Professional Documents
Culture Documents
1.1
Pendahuluan
Penyampaian informasi dari sumber informasi (komunikator) ke penerima
informasi (komunikan) hanya dapat terlaksana bila ada semacam sistem alat
penghubung (media) di antara keduanya. Sistem tersebut disebut dengan sistem
transmisi. Bila jarak antara komunikator dan komunikan saling berdekatan, maka
sistem transmisi cukup dengan penggetaran udara di sekitarnya. Tetapi bila
jaraknya cukup jauh, maka dibutuhkan sistem transmisi yang lebih kompleks.
Dalam sistem telekomunikasi, suatu sistem transmisi bisa terdiri dari lebih
dari satu media transmisi, yang secara umum dibedakan menjadi 2 (dua) bagian,
yaitu : media fisik dan media non-fisik. Yang dimaksud dengan media fisik adalah
kabel (wired), yang lebih umum disebut dengan saluran transmisi (transmision
line). Media non fisik merupakan udara (yang lebih dikenal dengan wireless).
1.1.1 Definisi Saluran Transmisi
Saluran transmisi adalah setiap bentuk hubungan secara listrik, baik
berupa kawat penghantar, kabel dan lain-lain yang menghubungkan suatu sumber
sinyal ke beban. Dalam mempelajari saluran transmisi, yang menjadi
permasalahan dari jawaban diatas adalah perhitungan yang demikian kompleks,
karena teori saluran transmisi tidak semudah teori-teori pada rangkaian listrik
lainnya; meskipun bentuk saluran itu hanya berupa sepasang kawat penghantar
yang pendek. Jika sepasang kawat penghantar itu dianggap terlalu panjang, maka
dapat mengekivalenkan penghantar tersebut sebagai sekumpulan induktor dan
kapasitor.
1.1.2 Konsep Dasar Saluran Transmisi
Pada prinsipnya, konsep dasar saluran transmisi dapat digambarkan sebagai
berikut. Apabila antara sumber sinyal dan beban dihubungkan oleh suatu saluran
transmisi, maka :
1
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
sebaliknya,
apabila
ada
sesuatu
hal yang
menyebabkan
medan
2
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
oleh suatu bahan isolator (bahan dielektrik). Parameter penting dari bahan isolator
ini adalah konstanta dielektrik (k). Harga konstanta dielektrik dari bahan isolator
ini merupakan harga relatif terhadap harga konstanta dielektrik dari ruang hampa.
Sebagai contoh harga konstanta dielektrik suatu bahan isolator pada kabel adalah
k=4, ini berarti bahwa kekuatan medan listrik pada bahan isolator itu akan
menjadi seperempat dibanding bila bahan isolator itu diganti dengan udara (ruang
hampa).
1.2.1 Cepat Rambat
Cepat rambat medan elektromagnetik di udara mendekati cepat rambat di
ruang hampa, yaitu 299.792.462 meter/detik (sekitar 3 x 108 meter/detik). Bila
gelombang tersebut merambat dalam bahan dielektrik, maka cepat rambatnya
akan lebih kecil dari harga di atas. Semakin besar harga k suatu bahan dielektrik,
maka cepat rambat akan semakin kecil. Hubungan antara kecepatan dan harga k
dapat dituliskan sebagai :
Cepat rambat (meter/detik) =
3 x10 8
k
(1.1)
Di mana k adalah konstanta dielektrik bahan isolator. Harga k ini adalah
harga relatif dibandingkan dengan konstanta dielektrik udara (ruang hampa),
sehingga harga k disini adalah tanpa satuan. Tabel 1.1 menyajikan harga konstanta
dielektrik dari beberapa material atau bahan isolator.
Bila diketahui distribusi induktansi L dan kapasitansi C, maka cepat
rambat gelombang dalam suatu saluran transmisi tanpa rugi-rugi (lossless) dapat
dinyatakan dengan persamaan (1.2)
1
LC
(1.2)
3
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1.2.2 Frekuensi
Frekuensi menyatakan banyaknya gelombang dalam satu detik, dan
dinyatakan dengan herzt (disingkat Hz). Dalam perambatan gelombang dalam
saluran transmisi, cepat rambat dan panjang gelombang boleh jadi akan berubah
jika memasuki medium (bahan dielektrik) yang berbeda, tetapi frekuensi
gelombang akan selalu tetap tanpa pengaruh medium yang dilewatinya.
Jika periode gelombang dinyatakan dengan T (detik), maka frekuensi gelombang
tersebut merupakan kebalikan dari T, dan dinyatakan :
Frekuensi
1
(herzt )
T
(1.3)
KONSTANTA
DIELKTRIK (k)
Ruang hampa
Udara
Teflon
Polyethylene
PVC
Nylon
Polystyrene
1,000
1,0006
2,100
2,270
3,300
4,900
2,500
KECEPATAN
(METER/DETIK)
300 x 106
299,2 x 106
207 x 106
199 x 106
165 x 106
136 x 106
190 x 106
300 x10 6
kxfrekuens i ( Hz )
(1.4)
4
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dimana
L
C
(1.5)
Contoh 1.1 :
Hitunglah impedansi karakteristik saluran kawat sejajar bila induktansi
setiap kawat adalah 0,25 H per meter dan kapasitansi antar kawat sebesar 30 pF
per meter.
