Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Wandy Margo
(1015026)
PEMBIMBING :
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
: By. Ny. L. W
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Lahir
: 04 Januari 2015
Tanggal Dirawat
: 04 Januari 2015
Tanggal Diperiksa
: 06 Januari 2015
Alamat
Bangsa
: Indonesia
No. RM
: 01194337
Ayah : Nama
: Tn. D.S
Umur
: 42 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
: Nama
: Ny. L.W
Umur
: 34 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan
Penghasilan : Alamat
Anamnesis
Keluhan utama:
Bayi dilahirkan kecil (Berat badan lahir rendah)
Perjalanan Penyakit
Pada dua hari yang lalu, pasien lahir spontan dengan berat badan lahir 1200 gram
dengan panjang badan lahir 50 cm, letak kepala. Langsung menangis, dan ditolong
oleh bidan dengan tali pusat dipotong.
Penderita lahir dari seorang ibu G3 P3 A0 yang hamil 28 minggu (7 bulan) pada
tanggal 4 Januari 2015 pukul 05.20. Pada pukul 04.00 ibu pasien merasakan mules
yang hebat dan langsung ke bidan. Setelah itu pada jam 05.20 partus dengan keadaan
bayi menangis lemah dan badan bayi kecil. Bidan yang membantu persalinaan,
langsung merujuk ke RS immauel karena berat badan lahir rendah dan mengalami
gangguan pernafasan. Selama hamil ibu pasien selalu kontrol teratur 1 bulan sekali
ke bidan dan dokter kandungan. Ibu pasien minum vitamin dan diberi suntik TT
sebanyak 1 kali , 2 minggu sebelum melahirkan. Selama hamil ibu pasien makan
sehari 3 kali dan teratur.
Riwayat ibu memiliki penyakit berat (DM, jantung), penyakit kuning,
tekanan darah tinggi disangkal.Riwayat minum obat-obatan (kecuali vitamin) atau
jamu-jamuan selama kehamilan disangkal. Riwayat ibu merokok, minum minuman
keras disangkal dan riwayat jatuh dan trauma selama hamil tidak ada.
Riwayat kehamilan dan persalinan :
Anak ke-3 dari 3 anak. Lahir hidup : 3 Lahir mati : - Abortus : Lahir premature, lahir spontan langsung menangis, ditolong oleh Bidan.
Berat badan lahir : 1200 gram
Susunan keluarga
No
1
2
3
4
Nama
Tn. D. S
Ny. L.W
An. L. N. D
An. M. D
Umur
42 tahun
34 tahun
14 tahun
6 tahun
L/P
L
P
P
L
Keterangan
Ayah, sehat
Ibu, sehat
Anak pertama, sehat
Anak kedua, sehat
Bayi
2 hari
Pasien
Imunisasi
No.
Nama
Dasar
Ulangan
No.
Nama
Anjuran
1.
BCG
6.
HiB
2.
DPT
7.
MMR
3.
Polio
8.
Hep. A
4.
Hepatitis B
9.
Cacar air
5.
Campak
Penyakit dahulu
Batuk pilek : -
Difteri
: -
Campak
: -
Diare
: -
Tetanus
: -
Ginjal
: -
Tifus perut
: -
Hepatitis
: -
Asma / Alergi : -
Pneumonia
: -
TBC
: -
Kejang
: -
Batuk rejan
: -
Cacar Air
: -
Lainnya
: -
Penyakit keluarga
Asma
: -
Penyakit darah
: -
TBC
: -
Peny. Keganasan : -
Ginjal
: -
Kencing manis
Lain lain
: -
: -
Status Generalis
Kesadaran
: lethargy
Nadi
Pernapasan
Temperatur
: 36,6oC
Berat badan
: 1,2 kilogram
Panjang badan : 50 cm
Kulit:
Warna kemerahan, merah halus, tampak gambaran vena, ikterik (tanggal 7 Januari
2015)
Rambut:
Warna hitam, tersebar merata, tumbuh lebat
Kepala:
Bentuk simetris
Mata:
Conjunctiva tidak anemis, sclera ikterik, pupil bulat isokor
THT:
PCH -/-, sekret hidung -/Lengkung terbentuk baik, lunak, rekoil baik
Mulut:
mukosa mulut basah dan bibir agak kering
Leher:
KGB leher tidak teraba membesar
Dada:
Bentuk normal, simetris, retraksi interkosta (+)
Pulmo:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen:
Inspeksi
: datar
Auskultasi
Palpasi
: lembut,
Perkusi
: timpani
Alat kelamin:
Laki-laki, testis terletak di bagian atas kanal, guratan kulit jarang.
