Professional Documents
Culture Documents
Perfect Man
Kemuliaan Allah
Pada Wajah
Yesus Kristus
The Only Perfect Man: Kemuliaan Allah pada Wajah Yesus Kristus
Eric H.H. Chang dan Bentley C.F. Chan
Hak Cipta 2015
Eric H.H. Chang, Helen Chang, Bentley C.F. Chan
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa
pun tanpa izin tertulis dari penulis/penerbit sesuai dengan Undang-undang Hak
Cipta.
Diterbitkan oleh:
CAHAYA PENGHARAPAN MINISTRIES
Situs: http://www.cahayapengharapan.org/
Surel: cpm@cahayapengharapan.org
Telp.: 0813-8285-1058
Alih Bahasa: Chuah Soo Chuang
Penyunting: Vera Wirawan, Lew Ai Su
Desain sampul: Bentley Chan et al
Hak cipta gambar: LilKar, 2014, digunakan di bawah lisensi dari
Shutterstock.com
Ayat-ayat Kitab Suci dikutip dari:
ALKITAB LAI 2001
Perjanjian Baru TB Edisi 2 LAI 1998
Kitab Suci Indonesian Literal Translation (KS-ILT Edisi 2) 2006, 2008
dipersembahkan
Kepada Yesus Kristus,
Tu[h]an dan Juruselamat,
Anak Allah,
yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan dirinya untuk aku
(Galatia 2:20)
Daftar Isi
Catatan Penerjemah
Prakata
Kata Pengantar
Pernyataan Iman
Pendahuluan
15
22
1.
35
2.
57
3.
93
4.
157
5.
189
6.
217
7.
235
8.
271
9.
329
389
435
463
Epilog
503
511
514
516
518
526
530
555
Bibliografi
581
Index Ayat
589
Prakata
Pertemuan yang pertama dengan penulis
Saya pertama kali bertemu dengan Eric H.H. Chang pada September 11,
1977, pada kunjungan saya yang pertama ke jemaat Montreal tempat
Beliau menggembalakan. Tiga puluh lima tahun kemudian, Hari Natal
2012, saya berbicara dengan Beliau untuk kali terakhir lewat ponsel.
Tanggal yang terakhir ini dapat ditelusuri dari rekaman ponsel dan
tanggal yang pertama masih dipertahankan di atas label usang dari sebuah
tape kaset yang sekarang disimpan dalam sebuah kotak di Montreal.
Jika Anda mendengarkan kaset C90 tersebut yang berlabel, The
Bronze Serpent, John 3:14-15, Eric Chang, 09/11/1977, Anda akan
mendengarkan serangkaian tiga teriakan keras di tengah-tengah khotbah.
Teriakan yang ketiga dan terakhir sangat memekakkan telinga ketika saya
mendengarnya secara langsung. Teriakan tersebut masih berdering di
telinga kanan saya karena pada Minggu tersebut, saya duduk tepat
bersebelahan dengan pria Kanada keturunan Perancis yang berteriak itu.
Sampai hari ini saya masih bertanya-tanya apakah pria malang itu
dikuasai roh jahat. Mungkin ya, mungkin tidak. Itu juga merupakan
kunjungannya yang pertama ke gereja dan dia tampak baik-baik saja
sehingga Pendeta Eric mulai berkhotbah.
Kuasa khotbahnya mencengkeram saya dalam cara yang belum pernah
saya alami sebelumnya. Dalam beberapa saat, pria di samping saya
sepertinya mengalami kesurupan, dengan mata tertutup dan tangan
terkepal. Suara mengerangnya menjadi semakin keras selama dua puluh
menit berikutnya. Sepuluh menit kemudian, dia meneriakkan sebuah
jeritan yang memekakkan, You are me! (Kamu adalah saya!) Ia segera
jatuh tertidur dan tidak lagi dalam keadaan gelisah. Ia tidak bangun
sampai setelah doa penutup. Setelah itu ia baik-baik saja. Hal ini terjadi
pada kunjungan saya yang pertama ke gereja yang dipimpin oleh Pendeta
Eric, dan itulah cara saya akan selalu mengenang pertemuan saya yang
pertama dengan Beliau.
Sebuah pengaturan
Sebelum Beliau meninggal pada Januari 25, 2013, setelah mengabdi
kepada Allah dengan setia selama lebih dari setengah abad, Eric Chang
sedang mengerjakan buku yang ada di tangan Anda ini, The Only Perfect
Man. Beliau dan saya sebelumnya telah mengadakan kesepakatan untuk
saya yang menerbitkan buku ini setelah selesai ditulis. Lebih dari itu, kami
juga sepakat jika Beliau harus meninggalkan dunia ini sebelum penulisan
selesai, saya yang akan menyelesaikan penulisan buku ini.
