Professional Documents
Culture Documents
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi
organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.
b. Teori SupersaturasI
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin,
santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam
urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam
urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah
terbentuknya Batu Saluran Kencing.
3. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air
kemih kekurangan penghambat pembentuka batu yang normal (Sjabani,
2006). Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai
bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit (Sjabani, 2006). Batu
struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu
infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi
(Muslim, 2007). Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu
yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir
keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu:
a. Faktor Endogen
c.
Jenis Kelamin
Lebih
banyak
terjadi
pada
laki-laki
dibanding
wanita
dengan
perbandingan 3:1.
d. Ras
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e.
Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu saluran
kemih memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih dibanding
dengan yang tidak memiliki anggota keluarga dengan batu saluran kemih.
f. Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang didapat dari
minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
Pekerjaan
Pekerja
keras
yang
banyak
bergerak
mengurangi
kemungkinan
Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan panas
sehingga pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak didukung
oleh hidrasi yang adekuat akan meningkatkan resiko batu saluran kemih.
i.
Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani, kalsium,
natrium klorida, vitamin C, makanan tinggi garam akan meningkatkan
resiko pembentukan batu karena mempengaruhi saturasi urine.
4. MANIFESTASI KLINIS
Batu terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di
dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu
yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).
Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut,
daerah kemaluan dan paha sebelah dalam (Brunner dan Suddarth, 2003).
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung,
demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi
sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa
menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung
lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan
5. PATOFISIOLOGI
a. Teori Intimatriks
Teori Supersaturasi
Sjabani (2006) menyebutkan erjadi kejenuhan substansi pembentuk batu
dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan
mempermudah terbentuknya batu.
c.
Teori Presipitasi-Kristalisasi
Sjabani (2006) menyebutkan perubahan pH urine akan mempengaruhi
solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan
mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap
garam-garam fosfat.
d.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
e. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
f. EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
g. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
h. IVP (Intra Venous Pyelografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan
derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan
penebalan abnormal otot kandung kemih dan memberikan konfirmasi
cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.
Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
i. Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih,
urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan
urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin,
natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat
diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung
kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien.
7. KOMPLIKASI
a. Sumbatan : akibat pecahan batu
b. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi
ureter
distal
pada
wanita
dan
anak-anak
juga
harus
jenis
pemecah
batu
tertentu,
tergantung
pada
ASKEP UROLITHIASIS
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
:
: Paling sering 30 50 tahun
: 3 x Lebih banyak pada pria
: Tinggal di daerah panas, daerah berkapur
: perkerja berat, pekerja tambang
b. Keluhan Utama
a) Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.
b) Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
a) Pernah menderita infeksi saluran kemih.
pasien
mengenai
perawatan
harus
digali
untuk
f. Pemeriksaan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan
persepsi
memunculkan
tentang
persepsi
yang
kesehatan,
salah
tapi
terhadap
kadang
juga
pemeliharaan
dan
penekanan
pada
struktur
abdomen.
Peningkatan
awam,
pasien
mungkin
akan
beranggapan
bahwa
ketombe,
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
f) Mulut
Inspeksi
mukosa
bibir
kering,
tidak
terlihat
j) Kandung kemih
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: terlihat cembung
: nyeri tekan
::-
k) Ekstermitas
Inspeksi
Palpasi
usus
Perkusi
Auskultasi
::-
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi :
a) Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi
uretral.
b) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih
oleh batu,iritasi ginjal atau uretral.
c) Hipertermi berhubungan dengan Pelepasan mediator inflamasi (Pirogen)
d) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan, tindakan pembedahan
e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat
salah interpertasi informasi.
Post operasi
a) Nyeri b.d insisi bedah
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Tujuan Dan
Intervensi
Rasional
Kriteria hasil
1
Pre Operasi
dilakukan 1. Catat
lokasi, 1. Membantu
Setelah
asuhan keperawatan
lamanya
selama
(0-10)
3x24
diharapkan
jam
nyeri
intensitas
dan
penyebaran
:
-
nyeri
penyebab
tampak
tempat
hilang/berkurang
dengan Kriteria hasil 2. Jelaskan
mengevaluasi
melaporkan tentang
untuk
pemberian
dalam
meningkatkan
perubahann
kejadian
karakyeristik nyeri.
pasien
dan
tindakan
nyaman
contoh
pijatan
dapat
menurunkan ansietas).
3. Menaikkan
relaksasi
menurunkan
3. Berikan
koping
otot
dan
tegangan
menaikkan
koping
punggung 4. Obstruksi lengkap ureter
lingkungan istirahat.
4. Perhatikan
keluhan/menetap nya
nyeri abdomen.
5. Berikan
dapat
menyebabkan
perforasi
ekstravasasi
dan
urine
ke
banyak
membersihkan
ginjal
batu kecil.
pertahankan
terapi
IV
yang
diprogramkan
mual
dan
terjadi.
6. Dorong
bila 6. Gerakan
muntah
aktivitas
toleransi,
berikan
analgesic
anti
sebelum
emetic
bergerak
bila mungkin.
Setelah
dilakukan
1. Awasi
meningkatkan
disebabkan
pemasukan 1. Memberikan
selama
karakteristik urine
adanya
urine
perdarahan
criteria hasil :
-
Berkemih dengan
pola normal
Tidak
2. Tentukan
pola
berkemih
normal
dan
perhatikan
variasi
infeksi
2. Kalkulus
ekstibilitas
kebutuhan
tanda obstruksi
3. Dorong
meningkatjkan
pemasukan cairan
dan
dapat
menyebabkan
menyebabkan
terjadi
dan
komplikasi
contoh
tidak
infor
ginjal,
diharapkan eliminasi
dengan
oleh
peningkatan nyeri.
fungsi
terganggu
istirahat
jam
Kenyamanan
meningkatkan
asuhan keperawatan
3x24
pasase
sesuai
dan
dapat
segera.
