Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tingginya
angka
merokok
pada
masyarakat
akan
yang
menjadi
penyebab
kematian
utama
pada
juga
diduga
sebagai
mekanisme
ketidak
normalan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit
inflamasi
dan
stimulus
karsinogenik
yang
berulang.
kanker
paru
belum
diketahui,
tapi
paparan
atau
inhalasi
memiliki
kanker
paru
sepanjang
hidupnya
(Stoppler, 2010;
perkotaan
dibandingkan
dengan
daerah
pedesaan
(Stoppler, 2010)
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon,
arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara pekerja
yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada
masyarakat umum (Amin, 2006)
5. Diet
Beberapa
konsumsi
penelitian
terhadap
melaporkan
betakaroten,
bahwa
selenium,
dan
rendahnya
vitamin
molekuler
memperlihatkan
bahwa
mutasi
pada
Patogenesis
Kanker paru sama dengan kanker pada daerah anatomis
dapat
menginisiasi
maupun
mencetuskan
peluang
transformasi.
Paparan
rokok
yang
dari
tumor
sentral
maupun
perifer.
SCLC
dapat
2.4
Klasifikasi
Kanker paru dibagi menjadi small cell lung cancer (SCLC)
lonjong,
sedikit
sitoplasma,
dan
kromatin
granular.
mungkin
luas.
Sel
tumor
sangat
rapuh
dan
sering
biopsi. Gambaran lain small cell carcinoma yang paling jelas pada
pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel
tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar,
Abbas, Fausto, Mitchell, 2007).
Large cell carcinoma adalah sel-sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan
ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif
dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Kumar, Abbas, Fausto,
Mitchell, 2007).
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma,
sarkoma, dan mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor
ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan
mengancam jiwa (Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007).
2.5
Gejala Klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan
Diagnosis
Deteksi dini
10
11
1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan
kunci untuk diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan
merupakan tanda awal penyakit kanker paru. Gambaran klinik
penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari
anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit,
serta faktorfaktor lain yang sering sangat membantu tegaknya
diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :
Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga
purulen)
Batuk darah
Sesak napas
Suara serak
Sakit dada
Sulit / sakit menelan
Benjolan di pangkal leher
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan
dengan rasa nyeri yang hebat.
(PDPI, 2003)
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau
keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul
karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah
tulang kaki.
Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
Berat badan berkurang
Nafsu makan hilang
Demam hilang timbul
Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary
osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia.
(PDPI, 2003)
2. Pemeriksaan Fisik
12
kava
akan
memberikan
hasil
yang
lebih
informatif.
intrakranial
dan
terjadinya
fraktur
sebagai
akibat
dan
metastasis,
serta
penentuan
stadium
penyakit
b. CT-Scan Toraks
Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru
secara lebih baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi
tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat.
Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar
secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap
bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak
14
15
4. Pemeriksaan Khusus
Sitologi Sputum
Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang
rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada
jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran
perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker.
Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.
(PDPI, 2003)
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan
yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan
sputum adalah pemeriksaan yang paling sederhana dan murah
untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif.
Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk
kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering
digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan
risiko tinggi. (PDPI, 2003)
Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus
merupakan indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan
Fiber Optic Bronchoscopy (FOB), perubahan mikroskopik mukosa
bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging.
16
Biopsi Lain
Biopsi
jarum
halus
dapat
dilakukan
bila
terdapat
17
Torakoskopi Medik
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan
guna pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi
adalah pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari
kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil
sebagian jaringan paru yang tampak (PDPI, 2003).
Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung
ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari
jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor
yang ada. (PDPI, 2003)
1. Pemeriksaan Lain
a. Petanda Tumor
Petanda tumor seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak dapat
digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan untuk
evaluasi hasil pengobatan (PDPI, 2003).
b. Pemeriksaan biologi molekuler
Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang, cara
paling sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk
gen yang terkait dengan kanker paru,seperti protein p53, bcl2, dan
lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan biologi molekuler adalah
menentukan prognosis penyakit. (PDPI, 2003)
Jenis histologis
Untuk menentukan jenis histologis, secara lebih rinci dipakai
klasifikasi histologis menurut WHO tahun 1999
Klasifikasi Histologis Kanker Paru Menurut WHO tahun 1999
1. Squamous carcinoma (epidermoid carcinoma), with varians :
Papillary
Clear cell
Small cell
Basaloid
18
Acinar
Papillary
Bronchoalveolar carcinoma
Non-mucinous
Mucinous
Mixed mucinous and non-mucinous or intermenate
Solid adenocarcinoma with mucin
Adenocarcinoma with mixed subtypes
Varian dari Adenocarcinoma with mixed subtypes
Well diffrentiated fetal adenocarcinoma
Mucinous (colloid) adenocarcinoma
Mucinous cystadenocarcinoma
Signet ring adenocarcinoma
Clear cell adenocarcinoma
5. Adenosquamous carcinoma
6. Carsinoma with pleomorphic, sarcomatoid atau
sarcomatous with elemets
7. Carcinoid tumours
Typical carcinoid
Atypical carcinoid
19
Mucoepidermoid carcinoma
Adenoid cystic carcinoma
Other types
9. Unclassified carcinoma
(PDPI, 2003)
Anatomi
mengalami
kesulitan
menetapkan
jenis
TNM
Tx, N0, M0
Tis, N0, M0
T1, N0, M0
T2, N0, M0
T1, N1, M0
T2, N1, M0
T3, N0, M0
Stadium IIIB
T3, N2, M0
T berapa pun, N3, M0
20
Stadium IV
(PDPI, 2003)
Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
T
: Tumor Primer
To
Tx
Tis
: Karsinoma in situ
T1
T2
T3
21
(PDPI, 2003)
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)
N0
N1
N2
N3
(PDPI, 2003)
Metastasis Jauh (M)
M0
M1
(PDPI, 2003)
Tampilan
Tampilan penderita kanker paru berdasarkan keluhan subyektif dan
obyektif yang dapat dinilai oleh dokter. Ada beberapa skala
international untuk menilai tampilan ini, antara lain berdasarkan
Karnofsky Scale yang banyak dipakai di Indonesia, tetapi juga
dapat dipakai skala tampilan WHO. Tampilan inilah yang sering jadi
22
(PDPI, 2003)
Alur Tindakan Diagnosis Kanker Paru
(PDPI, 2003)
2.7
Penatalaksanaan
Pembedahan
23
tumor
(Christine, 2009).