Skenario terakhir ternyata menjadi kenyataan. Beberapa hari setelah
kepergian Beliau, istrinya Helen meminta saya untuk mengambil file-file
naskah buku dari komputernya. File-file Microsoft Word Beliau
mengandung cukup catatan untuk sebuah buku lengkap, meskipun masih
ada beberapa hal lain yang ingin dikatakannya. Beberapa bulan
sebelumnya, dengan nada serius saya memberitahu Beliau bahwa
barangkali Beliau punya cukup material di benaknya untuk sebuah buku
setebal 2000 halaman. Beliau tertawa, begitu pula saya. Kemudian dalam
kata-kata yang nyaris profetik, Beliau mengatakan bahwa ada waktunya
untuk berhenti menulis.
Beberapa catatan terakhirnya cukup singkat, beberapa yang lain agak
panjang, ada juga yang sedang, dan ini berarti saya tidak dapat
menghindar dari melakukan cukup banyak penulisan. Saya dengan rasa
takut tetapi penuh sukacita, dalam urutan itu, menerima tantangan untuk
menyelesaikan penulisan buku meskipun menyadari ketidakmampuan
saya untuk tugas tersebut. Seringkali saya bertanya-tanya apakah saya
telah mengungkapkan wawasannya menurut cara yang diinginkan Beliau.
Menilai dari proyek-proyek penerbitan yang sebelumnya, saya yakin jika
Beliau masih ada, Beliau pasti akan memberikan material tambahan
kepada naskah buku sebelum diserahkan kepada penerbit.
Meskipun demikian, saya percaya di mata Yahweh, Allah dan Bapa
kita yang pengasih, catatan Eric Chang dalam arti yang sebenarnya
memang telah selesai ketika diserahkan kepada saya, karena waktu
Allah dalam kehidupan dan kematian seseorang akan mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.
Pendeta Eric sebenarnya ingin menuliskan beberapa hal lain, tetapi
apa yang sudah Beliau katakan dalam buku ini (dan buku yang
sebelumnya, The Only True God) sudah lebih dari cukup untuk
melepaskan Beliau dari tanggung jawab duniawinya untuk memberitakan
Yahweh sebagai satu-satunya Allah yang benar, dan menyerahkan
tanggung jawab tersebut kepada para pembacanya. Dalam kedua buku ini
kita melihat komitmen Beliau kepada kebenaran, ketundukan Beliau
PRAKATA
Kata Pengantar
Buku ini, The Only Perfect Man, merupakan lanjutan dan juga pasangan
kepada buku saya yang sebelumnya, The Only True God. 1 Supaya mudah,
kedua buku ini akan kadang-kadang disebut sebagai TOPM dan TOTG.
Selain memiliki judul yang jelas simetris, ada beberapa pokok kesamaan
dan perbedaanyang mengaitkan kedua buku ini.
Pertama, TOTG dan TOPM ditulis dari perspektif monoteisme
Biblika, bukan trinitarianisme. Penelitian terhadap Kitab Suci telah
memimpin kami kepada simpulan yang solid bahwa hanya ada satu Allah,
dan Ia adalah Pribadi tunggal, dan nama-Nya adalah Yahweh, dan Ia
adalah Bapa kepada Yesus Kristus. Kami juga berkeyakinan Kitab Suci
mengajarkan bahwa Yesus adalah Anak Allah, Yesus bukan Allah Anak,
Yesus bukan Allah, Yesus adalah gambar Allah yang sempurna, Yesus
melaksanakan segala kewenangan Allah sebagai wakil mutlak Allah.
Kedua, sementara buku yang pertama (TOTG) berpusat pada Yahweh
satu-satunya Allah yang benar, buku yang kedua (TOPM) berpusat pada
Yesus Kristus, Anak Allah dan satu-satunya manusia sempurna yang
pernah hidup.