Ektremitas:
akral hangat, capillary refill < 2 detik
Permukaan plantar garis hanya di bagian anterior
Lanugo
Banyak (pada bagian punggung)
Pemeriksaan penunjang
04 Januari 2015
Hematologi rutin
Kimia Klinik
Hb
: 17,8 gr/dL
Ht
: 54,2%
Leukosit
: 9300 /mm3 ()
Trombosit
: 363.000/mm3
Eritrosit
: 4.3 juta/mm3
Nilai-nilai MC
MCV
: 115 fL ()
MCH
: 38 pg/mL ()
MCHC
: 33 g/mL
Hitung Jenis
: 125 mg/dL ()
Basofil
: 3.5% ()
Eosinofil
: 0.7% ()
Neutrofil stab
: 0.0%
Neutrofil segmen
: 31.1%
Limfosit
: 58.6%
Monosit
: 6.1%
05 Januari 2015
Kimia Klinik
Analisis Gas Darah
pH
: 7.372
p CO2
: 32.9 mmHg
p O2
: 53 mmHg ()
HCO3
: 18.8 mEq/ L ()
O2 saturation : 88.30 % ()
Base excess
: -6.60 mmol/ L
Keterangan
07 Januari 2014
Hb
: 14.3 gr/dL ()
Ht
: 42.6% ()
Leukosit
: 8410 /mm3
Trombosit
: 296.000/mm3
Eritrosit
: 3.8 juta/mm3 ()
Nilai-nilai MC
MCV
: 111 fL ()
MCH
: 37 pg/mL ()
MCHC
: 33 g/mL
Bilirubin total
: 12.97 mg/dL ()
Bilirubin direk
: 0.51 mg/dL()
Bilirubin indirek
: 12.46 mg/dL()
d-Dimer
: 0.67 mg/L ()
10 Januari 2015
Hb
: 14,2 gr/dL
Ht
:42.3 %
Leukosit
: 15.710 / mm3
Trombosit
: 224.000/mm3
Eritrosit
: 4 juta/mm3
MCV
: 105 fL
MCH
: 35 pg/mL
MCHC
: 34 g/mL
Bilirubin total
: 7.92 mg/dl
Bilirubin direk
: 0.30 mg/dl
Bilirubin indirek
: 7.62 mg/dl
RESUME
Seorang bayi laki-laki baru lahir dengan berat badan 1200 gram dan Panjang Badan
50cm. Datang dengan berat badan lahir rendah.
Pada tanggal 4 januari 2015 pukul 05.20, pasien dilahirkan spontan, ditolong oleh
bidan. Saat lahir, pasien menangis lemah (+), badan bayi kecil (+), dan gangguan pernafasan
(+). Oleh bidan, pasien dirujuk ke RS Immanuel.
Tanda Vital
Kesadaran
: lethargy
Nadi
Pernapasan
Temperatur
: 36,6oC
Berat badan
: 1,2 kilogram
Panjang badan : 50 cm
Pemeriksaan Fisik
Kulit:
Warna kemerahan, merah halus, tampak gambaran vena, ikterik (tanggal 7 Januari
2015)
Rambut:
Warna hitam, tersebar merata, tumbuh lebat
Kepala:
Bentuk simetris
Mata:
Conjunctiva tidak anemis, sclera ikterik, pupil bulat isokor
THT:
PCH -/-, sekret hidung -/Lengkung terbentuk baik, lunak, rekoil baik
Mulut:
mukosa mulut basah dan bibir agak kering
Leher:
KGB leher tidak teraba membesar
Dada:
Bentuk normal, simetris, retraksi interkosta (+)
Pulmo:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen:
Inspeksi
: datar
Auskultasi
Palpasi
: lembut,
Perkusi
: timpani
Alat kelamin:
Laki-laki, testis terletak di bagian atas kanal, guratan kulit jarang.