3. Peningkatan
yang
sensasi
berkemih
hidrasi
membilas bakteri,darah
dan debris dan dapat
membantu
batu.
lewatnya
adanya
memungkinkan
identifikasi
kirim
dan
ke
laboratorium untuk
analisa.
5. Observasi
status
perilaku
atau
tingkat
kesadaran
batu
mempengaruhi
pilihan terapi.
BUN,
6. Awasi pemeriksaan
laboratorium,
contoh
tipe
perubahan
mental,
batu
mengidentifikasikan
disfungsi ginjal.
BUN,
elektrolit, kreatinin
3
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3
24
jam
diharapkan
suhu
1. Kaji TTV
1. Menunjukan keadaan
umum klien
2. Membantu
hangat
diperlukan.
3. Kolaborasi
tubuh
kembali
pemberian
normal
dengan
antiperetik
4. Ciptakan
kriteria hasil :
- Suhu
tubuh
dalam
batas
normal
Membrane
mukosa lembab
Turgor kulit baik
jika
lingkungan
nyaman
menurunkan panas
3. Kolaborasi pemberian
antiperetik
4. Ciptakan
aman
lingkungan
aman nyaman
Setelah
dilakukan
1. Beri
tindakan
keperawatan selama
didapatkan
24
diharapkan
jam
cemas
tidak
tampak cemas
Klien
tidak
kecemasan pasien
klien
bertanya- Tanya
tentang
keadaannya
4
dilakukan 1. Kaji
Setelah
ulang
proses
1. Memberikan
tindakan
pengetahuan dasar
keperawatan selama
dimana
24
diharapkan
dapat
jam
dapat
klien
berdasarkan
penyakitnya. Dengan
2. Tekankan pentingnya
pemasukan cairan ,
proses penyakit
Menghubungkan
gejala dan faktor
penyebab
Melakukan
perubahan
prilaku
perlu
pasien
melaporkan
mulut
kering,
yang
diuresis
(keringat berlebihan)
dan
informasi.
2. Pembilasan sistem
ginjal menurunkan
peningkatan
pemahaman
membuat
pilihan
mengetahui
Kriteria hasil :
- Menyatakan
pasien
untuk
kesempatan statis
ginjal
atau
pembentukan batu.
peningkatan
pemasukan
cairan
yang
dijual
dalam
makanan
4. Mendengar
dengan
pola
hidup.
3. Obat-obatan
diberikan
untuk
mengasamkan
mengakalikan
urine,
tergantung
pada
penyebab
dasar pembentukan
batu.
4. membantu pasien
berkerja
melalui
perasaan
dan
meningkatkan rasa
kontrol apa yang
5. Tunjukan perawatan
terjadi.
5. Meningkatkan
kemampuan
insisi/
kateter
bila
ada.
Setelah
dilakukan
kemandirian.
Post Operasi
1. Kaji intensitas,sifat, 1. Menentukan tindakan
tindakan
lokasi
keperawatan selama
daan
berkurang
pencetus
selanjutnya
penghalang
factor nyeri.
2. dengan otot relkas
2. Berikan
tindakan
posisi dan kenyamanan
kenyamanan
non
dapat
mengurangi
farmakologis,
nyeri.
anjarkan
tehnik
relaksasi,
bantu
Klien
tampak
tenang
pasien
memilih
posisi
yang
nyaman.
3. Anjurkan
untuk
nyeri.
menahan
dapat
mengurangi nyeri.
untuk
pemberian
2
Setelah
dilakukan
tindakan
normal pasien.
keperawatan selama
3
24
diharapkan
terjadi
jam
tidak
2. Kaji
tidak
keluhan
distensi
kandung
dilakukan
tanda
keperawatan
infeksi
tidak
disebabkan
karena
sumbatan
kateter.
3. untuk
mengetahui
klien
tidak
dan
(demam,
5. untuk
melancarkan
urine.
ada
kontra indikasi.
1. Kaji dan laporkan
tindakan
diharapkan
tegang
fungsi ginjal.
putih 2 Lt /sehari ,
bila
Setelah
pola berkemih.
2. kandung kemih yang
keseimbangan cairan
4. Kaji warna dan bau 4. untuk
mengetahui
perubahan
eliminasi
analgetik.
1. Kaji pola berkemih 1. untuk membandingkan
1. Pertahankan
tehnik
gejala
luka
terjadi
infeksi
kemerahan,
dengan
criteria
bengkak,
hasil :
- tidak ada
tanda-
tanda infeksi
- luka tampak kering
- selang drainase atau
kateter
bersih
tanpa pendarahan
- TTV dalam batas
normal
nyeri
klien
untuk menghindari
atau
menyentuk
insisi.
4. Pertahankan tehnik
steril
mengganti
untuk
balutan
tehnik
infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Long Barbara, Perawatan Medikal Bedah , jilid 3, Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung,
1996
Doenges ME, dkk., Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta, 2000
Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume I, EGC,
Jakarta , 1999
Marry Ann Matteson, Introductory Nursing Care of Adults, Sounder Company,
Philadelpia Penn Sylvani, 1995
Purnomo, B. Basuki, Dasar-dasar Urolog , cetakan I, CV. Infomedika, Jakarta, 2000
Robert Prihardjo, Pengkajian Fisik Keperawatan, cetakan II, EGC, Jakarta, 1996
Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta,
1998