Ketiga, TOTG dan TOPM terhubungdan begitu juga Yahweh dan
Yesus terhubungoleh kebenaran Biblika bahwa Yahweh, satu-satunya
Allah yang benar, telah datang ke dunia ini dengan berdiam di dalam
manusia Yesus ketika Yesus dilahirkan ke dalam dunia. (Ini bertentangan
dengan kepercayaan trinitarian bahwa pribadi kedua yang pra-eksisten
dari keallahan tritunggal mengambil eksistensi manusia sebagai Yesus
Kristus melalui inkarnasi, dan karenanya Yesus memiliki keduanya natur
ilahi dan natur manusia.) Prolog Yohanes (1:1-18) menyatakan bahwa
Allah, yang adalah Firman, datang ke dalam dunia untuk berdiam dalam
Yesus. Ayat 14 (Firman itu sudah menjadi daging dan bertabernakel
/berkemah di antara kita) menyatakan bahwa tubuh Yesus adalah bait
tempat Allah berdiam (harfiah, bertabernakel/berkemah). Yesus
berbicara tentang tubuhnya sebagai bait Allah (Yoh.2:19). Ini dijelaskan
dengan lebih rinci di bab 3 dari buku ini.
Chang, Eric H.H., The Only True God: Sebuah Kajian Monoteisme
Alkitabiah, Borobudur Publishing, Semarang, 2011, ISBN 978-979-25-2709-4,
Perpustakaan Nasional. Edisi PDF tersedia di http://www.christiandc.org.
1
Pernyataan Iman:
Bagaimana Saya Memandang
Firman Allah
Dalam studi tentang Yesus sebagai satu-satunya Manusia Sempurna ini,
adalah wajar jika para pembaca diberi pemahaman yang jelas tentang
bagaimana penulis memandang Alkitab secara keseluruhan dan
Perjanjian Baru secara khusus.
Banyak buku telah ditulis tentang Alkitab tetapi para penulis jarang
menjelaskan bagaimana persisnya mereka memandang Alkitab. Apakah
bagi mereka Alkitab itu sebuah dokumen religius yang berharga untuk
studi kebudayaan kuno? Apakah Alkitab itu sebuah koleksi dokumendokumen kuno yang mencakup suatu periode selama beberapa milenia
yang berharga untuk mendapatkan suatu wawasan tentang bangsa-bangsa
Timur Dekat kuno, khususnya bangsa Israel? Apakah Alkitab juga
dipelajari untuk memahami pengaruhnya yang begitu besar terhadap
peradaban barat?
Namun sebagai sebuah dokumen agama, sejarah dan kebudayaan
kuno, otoritas apa yang dimiliki Alkitab terhadap kita dan iman kita hari
ini? Sebuah pandangan terhadap Alkitab yang tidak mempertimbangkan
otoritasnya tentu saja terbatas pada kepentingan akademis semata, dan
tidak memiliki pengaruh apa pun terhadap iman dan cara hidup kita.
Saya ingin menyatakan dengan jelas dari awal bahwa ini bukanlah cara
saya memandang Alkitab. Sebaliknya saya memandang Alkitab sebagai
Firman dari Allah. Saya tidak bermaksud bahwa saya memandang Alkitab
sebagai sebuah pendiktean ilahi yang diberikan kepada para penulisnya,
yang selama proses pendiktean berfungsi seperti robot atau mesin
rekaman sementara pikiran mereka berada dalam keadaan pasif.
Sebaliknya, saya percaya bahwa setiap penulis Kitab Suci dapat
digambarkan sebagai seorang pengkhotbah atau seorang nabi yang telah
diberikan sebuah pesan dari Allah, yang kemudian mengungkapkan
kembali pesan ilahi tersebut dari hati dan pikirannya sendiri sesuai
dengan kepribadian dan karakternya.
Ini terbukti dari fakta bahwa kitab-kitab dalam Alkitab, termasuk
surat-surat Perjanjian Baru, memiliki gaya bahasa dari masing-masing
10
Pengalaman ini telah diceritakan dalam sebuah buku kecil, Bagaimana Aku
Mengenal Allah, terbitan Cahaya Pengharapan Ministries 2006.
2
11
Dalam waktu satu tahun dari pengalaman yang mengubah hidup saya
itu, Henry, yang telah menjadi guru Alkitab saya (khususnya Injil
Yohanes yang dia sampaikan dengan cara yang sangat hidup, yang belum
pernah saya dengarkan dari siapa pun), ditangkap di luar rumahnya pada
suatu malam dan tidak pernah dilihat lagi. Sepengetahuan temantemannya, Henry tidak pernah terlibat dalam politik atau pernah
mengungkapkan minat terhadap politik.