Ektremitas:
akral hangat, capillary refill < 2 detik
Permukaan plantar garis hanya di bagian anterior
Lanugo
Banyak (pada bagian punggung)
Pemeriksaan penunjang
04 Januari 2015
Hematologi rutin
Leukosit
: 9300 /mm3 ()
: 125 mg/dL ()
Nilai-nilai MC
MCV
: 115 fL ()
MCH
: 38 pg/mL ()
Hitung Jenis
Basofil
: 3.5% ()
Eosinofil
: 0.7% ()
05 Januari 2015
Kimia Klinik
Analisis Gas Darah
pH
: 7.372
p CO2
: 32.9 mmHg
p O2
: 53 mmHg ()
HCO3
: 18.8 mEq/ L ()
O2 saturation : 88.30 % ()
Keterangan
07 Januari 2015
Hb
: 14.3 gr/dL ()
Ht
: 42.6% ()
Eritrosit
: 3.8 juta/mm3 ()
Nilai-nilai MC
MCV
: 111 fL ()
MCH
: 37 pg/mL ()
Bilirubin total
: 12.97 mg/dL ()
Bilirubin direk
: 0.51 mg/dL()
Bilirubin indirek
: 12.46 mg/dL()
d-Dimer
: 0.67 mg/L ()
10 Januari 2015
Hb
: 14,2 gr/dL ()
Ht
:42.3 %()
MCV
: 105 fL ()
MCH
: 35 pg/mL()
MCHC
: 34 g/mL
Bilirubin total
: 7.92 mg/dl
Bilirubin direk
: 0.30 mg/dl
Bilirubin indirek
: 7.62 mg/dl
Diagnosis kerja: Hyaline Membrane Disease+ Berat badan lahir rendah + preterm +
hiperbilirubinemia suspek Sepsis awitan dini
Penatalaksanaan
Pemberian oksigen
Memberikan lingkungan yang optimal
Pemberian cairan, glukosa dan elektrolit
Antibiotik
ampisilin 50mg/kgBB intravena setiap 12 jam dan gentamisin 3mg/kgBB untuk bayi
dengan berat lahir kurang dari 2 kilogram
Surfaktan
Surfaktan diberikan dalam 24 jam pertama diberikan dalam bentuk dosis berulang
melalui pipa endotrakea setiap 6 12 jam untuk total 2 - 4 dosis, tergantung jenis preparat
yang dipergunakan
: dubia ad malam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
Follow up
Tanggal
06
2015
Masalah
Januari Aktifitas
Pemeriksaan
Diagnosis
Fisik
+ N: 145x/menit
Penatalaksanaan
Sementara
Preterm
+
D5% 8x 2.5cc
Aminofusin
25cc/24
lemah,
R: 43x/menit
BBLR
retraksi
S: 36,5C
asphyxia
dinding dada
jam
1cc/jam
Kesadaran:
Pernafasan
lethargy
tidak teratur
Mata:
1B
100cc/24jam
sklera
(4,2cc/jam)
ikterik -/-
Toraks
:
-
epigastrium +
Gentamycin 2x2 mg
IV
Abdomen:
soepel,
BU
Cefotaxime 2x50mg
IV
retraksi
datar,
KaEn
Adrenalin
dengan
pengenceran
(+),
0,2cc
IV
timpani
Ekstremitas:
akral
07
2015
Januari Aktifitas
hangat,
CRT < 2
+ N: 157x/menit
Preterm
Aminofusin
25cc/24
lemah,
R: 44x/menit
BBLR
retraksi
S: 36,3C
asphyxia
dinding dada
ikterik
1cc/jam
jam
Kesadaran:
Pernafasan
compos mentis
100cc/24jam
tidak teratur.
Mata:
(4,2cc/jam)
sklera
Toraks
:
-
epigastrium +
Cefotaxime 2x50mg
Gentamycin 2x2 mg
IV
Abdomen:
soepel,
BU
1B
IV
retraksi
datar,
KaEn
Aminophilin 3x0.25
ml IV
(+),
Fototerapi
timpani
Ekstremitas:
akral
hangat,
CRT < 2
08
2015
Januari Aktifitas
Kulit ikterik
+ N: 160x/menit
Preterm
lemah,
R: 55x/menit
BBLR
D5% 4 x 2.5 cc
retraksi
S: 37C
asphyxia
ASI 4 X 2.5cc
Aminofusin
P
=
dinding dada
ikterik
Kesadaran:
25cc/24
Pernafasan
lethargy
1cc/jam
tidak teratur.