Syarat untuk reseksi paru
25
(PDPI, 2003)
Imunoterapi
Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan
meskipun belum ada hasil penelitian di Indonesia yang menyokong
manfaatnya (PDPI, 2003)
Terapi Hormonal
Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan
meskipun belum ada hasil penelitian di Indonesia yang menyokong
manfaatnya. (PDPI, 2003)
Terapi Gen
Teknik dan manfaat pengobatan ini masih dalam penelitian.
(PDPI, 2003)
Pengobatan Paliatif
Hal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah
tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita sebaik
26
mungkin.
Pengobatan
paliatif
radioterapi,
kemoterapi,
psikososial.
Pada
untuk
kanker
medikamentosa,
beberapa
keadaan
paru
meliputi
fisioterapi,
intervensi
dan
bedah,
terutama
akibat
metastasis
ke
tulang.
dan restoratif.
Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik adalah suportif
dan paliatif (PDPI, 2003)
Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu
yang
nonoperabel
adalah
untuk
memperbaiki
dan
2.8
Evaluasi
27
Komplikasi
Kanker paru dapat menyebabkan komplikasi antara lain :
Shortness of breath (nafas pendek).
Seseorang dengan kanker paru dapat mengalami nafas pendek jika
kanker tumbuh dan mengeblok jalan nafas utama. Kanker paru
dapat juga menyebabkan akumulasi cairan di sekitar paru, hal ini
membuat paru-paru yang terkena sulit untuk mengembang ketika
bernafas.
Batuk darah
Kanker paru dapat menyebabkan perdarahan pada jalan nafas
sehingga dapat menyebabkan batuk darah (hemoptisis). Kadang-
menjadi menetap.
Efusi pleura
Kanker paru dapat menyebabkan akumulasi cairan dalam ruangan
yang mengelilingi paru-paru yang terkena pada rongga dada
(pleural space).
Kanker menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)
Kanker paru sering menyebar (metastasis) ke bagian lain dari
tubuh, seperti otak dan tulang. Kanker yang menyebar dapat
menyebabkan nyeri, nausea, sakit kepala, atau gejala lain
tergantung pada organ yang terkena.
(Tan, Harris, 2014)
2.10
Prognosis
28
Prevensi
Level pencegahan menurut WHO terbagi menjadi :
Primer : Prevensi (eliminasi/ blocking karsinogen)
Secara epidemiologik terlihat kaitan kuat antara kebiasaan
merokok dengan insidens kanker paru, maka tidak dapat disangkal
lagi
menghindarkan
asap
rokok
adalah
kunci
keberhasilan
29
pertimbangan.
Tersier : Terapi kuratif (kesembuhan)
Kuarter : Penanganan paliatif (mengatasi gejala/ keluhan)
(Margono, 2010).
30
DAFTAR PUSTAKA
Albert K, 2010. Lung Cancer. Misc vol. 25 no. 6, p: 1-14.
Amin Z, 2006. Kanker Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
IV.Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FK UI.
Ball D, 2004. Clinical practice guidelines for the prevention,
diagnosis and management of lung cancer. New Zealand: The
Cancer Council Australia.
Christine NSS, 2009. Hubungan Merokok dengan Kanker Paru di
RSUP Haji Adam Malik Viewed 1 juni 2014.
Corwin EJ, 2008. Handbook of Patophysiology. 3 rd Ed. Ohio:
Lippincott William & Wilkins.
Jankowich MD, Aliotta JM, 2010. Andreoli and Carpenters Cecil
essentials of medicine. 8th Ed. Philadelphia: Elsevier.
Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007. Robbins Basic Pathology. 8 th
Ed. Philadelphia: Elsevier.
31
Margono BP, 2010. Kanker Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair
RSUD Dr. Soetomo.
NCHS, 2005. Management of Patients with Lung Cancer. Edinburg:
Scottish Intercollegiate Guidelines Network.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Kanker Paru Pedoman
Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI
Soeroso, L. & Tambunan, G.W.1992.Beberapa Aspek Deteksi Dini
Karsinoma Paru.Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus
No.80.
Stoppler MC, 2010. Lung Cancer. http://www.emedicinehealth/
Viewed 30 mei 2014
Tan
WW,
Harris
JE,
2014.
Small
Cell
Lung
Cancer.
http://emedicine.medscape.com/article/280104-overview.
Viewed 15 May 2014.
32