Tentu saja ini adalah seorang abdi Allah yang dapat disebut berkobarkobar untuk Allah dan Kristus-Nya. Henry berprofesi sebagai ahli kimia,
dan dia memakai uang penghasilan dari pekerjaannya untuk membiayai
kegiatan penginjilannya di kampung-kampung pinggiran di sekitar kota
Shanghai. Apakah karena ini dia ditangkap? Di sisi alam yang fana ini,
kita tidak akan pernah tahu.
12
Tidak pernah terlambat untuk kembali kepada Yahweh Allah kita. Jika
kita kembali kepada perintah yang pertama, kita akan mengalami sebuah
janji dari Allah: Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang
hasilnya dimakan habis oleh belalang (Yoel 2:25). Kemudian kita akan
mengalami sukacita mengenal Dia yang disebut Allah yang hidup.
13
14
Pendahuluan
Pertama, seperti yang dinyatakan dalam judul buku, The Only Perfect
Man, Yesus yang Biblika adalah seorang manusia, seorang manusia nyata
sama seperti setiap manusia di dunia ini. Ia bukanlah seorang manusia
ilahi atau Allah-manusia seperti yang diasumsikan dalam
trinitarianisme. Jika memang ada seseorang yang dapat disebut Allahmanusia, maka ia bukanlah seorang manusia nyata. Manusia-manusia
ilahi atau allah-allah (bdk. banyak allah, 1Kor.8:5) banyak
ditemukan dalam mitologi Yunani, dan familiar bagi umat Kristen nonYahudi yang hidup di tengah-tengah kebudayaan dan masyarakat
penyembah berhala. Barnabas dan Saulus, dalam misi mereka kepada
bangsa-bangsa lain, secara keliru dianggap sebagai dewa Zeus dan dewa
Hermes (Kisah 14:12) ketika orang Likaonia bergegas keluar untuk
menyembah mereka, bahkan mempersiapkan persembahan kurban untuk
mereka. Namun Barnabas dan Paulus berseru, Hai kamu sekalian,
mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini manusia biasa sama seperti
kamu (ay.15, bdk. BDAG, homoiopath, yang menetapkan arti memiliki
natur yang sama bagi ayat ini).
Yesus dari Perjanjian Baru adalah seorang manusia dengan natur yang
sama seperti semua manusia lain (bdk. Elia, Yakobus 5:17). Karena ia
memiliki natur yang sama seperti semua manusia lain, Yesus sudah
dicobai dalam segala hal, sama seperti kita sendiri; hanya ia tidak berbuat
dosa! (Ibr.4:15 BIS). Namun memiliki natur yang sama seperti kita tidak
berarti ia itu sama seperti kita dalam segala hal. Ini membawa kita ke poin
yang berikut.
Kedua, manusia Yesus adalah sempurna. Kesempurnaannya itu
bukanlah sesuatu yang datang kepadanya melalui inkorporasi ke dalam
Allah Anak dari trinitarianisme, tetapi sesuatu yang dipelajarinya
melalui penderitaan dan dicapai melalui hadirat Yahweh yang tinggal di
dalam dia.
Karena belum pernah ada satu orang pun yang tidak pernah berbuat
dosa dalam sejarah selain dari Yesus, maka ia adalah seorang manusia
luarbiasa, seorang manusia unik, seorang manusia agung, satu-satunya
manusia yang telah mencapai zenit, atau titik tertinggi, dari tujuan abadi
Yahweh bagi manusia. Untuk menekankan fakta yang menakjubkan ini,
adalah pantas dalam beberapa konteks untuk menggunakan huruf besar
Manusia untuk menunjukkan bahwa ia adalah manusia sejati tetapi di
16
PENDAHULUAN
17
Kapitalisasi
Dalam karya ini istilah Alkitab dan Kitab Suci dan Kitab-kitab Suci
ditulis dalam huruf besar, demikian pula kata-kata sifat yang sepadan
seperti Biblika dan Alkitabiah, bukan karena bibliolatri
(penyembahan terhadap Alkitab) tetapi untuk menekankan bahwa Kitabkitab Suci (PL dan PB), sebagai firman Allah adalah otoritas yang final
dan absolut bagi iman dan doktrin kita. Kegagalan untuk mengikuti
prinsip rohani yang pokok ini telah mengakibatkan kejatuhan gereja ke
dalam kesalahan fatal.
18
Atas topik yang sama, yaitu penaklukan segala sesuatu kepada Kristus,
Paulus berkata:
Sebab Dia telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya.