Jawab :
Induktansi yang telah diketahui sebesar 0,25 H per meter itu adakah untuk satu
kawat. Untuk induktansi total per meter dari saluran dua kawat, maka harga di
atas harus dikalikan dua sehingga L = 0,5 H dan C = 30pF.
Zo =
L
C
5
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
0,5 x10 6
30 x10 12
= 129
1.3 Syarat Batas Medan Elektromagnetik
Syarat batas medan elektromagnetik merupakan salah satu prasyarat dalam
mempelajari suatu waveguide. Persamaan-persamaan dasar menggambarkan
sebuah fenomena, bahwa gelombang elektromagnetik diturunkan dari persamaan
Maxwell dan dua persamaan kontinyuitas. Apabila persamaan-persamaan itu
dalam bentuk persamaan diferensial, maka syarat batas harus digunakan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang khusus.
1.3.1 Syarat Batas Dielektrik ( = 0 )
Dua buah aturan dasar digunakan pada permukaan antara dua material yang
berbeda.
(1)
(2)
Et1 = Et2
(1.6a)
Ht1 = Ht2
(1.6b)
Komponen normal dari kerapatan fluks listrik dan fluks magnet (D dan
B) kontinyu pada batas anatara dua material. untuk = 0.
Dn2 = Dn1
(1.7a)
Bn1 = Bn2
(1.7b)
Pernyataan di atas dibenarkan oleh pemakaian hukum Faraday, hukum Gauss dan
hukum Ampere.
6
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(1.8)
Tetapi komponen normal dari intensitas medan listrik tetap ada, seperti
diperlihatkan pada gambar 1.1(a).
Apabila tidak terdapat muatan magnetik pada permukaan, maka Bn2 adalah
nol.
Oleh karena itu garis-garis gaya magnetik digambarkan suatu rangkaian
tertutup, seperti diperlihatkan pada gambar 1.1(b).
medan listrik
konduktor
(a)
medan magnet
konduktor
(b)
7
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
E
B
(a)
(b)
Gambar 1.2. Gelombang Berjalan pada Saluran Transmisi dari kawat terbuka
Dari sudut pandang ini, kita melihat bahwa medan listrik dan medan
magnit tampak berjalan bersama pada kecepatan yang sama dalam medium.
Sehingga kawat hanya akan membimbing gelombang dalam arah tertentu.
Gambar dari medan listrik dan medan magnit jika dilihat secara melintang dari
ujung-ujung kawat ditunjukkan dalam ganbar 1.2(b). Gelombang seperti itu,
mempunyai ciri tidak ada medan listrik dan medan magnit dalam arah rambatan
gelombang. Mode seperti ini disebut mode TEM (transverse electric and
magnetic), yaitu medan listrik dan medan magnit yang melintang dari arah
rambatan. Apabila medan listrik saja yang melintang dari arah rambatan, maka
mode seperti ini disebut mode TE (transverse electric). Dan apabila medan
magnitnya saja yang melintang dari arah rambatan, maka mode ini disebut mode
8
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Y
X
Z
(a)
Bumbung Gelombang Bentuk Persegi
Silinder
(mode TE)
(b)
Bumbung Gelombang Bentuk
(mode TM)
9
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
bervariasi antara 0 (tanpa pantulan) sampai 1, yang berarti sinyal yang datang ke
beban seluruhnya dipantulkan kembali ke sumbernya.
Vrefleksi
Vmaju
(tanpa satuan)
(1.9)
Hubungan antara koefisien refleksi, impedansi karakteristik dan impedansi beban
dapat ditulis
ZL Zo
ZL Zo
=
Dimana :
(1.10)
Contoh 1.2 :
Suatu saluran transmisi mempunyai Zo = 200 , ZL = RL = 300 ,
tegangan maju (tegangan yang merambat menuju beban) V+ = 100 mV. Berapakah
koefisien refleksi, tegangan yang direfleksikan serta tegangan pada beban ?
Jawab :
Dari persamaan (1.7) :
Z L Z o 300 200
0,2
= Z L Z o 300 200
Sehingga tegangan refleksi dapat dicari dengan persamaan (1.6) seperti berikut
ini:
V- = V+
= 0,2 x 100 mV
= 20 mV
Tegangan di beban dapat dihitung :
10
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
VL = V+ + V - = 100 mV + 20 mV = 120 mV
Daya input (daya datang atau daya yang dikirimkan ke arah beban) dapat dihitung
sebagai berikut :
(V ) 2
P+ = V+ . I+ = Z o
(0,1) 2
= 200
= 0,05 mW
Daya yang dipantulkan kembali ke arah sumber dapat pula dihitung sebagai :
P- = 2 . P+
= (0,2)2 x 0,05 mW
= 0,002 mW
Sehingga daya yang diserap oleh beban adalah :
PL = P+ - P = 0,05 mW 0,002 mW
= 0,048 mW.
