Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
RIRI KUMALA SARI
H1A 008 026
301.50 (F60.4)
Pola pervasive mencari perhatian yang berlebihan, dimulai sejak dewasa muda dan dapat
terjadi pada beberapa kondisi, yaitu 5 (atau lebih) dari :
1. Pada situasi tidak mengenakkan dimana pasien bukan merupakan pusat perhatian.
2. Interaksi dengan orang lain dengan karakteristik seksual yang sering menggoda/
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Karakteristik Diagnosis
Ciri diagnosis gangguan kepribadian histrionic yaitu pervasive dan emosional yang
berlebihan dan perilaku mencari perhatian. Pola ini dimulai sejak dewasa muda.
Individu dengan pola kepribadian histrionic seringkali merasa tidak nyaman atau tidak
dihargai ketika mereka bukan merupakan pusat perhatian (kriteria 1). Seringkali dramatis,
mereka cenderung menarik perhatian ke diri mereka melalui sifat antusias dan keterbukaan.
Kualitas-kualitas ini semakin lama akan semakin berkurang namun individu-individu ini
menuntut perhatian lebih. Jika mereka bukan merupakan pusat perhatian, mereka akan
melakukan sesuatu yang dramatis (seperti membuat-buat cerita) untuk menarik focus perhatian
ke diri mereka sendiri. Kebutuhan ini seringkali terlihat dalam perilaku mereka terhadap seorang
klinisi (seperti penyampaian gejala fisik maupun psikis yang dramatic dan berubah-ubah tiap
kunjungan, sering memuji, dll).
Penampakan dan perilaku dari individu dengan gangguan ini seringkali bersifat
provokatif secara seksual yang tidak sesuai dengan situasi (kriteria 2). Perilaku ini ditujukan
tidak hanya pada orang-orang tertentu, namun pada masyarakat luas. Ekspresi emosional dapat
bersifat dangkal dan berubah-ubah secara cepat (kriteria 3). Individu dengan gangguan ini
2
seringkali menggunakan tampakan fisik untuk menarik perhatian orang-orang lain (kriteria 4),
sehingga mereka menggunakan uang mereka secara berlebian untuk baju dan dandan. Mereka
sulit menerima kritik mengenai bagaimana mereka terlihat di foto dan mereka seringkali
memancing pujian dari orang lain.
Individu-individu ini memiliki gaya bicara yang impresionis dan kurang detail (kriteria
5). Opini-opini kuat diekspresikan dengan dramatis, namun alasan-alasan yang mendasari
seringkali tidak jelas dan difus, tanpa fakta yang mendukung dan detail. Individu dengan
ganggaun ini dikarakteristikkan dengan dramatisasi diri, teateritikal, dan ekspresi emosi yang
berlebihan (kriteria 6). Mereka dapat membuat teman dan kenalan mereka merasa malu dengan
emosi mereka yang berlebihan di depan publik. Namun emosi mereka tampaknya cepat padam
dan cepat timbul kembali sehingga orang lain mengira mereka berpura-pura.
Individu dengan gangguan kepribadian histrionic memiliki sugestibilitas yang tinggi
(kriteria 7). Opini dan perasaan mereka dengan mudah dipengaruhi oleh orang lain. Mereka
sering memiliki kepercayaan yang berlebihan, terutama pada tokoh-tokoh khusus yang mereka
anggap dapat menyelesaikan masalah dengan mudah. Mereka memiliki tendensi untuk
berprasangka dan menyesuaikan pendirian mereka dengan cepat. Individu dengan gangguan ini
sering kali merasa hubungan mereka dengan orang lain lebih dekat dari yang sebenarnya,
sehingga mereka menyapa kenalan mereka dengan my dear, dear friend atau menyebut klinisi
yang baru dijumpainya satu kali atau dua kali dengan nama depan (kriteria 8).
dan kesenangan dan memiliki tendensi untuk merasa bosan dengan rutinitas yang mereka jalani.
Individu-individu ini
kegembiraan yang tertunda dan tindakan mereka sering kali dilakukan untuk mendapatkan
kepuasan dengan cepat. Meskipun mereka sering memulai pekerjaan mereka dengan antusiasme
yang tinggi, namun antusias mereka berkurang dengan cepat. Hubungan jangka panjang sering
kali sulit dijalani untuk mendapatkan kesenangan pada hubungan baru.
Risiko bunuh diri tidak diketahui, namun pengalaman klinis menunjukkan bahwa
individu dengan gangguan ini memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi dan menginginkan
perhatian lebih dan memaksa untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Gangguan
kepribadian histrionic telah dihubungkan dengan rasio gangguan gejala somatik yang lebih
tinggi, gangguan konversi (gangguan gejala fungsional neurologi) dan gangguan depresi mayor.
Gangguan kepribadian borderline, narsistik, antisosial dan dependen seringkali juga menyertai.
Prevalensi
Data dari tahun 2001-2002 berdasarkan survey epidemiologic nasional terhadap alcohol
dan kondisi yang berkaitan menunjukkan prevalensi gangguan kepribadian histrionic sebesar
1,84%.
Dari sisi klinis, gangguan ini lebih sering didiagnosis pada wanita, namun rasio jenis kelamin
tidak berbeda signifikan. Di sisi lain, beberapa penelitian menggunakan analisa structural
melaporkan prevalensi yang hampir rama pada pria dan wanita.
Diagnosis diferensial
Gangguan kepribadian lain dan karakteristik personalnya. Gangguan kepribadian lain
sering dikelirukan dengan gangguan kepribadian histrionic karena mereka memiliki beberapa
kesamaan. Sangat penting untuk membedakan diantara gangguan-gangguan kepribadian ini
berdasarkan
karakteristik
masing-masing.
Bagaimanapun,
apabila
individu
memiliki
karakteristik kepribadian yang masuk kriteria satu atau lebih gangguan kepribadian selain
gangguan kepribadian histrionic, kesemuanya dapat didiagnosis. Meskipun kepribadian
borderline dapat juga memiliki ciri seperti mencari perhatian, perilaku manipulative dan emosi
yang cepat berganti. Hal ini dibedakan dengan adanya perilaku yang self destructive, gangguan
kemarahan pada hubungan yang dekat dan perasaan kekosongan yang dalam yang dirasakan
kronis serta gangguan identitas. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial dan gangguan
kepribadian histrionic memiliki tendensi untuk menjadi impulsive, superfisial, mencari kepuasan,
sembrono, seductive, dan manipulative. Namun, individu dengan gangguan kepribadian
histrionic lebih berlebihan pada emosi mereka dan tidak berkaitand dengan perilaku antisosial.