Namun, ketika Dia mengatakan bahwa segala sesuatu telah
ditaklukkan, jelaslah bahwa hal itu tidak termasuk Dia yang telah
menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. (ILT)
Makna dari ayat ini menjadi lebih jelas jika kita mengkapitalisasikan
kata dia yang mengacu kepada Allah Yahweh saja:
Sebab Dia telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kakinya.
Namun, ketika Dia mengatakan bahwa segala sesuatu telah
ditaklukkan, jelaslah bahwa hal itu tidak termasuk Dia yang telah
menaklukkan segala sesuatu kepada dirinya. (ILT)
PENDAHULUAN
19
20
PENDAHULUAN
21
tidak memiliki jejak atau bukti akan keberadaan pribadi yang disebut
Allah Anak, tokoh utama dari iman trinitarian. Masalah ini ditangani,
setidaknya secara psikologis, dengan mengasumsikan bahwa kebanyakan
dari kata Tuhan (dihurufbesarkan menjadi TUHAN) mengacu
kepada Yesus dalam pra-eksistensinya. Namun jika TUHAN mengacu
pada Yesus, di mana tempat Bapa dalam Perjanjian Lama?
Pemakaian istilah-istilah
Biblika yang tepat
Karena doktrin trinitarian telah mengubah arti dan isi dari istilah-istilah
kunci dalam Alkitab, penting untuk kita menjelaskan arti dari istilahistilah tersebut dari awal, kalau tidak, mustahil kita memahami pesan
Alkitab. Kita akan melihat istilah-istilah berikut: Allah, Tu[h]an (Lord),
Bapa, Yesus, Anak Allah. Istilah-istilah tersebut akan dibahas secara
singkat, sambil menyoroti titik-titik penyimpangan di antara arti Biblika
dan arti trinitaris dari istilah-istilah ini.
Allah
Dari awal kita perlu mempertimbangkan tokoh sentral dari Alkitab: Allah.
Dengan Allah, trinitarian mengartikannya Trinitassuatu Allah yang
terdiri dari tiga pribadi yang berbagi satu substansi. Akan tetapi konsep
substansi ilahi (yang berasal dari pemikiran Yunani dan kepercayaan
politeistik), maupun Allah tripartit yaitu tiga pribadi berbagi satu
substansi, tidak eksis dalam Alkitab. Satu-satunya Allah di dalam Alkitab
disebut Yahweh, sebuah nama yang muncul hampir 7,000 kali dalam
Kitab Suci. Sebaliknya, Allah umat trinitarian tidak memiliki nama sama
sekali! Meskipun ada beberapa trinitarian yang menyamakan Yahweh
dengan Allah Bapa, kenyataannya tetap bahwa Allah Bapa ini hanya
merupakan salah satu dari tiga pribadi dalam ke-Allahan trinitaris.
Para trinitarian secara universal mengakui (silakan periksa kamus
Alkitab dan teologi sistematis apa saja) bahwa kata trinitas tidak eksis di
dalam Alkitab. Bagaimanapun, trinitas bukanlah nama Allah tetapi
sebuah istilah deskriptif untuk Allah tripartit yang tidak eksis (dalam arti
tidak ditemukan dalam Kitab Suci). Sifat tripartit dari doktrin ini telah
menimbulkan suatu situasi, yaitu beberapa orang Kristen berdoa kepada
Bapa, yang lain berdoa kepada Yesus, dan ada juga, khususnya mereka
yang dari golongan karismatik, yang berdoa kepada Roh.
Namun Yahweh itu satu Pribadi, bukan tiga, dan Ia jelas-jelas
memiliki sebuah nama. Namun untuk semua maksud dan tujuan, Nama
itu telah dilenyapkan dari Kekristenan. Kebanyakan orang Kristen tidak
tahu siapa Yahweh itu, meskipun mereka barangkali pernah mendengar
kata Jehovah, bentuk yang kurang tepat dari Nama itu, yang mereka
kaitkan dengan sekte yang disebut Saksi-saksi Yehuwa, yang
23
24
Dengan kata lain, nama pribadi Allah yang unik, Yahweh, telah diganti
dengan sebuah gelar deskriptif umum, Tuan (kyrios, kata Yunani yang
sering dipakai untuk manusia). Meskipun terjemahan Yahweh ini
keliru, umat Yahudi berbahasa Yunani tahu bahwa kyrios dalam banyak
konteks mengacu kepada Yahweh, karena warisan religius yang
diturunkan kepada mereka. Namun hal yang sama tidak dapat dikatakan
untuk bangsa-bangsa non-Yahudi, karena kebanyakan dari mereka tidak
tahu bahwa kyrios seringkali dipakai sebagai pengganti untuk Yahweh.