SOAL-SOAL :
1.
Jelaskan yang anda ketahui tentang saluran transmisi dan berilah beberapa
contoh tentang saluran transmisi yang umum digunakan dalam sistem
telekomunikasi.
2.
3.
4.
5.
11
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
6.
12
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
BAB 2
PRINSIP SALURAN TRANSMISI DAN WAVEGUIDE
L.di/dt.
Induktansi ini juga terdistribusi merata sepanjang saluran, dengan satuan Henry
per meter. Sedangkan kapasitansi yang terdistribusi merata sepanjang saluran itu
dapat dibayangkan sebagai kapasitansi yang timbul karena dua konduktor pada
saluran transmisi letaknya sejajar satu sama lain.
L1
L2
L3
I
C1
I
C2
C3
13
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Vinput
Z0 = 50
(a)
RL = 50
Rs = 50
100 V
Z0 = 50
(b)
50
V
Gelombang berjalan
Waktu
(c)
1A
Gelombang berjalan
Waktu
Panjang
Lintasan
(d)
Gambar 2.2. Saluran Transmisi dengan Beban Sesuai
Sumber membangkitkan gelombang sebesar 100 V dengan tahanan dalam
generator Rs = 50 . Sumber tersebut dihubungkan oleh suatu saluran transmisi
dengan impedansi karakteristik Zo = 50 ke suatu beban dengan impedansi RL =
50 . Bila rangkaian pada gambar 2.2(a) diamati, maka Zo = Rl = 50 , sehingga
14
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Zo
50
V
100V 50V
R Zo
50 50
Vinput = s
Sedangkan arus input yang mengalir dalam saluran transmisi dari sumber
dinyatakan dengan :
1
1
Vsumber
100V 1A
50 50
Iinput = 50 50
15
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Vinput
RL =105
Z0 = 75
(a)
Rs = 35
100 V
Z0 = 75
(b)
V+ = 68,2 V
(c)
V - = 11,4 V
(d)
Zo
R Zo
Vinput = s
75
100V 68,2V
75 35
16
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
0,167
Z
Z
105
75
L
o
=
ZO
R ZO
Vinput = S
50
100V 50V
50 50
1
1
Vsumber
100V 1A
50 50
Iinput = 50 50
Pinput =
17
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
RS = 50
100
V
Vinput
Z0 = 50
(a)
Rs = 50
100 V
Z0 = 50
(b)
50
V
V+
0
V-
50V
50V
V+ - V Panjang
Saluran
(c)
2
A
I1
I+
A
(d)
0 2.4 Saluran Transmisi Beban Hubung Singkat
Gambar
1
R
Z
0
75
L
o
=
18
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
19
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
RL Z o
lim
x 75
1
x 75
Vinput
RL = (terbuka)
Z0 = 50
(a)
Rs = 50
100 V
Z0 = 50
(b)
100
V
V+
50
V
100
V
0
V+-V-
50
V
Panjang
Saluran
(c)
10A
I+
0
-1 A
I-
1A
I+ - I -
Panjang
Jurusan Teknik Elektro Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Saluran
20
(d )
Gambar 2.5. Saluran Transmisi Ujung Terbuka
Tegangan di beban VL dan arus di beban IL adalah :
VL = V++ V - = 100 V, dan
IL = I + + I - = 0
Maka adaya yang diserap oleh beban PL dapat dihitung :
P L = V L IL = 0
2.6 Impedasi Imput
Suatu saluran transmisi dengan impedansi karakterisitik Zo dihubungkan
dengan beban dengan impedansi ZL seperti pada gambar 2.6, maka impedansi
terukur pada jarak l dari beban mempunyai harga tertentu. Impedansi ini disebut
dengan impedansi input saluran yang disimbulkan dengan Zin
Zin
Z0
ZL
l
Gambar 2.6 Impedansi Input
Zin =
Zo
Z L jZ o tan l
Z o jZ L tan l
(2.1)
21
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Zin = ZL
(short circuit)
(open circuit)
Zin
Zo
ZL
11 cmMuhammadiyah Yogyakarta
Jurusan Teknik Elektro Universitas
22
Jawab :
3.10 8
2
2
10cm l
l
11cm 2,2
9
10
= 3.10
Dinyatakan bahwa
a). Zin =
b). Zin =
c). Zin =
Zin =
Zo
Z L jZ 0 tan l
Z o jZ L l , maka :
50
0 j tan 2,2
j 36,3
50
50
70 j 50 tan 2,2
(52,6 j17)
50 j 70 tan 2,2
50
VSWR = Vmin
23
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
V V
V V
VSWR =
1 V
1 V
1 L
; dimana :
1 L
1 L
1 L
ZL Zo
ZL Zo
(2.2)
Untuk saluran yang match (ZO = ZL), dimana tidak terdapat gelombang pantul,
atau Vmaks = Vmin , atau juga L = 0, maka VSWR = 1.