Individu dengan gangguan kepribadian histrionic manipulative untuk mendapatkan perhatian,
sedangkan pada gangguan kepribadian antisosial manipulative untuik mendapatkan keuntungan,
kekuatan atau materi. Meskipun individu dengan gangguan kepribadian narsistik juga mencari
perhatian dari orang lain, mereka biasanya menginginkan pujian terhadap superioritas mereka,
sedangkan individu dengan gangguan kepribadian histrionic ingin terlihat sebagai individu yang
lemah atau dependen apabila ini dibutuhkan untuk mendapatkan perhatian. Individu dengan
kepribadian narsistik sering melebih-lebihkan keakraban hubungan mereka dengan orang lain,
namun mereka lebih condong untuk menegaskan status VIP atau kekayaan teman-teman
mereka. Pada gangguan kepribadian dependen, individu sangat bergantung pada orang lain
secara berlebihan, terutama untuk mendapatkan pujian dan bimbingan, namun tanpa karakteristik
emosional yang berlebihan seperti pada individu dengan gangguan kepribadian histrionic.
Banyak individu yang menunjukkan karakteristik kepribadian histrionic. Hanya ketika
krakteristik ini tidak fleksibel, maladaptive, dan terus menerus hingga menyebabkan gangguan
5
fungsional yang signifikan atau gangguan subjektif barulah dikatakan mengalami gangguan
kepribadian histrionic.
Perubahan kepribadian akibat kondisi medis yang lain. Gangguan kepribadian histrionic
harus dibedakan dengan perubahan kepribadian akibat kondisi medis, dimana karakteristik
tersebut muncul akibat efek kondisi medis tersebut terhadap system saraf pusat.
Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian histrionic juga harus dibedakan dengan
gejala yang dapat timbul berkaitan dengan penggunaan obat-obatan yang persisten.
301.81 (F60.81)
Pola perfasif terhadap kehebatan / grandiosity (pada fantasi atau perilaku), kebutuhan untuk
dipuji, kurangnya empati, dimulai dari usia dewasa muda dan dapat timbul pada beberapa
kondisi tertentu seperti diindikasikan pada 5 atau lebih sebagai berikut :
1. Merasa diri sangat penting (contoh : melebih-lebihkan pencapaian dan bakat, ingin diakui
superior tidak sepadan dengan pencapaiannya).
2. Memiliki fantasi yang tidak terbatas terhadap kesuksesan, kekuatan, kebrilianan,
kecantikan atau cinta yang ideal.
3. Percaya bahwa dirinya special dan unik dan hanya dapat dimengerti oleh, atau
semestinya berhubungan dengan orang special yang lain atau orang dengan status yang
tinggi (atau institusi).
4. Membutuhkan pujian yang berlebih.
5. Has a sense of entitlement (contoh : ekspektasi tidak beralasan terhadap perlakuan baik
atau komplians otomatis dengan ekspektasinya)
6. Ekspoliatif secara interpersonal (contoh : mencari keuntungan terhadap orang lain untuk
mencapai tujuannya).
7. Kurang empati : tidak ingin mengetahui perasaan dan kebutuhan orang lain.
8. Sering iri terhadap orang lain atau merasa orang lain iri terhadapnya.
9. Menujukkan sikap arogan dan angkuh.
Karakteristik diagnosis
Karakteristik esensial dari gangguan kepribadian narsistik adalah pola pervasive
grandiosity, keinginan untuk dipuji dan kurangnya empati yang dimulai sejak dewasa muda dan
dapat muncul pada beberapa kondisi.
Individu dengn gangguan ini merasa dirinya sangat penting (kriteria 1). Mereka merasa
kemampuan mereka lebih dan melebih-lebihkan hasil pencapaian mereka, sering tampak sebagai
orang yang sombong dan angkuh. Secara implisit mereka sering melebih-lebihkan diri mereka
dan merasa kontribusi orang lain kurang atas pencapaian tersebut. Individu dengan gangguan
kepribadian narsistik sering memiliki fantasi mengenai kesuksesan yang tidak terhingga,
7
kekuatan, kebrilianan, kecantikan atau cinta yang ideal (kriteria 2). Mereka sering menginginkan
pujian dan keistimewaan dan membandingkan diri mereka dengan orang-orang yang
berpengaruh.
Individu dengan gangguan kepribadian narsistik percaya bahwa mereka lebih superior,
special, atau unik dan ingin orang lain untuk mengenal mereka demikian (kriteria 3). Mereka
berpikir bahwa mereka hanya dapat dimengerti dan hanya berhubungan dengan orang-orang
yang special atau memiliki status social yang tinggi maupun orang-orang yang dipandang
unik, sempurna, atau berbakat. Individu dengan gangguan ini percaya bahwa kebutuhan
mereka special dan diluar pengetahuan orang biasa. Harga diri mereka merasa ditingkatkan dan
tercermin dari nilai ideal dari orang-orang yang berasosiasi dengan mereka. Mereka ingin
berhubungan dengan orang-orang yang dianggap top (dokter, hakim, instruktur) atau
berhubungan dengan institusi terbaik namun mereka tidak menghargai orang yang
mengecewakan mereka.
Individu dengan gangguan kepribadian narsistik secara umum membutuhkan pujian yang
berlebih (kriteria 4). Harga diri mereka tanpa terkecuali sangat rapuh. Mereka sering berpikir
seberapa baik mereka telah bertindak dan sebagaimana mereka dihargai oleh orang lain. Hal ini
sering berbentuk sebagai kebutuhan mereka akan pujian dan perhatian konstan. Mereka ingin
kedatangan mereka disambut riuh mereka merasa keheranan apabila orang lain tidak iri hati akan
kepemilikan mereka. Mereka sering memancing pujian dari orang lain. A sense of entitlement is
evident in these individuals unreasonable expectation of especially favorable treatment (kriteria
5). Mereka merasa kesal apabila hal tersebut tidak terjadi. Sebagai contoh, mereka mengasumsi
bahwa mereka tidak perlu menunggu di antrian dan prioritas mereka sangat penting
dibandingkan orang lain dan orang lain harus mengalah pada mereka. Mereka juga merasa kesal
apabila orang lain gagal untuk membantu pekerjaan penting mereka. Adanya hal ini ditambah
dengan kurangnya sensitifitas terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain, dapat
mengakibatkan eksploitasi orang lain tanpa disadari (kriteria 6). Mereka ingin diberikan apa
yang mereka inginkan dan butuhkan, tanpa memperdulikan orang lain. Sebagai contoh, individuindividu ini mengharapkan dedikasi dari orang lain dan sering kali melakukan pekerjaan
berlebihan sehingga tidak menyadari efeknya terhadap kehidupan mereka. Mereka sering kali
menjalin hubungan dengan orang-orang yang dianggap akan membantu mereka dalam mencapai
8
tujuan atau dapat meningkatkan derajat mereka. Mereka sering merampas hak spesial mereka
karena mereka menganggap diri mereka special.