Mata:
sklera
retraksi
epigastrium +
Abdomen:
soepel,
(+),
Cefotaxime 2x50mg
IV
Gentamycin 2x2 mg
IV
timpani
Aminophilin 3x0.25
ml IV
Ekstremitas:
akral
1B
(4,2cc/jam)
-
BU
KaEn
100cc/24jam
Toraks
datar,
jam
hangat,
CRT < 2
kulit kuning
Fototerapi
09
2015
Januari Aktifitas
+ N: 155x/menit
Preterm
lemah,
R: 45x/menit
BBLR
D5% 4 x 2.5 cc
retraksi
S: 36,5C
asphyxia
ASI/PASI 8X 5cc
Aminofusin
P
=
dinding dada
ikterik
Kesadaran:
25cc/24
Pernafasan
lethargy
1cc/jam
tidak teratur.
Mata:
sklera
:
-
epigastrium +
Cefotaxime 2x50mg
IV
Abdomen:
soepel,
Gentamycin 2x2 mg
IV
(+),
timpani
Aminophilin 3x0.25
ml IV
Ekstremitas:
akral
1B
(4,2cc/jam)
retraksi
BU
KaEn
100cc/24jam
Toraks
datar,
jam
Fototerapi
hangat,
CRT < 2
10
2015
Januari Aktifitas
kulit kuning
+ N: 148x/menit
Preterm
lemah,
R: 44x/menit
BBLR
D5% 4 x 2.5 cc
retraksi
S: 36,4C
asphyxia
ASI 4 X 2.5cc
Aminofusin
P
=
dinding dada
ikterik
Kesadaran:
25cc/24
Pernafasan
lethargy
1cc/jam
tidak teratur.
Mata:
sklera
ikterik -/:
retraksi
Abdomen:
timpani
1B
(4,2cc/jam)
epigastrium +
BU
KaEn
100cc/24jam
Toraks
datar,
jam
IV
-
soepel,
(+),
Cefotaxime 2x50mg
Gentamycin 2x2 mg
IV
Aminophilin 3x0.25
ml IV
Ekstremitas:
akral
hangat,
CRT < 2
Etiologi
Dianggap karena faktor pertumbuhan atau karena pematangan paru belum sempurna.
Biasanya mengenai bayi prematur, terutama bila menderita gangguan perfusi darah uterus
selama kehamilan, misalnya diabetes melitus, toksemia gravidarum, hipotensi, seksio secaria
dan perdarahan antepartum dimana keadaan ini menyebabkan bayi lahir prematur.
Insiden
Frekuensi : laki-laki > perempuan
Bayi yang lahir < 28 minggu 60 80%
Bayi yang lahir 32 36 minggu 15 30%
Bayi yang lahir > 37 minggu 5%
Patofisiologi
Surfaktan ialah zat yang memegang peranan dalam pengembangan paru dan
merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak. Senyawa utama
zat tersebut ialah lesitin. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22 24 minggu dan
mencapai maksimum pada minggu ke-35. Surfaktan merupakan gabungan kompleks
fosfolipid. Surfaktan membuat stabil alveoli dan mencegahnya dari kolaps pada saat ekspirasi
dengan mengurangi tegangan. Dipalmitoylphophatidyl choline (DPPC) merupakan komposisi
utama dalam surfaktan yang mengurangi surface tension.
Peranan surfaktan ialah untuk merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga
tidak terjadi kolaps dan mampu untuk menahan sisa udara fungsionil pada akhir ekspirasi.