Beberapa keadaan istimewa ditinjau dari beban :
ZL = 0 (short circuit) VSWR =
ZL = ZO (matched)
VSWR = 1
(LV )2 / R
L2
=
(V ) 2 / R
Dari persamaan (2.2) dapatlah kita cari hubungan antara koefisien pantul dan
VSWR sebagai berikut :
L =
VSWR 1
VSWR 1
24
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
POWER.REFLECTED VSWR 1
POWER.INCIDENT
VSWR 1
Tabel 2.1 Hubungan antara VSWR, Daya Refleksi dan Daya Kirim
VSWR
Daya Refleksi
(%)
2
x100
=
Daya Kirim
(%)
2
1 x100
=
=
1.0
1.1
1.2
1.5
2.0
3.0
4.0
5.0
5.83
10.0
VSWR 1
X 100
VSWR 1
0.0
0.2
0.8
4.0
11.1
25.0
36.0
44.4
50.0
66.9
100.0
99.8
99.2
96.0
88.9
75.0
64.0
55.6
50.0
33.1
Contoh 2.2 :
Suatu gelombang dengan level puncak 100 Volt dihubungkan ke salah satu ujung
dari suatu saluran transmisi. Karena beban yang terpasang pada ujung yang lain
dari saluran itu ternyata tidak sesuai, maka tegangan yang diserap oleh beban
hanya 80 Volt peak, sedangkan sisanya sebesar 20 Volt peak akan dipantulkan
kembali ke saluran yang selanjutnya terus kembali ke generator. Gelombang
berdiri (Standing Wave) yang terjadi didalam saluran akan memiliki harga
maksimum sebesar :
25
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Vmax 120
1,50
Vmin
80
Contoh 2.3 :
Berapakah perbandingan gelombang berdiri (VSWR) dan koefisien pantulan, bila
suatu antenna dengan impedansi sebesar 24 dihubungkan ke suatu saluran yang
memiliki impedansi karakteristik sebesar (a) 60 ; (b) 150 .
Jawab :
(a) Koefisien pantulan adalah
Z L Z O 24 60
3
7
Z
Z
24
60
O
= L
1
VSWR =
1 3
7 2,5
1 3
7
7
Z
Z
150
160
L
O
=
1
1
1 3
7 2,5
1 3
7
26
BAB 3
TIPE SALURAN TRANSMISI
Di era yang semakin maju dan modern ini teknologi informasi akan
semakin berkembang pesat termasuk unsur unsur pendukung dari sistem
komunikasi seperti media transmisi yang digunakan untuk menghantarkan
informasi. Dimana media transmisi mengalami kemajuan dalam hal kualitas
dalam menghantarkan informasi dari sumber informasi ke tujuan.
Internet kabel menggunakan media kabel koaksial sebagai media
aksesnya. Asalnya kabel koaksial ini hanya digunakan untuk menyalurkan signal
TV saja. Signal TV ini menggunakan alokasi frekuensi 6Mhz (standard NTSC)
atau 7 atau 8Mhz (standard PAL), sehingga dalam satu kabel dapat disalurkan
berpuluh siaran TV. Umumnya spektrum frekuensi yang digunakan untuk signal
TV berkisar antara 111Mhz - 450 Mhz, padahal kabel koaksial ini mampu
membawa frekuensi hingga 1000 Mhz. Frekuensi yang tidak terpakai inilah yang
kemudian digunakan untuk membawa signal data, dan dibawa pada frekuensi 550
Mhz.
Traffic yang terjadi pada pelanggan kabel modem umumnya bersifat
asimetrik. Trafik downstream bersifat lebih besar daripada trafik upstreamnya, hal
ini umum terjadi pada traffic Internet. Trafik downstream memakai besar
frekuensi 6 Mhz dan dimodulasi dengan 64QAM, sehingga bandwidth yang
didapat sekitar 6Mhz x 6 (banyaknya bit dlm 64QAM) x FEC x overhead =
27
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
28
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Insulating Material
29
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
30
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
31
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(shielded)
Kabel
Berpasanan
tidak berlapis (unshielded twisted pair- UTP) merupakan jenis kabel yang paling
mudah ditemui dan umumnya digunakan pada instansi instansi pendidikan.
Kualitas kabel UTP berbeda dari kabel telepon, Kabel UTP mempunyai empat
pasang kawat di dalamnya dan setiap pasang berpinlin dengan jumlah pilinan
yang berlainan bagi setiap inci untuk membantu menyingkirkan gangguan dari
pasangan kawat yang hampir atau dari peranti bereletrik yang lain.