Individu dengan gangguan kepribadian narsisti secara umum memiliki empati yang
kurang dan sulit mengenal keinginan, perasaan dan kebutuhan orang lain (kriteria 7). Mereka
beranggapan orang lain berpikir mengenai kesejahteraan mereka. Mereka selalu memikirkan
kepentingan mereka secara berlebihan sedangkan tidak memperdulikan orang lain yang juga
memiliki perasaan dan kebutuhan yang sama dengan mereka. Mereka sering merasa tidak sabar
ketika orang lain berbicara mengenai masalah dan kekhawatiran mereka. Individu-individu ini
mungkin tidak menyadari seberapa besar pernyataan mereka dapat menyakiti orang lain (contoh :
dengan gembira menceritakan pada mantan kekasih bahwa "Saya sekarang dalam hubungan
seumur hidup, menyombongkan kesehatan di depan seseorang yang sakit). Bila diakui,
kebutuhan, keinginan, atau perasaan orang lain cenderung dipandang sebagai tanda-tanda
kelemahan atau kerentanan. Mereka yang berhubungan dengan individu dengan gangguan
kepribadian narsistik biasanya merasakan perasaan yang dingin dan kurangnya rasa timbal balik.
Individu-individu ini seringkali iri dengan orang lain atau percaya bahwa orang lain iri
dengan mereka (kriteria 8). Mereka mungkin iri akan keberhasilan atau harta orang lain, merasa
bahwa mereka lebih baik dan layak keberhasilan, pujian, atau hak-hak istimewa. Mereka
mungkin secara kasar tidak memikirkan kontribusi orang lain, terutama ketika orang lain
menerima pujian atas prestasi mereka. Sombong dan perilaku angkuh merupakan ciri orangorang ini. Mereka sering menampilkan sikap sombong, menghina, atau merendahkan (kriteria 9).
Sebagai contoh, individu dengan gangguan ini mungkin mengeluh tentang kecerobohan seorang
pelayan sebagai tindakan "kekasaran" atau "kebodohan" atau menyimpulkan evaluasi medis
dengan evaluasi yang merendahkan klinisi.
penarikan diri secara sosial yang dapat menyamarkan kerendahan hati dan sifat bijaksananya.
Hubungan interpersonal biasanya terganggu karena merasa berhak untuk dikagumi, dan
mengabaikan perasaan orang lain. Melalui ambisi dan kepercayaan diri yang berlebihan dapat
menyebabkan pencapaian prestasi yang tinggi, kinerja dapat terganggu karena intoleransi
terhadap kritik atau kekalahan.
Kadang-kadang mereka mencerminkan keengganan untuk mengambil risiko dalam
situasi kompetitif atau lainnya di mana mereka mungkin untuk kalah. Perasaan malu atau
penghinaan dan kritik terhadap diri yang berkelanjutan dapat dikaitkan dengan adanya penarikan
sosial, mood depresi, dan gangguan depresi persisten (dysthymia) atau gangguan depresi mayor.
Sebaliknya, periode berkelanjutan perasaan kebesaran/ grandiosity mungkin terkait dengan
suasana hypomanik. Gangguan kepribadian narsistik juga berhubungan dengan anoreksia
nervosa dan gangguan penggunaan zat (terutama yang berkaitan dengan kokain). Gangguan
kepribadian histrionik, borderline, antisosial, dan paranoid mungkin berhubungan dengan
gangguan kepribadian narsistik.
Prevalensi
Estimasi prevalensi untuk gangguan kepribadian narsistik, berdasarkan definisi DSM-IV,
berkisar dari 0% menjadi 6,2% pada masyarakat.
10
Diagnosis Diferensial
Gangguan kepribadian lain dan karakteristik kepribadian. Gangguan kepribadian lainnya
dapat dikelirukan dengan gangguan kepribadian narsistik karena mereka beberapa ciri yang
sama. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara gangguan ini didasarkan pada
perbedaan dalam ciri karakteristik mereka. Namun, jika seorang individu memiliki ciri
kepribadian yang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih gangguan kepribadian selain gangguan
kepribadian narsistik, semua dapat didiagnosis. Ciri yang paling berguna dalam membedakan
gangguan kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian histrionik, antisosial, dan borderline,
adalah pada gaya interaktif yang centil dan tidak berperasaan yang merupakan karakteristik dari
gangguan kepribadian narsistik. Stabilitas relatif dari citra diri serta relatif kurangnya sifat selfdestruktif, impulsif, dan kekhawatiran akan ditinggalkan juga membantu membedakan gangguan
kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian borderline. Kebanggaan yang berlebihan dalam
prestasi, kurangnya tampilan emosional, dan tidak perduli terhadap sensitivitas orang lain
membantu membedakan gangguan kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian histrionik.
Meskipun individu dengan gangguan kepribadian borderline, histrionik, dan narsistik mungkin
memerlukan banyak perhatian, orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik khusus butuh
untuk dikagumi orang lain. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial dan narsistik
berbagi kecenderungan untuk menjadi keras hati, superfisial, eksploitatif, dan tidak memiliki
empati. Namun, gangguan kepribadian narsistik tidak selalu meliputi karakteristik impulsif,
agresi, dan kebohongan. Selain itu, individu dengan gangguan kepribadian antisosial mungkin
tidak membutuhkan kekaguman dan iri hati orang lain, dan orang-orang dengan gangguan
kepribadian narsistik biasanya tidak memiliki riwayat adanya conduct disorder pada masa
kecilnya atau perilaku kriminal di masa dewasa. Baik dalam gangguan kepribadian narsistik dan
gangguan kepribadian obsesif kompulsif, individu memiliki komitmen untuk perfeksionisme dan
percaya bahwa orang lain tidak bisa melakukan hal-hal sebaik mereka. Berbeda pada orangorang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang memiliki kritik terhadap dirinya
sendiri, individu dengan gangguan kepribadian narsistik lebih mungkin untuk percaya bahwa
mereka telah mencapai kesempurnaan. Kecurigaan dan penarikan sosial biasanya membedakan
mereka dengan gangguan kepribadian
gangguan kepribadian narsistik. Ketika hal ini terdapat pada individu dengan gangguan
11
kepribadian
narsistik,
hal
ini
terutama
berasal
dari
kekhawatiran
terungkapnya
ketidaksempurnaan atau kekurangan yang dimilikinya. Banyak orang yang sukses menampilkan
ciri-ciri kepribadian yang mungkin dianggap narsistik. Hanya ketika karakter ini tidak fleksibel,
maladaptif, dan terus menerus serta menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan atau
tekanan subjektif barulah disebut gangguan kepribadian narsistik.