Defisiensi substansi surfaktan yang ditemukan pada penyakit membrane hialin menyebabkan
kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitasnya terganggu. Alveolus akan kembali
kolaps setiap akhir ekspirasi, sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negatif intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Kolaps paru
ini akan menyebabkan
Secara singkat dapat diterangkan bahwa dalam tubuh terjadi lingkaran setan yang
terdiri dari: atelektasis hipoksia asidosis transudasi penurunan aliran darah paru
hambatan pembentukan substansi surfaktan atelektasis. Hal ini akan berlangsung terus
sampai terjadi penyembuhan atau kematian bayi
PATOFISIOLOGI
Defisiensi Surfaktan
Kolaps alveolus
Butuh tekanan negatif intra toraks yang lebih besar dan usaha inspirasi yang lebih kuat untuk pernapasan berikut
ATELEKTASIS
HIPOKSIA
ASIDOSIS
TRANSUDASI
Gejala Klinis
Penyakit membran hialin ini mungkin terjadi pada bayi premature dengan berat badan
1000- 2000 gram atau masa gestasi 30-36 minggu. Jarang ditemukan pada bayi dengan berat
badan lebih dari 2500 gram. Sering disertai dengan riwayat asfiksia pada waktu lahir atau
tanda gawat bayi pada akhir kehamilan. Tanda gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6
8 jam pertama setelah lahiran dan gejala yang karakteristik mulai terlihat pada umur 24 72
jam. Bila keadaan membaik, gejala akan menghilang pada akhir minggu pertama
Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh atelektasis dan perfusi
paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan gambaran klinis seperti dispnu atau
hiperpnu, sianosis karena saturasi O2 yang menurun, retraksi suprasternal, retraksi interkostal
dan expiratory grunting. Selain tanda gangguan pernafasan, ditemukan gejala lain misalnya
bradikardia (sering ditemukan pada penderita PMH berat), hipotensi, kardiomegali, pitting
edema terutama di daerah dorsal tangan/ kaki, hipotermia, tonus otot yang menurun, gejala
sentral dapat terlihat bila terjadi komplikasi. Scoring system yang sering digunakan pada bayi
preterm dengan PMH adalah Silverman Anderson score untuk mengevaluasi derajat
keberatan dari gangguan nafas
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran radiologis
Diagnosis yang tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan foto Rontgen toraks.
Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang
diobati dan mempunyai gejala yang mirip penyakit membran hialin, misalnya pneumotoraks,
hernia diafragmatika, dan lain-lain.
Gambaran laboratorium
Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium diantaranya ialah:
Pemeriksaan darah
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari 45 mg%, prognosis
lebih buruk. Kadar bilirubin lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi normal dengan berat
badan yang sama. Kadar PaO2 menurun disebabkan berkurangnya oksigenasi di dalam paru
dan karena adanya pirau arteri-vena. Kadar PaO2 meninggi, karena gangguan ventilasi dan
pengeluaran CO2 sebagai akibat atelektasis paru. pH darah menurun dan deficit basa
meningkat akibat adanya asidosis respiratorik dan metabolik dalam tubuh. Bila fasilitas
tersedia dapat dilakukan pemeriksaan analisis gas darah yang biasanya memberi hasil:
hipoksia, asidosis metabolik, respiratorik atau kombinasi, dan saturasi oksigen yang tidak
normal.
Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan ini membutuhkan alat yang lengkap dan pelik. Frekuensi pernafasan
yang meninggi pada penyakit ini akan memperlihatkan pula perubahan pada fungsi paru
lainnya seperti tidal volume menurun, lung compliance berkurang, functional residual
capacity merendah disertai vital capacity yang terbatas. Demikian pula fungsi ventilasi dan
perfusi paru akan terganggu.
Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
Penyelidikan dengan kateterisasi jantung memperlihatkan beberapa perubahan dalam
fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten, pirau dari kiri ke kanan atau pirau
kanan ke kiri (bergantung pada lanjutnya penyakit), menurunnya tekanan arteri paru dan
sistemik
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Diagnosis dari PMH dapat dikonfirmasi dengan foto Rontgen toraks dengan gambaran
khas/klasik yaitu ground glass appearance dan air bronchograms. Menurut Vermont Oxford
Neonatal Network definisi dari PMH selain gambaran khas dari Rontgen Toraks memerlukan
bahwa si bayi mempunyai PaO 2<50 mmHg pada udara ruangan, cyanosis sentral pada udara
ruangan atau keadaan dimana si bayi memerlukan suplimentasi oksigen tambahan untuk
mempertahankan PaO2 >50 mmHg
Pencegahan
Faktor yang dapat menimbulkan kelainan ini ialah pertumbuhan paru yang belum
sempurna. Karena itu salah satu cara untuk menghindarkaan penyakit ini ialah mencegah
kelahiran bayi yang maturitas parunya belum sempurna. Maturitas paru dapat dikatakan
sempurna apabila produksi dan fungsi surfaktan telah berlangsung baik. Gluck (1971)
memperkenalkan cara untuk mengetahui maturitas paru dengan menghtung perbandingan
antara lesitin dan sfingomielin dalam cairan amnion. Bila perbandingan lesitin/ sfingomielin
sama atau lebih dari 2, bayi yang akan lahir tidak akan menderita penyakit membrane hialin,
sedangkan bila perbandingan tadi kurang dari 2 berarti paru bayi belum matang dan akan
mengalami penyakit membrane hialin
Penatalaksanaan umum
Dasar tindakan ialah mempertahankan bayi dalam suasana fisiologis sebaikbaiknya,agar bayi mampu melanjutkan perkembangan paru dan organ lain sehingga dapat
mengadakan adaptasi sendiri terhadap sekitarnya.
Tindakan yang perlu dikerjakan ialah:
1. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar
tetap dalam batas normal (36,5 37C) dengan meletakkan bayi di dalam inkubator.
Humiditas ruangan juga harus adekuat (70 80%).1,3
2. Pemberian oksigen harus berhati-hati.
Prinsip: Oksigen mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap bayi yang baru lahir.
Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi yang tidak
diinginkan seperti fibrosis paru (bronchopulmonary dysplasia (BPD)), kerusakan
retina (fibroplasi retrolental / retinopathy of prematurity (ROP)) dan lain-lain
3. Pemberian cairan, glukosa dan elektrolit sangan berguna pada bayi yang menderita
penyakit membrane hialin.
Prinsip: Pada fase akut, harus diberikan melalui intravena. Cairan yang diberikan
harus cukup untuk menghindarkan dehidrasi dan mempertahankan homeostasis tubuh
yang adekuat. Pada hari-hari pertama diberikan glukosa 5 10 % dengan jumlah
yang disesuaikan dengan umur dan berat badan (60 125 ml/kgbb/ hari). Asidosis
metabolik yang selalu terdapat pada penderita, harus segera diperbaiki dengan
pemberian NaHCO3 secara intravena. Pemeriksaan keseimbangan asam-basa tubuh
harus diperiksa secara teratur agar pemberian NaHCO3 dapat disesuaikan dengan
mempergunakan rumus : kebutuhan NaHCO3 (mEq) = deficit basa x 0,3 x berat
badan bayi. Kebutuhan basa ini sebagian dapat langsung diberikan secara intravena
dan sisanya diberikan secara tetesan. Pada pemberian NaHCO3 ini bertujuan untuk
mempertahankan pH darah antara 7,35 7,45. Bila fasilitas untuk pemeriksaan
keseimbangan asam-basa tidak ada, NaHCO3 dapat diberikan dengan tetesan. Cairan
yang dipergunakan berupa campuran larutan glukosa 5- 10% dengan NaHCO3 1,5%
dalam perbandingan 4:1. Pada asidosis yang berat, penilaian klinis yang teliti harus
dikerjakan untuk menilai apakah basa yang diberikan sudah cukup adekuat.
4. Pemberian antibiotika.
Setiap penderita penyakit membran hialin perlu mendapat antibiotika untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder. Pemberian antibiotik dimulai dengan spektrum luas,
biasanya dimulai dengan ampisilin 50mg/kgBB intravena setiap 12 jam dan
gentamisin 3mg/kgBB untuk bayi dengan berat lahir kurang dari 2 kilogram. Jika tak
terbukti ada infeksi, pemberian antibiotika dihentikan.