EIA/TIA(Electronic
Industry
Association/Telecommunication
Industry
Association) telah menyetadarkan mutu, dan standard UTP dan memberikan lima
kategori utama.
Penyambungan Kabel Tidak Belapis Berpasangan Berpintal
( Unshielded Twisted Pair Connector)
Penyambung yang paling sesuai untuk kabel berpasangan tidak berlapis
ialah RJ-45 connector. RJ berarti Registered Jack yang mana nama tersebut
diambil dari penyambungan kabel telpon. RJ-45 connector merupakan
penyambung yang dibuat dari plastik dan berguna untuk menyambung kabel
telepon. Satu slot difungsikan hanya untuk penyambungan dari satu sisi saja.
32
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
33
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
34
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
wavelength
division
multiplexing
--suatu
teknik
untuk
35
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
36
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Delay
0.005 ms/km
0.048 ms/km
Keamanan
- aman dari
penyadapan
- tidak dapat di
jamming
- aman dari
penyadapan
- tidak dapat di
jamming
memasang kabel
baru
sedang-besar
baik, tidak ekonomis
tidak dapat
baik, tidak praktis
lebih dari 25 tahun
10 tahun
Penambahan kanal
Kapasitas kanal
Transmisi TV
Broadcast
Transmisi data
Umur sistem
MTBF
sedang-besar sekali
baik dan ekonomis
tidak dapat
baiksekali
lebih dari 25 tahun
10 tahun
pembawanya
bukan
gelombang
listrik
ataupun
gelombang
37
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
elektromagnetik akan tetapi cahaya, baik cahaya tampak maupun cahaya tak
tampak.
Sistem telekomunikasi ini sebenarnya sudah diteliti sejak lama,tetapi
karena banyaknya kesulitan atau hambatan yang timbul terutama didalam usaha
menghilangkan kotoran dalam pembuatan serat optik. Kotoran dalam serat optik
dapat mengakibatkan rugi-rugi transmisi dan disperse yang tidak sempurna.
Sebagaimana namanya maka serat optik dibuat dari gelas silika dengan
penampang berbentuk lingkaran atau berbentuk lainnya. Pembuatan serat optic
dilakukan dengan cara menarik bahan gelas kental cair sehingga dapat diperoleh
serabut/serat gelas dengan penampang tertentu.Proses ini dikerjakan dalam
keadaan bahan gelas yang panas. Yang penting dalam pembuatan serat optic
adalah menjaga agar perbandingan relatifantara bermacam lapisan tidak berubah
sebagai akibat tarikan.Prosespembungkusan seperti pemberian bahan pelindung
atau prosespembuatan satu ikat kabel yang terdiri atas beberapa buah hingga
ratusan kabel pengerjaannya tidak berbeda dengan pembuatan kabel biasa.
B. Pembuatan serat optik
Serat optik dapat dibuat dari silika (SiO2), polimer1 (Plastic Optical Fiber,
POF), atau campuran keduanya. Pada dasarnya serat optik disusun oleh bagianbagian:
Bagian dalam silinder yang memiliki indeks bias tinggi yaitu inti (core);
Bagian tengah silinder yang memiliki indeks bias lebih rendah yaitu
selimut (cladding);
ketebalan cladding berkisar 125 630 mikron, dan jaketnya bervariasi antara 250
1040 mikron. Sedangkan untuk POF diameter keseluruhannya berkisar antara
1
Polimer merupakan bahan hasil turunan dari minyak bumi. Hasil jadi dari polimer antara lain
karet sintetis dan plastik.
38
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
750 2000 mickron. Dengan adanya perbedaan diameter tersebut membuat serat
optik POF lebih mudah ditangani daripada serat optik yang berasal dari silika.
SiO2 + 2Cl2
39
40
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
41
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pembuatan bahan kaca ini melalui proses yang disebut dengan modified chemical
vapor deposition (MCVD).
Hasil dari proses ini adalah kaca silika yang berbentuk batangan / tabung panjang
sebagai bahan untuk proses selanjutnya.
2. Penarikan serat dari bahan dasar
Setelah bahan diuji kemudian bahan tersebut dimasukkan ke menara
penarikan serat untuk dibentuk menjadi serat optik.
42
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
benang tersbut
43
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
44
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Seperti gambar di atas, jika ada sinar yang masuk ke core serat optik maka
sebenarnya sinar tersebut akan dipantul-pantulkan oleh lapisan antara core dan
cladding sehingga sinar tetap pada core. Kejadian tersebut akan terjadi jika sudut
datang lebih besar dari sudut kritis. Jika sudut datang kurang dari sudut kritis 2
maka sinar akan dibiaskan ke cladding, kejadian tersebut membuat atenuasi yang
sangat besar pada kuantitas sinar yang dilewatkan. Besarnya sudut kritis
dirumuskan:
C cos 1
n2
n1
Misalkan jika n1=1,446 dan n2=1,430 maka diperoleh sudut kritis 8,53 derajat.