Mania atau hypomania. Kebesaran mungkin muncul sebagai bagian dari episode manik atau
hypomanik, tetapi hubungan dengan perubahan mood atau gangguan fungsional dapat membantu
membedakan episode ini dengan gangguan kepribadian narsistik.
Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian narsistik juga harus dibedakan dari gejala
yang dapat berkembang dalam hubungan dengan penggunaan zat terus-menerus.
12
301,82 (F60.6)
Sebuah pola pervasive dari inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap
evaluasi negatif, dimulai dari awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut:
1. Menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal yang signifikan karena
ketakutan kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan.
2. Tidak ingin ikut terlibat dengan orang-orang kecuali yakin akan disukai.
3. Menunjukkan sikap menahan diri dalam hubungan dekat karena takut dipermalukan atau
ditertawakan.
4. Terdapat preokupasi merasa dikritik atau ditolak dalam situasi sosial.
5. Merasa dihambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak mampu.
6. Melihat diri secara sosial tidak layak, secara pribadi tidak menarik, atau lebih rendah dari
orang lain.
7. Merasa enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam setiap kegiatan
baru karena mereka khawatir merasa memalukan.
Karakteristik diagnostik
Karakteristik penting dari gangguan kepribadian avoidant adalah pola meresap inhibisi
sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif yang dimulai saat
awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks.
Individu dengan gangguan kepribadian avoidant menghindari aktivitas kerja yang
melibatkan kontak interpersonal signifikan karena takut kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan
(kriteria 1). Penawaran kenaikan pangkat pada pekerjaan dapat menurun karena tanggung jawab
baru dapat menghasilkan kritik dari rekan kerja. Orang-orang menghindari membuat teman baru
kecuali mereka yakin mereka akan disukai dan diterima tanpa kritik (kriteria 2). Sampai mereka
terbukti sebaliknya, orang lain dianggap tidak setuju. Individu dengan gangguan ini tidak akan
bergabung dalam kegiatan kelompok kecuali ada tawaran berulang dan terdapat dukungan dan
pengasuhan. Keintiman interpersonal sulit bagi orang-orang ini, meskipun mereka mampu
13
menjalin hubungan erat ketika ada jaminan penerimaan. Mereka mungkin bertindak dengan
menahan diri, mengalami kesulitan berbicara tentang diri mereka sendiri, dan menahan perasaan
intim karena takut terkena, diejek, atau dipermalukan (kriteria 3).
Karena individu dengan gangguan ini memiliki preokupasi terhadap kritik atau penolakan
dalam situasi sosial, mereka mungkin memiliki ambang rendah untuk mendeteksi reaksi tersebut
(kriteria 4). Jika seseorang bahkan sedikit mencela atau kritis, mereka mungkin merasa sangat
terluka. Mereka cenderung pemalu, tenang, dan "tak terlihat" karena takut akan direndahkan atau
ditolak. Mereka merasa bahwa tidak peduli apa yang mereka katakan, orang lain akan
melihatnya sebagai "salah", dan sehingga mereka tidak dapat mengatakan apa-apa sama sekali.
Mereka bereaksi keras terhadap isyarat halus yang cenderung mengejek atau mencemooh.
Meskipun kerinduan mereka untuk menjadi aktif peserta dalam kehidupan sosial, mereka takut
menempatkan kesejahteraan mereka di tangan orang lain. Individu dengan gangguan kepribadian
avoidant terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena mereka merasa tidak mampu
dan memiliki harga diri yang rendah (Kriteria 5). Keraguan tentang social dan daya tarik pribadi
menjadi sangat nyata dalam interaksinya dengan orang asing. Orang-orang ini merasa mereka
tidak layak secara sosial, secara pribadi tidak menarik, atau lebih rendah dari orang lain (Kriteria
6). Mereka biasa enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam setiap
kegiatan baru karena ini dapat terbukti memalukan (kriteria 7). Mereka cenderung melebihlebihkan potensi bahaya dari situasi biasa,dan gaya hidup yang terbatas merupakan akibat dari
kebutuhan mereka untuk kepastian dan keamanan. Seseorang dengan gangguan ini dapat
membatalkan wawancara kerja karena takut malu tidak berpakaian tepat. Gejala somatik marjinal
atau masalah lain dapat menjadi alasan untuk menghindari kegiatan baru.
gangguan ini terjadi pada fungsi social dan kerja. Harga diri yang rendah dan hipersensitivitas
terhadap penolakan mengakibatkan kontak interpersonal yang terbatas. Individu ini mungkin
menjadi relatif terisolasi dan biasanya tidak memiliki dukungan jaringan sosial yang besar yang
dapat membantu mereka saat krisis. Mereka menginginkan kasih sayang dan penerimaan dan
mungkin berfantasi tentang hubungan ideal dengan orang lain. Perilaku avoidant juga dapat
mempengaruhi fungsi kerja karena orang-orang ini mencoba untuk menghindari jenis situasi
sosial yang mungkin penting untuk memenuhi tuntutan dasar dari pekerjaan atau untuk
kemajuan.
Gangguan lain yang sering didiagnosis dengan gangguan kepribadian avoidant termasuk
gangguan depresi, bipolar, dan kecemasan, terutama gangguan kecemasan sosial (social fobia).
Gangguan kepribadian avoidant sering didiagnosis dengan gangguan kepribadian dependen,
karena individu dengan gangguan kepribadian avoidant menjadi sangat melekat dan tergantung
pada teman mereka. Gangguan kepribadian avoidant juga cenderung untuk dapat didiagnosis
dengan gangguan kepribadian borderline dan dengan gangguan kepribadian Cluster A (misalnya,
gangguan kepribadian paranoid, skizoid, atau schizotypal).
Prevalensi
Data dari 2001-2002 Survei Epidemiologi Nasional Alkohol dan Kondisi Terkait
menunjukkan prevalensi sekitar 2,4% untuk gangguan kepribadian avoidant.
15
digunakan dengan hati-hati pada anak-anak dan remaja, yang memiliki perilaku pemalu dan
avoidant yang sesuai dengan tahapan perkembangan.