Surfaktan
Surfaktan diberikan dalam 24 jam pertama jika bayi terbukti mengalami penyakit
membran hialin, diberikan dalam bentuk dosis berulang melalui pipa endotrakea setiap 6 12
jam untuk total 2 - 4 dosis, tergantung jenis preparat yang dipergunakan
Dosis
Survanta (bovine surfactant) diberikan dengan dosis total 4mL/kgbb intratrakea
(masing-masing 1mL/kgbb untuk lapangan paru depan kiri dan kanan serta paru belakang kiri
dan kanan), terbagi dalam beberapa kali pemberian, biasanya 4 kali (masing-masing dosis
total atau 1 ml/kg). Dosis total 4ml/kgbb dapat diberikan dalam jangka waktu 48 jam pertama
kehidupan dengan interval minimal 6 jam antara pemberian. Bayi tidak perlu dimiringkan ke
kanan dan ke kiri setelah pemberian surfaktan, karena surfaktan akan menyebar sendiri
melalui pipa endotrakeal. Selama pemberian surfaktan dapat terjadi obstruksi jalan nafas
yang disebabkan oleh viskositas obat. Efek samping dapat berupa perdarahan dan infeksi
paru
Terapi steroid antenatal
Pemberian antenatal steroid kepada para ibu dengan risiko melahirkan bayi premature
terutama dengan usia gestasi 35 minggu untuk mengurangi mortalitas neonatal dan
penggunaan dosis tunggal antenatal steroid juga tidak dapat diasosiasikan dengan kelainan
maternal yang signifikan ataupun tidak memberikan efek samping terhadap bayi. Pemberian
antenatal steroid mengurangi risiko sindrom gawat nafas pada bayi, tetapi pemberiannya
harus didalam interval >24 jam dan <7 hari sebelum kelahiran bayi.
Dosis
Dosis optimal kortikosteroid, waktu pemberian dan frekuensi pemberian masih belum
diketahui secara pasti. Menurut NIH Consensus Development Panel on the Effect of
Corticosteroids for Fetal Maturation on Perinatal Outcomes, regimen pemberian
kortikosteroid secara umum ialah 2 dosis betametason 12 mg diberikan secara intramuskular
dengan jarak waktu 24 jam dan 4 dosis deksametason 6 mg intramuskular dengan jarak waktu
antar pemberian 12 jam
HIPERBILIRUBINEMIA
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus
pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara
klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah sebesar 5-7 mg/dl.
Klasifikasi
Ikterus Fisiologis
Pada bayi baru lahir kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama
kehidupannya <2 mg/dL
Pada bayi cukup bulan yang mendapatkan susu formula, kadar bilirubinnya
sebanyak 6-8 mg/dL
Pada bayi cukup bulan yang mendapatkan ASI, kadar bilirubinnya sebanyak 7-14
mg/dL
Ikterus Patologis
Bilirubin total serum > 17 mg/dL pada bayi baru lahir yang mendapat ASI
Ikterus menetap setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi
kurang bulan.
Disertai tanda-tanda penyakit lain seperti muntah, letargi, bayi malas menyusu,
penurunan berat badan, apneu, takipneu, dan suhu yang tidak stabil.
Metabolisme Bilirubin
Pembentukan Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jingga kekuningan yang sebagian besar
merupakan bentuk akhir dari katabolisme heme melalui proses reaksi oksidari-reduksi, dan
sedikit dari heme bebas ataupun proses eritropoesis yang tidak efektif. Dengan bantuan enzim
heme oksigenase yang banyak di sel hati, heme diubah menjadi biliverdin, karbon monoksida
yang akan dieksresikan melalui paru, dan zat besi yang akan digunakan untuk pembentukan
hemoglobin lagi. Biliverdin yang bersifatnya larut dalam air kemudian akan mengalami
reduksi oleh enzim biliverdin reduktase menjadi bilirubin. Bilirubin ini bersifat lipofilik dan
terikat dengan hydrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut, sehingga untuk
mengekresikannya diperlukan proses tranportasi dan eliminasi.
Satu gram hemoglobin menghasilkan 34 mg bilirubin. Pada bayi baru lahir tiap
harinya dibentuk 8-10 mg/kgbb, lebih banyak dari orang dewasa yang hanya menghasilkan 34 mg/kgbb/hari. Hal ini disebabkan oleh masa hidup eritrosit bayi lebih pendek yaitu berkisar
antara 70-90 hari, adanya peningkatan jumlah dari degradasi heme, turn over sitokrom yang
tinggi, serta besarnya reabsorbsi bilirubin di usus.