Jika sinar datang berasal dari udara (tidak langsung ke core) maka indek bias
udara harus dilibatkan dalam perhitungan sudut kritis sinar datang dari luar /
udara. Sudut datang luar yang dapat diterima dirumuskan:
n1
sin C
n0
ext cos 1
Karena n0=1 maka melanjutkan contoh di atas diperoleh ext=12,4 derajat. Berikut
digambarkan kedatangan sinar dari berbagai sudut:
Perlu dicatat bahwa sudut kritis pada serat optik mengacu pada sumbu serat optik, hal ini berbeda
dengan fisika umum dimana pengukuran sudut bias / kritis diacukan pada garis normal.
45
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Gambar 3.13 Penampang lintang ukuran serat optik yang umum, dalam mikron.
Jika yang diacu adalah bahan, maka yang dipertimbangkan adalah atenuasi
dan harga. Serat optik yang umum dipakai adalah berasal dari kaca silika, plastik,
dan Plastic Clad Silica (PCS). Serat optik dari kaca silika memiliki atenuasi
terendah tetapi paling mahal. Serat optik dari plastik memiliki atenuasi terbesar
tetapi paling murah. Kelemahannya adalah ketahanannya terhadap panas dan api.
Serat Optik PCS memiliki atenuasi dan harga diantara kedua macam serat
sebelumnya.
Sedangkan menurut mode propagasinya, serat optik dibedakan menjadi
dua tipe yaitu single mode dan multi mode. Untuk multi mode sendiri dibedakan
menjadi multi mode step index dan multi mode graded index. Berikut
digambarkan pola propagasi sinar dalam ketiga jenis mode tersebut:
46
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
47
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
=2d x NA
=[2a] x n1 x (2 x )
= Radius inti
48
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
seluruhnya plastik
Serat optic:
Bahan dasar : silica (SiO2), indeks bias =1,458 pada =850nm
Modifikasi indeks bias dicapai dengan pemberian dopant: GeO2, P2O5 dsb.
1,48
Ga
O2
Indeks
1,46
Bias
F2O5
1,44
0
5
10
15
Penambahan dopant (x mol)
20
100
10
1
0,1
1960
1970
1900
1990
= 10 log Po/Pi
Po/Pi 1,07
Setiap km, daya cahaya hanya berkurang 57%
Inti gelas,selubungplastik.
49
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Bahan selubung:
Serat Plastik
Untuk jarak pendek: sampai 100m
NA sampai 0,6
Sudut penerima sampai 70
Diameter inti 110 1400 m
Contoh:
1. Inti polysterene (n1 = 1,60)
Selubung methyl methacrylate (n2=1,47)
NA = 0,60
2. Inti polymethyl methacrylate (n1=1,49) selubung copolymer NA = 0,50
Tabel. Karekteristik atenuasi dan bandwidth pada berbagai macam serat optik.
Mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Multi-mode
Material
Glass
Glass
Glass
Glass
Glass
Glass
Glass
Glass
Glass
Glass
Glass
Glass
Plastic
Plastic
Index of
Size
Refraction
(microns)
Profile microns
Step
800
62.5/125
Step
850
62.5/125
Graded
850
62.5/125
Graded
850
50/125
Graded
1300
62.5/125
Graded
1300
50/125
Graded
850
85/125
Graded
1300
85/125
Graded
1550
85/125
Graded
850
100/140
Graded
1300
100/140
Graded
1550
100/140
Step
650
485/500
Step
650
735/750
Atten. Bandwidth
dB/km MHz/km
5.0
4.0
3.3
2.7
0.9
0.7
2.8
0.7
0.4
3.5
1.5
0.9
240
230
6
6
200
600
800
1500
200
400
500
300
500
500
5 @ 680
5 @ 680
50
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Multi-mode
Multi-mode
Plastic
PCS
Step
Step
650
790
Single-mode
Glass
Step
650
Single-mode
Single-mode
Single-mode
Glass
Glass
Glass
Step
Step
Step
850
1300
1550
980/1000
200/350
3.7/80 or
125
5/80 or 125
9.3/125
8.1/125
220
10
5 @ 680
20
10
600
2.3
0.5
0.2
1000
*
*
Karakteristik Fiber
1.Rugi-rugi fiber
2.Dispersi
3.Pemilihan panjang gelombang
Rugi-rugi fiber disebabkan oleh
a) Material absorsi oleh material karena ketidak murnian
b) Light scattering karena ketidak sempurnaan material
c) Rugi-rugi belokan karena deformasi struktur dan Wave Guide
Loss =
Pout
Pin
Los| = 10 log
Pout
(db)
Pin
Elading
Core
Pin
Pout
Contoh:
Fiber dengan panjang 100m memiliki Pin = 10 w dan P out = 9 w .
Hitung rugi-rugi dalam db /km.