Diagnosis Diferensial
Gangguan kecemasan. Tampaknya ada banyak tumpang tindih antara gangguan kepribadian
avoidant dan gangguan kecemasan sosial (fobia sosial), begitu banyak sehingga mereka terdapat
konseptualisasi alternatif terhadap kondisi yang sama atau mirip. Penghindaran juga merupakan
ciri baik pada gangguan kepribadian avoidant dan agoraphobia, dan mereka sering terjadi
bersama-sama.
Gangguan kepribadian lain dan ciri-ciri kepribadian. Gangguan kepribadian lainnya dapat
dikelirukan dengan gangguan kepribadian avoidant karena mereka memiliki ciri tertentu yang
sama. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara gangguan ini didasarkan pada
perbedaan dalam ciri karakteristik mereka. Namun, jika seorang individu memiliki ciri
kepribadian yang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih gangguan kepribadian di samping
gangguan kepribadian avoidant, semua dapat didiagnosis. Baik pada gangguan kepribadian
avoidant dan gangguan kepribadian dependen yang ditandai dengan perasaan tidak mampu,
hipersensitivitas terhadap kritik, dan kebutuhan untuk diyakinkan. Meskipun fokus perhatian
utama dalam gangguan kepribadian avoidant adalah menghindari penghinaan dan penolakan,
dalam gangguan kepribadian dependen fokus pada diatasi. Namun, gangguan kepribadian
avoidant dan gangguan kepribadian dependen sangat mungkin terjadi bersamaan. Seperti
gangguan kepribadian avoidant, gangguan kepribadian skizoid dan gangguan kepribadian
16
schizotypal dicirikan oleh isolasi sosial. Namun, orang dengan gangguan kepribadian avoidant
ingin memiliki hubungan dengan orang lain dan merasa kesepian, sedangkan orang-orang
dengan skizoid atau gangguan kepribadian schizotypal mungkin senang keadaan isolasi sosial
mereka. Gangguan kepribadian paranoid dan gangguan kepribadian avoidant keduanya ditandai
oleh keengganan untuk curhat orang lain. Namun, dalam gangguan kepribadian avoidant,
keengganan disebabkan lebih takut malu atau yang dirasakan, bukan takut akan niat jahat orang
lain.
Banyak orang menampilkan ciri-ciri kepribadian avoidant. Hanya ketika karakter ini
tidak fleksibel, maladaptif, dan terus menerus dan menyebabkan gangguan fungsional yang
signifikan atau subyektif barulah disebut gangguan kepribadian avoidant.
Perubahan kepribadian karena kondisi medis lain. Gangguan kepribadian avoidant harus
dibedakan dari perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain, dimana sifat-sifat yang muncul
disebabkan efek dari kondisi medis lain pada sistem saraf pusat.
Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian avoidant juga harus dibedakan dari gejala
yang dapat berkembang dalam hubungan dengan penggunaan zat terus-menerus.
17
301.6 (F60.7)
Kebutuhan yang pervasif dan berlebihan yang perlu ditatalaksanai yang mengarah ke perilaku
yang patuh dan bergantung pada orang lain, takut akan perpisahan, dimulai dari dewasa muda
dan dapat terjadi pada beberapa kondisi yang diindikasikan oleh 5 (atau lebih) kondisi sebagai
berikut:
1. Memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan sehari-hari tanpa saran yang berlebih
dan diberikan penentraman hati oleh orang lain.
2. Membutuhkan orang lain untuk mengambil pertanggung jawaban atas banyak hal dalam
hidupnya.
3. Memiliki kesulitan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan dengan orang lain karena
takut kehilangan dukungan dari orang lain. (tidak termasuk takut akan balas jasa.)
4. Sulit untuk memulai tindakan sendiri (karena kurangnya kepercayaan diri terhadap
pengambilan keputusan atau kemampuan dibandingkan dengan kurangnya motivasi atau
energy).
5. Dapat melakukan hal-hal yang melebihi batas wajar untuk mendapatkan perhatian dan
dukungan dari orang lain, hingga merelakan untuk melakukan hal-hal yang tidak
menyenangkan bagi dirinya sendiri.
6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya apabila sendiri karena ketakutan akan tidak
dapatnya mengurus diri sendiri.
7. Mencari hubungan lain dengan segera untuk menjadi sumber dukungan ketika hubungan
dekatnya dengan orang lain berakhir.
8. Merasa ketakutan ditinggalkan untuk merawat dirinya sendiri.
Karakteristik diagnosis
Karakteristik esensial dari gangguan kepribadian dependen adalah kebutuhan yang
pervasive dan berlebihan untuk diurusi oleh orang lain yang mengarah ke perilaku
ketergantungan dan patuh pada orang lain serta takut akan perpisahan. Pola ini dimulai dari usia
dewasa muda dan terdapat pada beberapa kondisi. Perilaku tunduk ini bertujuan untuk
mendapatkan perawatan dan berasal dari persepsi diri sendiri akan ketidakmampuannya untuk
menjalani secara adekuat fungsinya tanpa bantuan dari orang lain.
18
mereka. Mereka dapat merasa takut tampil lebih kompeten, karena mereka merasa bahwa hal
tersebut akan mengakibatkan mereka kehilangan dukungan mereka. Karena mereka bergantung
pada orang lain untuk mengatasi masalah mereka, mereka sering tidak belajar menilai
kemampuan hidup secara independen, sehingga mereka akan terus menerus menjadi individu
yang dependen.
Individu-individu dengan gangguan kepribadian dependen dapat melakukan hal-hal
diluar batas kewajaran untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari orang lain, hingga ke
titik mereka rela melakukan tugas-tugas yang tidak menyenangkan apabila perilaku tersebut
dapat mendatangkan perhatian bagi mereka (kriteria 5). Mereka rela melakukan keinginan orang
lain, meskipun permintaan tersebut tidak masuk akal. Kebutuhan mereka untuk menjaga ikatan
tersebut sering kali berakibat terjadinya ketidakseimbangan atau gangguan pada hubungan
interpersonal yang dijalani. Mereka seringkali berkorban atau mentoleransi pelecehan secara
verbal, fisik maupun seksual (Harus diperhatikan bahwa hal ini sebaiknya dipertimbangkan
sebagai bukti adanya gangguan kepribadian dependen hanya ketika hal tersebut dapat secara
jelas dipastikan bahwa pilihan lain tersedia bagi individu tersebut). Individu dengan gangguan ini
merasa tidak nyaman atau tidak berdaya ketika sendiri (kriteria 6). Mereka akan mengikuti orang
lain dan menghindari keadaan sendirian, meskipun mereka tidak berminat atau tidak terlibat
dalam urusan tersebut.