Transportasi Bilirubin
Bilirubin yang terbentuk pada sistem retikuloendotelial, akan dilepaskan ke
sirkulasi. Di sini, bilirubin akan berikatan dengan albumin. Ikatan ini merupakan zat nonpolar dan tidak larut dalam air, yang kemudian akan dibawa ke sel hati. Bilirubin yang terikat
dengan albumin tidak dapat memasuki susunan saraf pusat dan bersifat non toksik.
Albumin mempunyai afinitas yang tinggi, sehingga obat-obatan yang bersifat asam
seperti penisilin dan sulfonamid akan mudah menempati perlekatan utama antara albumin
dan bilirubin. Obat golongan ini bersifat kompetitor. Sedangkan obat-obatan lain yang dapat
menurunkan afinitas albumin, dapat melepaskan ikatan albumin-bilirubin, seperti digoksin,
gentamisin, furosemide, dan lain-lain.
monoglukoronida. Kemudian zat ini akan di konjugasikan kembali menjadi bentuk bilirubin
diglukoronida dengan bantuan enzim monoglukoronida. Enzim ini akan menyatukan dua
molekul
bilirubin
monoglukoronida
untuk
menghasilkan
satu
molekul
bilirubin
diglukoronida.
Pada bayi baru lahir didapatkan defisiensi aktifitas enzim monoglukoronida. Namun
setelah 24 jam kehidupan, aktifitas enzim ini meningkat melebihi bilirubin yang masuk ke
hati, sehingga konsentrasi bilirubin serum akan turun. Kapasitas kerja enzim ini akan sama
dengan orang dewasa pada hari ke 4 kehidupan bayi.
Eksresi Bilirubin
Bilirubin yang terkonjugasi akan dieksresikan melalui kandung empedu sebelum di
keluarkan ke saluran cerna. Saat mencapai usus halus, bilirubin terkonjugasi akan diubah oleh
bakteri usus menjadi bentuk urobilinogen. Sebagian urobilinogen ini akan dikonversikan
kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim -glukoronidase agar dapat diresorbsi
dan kembali ke hati untuk dikonjugasikan lagi, yang disebut sirkulasi enterohepatik. Sekitar 5
% urobilinogen akan dialirkan ke ginjal. Saat terpapar dengan udara di dalam urin,
urobilinogen akan teroksidasi menjadi urobilin, yang akan mewarnai urin. Sedangkan
urobilinogen yang tidak terserap di usus, akan dibuang melalui feses melalui reaksi oksidasi
menjadi sterkobilin, suatu produk yang tidak dapat direabsorbsi kembali dan akan mewarnai
feses.
Pemeriksaan ikterus pada kulit bayi. (A) tidak ikterik (B) ikterik
Dari pemeriksaan fisik, penentuan perkiraan kadar bilirubin dapat dilakukan
menurut kriteria Kramer
Kriteria Kramer
Derajat
Ikterus
Daerah Ikterus
Perkiraan
Kadar
Bilirubin
5,0 mg/dL
II
9,0 mg/dL
III
11,4 mg/dL
IV
12,4 mg/dL
16,0 mg/dL
Ikterus Patologis
Setiap Ikterus yang timbul dalam 24 jam pasca kelahiran adalah patologis dan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut; minimal kadar bilirubin serum total, serta
pemeriksaan ke arah adanya penyakit hemolisis oleh karena itu selanjutnya harus dirujuk.
Selain itu pada bayi dengan ikterus Kremer III atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap setelah keadan bayi stabil.
Tujuan
utama
dalam
penatalaksanaan
ikterus
neonatorum
adalah
untuk
mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan
kern-ikterus/ ensefalopati bilirubin, serta mengobati penyebab langsung ikterus tadi.
Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan mengusahakan agar konjugasi bilirubin
dapat lebih cepat berlangsung.
Prinsipnya dalam penanganan ikterus ada 3 cara untuk mencegah dan mengobati,
yaitu:
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluran bilirubin
2. Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik agar dapat dikeluarkan melalui
ginjal dan usus, misalnya dengan terapi sinar (fototerapi)
3. Mengeluarkan bilirubin dari peredaran darah, yaitu dengan tranfusi tukar darah