Jawab :
Pout
db = 10 log 9/10 = - 0,458 db
Pin
51
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pin
0,97 Pin
0,03 Pin
Pout
0,97Pin
(db) = 10 log
Pin
Pin
= - 0,132 db / 10 m
= - 13,2 db/km
rugi-rugi = 13,2 db/km
2. Sistem komunikasi serat optic memiliki panjang 10 km dan rugi-rugi 2,5
db/km. Hitung daya keluaran jika daya masukan 400 m
10 m
400 m
P out
L = 25 db
10 log
Pout
(db) = - 25
Pin
Pout
Pin
52
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tdo =
L
Ln1
=
--- delay propagasi minimum
c/nl
c
dimana :
L = panjang fiber
n 1= indeks bias inti
c = kecepatan cahaya
c/n1= Kal cahaya dalam fiber
Waktu perjalanan ujntuk mode kritis
53
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tdc=
L/Cosc
L n1
n1 n2
n1
Didapat
t = (L x n1 / c) x
dengan menggunakan NA
t = [ L x (NA)] / (2xn1xc)
C. Sistem Jaringan
Serat optik digunakan untuk menggantikan jenis penghantar data yang
lain. Oleh karena itu serat optik dapat digunakan untuk transmisi data, dengan
berbagai topologi jaringan seperti star, ring, dan bus. Struktur dasar penggunaan
serat optik dalam komunikasi end-to-end ditunjukkan gambar berikut:
54
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Karena kemampuan tampung sinyal oleh serat optik sangat besar maka
seringkali serat optik digunakan untuk menggantikan beberapa kabel untuk akses
dari satu tempat ke tempat lain dengan cara multiplexing.
55
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
E. Kesimpulan
1. Pada dasarnya serat optik tersusun atas tiga lapisan yaitu
i. Core (inti)
ii. Cladding (pelindung)
iii. Coat (jaket)
2. Jenis serat optik menurut mode rambatan sinarnya adalah
iv. Single mode
v. Multi mode, terbagi dalam dua macam
1. multi mode step index
2. multi mode graded index
3.Keuntungan terbesar dengan pemakaian serat optik adalah besarnya
bandwidth
yang tersedia dan kecilnya atenuasi selama perambatan sinyal.
56
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
BAB 4
SMITH CHART (PETA SMITH)
Pendahuluan
Metode Grafis lazim digunakan pada pemecahan persoalan transmisi,
karena munculnya bilangan kompleks sering mengakibatkan perhitungan menjadi
lama dan sulit. Dengan metode grafis diharapkan kelambanan dan kesulitan
perhitungan dapat jauh dikurangi dengan ketelitian hasil yang cukup memadai,
yaitu dengan mengunakan chart saluran transmisi yang paling popular adalah
dengan mengunakan smith char.
Smith Chart pada dasarnya merupakan kumpulan kurva-kurva untuk resistansi
konstans yang dapat menyatakan impedansi beban, impedansi input, bahkan
impedansi pada tiap titik pada saluran tersebut, dinyatakan dalam fraksi/pecahan
panjang gelombang relative terhadap tempat terjadinya tegangan maxsimum atau
titik tegangan minimum. Juga dapat dengan mudah diturunkan ||< dan VSWR.
Smith char dibangun didalm lingkaran dengan radius sebesar satu, pada
koordinat polar yang mengunakan variable radius || dan variable sudut
berlawanan arah jarum jam, sehingga suatu ttik menunjuk koordinat = ||<
dapat dipandang dalam suatu system koordinat Rectampular komplek, bahwa
koofisien pantul terdiri dari bagian real dan bagian imajiner. Tetapi informasi
tentang koefisien pantul malah tidak dicakup didalam smith chart, hal ini
menghindari keruetan jika harus ditampilkan bertumpukan dengan kurva-kurva
impedansi.
57
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Matching impedance
Sebuah system saluran transmisi direfresentasikan oleh gambar berikut :
Syarat agar tak terjadi gelombang pantul atau gelombang tegak (standing wave)
maka impedansi karakteristik saluran haruslah setara dengan nilai impedansi
beban (adanya matching impedance).
Rs + jXs = RL - jXL
Diagram Smith
Diagram smith merupakan grafik = f (Zo,Zr) pada sumbu r tegak lurus sumbu
i.
58
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Koefisien pantul pada titik beban, jika beban ZL dihubungkan dengan saluran
yang mempunyai karakteristik Z0 ;
Vrefl Z 0 Z L
r i
Vin
Z0 Z L
Karena harga atau nilai dari komponen pasif itu tidak tetap maka impedansi
komponen biasanya dinormalisasikan.
Z L R jX
r jx
Z0
Z0
(pers.1)
L r i
Z 0 Z L Z 0 Z L / Z 0 Z 1 r jx 1
Z 0 Z L Z 0 Z L / Z 0 Z 1 r jx 1
(pers.2)
59
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Z r jx
1 L 1 r i
1 L 1 r i
dari persamaan ini dengan memisahkan harga normalisasi resistansi dan reaktansi,
maka diperoleh :
-
Bagian Real ;
r
1 r 2 i 2
1 r 2 i 2
Bagian Imajiner ;
x
2.i
1 r 2 i 2
Manipulasi terhap persamaan diatas (bagian real dan bagian imajiner) akan
menghasilkan bentuk yang menyatakan sifat kurva-kurva dalam koordinat
rektanguler-komplek dengan sumbu-sumbu r dan i.