Ketika hubungan dekat berakhir (contoh : perpisahan dengan kekasih, kematian dari
orang yang merawat mereka), individu dengan gangguan kepribadian dependen dapat mencari
hubungan lain segera untuk memenuhi kebutuhan perhatian dan dukungan yang mereka
butuhkan (kriteria 7). Kepercayaan mereka bahwa mereka tidak dapat bertahan apabila tidak
adanya hubungan dekat yang kemudian memotivasi individu ini untuk dengan cepat dan tidak
diskriminatif untuk menjalin hubungan dengan individu lain. Individu dengan gangguan ini
sering merasa takut ditinggalkan sendirian (kriteria 8). Mereka melihat diri mereka sebagai
individu yang sangat dependen terhadap saran dan bantuan dari orang penting bagi mereka.
Sebagai pertimbangan untuk membuktikan kriteria ini, rasa takut yang dialami haruslah
berlebihan dan tidak realistis. Sebagai contoh : pria tua dengan penyakit kanker yang pindah ke
rumah anaknya untuk mendapatkan perawatan dari anaknya menunjukkan perilaku dependen
yang semestinya diberikan dalam situasi individu tersebut.
20
Prevalensi
Data dari tahun 2001-2002 Survei Epidemiologis Nasional Akohol dan Kondisi terkait
mengestimasi prevalensi kejadian gangguan kepribadian dependen sebesar 0,49% dan gangguan
kepribadian dependen yang diestimasi, berdasarkan kemungkinan subsample dari Survey
Komorbiditas Nasional tahap II sebesar 0,6%.
21
dipertimbangkan sebagai karakteristik gangguan hanya ketika terdapat perilaku yang melebihi
batas wajar norma-norma budaya dan merefleksikan hal-hal yang tidak realistis.
Diagnosis diferensial
Gangguan mental lain dan kondisi medis. Gangguan kepribadian dependen harus dibedakan
dengan ketergantung yang timbul akibat gangguan mental (contoh : depresi, panic, agoraphobia)
dan gangguan yang timbul akibat kondisi medis lain.
Gangguan kepribadian lain dan karakteristik personal. Gangguan kepribadian lain sering
dikelirukan dengan gangguan kepribadian dependen karena mereka memiliki beberapa ciri yang
mirip. Sangat penting untuk membedakan gangguan ini berdasarkan karakteristik personalnya.
Namun, apabila individu tersebut memiliki karakteristik personal yang masuk kriteria satu atau
lebih gangguan kepribadian ditambah adanya gangguan kepribadian dependen, semuanya dapat
didiagnosis. Meskipun banyak gangguan kepribadian yang memiliki ciri dependen, gangguan
kepribadian dependen dapat dibedakan dengan adanya sikap bergantung, tunduk dan reaktif pada
gangguan ini. Baik pada gangguan kepribadian dependen maupun gangguan kepribadian
borderline memiliki ciri takut akan perpisahan ; namun individu dengan gangguan kepribadian
borderline merespon terhadap perpisahan tersebut dengan adanya kekosongan emosi, kemarahan
dan permintaan, sedangkan pada gangguan kepribadian dependen merespon dengan sikap yang
tenang dan patuh serta langsung mencari pengganti hubungan tersebut untuk mendapatkan
perhatian dan dukungan. Gangguan kepribadian borderline kemudian dapat dibedakan dari
gangguan kepribadian dependen dari pola tipikal hubungan yang tidak stabi dan intens. Individu
dengan gangguan kepribadian histrionic, sama seperti individu dengan gangguan kepribadian
dependen, memiliki kebutuhan kuat terhadap penentraman hati dan persetujuan orang lain,
biasanya terlihat kekanak-kanakan dan ketergantungan. Bagaimanapun, tidak seperti gangguan
kepribadian dependen, yang memiliki karakteristik tidak menonjolkan diri dan perilaku yang
patuh, gangguan kepribadian histrionic memiliki karakteristik senang berkumpul-kumpul dan
senang keramaian serta ingin perhatian dari orang lain. Baik pada gangguan kepribadian
22
dependen dan gangguan kepribadian avoidant memiliki perasaan yang merasa dirinya kurang,
hipersensitif terhadap kritik dan butuh penentraman hati. Namun, individu dengan gangguan
kepribadian avoidant sangat takut dihina dan ditolak sehingga mereka cenderung menarik diri
dari pergaulan sampai mereka yakin sepenuhnya mereka diterima. Kontrasnya, pada individu
dengan gangguan kepribadian dependen, memiliki pola mencari dan menjaga koneksi dengan
orang-orang yang dianggapnya penting, bukannya menghindari dan menarik diri dari pergaulan.
Banyak individu yang menunjukkan sifat kepribadian dependen. Hanya ketika sifat-sifat
ini menjadi tidak fleksibel, maladaptive dan terus menerus serta mengakibatkan gangguan
fungsional yang signifikan atau gangguan subjektif, barulah mereka disebut sebagai gangguan
kepribadian dependen.
Perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain. Gangguan kepribadian dependen harus
dibedakan dengan perubahan kepribadian akibat kondisi medis, dimana sifat tersebut muncul
akibat gangguan pada system saraf pusat.
Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian dependen harus dibedakan dengan gejala
yang timbul yang berhubungan dengan penggunaan zat yang persisten.
23
301.4 (F60.5)
Pola pervasive preokupasi terhadap sesuatu yang berurutan, perfeksionisme dan control
mental dan interpersonal, serta tidak adanya fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi, dimulai dari
usia dewasa muda dan terdapat pada beberapa kondisi yang diindikasikan 4 atau lebih kondisi
sebagai berikut :
1. Terdapat preokupasi terhadap detail, peraturan , urutan-urutan, organisasi atau jadwal
sampai ke taraf dimana poin utama aktivitas tersebut hilang.
2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas (contoh : tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan akibat standar-standar berlebihan yang ditetapkan sendiri).
3. Sangat berdedikasi berlebihan terhadap pekerjaan hingga tidak melakukan kegiatan
rekreasi dan social (bukan karena kebutuhan ekonomi).
4. Sangat teliti dan cermat yang berlebihan serta tidak fleksibel mengenai hal-hal atau
moralitas, etika dan nilai-nilai (tidak termasuk budaya dan agama).
5. Tidak dapat membuang benda-benda bekas atau benda yang tidak bernilai meskipun
sudah tidak memiliki nilai penting lagi.