Sebagai akibat dari ketidaktahuan bangsa non-Yahudi ini, dalam
waktu tiga abad setelah zaman Yesus, gelar Tuan yang diterapkan
kepada Allah digabungkan dengan gelar Tuan yang diterapkan untuk
Yesus, yang saat itu dinyatakan sebagai Allah Anak, sebuah gelar
trinitaris yang tidak ditemukan di mana pun dalam Kitab Suci. Pada awal
pertengahan abad kedua, ketika gereja-gereja barat didominasi bangsabangsa lain, nama Yahweh secara praktis telah hilang dari gereja.
Secara signifikan, dengan menghilangnya Nama Yahweh, gereja
masuk ke dalam keadaan kemerosotan rohani yang berlangsung sampai
hari ini. Pada abad keempat, kaisar Romawi Konstantin mengangkat
dirinya menjadi kepala gereja Kristen de facto, sebuah situasi yang ia
manfaatkan untuk mencapai objektif politik untuk menstabilkan
kekaisarannya. Ini mempercepat kemerosotan gereja; dan tidak lama
setelah itu, Paus yang memimpin kerajaan kekristenan berfungsi seperti
seorang kaisar Romawi. Gereja secara terus-menerus diserap oleh dunia.
Penghapusan Nama Yahweh bermula dengan penolakan umat Yahudi
pasca pembuangan untuk mengucapkannya karena takut dengan tidak
sengaja menyalahgunakannya, khususnya melanggar perintah yang ketiga
(Jangan menyebut nama Yahweh, Allahmu, dengan sembarangan).
Akhirnya, tidak ada yang bisa benar-benar yakin bagaimana Nama itu
aslinya dilafalkan, sekalipun Encyclopedia Judaica 22-jilid menyatakan
bahwa pelafalan aslinya adalah Yahweh, dan pelafalan itu tidak pernah
hilang.
Namun apakah penting sekarang bagaimana Nama-Nya itu aslinya
dilafalkan? Bukankah Allah melihat ke dalam hati kita apakah kita benarbenar berseru kepada Dia dan Nama-Nya? Sekalipun kita tahu bagaimana
setiap suku kata dari Tetragramaton (YHWH) itu aslinya dilafalkan,
apakah kita tahu dengan pasti di mana letak penekanannya, di suku kata
(HCSB). Alkitab bahasa Mandarin cenderung mempertahankan nama Allah
secara konsisten, tetapi dalam bentuk yang menyerupai Jehovah daripada
Yahweh.
25
yang pertama atau yang kedua? (Penekanannya sudah hampir pasti ada di
suku kata pertama karena Yah adalah singkatan dari Yahweh, karena
itu YAHweh lebih mungkin dibandingkan YahWEH.)
Nama Yahweh yang nyaris dihapuskan telah memberi trinitarianisme
sebuah kesempatan untuk menegakkan kesalahannya. Kesalahan ini akan
layu dan mati hanya jika kita menghidupkan kembali Nama-Nya. Dan
sesungguhnya Kitab Suci menyatakan bahwa nama Yahweh harus
dimasyhurkan, bukan ditekan:
Ulangan 32:3 Sebab Yahweh akan kuserukan: Berilah hormat kepada
Allah kita!
kepada Yahweh, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya
tinggi luhur!
Tuan/Tu[h]an
Ketika Injil dan surat-surat Perjanjian Baru ditulis kira-kira 150 tahun
setelah LXX selesai, LXX saat itu telah berurat-akar dan beredar luas di
dunia berbahasa Yunani. Bahasa Yunani telah menjadi lingua franca atau
bahasa universal di dunia Romawi, khususnya di bidang perdagangan,
sama seperti bahasa Inggris telah menjadi bahasa perdagangan
26
27
28
Sekarang ada satu lagi masalah, yaitu kata Lord atau Tuan telah
menjadi sebuah kata kuno yang tidak dipakai lagi, karena telah digantikan
oleh kata-kata seperti kepala, bos, CEO, dan lain-lain.
Oleh karena pemakaian kata Tuan yang sumbang di gereja-gereja
masa kini, gelar ini akan dipakai dengan hemat dalam buku ini hingga
kita mempelajari bagaimana Perjanjian Baru menerapkan gelar Tuan
kepada Yesus.
