengan mencakup muamalah formalitas; Orang yang menjual surat berharga umumnya tidak
memiliki barang tersebut pada waktu akad.32

J. Pengawasan Pasar Modal Syariah


Pesatnya perkembangan bisnis syariah yang terjadi di sektor perbankan dan asuransi
ternyata juga berdampak pada pengembangan pasar modal syariah. Sejak di luncurkan secara
resmi Maret 2003 lau, pasar modal syariah mengalami peningkatan yang signifikan.
Meskipun sebetulnya Bursa Efek Jakarta (BEJ) telah menerbitkan daftar reksa dana, saham
dan obligasi syariah dalam Jakarta Islamic Index (JII) pada 3 Juli 200 lalu.
Akan tetapi, dalam mendukung kinerjanya, pasar modal syariah belum memiliki
standar pengawasan berupa ketentuan Badan Pengawas Modal (Bapepam). Selama ini,
pengawasan pasar modal syariah hanya berjalan berdasarkan pedoman yang diterbitkan
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Pedoman tersebut
mensyaratkan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) bagi produk reksa dana syariah dan
tim ahli syariah bagi obligasi dan saham syariah. Sementara itu, JII menggunakan jasa DPS
Dana reksa untuk menyeleksi kesesuaian syariah produk reksa dana, saham, dan obligasi.
31 Ibid., hlm. 50.
32 Ibid., hlm. 50.
17

Menurut Ketua Umum DSN-MUI, KH Maruf Amin, DSN-MUI bersama dengan


Bapepam tengah berupaya meningkatkan status pengawasan pasar modal syariah menjadi
regulasi formal. Maruf menyebutkan, peningkatan status pengawasan menjadi ketentuan
Bapepam sangat penting dilakukan. Tujuannya untuk lenih mendorong perkembangan
industri pasar modal syariah di Indonesia. Ketentuan Bapepam menunjukkan adanya
dukungan dan legitimasi regulator dalam hal pengawasan.
Selain itu tim teknis tidak hanya bertugas melakukan penyempurnaan pedoman pasar
modal syariah. Mereka juga bertugas mengkaji sejumlah aspek pasar modal lainnya.
Diantaranya meliputi jenis usaha dan komposisi permodalan perusahaan penerbit investasi
portofolio. Terkait perkembangan, bisnis pasar modal memiliki potensi perkembangan cukup
signifikan. Hal tersebut terlihat dari tingginya return produk pasar modal.
Untuk mendorong perkembangan pasar modal syariah, pemerintah perlu membuat
peraturan perpajakan yang ramah bagi pasar modal syariah. Undang-Undang perpajakan saat
ini dinilai menghambat perkembangan sejumlah instrumen investasi pasar modal syariah.
Kendalanya adalah pajak ganda.

K. Penerapan Prinsip Syariah


Di Indonesia, pengawasan ini dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah. adapun peran
Dewan Pengawas Syariah meliputi:33
1. Penentuan transaksi keuangan yang diperbolehkan
Mengingat pada ibadah muamalat semua hal pada prinsipnya diperbolehkan kecuali
bila dilarang, maka penentuan transasksi pembiayaan maupun investasi yang halal
menjadi sangat vital.
2. Purifikasi
Pada prinsipnya mencapurkan hal yang halal dan yang haram tidak pernah
diperbolehkan. Akan tetapi bila dalam transaksi yang diperbolehkan kemudian
investor dihadapkan pada keadaan di mana ada pendapatan haram yang tercampur ke
dalamnya, maka bagian yang haram harus dikeluarkan melalui proses purifikasi.
3. Advokasi untuk investor maupun emiten
Kepentingan investor maupun emiten harus ditempatkan secara proporsional,
termasuk kepentingan yang terkait dalam pembagian hasil usaha (dividen) dan
kegiatan perdagangan efek.
33 Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 236239
18

4. Monitor kepatuhan
Pengawasan kepatuhan dapat dilaksanakan dengan memoitor pelaksanaan sejak awal
hingga akhir, termasuk kjian atas dokumentasi transaksi, dan membuat laporan yang
akurat dan tepat waktu atas penyimpangan yang ada.
5. Kepedulian terhadap masyarakat sekitar
Harus ada alokasi yang jelas bagi pembiayaan untuk kegiatan masyarakat terdekat,
karena pada dasarnya ide dasar ekonomi syariah adalah untuk mencapai
kemashlahatan manusia.
6. Tangggung jawab sosial
Mengingat tingkat pemahaman dan kecanggihan ekonomi syariah relatif masih rendah
maka tanggungjwab sosial ini juga mencakup tanggung jawab peningkatan
pendidikan ekonomi syariah.

L. Peran Dewan Pengawas Syariah


Dewan pengwas syariah adalah badan yang ditujuk oleh dewan syariah nasional yang
ditempatkan di lembaga keuangan atau bisnis syariah yang bertugas mengawasi kegiatan
usaha perusahaan agar sesuai dengan prinsip syariah.34
Fungsi DPS sebagai pengawas pengawas memiliki kesamaan dengan dewan komisaris.
Bedanya, kepentingan komisaris dalam melakuakan fungsinya adalah memastikan pasar
modal selalu menghasilkan keuntungan ekonomis. Akan tetapi, kepentingan DPS sematamata hanya untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dalam praktik kegiatan di pasar modal.
Dengan demikian, DPS adalah lembaga yang khas yang dimiliki pasar modal syariah.
tugasnya sangat berat, yaitu sebagai pengawas kegiatan usaha pasar modal agar senantiasa
sejalan dengan prinsip syariah. Dalam menjalankan tugas tersebut adalah sangat penting
untuk membekali DPS dengan wewenang yang cukup dan membuat aturan yang rinci
mengenai keududukannya. Hal tersebut dapat membuat good coorporate governnce lebih
mudah diterapkan dalam DPS.

34 ibid., hlm. 239-243


19

You might also like