6. Malas mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain kecuali mereka
mengumpulkan tepat seperti apa yang diinginkan.
7. Memiliki gaya hidup yang hemat mengenai diri sendiri dan orang lain; uang dilihat
sebagai sesuatu yang seharusnya disimpan untuk kemungkinan timbulnya masalah/
bencana yang dialami di kemudian hari.
8. Menunjukkan sikap yang kaku dan keras kepala.
Karakteristik diagnosis
Karakteristik esensial dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah adanya
preokupasi terhadap sesuatu yang berurutan, perfeksionisme dan control mental dan
interpersonal, serta tidak adanya fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi. Pola ini dimulai pada
usia dewasa muda dan terdapat pada beberapa kondisi.
Individu
dengan
gangguan
kepribadian
obsesif
kompulsif
mencoba
untuk
biasa dan detail-detail dan secara berulang mengecek kemungkinan kesalahan-kesalahan. Mereka
terlupa akan kenyataan bahwa orang lain dapat menjadi kesal dan tidak sadar akan
ketidaknyamanan akibat tindakan mereka. Contohnya, ketika individu-individu salah meletakkan
urutan-urutan hal yang harus dilakukan, mereka akan menghabiskan waktu yang lebih untuk
melihat urutan-urutan tersebut dibandingkan menghabiskan waktu untuk mengingat kembali dari
memori dan tetap melanjutkan untuk menyelesaikan tugas. Mereka tidak dapat mengalokasikan
waktu, dan tugas yang paling penting tidak dilakukan hingga ke batas waktu terakhir.
Perfeksionisme dan performa standard diri yang tinggi dapat menyebabkan disfungsi yang
signofikan dan distress pada pasien dengan gangguan ini. Mereka sangat memperhatikan detaildetail dari pekerjaan mereka dan menginginkan pekerjaan mereka sempurna sehingga pekerjaan
tersebut tidak selesai (kriteria 2). Sebagai contoh, penyelesaian tugas laporan tertulis tertunda
akibat laporan tersebut yang direvisi berkali-kali untuk mencapai kesempurnaan sehingga
tenggat waktu tidak dapat dipenuhi dan aspek kehidupan individu tersebut yang tidak merupakan
focus aktivitas masa kini akan terganggu.
Individu-individu dengan gangguan kepribadian menunjukkan dedikasi berlebihan
terhadap pekerjaan hingga tidak melakukan kegiatan rekreasi dan social (kriteria 3). Perilaku ini
tidak dilandasi dengan keperluan ekonomi. Mereka sering merasa bahwa mereka tidak memiliki
waktu untuk bersantai di akhir minggu dan berekreasi. Mereka sering menunda aktivitas rekreasi,
seperti liburan. Ketika mereka mengambil waktu untuk rekreasi, mereka merasa sangat tidak
nyaman kecuali mereka membawa sesuatu untuk bekerja sehingga mereka tidak membuang
waktu. Mereka memiliki konsentrasi yang tinggi terhadap pekerjaan rumah tangga (contoh :
melakukan bersih-bersih yang berlebihan). Ketika mereka menghabiskan waktu dengan temanteman, sering kali pada aktivitas yang terorganisir secara formal seperti olahraga. Hobi atau
aktivitas rekreasional dilihat sebagai tugas serius yang membutuhkan pengaturan yang hati-hati
dan pekerjaan yang sulit dilakukan. Mereka menginnginkan performa yang sempurna. Mereka
melakukan pekerjaan dengan terstruktur (contoh : memberitau balita untuk mengendarai sepeda
pada garis yang lurus).
Individu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sangat teliti dan cermat yang
berlebihan serta tidak fleksibel mengenai hal-hal atau moralitas, etika dan nilai-nilai (kriteria 4).
Mereka sering memaksa diri mereka untuk mengikuti prinsip moral yang kaku dan sangat tegas
25
terhadap standar performa. Mereka juga sering mengkritik diri sendiri terhadap kesalahan
mereka. Individu dengan gangguan ini sangat menjunjung tinggi otoritas dan peraturan-peraturan
dan tidak terdapat pengecualian terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut untuk situasi
khusus.
Individu dengan gangguan ini tidak dapat membuang benda-benda bekas atau benda yang
tidak bernilai meskipun sudah tidak memiliki nilai penting lagi (kriteria 5). Mereka menganggap
membuang-buang barang bekas tersebut merupakan hal yang boros karena kita tidak pernah tau
ketika membutuhkan sesuatu dan menjadi kesal bila seseorang mencoba untuk membuang
barang yang mereka simpan. Pasangan atau teman sekamar mereka dapat mengeluhkan ukuran
ruang yang mereka pakai untuk menyimpan barang-barang bekas, majalah, peralatan yang sudah
rusak, dan sebagainya.
Individu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif rentan untuk mendelegasikan
tugas atau untuk bekerja dengan orang lain (kriteria 6). Mereka bersikukuh bahwa segala hal
dapat dilakukan sesuai dengan cara mereka dan orang lain harus menyesuaikan diri terhadap cara
melakukan suatu hal. Mereka sering memberikan instruksi yang mendetail mengenai bagaimana
cara melakukan hal-hal. (contoh : hanya terdapat satu cara untuk mencuci perabotan,
membangun rumah anjing, dan lain-lain) dan merasa terkejut dan kesal apabila orang lain
menyarankan alternative lain. Pada waktu lain, mereka sering menolak tawaran bantuan dari
orang lain karena mereka merasa bahwa orang lain tidak dapat melakukan hal dengan benar.
Individu dengan gangguan ini menjaga standar cara kehidupannya jauh dibawah yang
dapat mereka mampu, merasa bahwa pengeluarannya harus dikontrol ketat untuk menjaga
kemungkinan timbulnya masalah/ bencana yang dialami di kemudian hari (kriteria 7). Gangguan
kepribadian obsesif kompulsif dikarakteristikkan dengan sikap yang kaku dan keras kepala
(kriteria 8). Individu dengan gangguan ini sangat mengkhawatirkan mereka tidak dapat
melakukan hal dengan benar sehingga mereka memiliki masalah dalam mengikuti ide orang
lain. Individu-individu ini merencanakan kegiatan dengan sangat mendetail dan cermat dan tidak
mau mempertimbangkan perubahan. Sangat tenggelam dalam perspektifnya sendiri, mereka
memiliki kesulitan dalam mengerti sudut pandang orang lain. Teman-teman mereka dapat merasa
frustasi dengan kekakuan mereka.