Buku saya Totally Committed! 4 menguraikan Ulangan 6:5 (Kasihilah
Tuhan [Yahweh], Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu) dari perspektif trinitarian,
menggantikan Yahweh dengan Yesus sebagai objek komitmen kita. Saya
sekarang sadar ini merupakan sebuah kesalahan serius, sesungguhnya
sebuah dosa serius, tetapi seperti Paulus saya hanya dapat mengaku
bahwa saya telah melakukannya dalam ketidaktahuan, dan atas alasan
Chang, Eric H.H., Totally Committed: The Importance of Commitment in
Biblical Teaching, Guardian Books, Belleville, Ontario, 2001.
4
29
Bapa
Umat Israel memandang Yahweh sebagai Bapa mereka, terlihat dari ayatayat seperti Yes.63:16 (Ya Yahweh, Engkau sendiri Bapa kami) dan
Yes.64:8 (Tetapi sekarang, ya Yahweh, Engkaulah Bapa kami!). Di
Perjanjian Lama ada sembilan orang yang bernama Abia, nama yang
berarti, Bapaku adalah Yahweh.
Namun bagi umat trinitarian, Bapa hanyalah pribadi pertama dari
Trinitas. Sama seperti Bapa bukan sebuah nama diri tetapi sebuah
istilah yang mendefinisikan relasi seseorang dengan anaknya, demikian
juga dalam trinitarianisme, Allah Bapa tidak memiliki nama, dan
didefinisikan sehubungan dengan pribadi kedua, Allah Anak, yang
ironisnya memiliki sebuah nama. Namanya Yesus merupakan sebuah
nama manusia yang sangat umum di Israel di zaman Perjanjian Baru.
Yesus
Umat trinitarian berkata bahwa Yesus bukan hanya seorang manusia
tetapi Allah-manusia, seolah-olah Yesus direndahkan apabila kita
berkata bahwa dia adalah manusia sejati. Dalam dogma trinitarian, tidak
ada yang lain selain Yesus merupakan Allah-manusia, bahkan Allah Bapa
atau Allah Roh pun tidak. Ini meninggalkan Yesus dalam kategori
tersendiri.
Penegasan trinitarian bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah dan
sepenuhnya manusia dalam kenyataannya berarti ia bukan benar-benar
Allah, atau benar-benar manusia. Tidak mungkin ada orang yang 100%
Allah dan 100% manusia di waktu yang bersamaan. Apabila kita
menjadikan Yesus 100% Allah dan 100% manusia, kita sedang
mengarang-ngarang sesuatu hanya untuk disesuaikan dengan doktrin
kita, tanpa mempedulikan kenyataan atau logika, dan membuat
pernyataan-pernyataan yang terang-terangan palsu, yang bukan-bukan,
dan yang tidak alkitabiah. Kepalsuan seringkali terdengar cukup
meyakinkan untuk mengelabui orang, tetapi itu tidak menjadikannya
benar. Ilah-ilah palsu disembah dalam banyak agama, tetapi itu tidak
membuat mereka menjadi benar.
30
31
Anak Allah
Apa artinya gelar Anak Allah bagi kebanyakan orang Kristen? Sebagai
trinitarian kita menekankan kata Allah, jadi kita membaca Anak Allah
sebagai Allah Anak. Mata kita melihat Anak Allah tetapi pikiran
trinitaris kita telah dilatih untuk melihatnya sebagai Allah Anak. Fakta
bahwa pikiran kita yang cerdas dan terdidik dapat begitu saja
membalikkan kata-kata dari belakang ke depan, merupakan demonstrasi
yang mengerikan dari kuasa penyesatan. Namun sekalipun kita
membetulkan kesalahan ini, kebanyakan orang Kristen masih tidak tahu
apa artinya Anak Allah di dalam Alkitab.
Gelar Anak Allah yang diterapkan kepada Yesus dalam Perjanjian
Baru merupakan afirmasi bahwa ia adalah Mesias. Fakta sederhana ini
diakui oleh banyak sumber trinitarian, mis. Westminster Theological
Wordbook of the Bible menyatakan, Anak Allah merupakan sebuah
sinonim untuk Mesias; lalu memberikan contoh-contoh seperti
pengakuan Petrus (Mat.16:16) dan pengakuan kepala pasukan
(Mrk.15:39), yang harus dipahami sebagai sebuah pengakuan akan
kemesiasan Yesus (hlm.478). Mesias ialah gelar Ibrani yang setara
dengan Kristus dalam bahasa Yunani.
Gelar Anak Allah dan Mesias ditemukan berdampingan
umpamanya di Mat.26:63 ketika imam besar berkata kepada Yesus,
Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah engkau Mesias,
Anak Allah, atau tidak.
Namun karena Yesus tetap diam di hadapan para hakim yang ingin
membuat dia mengatakan sesuatu yang memberatkan diri sendiri, imam
besar menyebut nama Allah yang hidup untuk memaksa Yesus
mengatakan di bawah sumpah apakah dia itu Kristus, Anak Allah. Adalah
lucu jika kita menyimpulkan bahwa imam besar sebenarnya ingin
memaksa Yesus untuk mengaku bahwa dia adalah Allah Anak, bukan
saja karena istilah yang dipakai oleh imam besar bukan Allah Anak
tetapi Anak Allah, tetapi juga karena umat Yahudi tidak pernah di
sepanjang sejarah mereka percaya bahwa sang Mesias (Kristus) adalah
Allah. Dalam kenyataannya beberapa orang Yahudi menganggap Yohanes
Pembaptis yang sepenuhnya manusia itu sebagai Kristus (Luk.3:15).
Namun dalam gaya trinitarian yang khas, kita membacakan ke dalam
kata-kata imam besar tersebut sesuatu yang tidak akan pernah terpikir
olehnya, yaitu, apakah Yesus itu Allah Anak yang ilahi, pribadi kedua dari
Trinitas.
Kristus dan Anak Allah ditemukan berdampingan juga di Yohanes
20:31:
32
yang hidup!"
Markus 1:1 Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.
Lukas 4:41 Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil
berteriak, "Engkaulah Anak Allah." Lalu ia dengan keras melarang
mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena
mereka tahu bahwa dialah Mesias.
Yohanes 11:27 Jawab Marta, "Ya, Tu[h]an, aku percaya bahwa
engkaulah Mesias, Anak Allah, yang akan datang ke dalam dunia."
33
Ayat kuncinya adalah ay.7 yang berbicara tentang Yahweh dan AnakNya (Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.);
yang menjadi dasar bagi gelar mesianik Anak Allah. Dan karena
Mesias berarti yang diurapi-Nya, maka yang diurapi-Nya di ay.2
dan raja-Ku di ay.6 mengacu kepada Raja-Mesias yang dilantik Yahweh
atas Sion, gunung-Ku yang kudus tempat sang Raja akan memerintah,
bukan saja atas Israel tetapi juga atas bangsa-bangsa dan ujung bumi
(ay.8). Mesias akan datang dalam Nama Yahweh sebagai wakil Yahweh,
dan melalui dialah bangsa-bangsa akan beribadah kepada Yahweh
dengan takut (ay.11).
Perjanjian Baru juga menyatakan bahwa Mesias (Kristus) datang
dalam Nama Yahweh: Aku datang dalam nama Bapaku (Yohanes 5:43)
dan pekerjaan-pekerjaan yang kulakukan dalam nama Bapaku (10:25).
Anak Allah, pewaris terakhir takhta Daud akan menjadi Raja bukan
saja atas Israel tetapi atas seluruh bangsa-bangsa di atas bumi. Yahweh
telah mengangkat Yesus sang Mesias ke posisi yang tertinggi di atas
seluruh bumi. Sang Mesias akan memerintah segala bangsa di atas muka
bumi inibumi tempat Nama Yahweh akan dikenal oleh setiap
penghuninya. Kristus akan mewakili Yahweh dalam administrasi segala
urusan internasional, mengantarkan damai atas bumi dan kesejahteraan
atas manusia, sebagaimana telah diumumkan oleh para malaikat pada
kelahirannya.
Selama berabad-abad, umat Yahudi telah menantikan kedatangan
Mesias yang agung dengan penuh pengharapan, yang akan membebaskan
mereka dari penindasan yang telah mereka alami dari bangsa-bangsa lain
sepanjang sejarah. Lebih dari itu, Mesias akan seperti Musa yang akan
mengajarkan mereka kebenaran Yahweh dan memimpin mereka ke jalanjalan Allah.
Tantangan bagi umat Yahudi adalah mereka tidak mempunyai cara
yang mudah untuk mengenali sang Mesias ketika ia datang, karena Kitab
Suci tidak mengajarkan mereka untuk menantikan kedatangan seorang
manusia ilahi tetapi kedatangan seorang nabi sama seperti aku, yaitu
seorang nabi sama seperti Musa: Yahweh, Allahmu, akan membangkitkan
34
bagimu seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudarasaudaramu, sama seperti aku dialah yang harus kamu dengarkan.
(Ul.18:15, dikutip oleh Stefanus di Kisah 7:37).