You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di
bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan
pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penggunaan alat berat pada medan yang sulit sering mengakibatkan kecelakaan yang fatal
di lapangan. Kecelakaan ini sering mengakibatkan kehilangan nyawa dan kerugian material.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang

memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat
dan lingkungan disekitarnya.
Ketika bekerja menggunakan alat berat di lapangan, nyawa menjadi salah satu taruhan
ketika menemui medan sulit. Selain itu ketika menjadi lebih sulit lagi ketika skill operator yang
kurang. Berbagai jenis kecelakaan yang diesbabkan oleh human error akan membuat banyak
kerugian bagi perusahaan. Dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai salah satu teknologi
komunikasi dan kendali jarak jauh saat ini membuat perusahaan dapat meminimalisir terjadinya
kecelacaan dan lost beneficial.
B.

Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah penerapan konsep teknologi yaitu penggunaan gelombang radio
sebagai media pengoperasian alat berat untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.

C.

Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Menjelaskan penggunaan alat berat dalam industri pertambangan
2. Menjelaskan kecelakaan tambang dalam pertambangan
3. Menjelaskan penerapan konsep teknologi penggunaan gelombang radio
sebagai media pengoperasian alat berat

BAB II

PEMBAHASAN
A. Penggunaan Alat Berat dalam Industri Pertambangan
Penggunaan alat berat pada industri pertambangan adalah sesuatu yang sangat esensial. Alat
berat pada industry pertambagan terbagi atas:
1.

Alat Gusur

Alat gusur adalah alat yang mengubah energi mesin menjadi energi mekanik, bentuk nyata
dari energi mekanik adalah berupa gaya dorong/gusur yang dalam bahasa inggrisnya disebut
juga Dozing (alatnya berupa Dozer), namun apabila energi mekanik berupa tarikan oleh
gaya tarik maka disebut alat tarik (Tractor). Dan tractor yang dilengkapi alat gusur berupa
blade disebut Bulldozer. Dengan demikian tractor merupakan penggerak utama untuk alat
Bulldozer.
1.1.

Bulldozer

Bulldozer adalah alat mekanis yang menggunakan tractor sebagai penggerak utamanya yang
diperlengkapi dengan dozer attachment berupa blade. Bulldozer dirancang sebagai alat berat
yang diberi kemampuan untuk mendorong ke muka atau depan.
1.2.

Ripper

Sebenarnya alat garuk (Ripper) berfungsi untuk membantu Buldoser dalam mengatasi
batu-batu yang keras. Bulldozer yang bekerja sendiri tanpa dibantu
oleh Ripper dalam menghadapi batu-batu yang
keras, hasil kerjanya tidak semaksimal seperti kalau dibantu dengan Ripper.
Kekuatan Ripper tergantung pada kemampuan gigi giginya untuk masuk ke dalam
tanah dan kekuatan Bulldozer yang digunakan sebagai mesin penarik Ripper itu sendiri.
2.

Alat Gali Muat

Alat gali merupakan alat yang berfungsi untuk menggali material dimana asal kata bahasa
inggris yaitu Excavator yang berarti Penggalian dan berasal dari kata Excavate yang
berarti Menggali. Untuk pengambilan dan pemuatan material ke atas alat angkut (truck, lori,
dan sebagainya) dipergunakan alat pemuat yang sangat banyak macamnya, karena keadaan
lapangan kerja sangat beragam.
Dasar pemilihan ukuran dari alat gali dan muat adalah :
Adanya jaminan keselamatan kerja (safety)

Ongkos gali dan muat seminimum mungkin


Sinkronisasi dengan alat PTM lainya
Penyesuaian dengan kondisi kerja
2.1.

Power Shovel

Power Shovel merupakan skop mekanis yang amat besar. Alat ini digerakkan oleh mesin uap,
mesin bensin, mesin diesel, atau dapat juga motor listrik. Ukuran alat ini ditentukan oleh
besarnya sekop yang dapat digerakkan, baik dalam arah horisontal maupun vertikal.
2.2.

Dozer Shovel

Dozer shovel sering disebut juga Loader dan dapat dikatakan belum lama digunakan pada
dunia konstruksi dan bucket dipergunakan sebagai attachment yang lain pada tractor
menggantikan blade, karena bulldozer hanya dapat mendorong material dan kelebihan material
tercecer ke pinggir.
Dozer shovel sendiri merupakan alat yang digunakan untuk memuat material ke dalam alat
angkut.
2.3.

Backhoe

Adalah alat penggali yang cocok untuk menggali parit atau saluran saluran. Gerakan
bucket (dipper) dari backhoe pada saat menggali arahnya adalah ke arah badan (body)
backhoe itu sendiri. Jadi tidak seperti power shovel dimana arah penggaliannya menjauhi
badan power shovel.
2.4.

Dragline

Alat ini hanya dipakai maksimum untuk batuan yang relatif lunak atau yang sudah lepas
(loose

materials),

jadi

bukan

digunakan

pada

lapisan

batuan

keras

dan

kompak. Dragline dipakai untuk meggali material yang berada di bawah tempat alat itu
berdiri. Alat penggerak yang dipakai persis sama sepertiPower shovel.
3.

Alat Gali Muat Angkut

Alat gali muat angkut merupakan salah satu alat PTM yang dapat mengerjakan tiga pekerjaan
yaitu dalam satu alat, namun memiliki prinsip kerja yang berbeda beda pada tiap tiap alat.
3.1.

Bucket Wheel Excavator (BWE)

BWE adalah suatu alat penggali yang terdiri dari roda yang besar dan pada roda tersebut
dipasang beberapa bucket yang berfungsi untuk menggali material sewaktu roda tersebut
dipasang beberapa bucket yang berfungsi untuk menggali material sewaktu roda tersebut
berputar menunjam pada material yang akan digali. Material yang suah berada pada bucket
kemudian ditumpahkan ke dalam belt conveyor yang akan meneruskan memindahkan
material material tadi untuk diangkut sementara menjadi pile atau dimuatkan ke alat
angkut (truck).
3.2.

Scrapper

Merupakan salah satu alat PTM yang dapat bekerja sebagai alat gusur (bulldozer), alat muat
(loader), dan alat angkut (truck) dan sebagai alat menumpahkan muatan hasil gusuran / galian
dengan scrapper tetap dalam keadaan berjalan.
Dalam memilih apakah akan digunakan scrapper atau kombinasi alat lain terlebih dahulu
dilihat dari keadaan lapangan tempat alat bekerja.
3.3.

Kapal Keruk (Dredge)

Kapal keruk adalah suatu pontoon yang mengapung di atas permukaan air dan dilengkapi
dengan alat alat gali untuk menggali lapisan tanah atau endapan bijih yang berada di bawah
air, juda dilengkapi dengan peralatan pencucian dan konsentrasi untuk mencuci dan
memisahkan mineral berharga dari waste yang didapat dari hasil penggalian alat alat gali,
semuanya tadi digerakkan oleh tenaga motor listrik atau tenaga diesel.
4.

Alat Angkut

Alat angkut merupakan alat suatu PTM yang berfungsi untuk melakukan kegiatan kegiatan
dalam pengangkutan.
4.1.

Truck

Truck digunakan untuk melakukan pekerjaan mengangkut material material berupa tanah,
agregat (bogkahan bongkahan), batuan (rock), bijih (ore), batubara (coal), dan material
material lain. Hampir semua jenis truck membutuhkan kondisi jalan yang baik dan teratur
dengan tanjakan yang tidak terlalu curam agar dapat beroperasi dengan baik.
4.2.

Belt Conveyor

Adalah alat angkut yang bisa dipakai untuk jarak pendek (<50 feet), sehingga biasa disebut
belt loader atau belt dumper namun bisa juga dipakai untuk jarak angkut yang jauh

(>1500 meter). bahkan sekarang sudah ada belt conveyor sebagai transportation equipment
untuk jarak jauh yang melebihi 20 mile (30km).
4.3.

Lori Gantung (Cable Way)

Adalah flexible cable dimana diatasnya merupakan tempat menggantung / berjalan suatu
cage carriage. Tegangan maximum dari kabel terjadi pada penyangga (support) pada saat
carriage berada di tengah tengah rentangan kabel.
B.

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik
jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan
konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko
kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.
Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah
UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami
perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral
dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundanganundangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya
yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai
menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang
ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air,
di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya
manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan
kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan
dengan baik.
1.

Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau

kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari
teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan
dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan
memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.
Penyebab dasar kecelakaan kerja :

Faktor Personil

a.

Kelemahan Pengetahuan dan Skill

b.

Kurang Motivasi

c.

Problem Fisik

Faktor Pekerjaan

a.

Standar kerja tidak cukup Memadai

b.

Pemeliharaan tidak memadai

c.

Pemakaian alat tidak benar

d.

Kontrol pembelian tidak ketat

Penyebab Langsung kecelakaan kerja


Tindakan Tidak Aman
a. Mengoperasikan alat bukan wewenangnya
b. Mengoperasikan alat dg kecepatan tinggi
c. Posisi kerja yang salah
d. Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi
Kondisi Tidak Aman
a. Tidak cukup pengaman alat
b. Tidak cukup tanda peringatan bahaya
c. Kebisingan/debu/gas di atas NAB
d. Housekeeping tidak baik
Penyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich Mathematical Ratio) dibagi atas 3 bagian
Berdasarkan Prosentasenya:
a.

Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)

b.

Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)

c.

Diluar kemampuan manusia (2%)

2.

Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari

tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang
dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa
dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya
bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit
ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
a)

Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari
beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori
protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi
kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas
yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian

besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak
keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala
terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
b)

Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam
sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola
kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan
yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang
turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang
masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara
berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
c)

Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat
menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit
Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
B.

Kecelakaan Kerja Tambang


1.

Pengertian Kerja tambang

Pengertian adalah Setiap tempat pekerjaan yang bertujuan atau berhubungan langsung dengan
pekerjaan penyelidikan umum, eksplorasi, study kelayakan, konstruksi, operasi produksi,
pengolahan/ pemurnian dan pengangkutan bahan galian golongan a, b, c, termasuk sarana dan
fasilitas penunjang yang ada di atas atau di bawah tanah/air, baik berada dalam satu wilayah atau
tempat yang terpisah atau wilayah proyek.
Yang dimaksud kecelakaan tambang yaitu :
a.

Kecelakaan Benar Terjadi

b.

Membuat Cidera Pekerja Tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh KTT

c.

Akibat Kegiatan Pertambangan

d.

Pada Jam Kerja Tambang

e.

Pada Wilayah Pertambangan

2.

Penggolongan Kecelakaan tambang


a.

Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan)

Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3
minggu
b.

Cidera Berat (Kecelakaan Berat)

Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu

Korban invalid & tidak mampu melaksanakan tugas semula

Berdasarkan cedera korban, yaitu :


1. Retak Tengkorak kepala, tulang

punggung pinggul, lengan bawah/atas, paha/kaki

2. Pendarahan di dalam atau pingsan kurang oksigen


3. Luka berat, terkoyak
4. Persendian lepas
c.

Mati
Korban mati dalam waktu 24 jam dari waktu terjadinya kecelakaan

Berdasarkan penelitian heinrich:


1. Perbuatan membahayakan oleh pekerja mencapai 96% antara lain berasal dari:
a. Alat pelindung diri (12%)
b. Posisi kerja (30%)
c. Perbuatan seseorang (14%)
d. Perkakas (equipment) (20%)
e. Alat-alat berat (8%)
f. Tata cara kerja (11%)
g. Ketertiban kerja (1%)
2. Sumber lainnya diluar kemampuan dan kendali manusia.

10

Data statistik Kecelakaan Tambang di Indonesia

11

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan, rata-rata kecelakaan sering terjadi di bagian
transportasi dan permesinan. Seringkali kecelakaan tambang mengakibatkan kematian serta
kecacatan pada Operator alat berat. Maka dari itu, penggunaan alat berat dengan operator
manusia cukup berbahaya.
Beberapa alat berat yang perlu ketelitian tinggi dalam pengoperasian juga dapat memperbesar
faktor kecelakaan apabila skill operator minim.
Maka dari itu perlu diterapkan penggunaan gelombang radio untuk kendali jarak jauh untuk
mengendalikan alat berat.
Penggunaan Gelombang Radio Sebagai Kontrol Jarak Jauh Untuk Alat Berat
A. Gelombang Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan
radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat
lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang
ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).

Gelombang radio adalah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik, dan terbentuk ketika objek
bermuatan listrik dimodulasi (dinaikkan frekuensinya) pada frekuensi yang terdapat dalam
frekuensi gelombang radio (RF) dalam suatu spektrum elektromagnetik, dan radiasi
elektromagnetiknya bergerak dengan cara osilasi elektrik maupun magnetic.
Kontrol radio adalah penggunaan sinyal radio untuk mengontrol alat lain dari jauh. Istilah ini
hampir seluruhnya merujuk ke pengontrolan mobil, kapal dan pesawat model dari sebuah kotak
pengontrol yang dipegang pengguna.
Kontrol radio awalnya dikembangkan pada Perang Dunia II, terutama oleh Jerman yang
menggunakannya dalam beberapa proyekmisil. Tujuan utama mereka adalah misil kontrol radio
dan bom glide yang digunakan untuk menarget kapal, sebuah target yang sulit dan berbahaya

12

untuk diserang. Namun pada akhir perang, Luftwaffe memiliki masalah


menyerang pengebom Sekutu, dan mengembangkan beberapa misil anti pesawat kontrol radio,
namun tidak ada yang masuk pelayanan.
Keefektifan sistem mereka dikurangi besar oleh usaha Britania untuk mengacaukan sinyal radio
mereka. Setelah kesuksesan awal yang mengagumkan, Britania meluncurkan beberapa
penyerbuan komando untuk mengumpulkan set radio misil. Pengacau (Jammer) kemudian
dipasang di kapal Britania, dan senjata itu bisa dibilang "berhenti bekerja". Tim pengembang
Jerman kemudian beralih ke misil penuntun-kabel ketika mereka sadar apa yang terjadi, namun
sistem ini tidak siap untuk dipakai sampai perang sudah mulai bergerak ke Perancis.

B. Kontrol Radio dalam Pengendalian Alat Berat.


Penggunaan control radio sangat efektif sebagai pengendali jarak jauh untuk alat berat.
Pengendalian alat berat memerlukan kontrol penting dan teliti, sehingga lingkungan yang
mendukung. Dengan menggunakan ruang operator tersendiri, fakrot kebisingan dan faktor
lingkungan yang mengganggu dapat diabaikan. Menggunakan kendali jarak jauh dapat
mengabaikan beberapa faktor yang dapat mengurangi produksi.

13

Menggunakan Kontrol seperti berikut, dengan ruangan yang lebih tenang, dan keadaan
yang baik akan menurunkan angka kecelakaan.
Tampilan Komputer yang realistis akan membantu operator untuk mengendalikan alat
berat dari jarak jauh (ruangan operator).

Mengendalikan alat berat dari jarak jauh juga menunjukan keadaan secara real time
dengan keadaan di lapangan.

14

Tampilan pada layar komputer dengan tombol dan cab pada alat berat membantu operator
yang sangat baik memberikan nilai tambah pada skil operator.
C. Keunggulan dalam Penggunaan Kontrol Radio untuk Alat Berat
Keunggulan dalam pengguanaan Kontrol Radio untuk Mengendalikan Alat berat antara Lain:
1. Penggunaan Kontrol Radio untuk Alat Berat dapat menghilangkan faktor pengganggu
yang membuat penurunan produksi operator.
2. Menurunkan faktor kematian operator dalam tambang bawah tanah maupun tambang
terbuka sehingga menigkatkan keamanan.
3. Meningkatkan skill operator tanpa memberikan kecenderungan untuk terjadi kecelakaan
atau cidera terhadap operator.

15

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik

jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan


konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko
kecelakaan di lingkungan kerja.
Penggunaan alat berat dalam industri pertambangan yang merupakan hal yang inti kadang
membawa kecelakaan, sehingga perlu dibuat seebuah metode yang baru untuk menurunkan
tingkat kecelakaan.Penggunaan control radio sangat efektif sebagai pengendali jarak jauh untuk
alat berat. Pengendalian alat berat memerlukan kontrol penting dan teliti, sehingga lingkungan
yang mendukung.
Keunggulan dalam pengguanaan Kontrol Radio untuk Mengendalikan Alat berat antara
Lain:
1. Penggunaan Kontrol Radio untuk Alat Berat dapat menghilangkan faktor pengganggu
yang membuat penurunan produksi operator.

16

2. Menurunkan faktor kematian operator dalam tambang bawah tanah maupun tambang
terbuka sehingga menigkatkan keamanan.
3. Meningkatkan skill operator tanpa memberikan kecenderungan untuk terjadi kecelakaan
atau cidera terhadap operator.
B.

Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan

kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal. Dengan
menerapkan pengendalian jarak jauh melalui kontrol radio pada setiap alat berat pada tambang
terbuka ataupum pada tambang terbuka akan menurunkan tingkat kecelakaan. Penerapan pada
setiap tambang meningkatkan tingkat keselamatan sehingga membuat produksi tambang
meningkat. Penerapan dan pengembangan konsep teknologi ini kiranya dapat dipakai untuk
menanggulangi beberapa masalah pada penambangan.

17

You might also like