26
urgensi terhadap waktu), dan ciri-ciri ini dapat ditemukan pada individu dengan risiko infark
miokard. Dapat terjadi hubungan antara gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan gangguan
depresif dan bipolar serta gangguan makan.
Prevalensi
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif merupakan satu gangguan kepribadian yang
terbanyak ditemukan pada populasi umum, dengan estimasi prevalensi berkisar antara 2,1%
hingga 7,9%.
Diagnosis diferensial
terutama
ketika
sikap
310.1 (F07.0)
Catatan pengkodean : termasuk nama kondisi medis lain (contoh : 310.1 [F70.0] perubahan
kepribadian akibat epilepsy lobus temporal). Kondisi medis lain sebaiknya diberikan kode dan
didaftar secara terpisah sebelum gangguan kepribadian akibat kondisi medis lain (contoh :
345.40 [G40.209] epilepsy lobus temporal; 310.1 [F07.0] perubahan kepribadian akibat epilepsy
lobus temporal).
Subtype
Perubahan kepribadian dapat dispesifikkan lagi dengan mengindikasikan presentasi klinis
yang mempredominasi klinis.
30
Karakteristik diagnosis
Karakteristik esensial perubahan kepribadian akibat kondisi medis yang lain adalah
gangguan kepribadian persisten yang ditentukan akibat efek patofisiologi langsung kondisi
medis. Gangguan kepribadian merepresentasikan perubahan dari pola karakteristik kepribadian
individu sebelumnya. Pada anak-anak, kondisi ini dapat dimanifestasikan sebagai deviasi
bermakna perkembangan normal disbanding dari perubahan pola kepribadian yang stabil
(kriteria A). harus terdapat bukti dari riwayat klinis, pemeriksaan fisik dan penemuan
laboratorium dimana perubahan kepribadian tersebut merupakan efek fisiologis akibat kondisi
medis lain. (kriteria B). diagnosis tidak ditegakkan bila gangguan tersebut lebih baik dijelaskan
akibat gangguan mental yang lain (kriteria C). diagnosis tidak dapat ditegakkan bila gangguan
tersebut terjadi secara eksklusif selama terjadinya delirium (kriteria D). Gangguan tersebut juga
harus menyebabkan gangguan klinis signifikan atau gangguan pada social, okupasional, atau
pada fungsi area lain yang penting (kriteria E).
Manifestasi klinis yang sering muncul dari perubahan kepribadian termasuk instabilitas
afektif, control impuls yang kurang, kemarahan dan agresi yang meledak lebih dari normal
terhadap stressor psikososial, apatis yang bermakna, kecurigaan atau ide paranoid. Fenomena
perubahan diindikasikan menggunakan subtype yang terdaftar pada kriteria. Pada individu
dengan gangguan ini sering dikarakteristikkan oleh orang lain sebagai bukan dirinya.
Manifestasi klinis pada individu bergantung pada lokalisasi dan kejadian proses
patologis. Sebagai contoh, kerusakan pada lobus frontal dapat mengakibatkan gejala seperti
kurangnya kebijaksanaan, disinhibisi dan euphoria. Stroke pada hemisfer kanan sering
mengakibatkan perubahan kepribadian berkaitan dengan unilateral spatial neglect , anosognosia
(ketidakmampuan individu mengenal secara langsung atau deficit fungsional seperti adanya
hemiparesis), gangguan motoric dan deficit neurologis lain.
autoimun dengan keterlibatan system saraf pusat (contoh : SLE). Penemuan pemeriksaan fisik
terkait, penemuan laboratorium terkait dan pola prevalensi dan onsetnya menunjukkan kondisi
medis dan neurologis terkait.
Diferensial diagnosis
Kondisi medis kronik berkaitan dengan nyeri dan disabilitas. Kondisi medis kronik
berkaitan dengan nyeri dan disabilitas dapat juga berkaitan dengan perubahan kepribadian.
Diagnosis perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain ditegakkan bila ketika mekanisme
patofisiologi yang langsung dapat ditentukan. Diagnosis ini tidak ditegakkan bila perubahan
tersebut akibat adaptasi perilaku atau psikologi atau respon terhadap kondisi medis lain (contoh :
perilaku dependen akibat kebutuhan dukungan orang lain setelah mengalami trauma kepala,
penyakit kardiovaskular, atau demensia).
Delirium atau gangguan neurokognitif. Perubahan kepribadian merupakan ciri yang sering
dikaitkan dengan delirium atau gangguan neurokognitif mayor. Diagnosis terpisah gangguan
kepribadian akibat kondisi medis lain tidak ditegakkan apabila perubahan terjadi secara eksklusif
selama terjadinya delirium. Bagaimanapun diagnosis perubahan kepribadian akibat kondisi
medis lain dapat ditegakkan sebagai diagnosis tambahan dari gangguan neurokognitif mayor
apabila perubahan kepribadian tersebut merupakan bagian prominen dari manifestasi klinis.
Gangguan jiwa lain akibat kondisi medis lain.
kondisi medis lain tidak ditegakkan bila gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan jiwa lain
akibat kondisi medis lain (contoh : gangguan depresi akiba tumor otak).
Gangguan penggunaan zat. Perubahan kepribadian dapat terjadi dalam konteks gangguan
penggunaan zat, terutama bila gangguan tersebut dalam jangka waktu yang lama. Klinisi
sebaiknya menanyakan mengenai penggunaan zat tersebut. Apabila klinisi ingin mengetahui
etiologi dan hubungan antara perubahan kepribadian dan penggunaan zat, dapat menggunakan
kategori yang tidak dapat dipesifikasi untuk zat yang spesifik (contoh : gangguan yang tidak
didapat dispesifikasi akibat penggunaan stimulansia).
Gangguan-gangguan jiwa lain. Perubahan kepribadian yang bermakna dapat menjadi ciri yang
berkaitan dengan gangguan jiwa lain (contoh : skizofrenia, gangguan delusional, gangguan
32
depresi dan bipolar, gangguan disruptif lain yang dapat dispesifikasi dan tidak dapat
dispesifikasi, impulse control, conduct disorder, gangguan panic). Bagaimanapun, pada
gangguan-gangguan ini, tidak ada factor psikososial spesifik yang ditentukan yang berkaitan
dengan etiologi perubahan kepribadian.
Gangguan kepribadian lainnya. Perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain dapat
dibedakan dengan gangguan kepribadian dengan kebutuhan untuk perubahan klinis signifikan
dari fungsi kepribadian dan adanya kondisi klinis yang menjadi etiologi spesifik.
33
kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan kepribadian tertentu, dan termasuk di mana ada
informasi yang cukup untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik.
34