1). Bagian real
r
1 r 2 i 2
1 r 2 i 2
60
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Berpusat dititik :
Dan Berradius
,0
1 r
: 1/(1 + r).
Sebagai contoh :
-
= (1,0). Ini sesuai dengan sifat beban terbuka yang menyebabkan koefisien
pantul || = 0.
-
(r,i) = (1/2,0).
-
Dan seterusnya.
2.i
1 r 2 i 2
61
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
: (1,1/x)
Berradius
: 1/x
Sebagai contoh ;
-
Dan seterusnya.
62
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Peta Smiht
VSWR
Pada smith chart disediakan pula skala khusus VSWR = (1 + | |) / (1 - |
|), sehingga dalam penentuan suatu swr disuatu titik dapat mengambil jarak
radial antara titik Zin pada chart dengan Z = r = 1 (titik pusat chart) kemudian
menyelesaikan jarak tersebut.
1 | |
1 | |
| rin.Ro Ro | | rin.Ro Ro |
VSWR
| rin.Ro Ro | | rin.Ro Ro |
VSWR
Jika rin > 1 atau rin > Ro, maka VSWRin = 1/rin = Rin/Ro,
Jika rin < 1 atau rin < Ro, Maka VSWRin = 1/Rin = ro/Rin.
Dimana :
-
untuk dan sudut yang terbaca diskala pingiran chart harus ditambah
dengan 1800
Jika yang diketahui adalah impedans masukan saluran transmisi (Zi) maka
untuk mencari impedans beban (ZB) harus diperhatikan lingkaran paling
luar dengan skala yang ada didalam lingkaran yang pembacaannya
berlawanan arah dengan jarum jam, yang diistilahkan panjang gelombang
menuju beban. Sebaliknya jika yang diketahui adalah impedans beban
(ZB) maka untuk mencari impedans masukan (Zi) diperhatikan lingkaran
paling luar dengan skala paling luar, pembacaanya mengikuti arah arum
jam, yang diistilahkan panjjang beban menuju generator.
64
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
c. Skala derajat pada lingkaran dengan r = 0 pada peta smith mengambarkan nilai
koefisien sudut pantul ().
d. Penentuan Nilai Vswr dan Koefisien pantul.
-
Vswr, dalam penentuan suatu swr disuatu titik dapat mengambil jarak
radial antara titik Zin pada chart dengan Z = r = 1 (titik pusat chart)
kemudian menyesuaikan jarak tersebut. Atau mengambil jarak yang sama
pada Z = r = 1 tetapi berlawanan arah dan dari titik tersebut ditarik garis
tegak lurus ke ruler VSWR dan pada titik perpotongan antara garis dan
ruler adalah nilai Vswr.
Koefisien pantul (k), dalam penentuan suatu swr disuatu titik dapat
mengambil jarak radial antara titik Zin pada chart dengan Z = r = 1 (titik
pusat chart) kemudian menyelesaikan jarak tersebut. Dari titik swr tersebut
ditarik garis lurus kebawah hingga memotong ruler koefisien pantul.
Pertemuan titik potong tersebut merupakan nilai koefisien pantul.
Contoh Soal:
1. Panjang saluran transmisi 84,96o
Yo = 0,02 siemens
YB = (0,022 + j0,024) siemens
Tentukan : a) Yi
b) Zi
Jawab:
a) Yi (normalisasi) = 0,45 - j0,55
Yi
= (0,45 j 0,55) 0,22 siemens
= 0,009 j0,011) siemens
b) Zi (normalisasi) = 0,9 + j1,1
1
65
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
log
d
2,09.10 3
k
1,6
138
= 1,26 log 2,87 109,52 0,457
Zo =
= 50,05 Ohm
c
3.108
Vf
0,8 0,8.10 5
f
3.10 3
norm
15.10 3
0,1875
0,8.10 5
ZB(norm) =
R Jx 450 J 0
8,9
Zo
50,05
Vs
15
66
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 k
maka diperoleh nilai k = 0,8
1 k
Zi =
.15.103
120,96 o
0,336
360
Yi 0,00726 j 0,00066
67
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jawab:
ZB (norm) = 0,75 + j 0,25 Ohm
Zi(norm) = bertolak belakang 180o dengan Yi(norm) maka di peroleh = 0,75 j 0,25
ZB(norm) = bertolak belakang 180o dengan YB(norm) maka di peroleh = 1,2 j 0,4
Yo =
Yi
Yi(norm)
(0,0125 j0,004167)
0,0166 siemens
(0,75 j0,25)
68
Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta